Monday 12 May 2014

Dinasti Joseon, Masa-Masa Kekacauan Politik




Setelah melewati periode-periode awal, maka dinasti Joseon mulai mengalami masa-masa sulit dan kacau. Masa-masa kekacauan ini berlangsung selama 155 tahun (1494-1649). Periode ini merupakan periode tergelap dalam sejarah Joseon, melebihi era kekacauan pada masa akhir Dinasti Joseon. Hanya era pendudukan Jepang sajalah yang mampu melebihi penderitaan rakyat Korea, jika dibandingkan dengan era kekacauan ini. Masa-masa ini meliputi era tiran Yeonsan-gun, invasi bangsa asing, kudeta, pemberontakan, kemiskinan, korupsi, dan semua hal negatif yang pernah dialami suatu bangsa. Walaupun begitu, era ini merupakan era pembuktian Joseon yang mampu bertahan dari gempuran bangsa asing, meskipun mereka kalah dari Manchu. Era ini juga mencatat beberapa raja reformis yang kebijakannya menolong Joseon dimasa mendatang. Mereka adalah Injong, Myeongjong, Seonjo, dan Gwanghae-gun.

Para raja era masa kekacauan ini adalah sebagai berikut (urutan nomor disesuaikan dengan urutan raja tersebut sebagai raja Joseon):




RAJA  YEONSAN    (YEONSAN-GUN)  

Raja Yeonsan lahir pada tanggal 23 November 1476 dengan nama Yi-yung, dan menjadi raja Joseon kesepuluh pada usia 18 tahun. Ia bertahta pada tahun 1494-1506. Ia merupakan putra tertua Seongjong dengan istri keduanya, Lady Yoon.

Hubungan Yeonsan dengan ayahnya (Raja Seongjong) cukup kaku. Tapi, ini bukan karena ayahnya tidak menyayangi Yeonsan melainkan karena tekanan pejabat istana, dan juga stres karena rasa bersalah. Raja Seongjong selalu merasa sangat bersalah sebab beliau menghukum mati Ratu Jeheon (ibu kandung Yeonsan). Ibunya dilengserkan lalu kemudian dihukum mati atas saran dari Han Myeong-hoe dan Ibusuri Insoo (nenek Yeonsan). Fakta kematian ibunya Yeonsan ini disembunyikan sangat rapat oleh Raja Seongjong sebab raja tidak mau mengganti Yeonsan sebagai putra mahkota. Keputusan Raja Seongjong ini membuat para pejabat terpaksa tidak mengungkit-ungkit kematian ibu Yeonsan dan pelengseran ibunya sebagai ratu sebab jika Yeonsan tahu dan lalu menjadi raja maka mereka semua yang berkomplot melengserkan ibunya pasti akan dihukum mati. Oleh karena itu, Yeonsan baru tahu tentang fakta kematian ibunya belakangan saat dia menjadi raja.

Era Yeonsan-gun adalah era tergelap Joseon, setara dengan era kegelapan pada awal abad pertengahan di Eropa. Dalam sejarah Dinasti Joseon, Raja Yeonsan dikenal sebagai "Tiran Terburuk". Tetapi, pada awal pemerintahannya ia adalah raja yang bijaksana dan administrator yang cakap. Ia menguatkan pertahanan nasional dan menolong rakyat miskin. Namun perubahan drastis Yeonsan-gun dimulai ketika Ia akhirnya mengetahui apa yang terjadi dengan ibu kandungnya dan berusaha untuk mengembalikan gelar anumerta ibunya.

Yeonsan-gun menikahi Ratu Munseong dari klan Shin. yang memberinya dua putra yaitu Putra Mahkota Hwang, Pangeran Besar Changnyeong, dan Putri Donsu.
Yeonsan-gun juga memiliki beberapa selir, yaitu:
- Selir Hye-bin So dari klan Jo
- Selir Suk-yong Jong
- Selir Suk-won Kim
- Selir Suk-ui Lee, yang memberinya dua putra yaitu, Pangeran Yangpyeong dan Pangeran Yi Don-soo, dan juga seorang putri
- Selir Suk-yong Jang Nok-su, yang memberikan seorang putri. Jang Nok-su adalah bekas budak dari  paman Yeonsan-gun, Pangeran Je-an (Putra Raja Yejong, kakek angkat Yeonsan-gun).
- Selir Suk-yong Woo


Tokoh-tokoh yang terkenal pada masa pemerintahan Yeonsan sebagai raja Joseon adalah:

- Ratu Dowager Insoo.
Beliau adalah ibu dari mendiang Raja Seongjong dan nenek kandung Raja Yeonsan dan Raja Jungjong. Beliau adalah istri mendiang Putra Mahkota Uigyeong (Pangeran Dowon). Ratu Insoo meninggal dimasa pemerintahan Yeonsan (tepatnya dibunuh oleh Yeonsan).

- Hong Kil-dong
Dia adalah pencuri paling terkenal di-era Joseon dan dijuluki Robin Hood-nya Korea. Kisahnya ditemukan dalam Sillok Raja Yeonsan dan Sillok Raja Jungjong. Hong Kil-dong adalah anak dari seorang bangsawan bernama Hong Sang-jik dengan selirnya. Dia lahir di Jangseong, provinsi Jeolla, pada tahun 1443 di-masa pemerintahan Raja Sejong. Hong Kil-dong hidup dimasa pemerintahan 8 raja (Sejong, Munjong, Danjong, Sejo, Yejong, Seongjong, Yeonsan, dan Jungjong), tapi masa pemerintahan Yeonsan adalah masa aktifnya sebagai perampok dan penolong rakyat. Dia tertangkap dengan tuduhan merampok pada tahun 1500. Kabarnya tidak terdengar lagi sejak tahun 1510 (masa pemerintahan Jungjong, sehingga diasumsikan beliau meninggal di-masa pemerintahan Jungjong. Ada dua versi kisah Hong Kil-dong. Yang pertama adalah versi nyata yang sesuai Sillok Raja Yeonsan dan Raja Jungjong, dan yang kedua adalah yang menurut cerita rakyat “Tale of Hong Kil-dong” karya Heo Gyun diera Raja Gwanghae. Catatan Sillok Raja Yeonsan dan Raja Jungjong adalah sumber kisah drama “Hong The Rebel” (Sehingga, raja yang muncul dalam drama ini adalah Raja Gwanghae). Sedangkan, cerita rakyat “Tale of Hong Kil-dong” (Hong Kil-dong Jeon) karya Heo Gyun adalah sumber kisah drama “Hong Kil-dong, The Hero” produksi KBS tahun 2008 (Sehingga, raja yang muncul dalam drama ini adalah Raja Gwanghae).


Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa pemerintah Yeonsan adalah:

- Penawanan seribu wanita dari berbagai provinsi untuk dijadikan penghibur istana
- Penutupan Universitas Sunggyungwan, yang diubah menjadi tempat hiburan pribadi.
- Pembunuhan Jo Sa-seo, salah satu tutor Raja oleh raja sendiri
- Pembersihan Sastrawan Pertama pada tahun 1498, dimana Kim Il Son dan pendukung lain Kim Jong-jik serta kalangan para pejabat Sarim, dituduh telah berkhianat karena Kim Il-Son memasukan sebuah paragraf di dalam catatan kerajaan yang mengkritik perebutan Raja Sejo atas tahta pada tahun 1455.
- Pembunuhan dua selir ayahnya (Gwi-in Jeong Geum-i dan Gwi-in Eom Eun-sosa) pada tanggal 20 Maret 1504.
Pembunuhan neneknya, Ratu Besar Insu, ibu dari Raja Seongjong pada tanggal 20 Maret 1504 (meninggal setelah didorong oleh Yeonsagun di dalam sebuah pertengkaran) karena terlibat atas kematian ibunya.
- Pembongkaran makam Han Myeong-hoi (penasehat Raja Sejo), dan kepalanya dipenggal karena terlibat atas kematian ibunya.
- Pembersihan Sastrawan Kedua pada tahun 1504, ia mengeksekusi banyak pejabat pemerintah yang mendukung eksekusi ibunya, Ratu Jeheon.
- Kematian adik tirinya, Pangeran Gyeseong (lahir pada tahun 1478), putra satu-satunya dari Selir Suk-ui Ha yang meninggal pada tahun 1504.
- Kematian dua adik tirinya, putra dari Selir Gwi-in Jeong Geum-i yaitu Pangeran Anyang (lahir tahun 1480) dan Pangeran Bongan (lahir tahun (1482) yang meninggal pada tahun 1505.
- Penghancuran Kantor Sensor (berfungsi mengkritik tindakan atau kebijakan raja yang tidak pantas) dan Hongmoongwan (perpustakaan dan pusat penelitian yang menganjurkan raja dengan ajaran-ajaran Konfusianisme)
- Pembunuhan Kepala Kasim Kim Cheo-sun, yang melayani lima orang raja dengan cara ditembaki panah dan dipaksa memotong kakinya sendiri, juga keluarganya diturunkan derajatnya ke tingkat 7, karena memohon kepada Yeonsangun untuk mengubah caranya
- Diasingkannya Menteri Ritual, hanya karena menumpahkan minuman yang dituangkannya untuk raja
- Pelarangan penggunaan tulisan Hangul, karena rakyat menkritiknya dengan menggunakan tulisan itu. 


Ketika para menteri memprotes aksinya ia memerintahkan menteri-menterinya untuk mengenakan tanda yang bertuliskan : "Mulut adalah pintu yang mendatangkan bencana, lidah adalah pedang yang memotong kepala. Tubuh akan berada di dalam suasana damai selama mulut tertutup dan lidah berada jauh di dalamnya" (ko.wikipedia.org/yeonsan)

Pada tahun tanggal 2 September 1506, sekelompok pejabat (khususnya Park Won-jong, Seong Hui-an, Yoo Soon-jeong dan Hong Gyeong-ju) melancarkan kudeta dan menggulingkan raja lalu menggantikannya dengan saudara tirinya, Pangeran Besar Jinseong. Raja diturunkan derajatnya menjadi pangeran, dan kemudian dibuang ke pengasingan dan wafat dalam pengasingannya di tahun yang sama (20 November 1506) pada usia 30 tahun. Selir Jang Nok-su yang dianggap sebagai femme fatale yang mendukung pemerintahan Yeonsan-gun yang salah dihukum penggal. Putra-putra Yeonsangun yang masih kecil juga dibunuh. Joseon memerlukan waktu hampir 2 abad untuk pulih dari trauma di era Yeonsan-gun. Dia menyebabkan kekacauan politik yang luar biasa, sehingga berpengaruh pada ekonomi dan pelemahan militer, yang membuat Korea di invasi oleh Manchu dan Jepang. 

Karena ia digulingkan, Yeonsan-gun tidak memiliki nama kuil.

Raja Yeonsan memerintah Joseon Raja Henry VII dari wangsa Tudor masih memerintah Inggris. Beliau juga menjadi raja Joseon pada masa yang sama saat Raja Louis XII memerintah PrancisYeonsan juga memerintah sebagai raja Joseon ketika Beyezid II menjadi sultan Ottoman. Raja Yeonsan berkuasa ketika Vasily III menggantikan Czar Ivan III Yang Agung sebagai penguasa Rusia, dan saat Raden Patah masih menjadi sultan Demak. Yeonsan juga berkuasa dimasa-masa terakhir dari kerajaan Majapahit. Yeonsan adalah Raja Joseon ketika Sultan Bayanullah memerintah Kesultanan Ternate, dan juga memerintah dimasa yang sama dengan Sultan Adlullah dari Samudra Pasai. Ia juga adalah Raja Joseon ketika Ratu Juanna menjadi penguasa Spanyol, dan ketika Manuel I menjadi raja Portugal. Yeonsan juga adalah raja Joseon ketika Ramatibodi II diangkat menjadi raja Ayuthaya, Thailand. Yeonsan-gun juga adalah penguasa Joseon ketika Sultan Ali Mughayat Syah mendirikan Kesultanan Aceh.

Beberapa Aktor yang memerankan Yeonsan-gun


Kisah tentang kegilaan Raja Yeonsan-gun ini diceritakan dengan sangat baik dalam film fenomenal "The King And The Clown" (tahun 2005) yang dibintangi oleh aktor populer Lee Joon-ki. Film ini adalah film Korea Selatan pertama yang menembus angka 12 juta penonton sepanjang sejarah perfilman negara tersebut. Bersama dengan film "The Host" (2006), rekor penonton film "The King And The Clown" (12 juta penonton) dan "The Host" (13 juta penonton) baru dipecahkan pada tahun 2015 oleh film "Admiral, The Roaring Current". Artinya, rekor film "The King And The Clown" sebagai "film saeguk" yang ditonton oleh 12 juta penonton baru terpecahkan 10 tahun kemudian. Film "The King And The Clown" inilah yang mengantarkan Lee Joon-ki sebagai salah satu aktor terbaik Korea Selatan sepanjang masa dan dimasukan dalam jajaran "Top 10 Korean Actors" hingga sekarang. Dia adalah aktor termuda dalam daftar itu.

Selain film "The King And The Clown", kegilaan Raja Yeonsan-gun juga diceritakan dengan sangat baik dalam film "The Treacherous" (dibintangi oleh Joo Ji-hoon dan Kim Kang-woo) dan juga dalam drama "Jang Nok-su", yang menggambarkan baik dirinya dan selir kesayangannya, yang bernama Jang Nok-su. Jang Nok-su secara luas diakui sebagai salah satu dari femme fatale yang paling terkenal di dalam sejarah Korea. Dia juga muncul dalam dua drama populer di luar Korea, "Queen For Seven Day" dan "Hong The Rebel".

Drama lainnya adalah "Woman of the World" (peran utamanya adalah istri ketiga dan ipar kedua saudara tirinya), dan "Dae Jang Geum". Yeonsan-gun juga muncul dalam drama "The King & I", dan "Queen Insoo".






RAJA  JUNGJONG 

Beliau lahir dengan nama Yi Yeok pada tanggal 16 April 1488 dan bertahta pada tahun 1506–1544. Ia menggantikan saudara tirinya, Yeonsan-gun, melalui sebuah kudeta berdarah dan menjadi raja ke-11 Joseon. Raja Jungjong dikenal sebagai seorang "reformator" dalam sejarah Joseon karena dia adalah raja yang pertama kali melakukan reformasi di Joseon secara besar-besaran.

Pada waktu Yeonsan-gun digulingkan, para pasukan pemberontak mengelilingi rumahnya. Saat itu dia masih sebagai Pangeran Besar Jinseong. Ia hampir bunuh diri karena menyangka itu adalah pasukan Yeonsan-gun yang akan membunuhnya mengingat banyak saudara-saudara tirinya yang terbunuh. Untunglah hal ini dihentikan oleh istrinya. Jungjong dan istrinya pun dijemput dan dibawa ke istana, lalu diangkat menjadi Raja Joseon menggantikan saudaranya, Yeonsan-gun, diusianya yang baru 18 tahun.

Jungjong memiliki beberapa istri. Istri-istrinya adalah:


1.RATU DAN-GYEONG
Ratu Dang-yeong adalah istri pertama Jungjong dan satu-satunya istrinya saat beliau masih menjadi seorang pangeran. Memang beliau adalah salah-satu raja yang memiliki banyak istri tetapi sebelum menjadi seorang raja dia hanya memiliki satu istri, yaitu Ratu Dong-yeong. Bersama dengan Raja Jungjong, Ratu Dan-gyeong memasuki istana sebagai seorang ratu pada usia 19 tahun. Sejauh ini, catatan-catatan dalam Sillok Raja Jungjong menggambarkan bahwa Ratu Dan-gyeong adalah ratu yang paling disayang oleh Raja Jungjong.
Usia Ratu Dan-gyeong lebih tua satu tahun dari Raja Jungjong. Beliau lahir pada 7 Februari 1487. Ratu Dan-gyeong adalah putri dari Shin Su-geun dan Lady Han. Ratu Dan-gyeong adalah penyelamat suaminya, Pangeran Besar Jinseong (nama kepangeranan Raja Jungjong) pada masa pemerintahan kakaknya, Raja Yeonsan. Raja Yeonsan (Yeonsan-gun) adalah tirani terburuk dalam sejarah Joseon dan Korea. Dia membunuh hampir semua lawan politiknya, dan juga gemar menculik wanita-wanita diseluruh negeri. Pangeran Besar Jinseong sebenarnya adalah salah-satu lawannya sebab hampir semua lawan politik Raja Yeonsan mendukung Pangeran Besar Jinseong sebagai raja. Tetapi, Yeonsan urung membunuh Jinseong sebab mertua Jinseong, ayah Ratu Dan-gyeong, adalah kakak ipar Yeonsan. Adik Shin Su-geun, Ratu Sin, adalah ratu utama Raja Yeonsan. Ini artinya, Ratu Dan-gyeong adalah keponakan Ratu Shin. Kenyataan ini membuat Raja Yeonsan tidak bisa membunuh atau mengasingkan Pangeran Besar Jinseong sebab hukum pada masa itu membuat orang-tua pengkhianat negara juga harus diasingkan. Jika Pangeran Besar Jinseong dihukum maka istrinya, Ratu Dan-gyeong, harus dihukum, dan jika Ratu Dan-gyeong dihukum sebagai pengkhianat negara maka orang-tuanya juga akan dianggap pengkhianat dan dihukum. Jika ayah Ratu Dan-gyeong dihukum maka adiknya, Ratu Shin, juga harus turun tahta. Inilah yang membuat Pangeran Besar Jinseong tidak bisa ‘diganggu’ oleh Raja Yeonsan, walau ancaman pembunuhan tentu menghantuinya.
Saat itu, hukum di Joseon memang melarang saudara ipar raja untuk menjadi pejabat istana, tetapi menjadi ipar raja memiliki banyak keuntungan dan biasanya mereka adalah pendukung raja. Inilah yang dilakukan oleh ayah Ratu Dan-gyeong sebagai kakak ipar raja. Beliau mendukung Raja Yeonsan tetap pada tahtanya dan menolak semua upaya kudeta pada Raja Yeonsan. Ini dilakukannya demi melindungi adiknya, bibi Ratu Dan-gyeong (Ratu Shin) agar tidak digulingkan. Tetapi, sikap ayah Ratu Dong-yeong, Shin Su-geun, ini justru membawa malapetaka sebab kudeta pada Raja Yeonsan berhasil menggulingkan raja tiran itu dari tahta. Adik Shin Su-geun, Ratu Shin, pada akhirnya tetap digulingkan dari tahta. Saat itu, Shin Su-geun tidak menyangka keputusannya untuk terus mendukung Yeonsan akan membawa dirinya pada kematian, sebab semua pejabat dan orang-orang yang mendukung Yeonsan, baik itu pejabat kecil atau pejabat tinggi, pejabat pusat atau pejabat daerah, dan juga semua kerabat yang mendukungnya, termasuk anak-anak Yeonsan yang masih kecil, semuanya dieksekusi mati, termasuk Shin Su-geun. Selain Shin Su-geun, saudaranya, Shin Su-gyeom (paman Ratu Dan-gyeong) juga dihukum mati. 
Keberhasilan kudeta pada Raja Yeonsan ini membuat Pangeran Besar Jinseong naik tahta. Awalnya, dia mengira pasukan yang mengelilingi kediamannya adalah kiriman dari kakaknya, Raja Yeonsan, untuk mengeksekusinya. Jinseong pun segera mengambil pedangnya dan bermaksud bunuh-diri, tetapi Ratu Dan-gyeong berhasil mencegahnya. Akhirnya, pasukan pemberontak yang menjemputnya itu berhasil meyakinkan dia untuk dibawa ke istana dan dinobatkan sebagai raja. Seiring dengan diangkatnya suaminya sebagai raja yang baru, Ratu Dan-gyeong pun diangkat sebagai ratu.
Ironi dari kekuasaan yang dia raih, kebersamaan Raja Jungjong dan Ratu Dan-gyeong harus berakhir. Status ratu sebagai putri dari pengkhianat kerajaan (ayahnya dieksekusi sebagai pengkhianat negara) dan keponakan dari ratu yang digulingkan membuat kedudukannya sebagai ratu terancam. Memang, semua latar belakang itu tidak lantas membuat Ratu Dan-gyeong dihukum mati, tetapi alasan-alasan itu sudah cukup untuk membuatnya diasingkan. Terlebih lagi, Ratu Dan-gyeong tidak memiliki anak. Raja Jungjong mati-matian membela ratunya dengan berbagai cara, tetapi sang raja hanya mampu melindungi dan mempertahankan ratunya selama tujuh hari. Posisi Jungjong saat itu sangat lemah sebab dia adalah raja yang dinobatkan oleh para pemberontak sehingga pemerintahannya sangat dipengaruhi oleh para pemberontak itu. Pada tanggal 9 September 1506, Ratu Dan-gyeong diturunkan dari tahtanya dan diasingkan, dan semua gelarnya dilucuti. Walaupun sudah berusaha keras dan berjuang mengembalikan Dan-gyeong ke istana seumur hidupnya tetapi Jungjong tidak pernah mampu mengembalikan Ratu Dan-gyeong keatas tahta ratu, atau mengakhiri masa pengasingannya, hingga Jungjong meninggal. Tetapi, tampaknya putra pewarisnya, Raja Injong, sempat berusaha membawa kembali Ratu Dan-gyeong ke istana, atau setidaknya mengakhiri masa pengasingannya.
Pengasingan Ratu Dan-gyeong membuat Jungjong sangat berduka. Menurut Sillok Raja Jungjong, sesekali beliau mengunjungi tempat pengasingan Ratu Dan-gyeong untuk sekedar melihat keadaan istrinya itu, tetapi tanpa menemui Ratu Dan-gyeong. Raja Jungjong secara rutin memandang kearah tempat pengasingan Ratu Dan-gyeong, sebagai bentuk kerinduannya, hingga raja ke-11 Joseon ini meninggal. Kisah cinta mereka inilah yang mengawali Kisah Chima Bawi (치마바위) yang dimuat dalam kumpulan cerita raja-raja Joseon di kitab "Joseon Wangjo Yasa".
Sepeninggal Raja Jungjong, penerusnya, Raja Injong, datang menemui Ratu Dan-gyeong ditempat pengasingannya, tetapi tidak diketahui apa yang dibicarakan mereka berdua. Banyak yang percaya jika Injong sedang berusaha mengembalikan Dan-gyeong ke-istana, atau setidaknya mengakhiri masa pengasingannya. Tetapi, Injong meninggal lebih cepat sehingga niatnya tidak sempat diwujudkan. Tahta beralih pada adiknya, Raja Myeongjong, yang menjadi raja diusia yang sangat muda dan belum mengerti apa-apa. Ratu Dangyeong meninggal dimasa pemerintahan Raja Myeongjong. Beliau wafat pada usia 71 tahun di tempat pengasingannya pada tanggal 27 Desember 1557. Beliau meninggal 13 tahun setelah kematian Jungjong. Gelar “Ratu Dan-gyeong” sebenarnya bukan gelar keratuannya semasa dia menduduki tahta ratu. Gelar itu diberikan oleh Raja Yeongjo (ayah Pangeran Sado) sebagai penghormatan dan untuk merehabilitasi namanya. Ratu Dan-gyeong dipulihkan statusnya sebagai seorang ratu oleh Raja Yeongjo sebab semasa pemerintahan Jungjong, beliau tidak pernah dianggap sebagai seorang ratu atau ratu pertama setelah dia diturunkan dari tahta. Karena tidak diakui sebagai ratu Jungjong maka dalam pemerintahan Junjong saat itu, yang diakui sebagai ratu pertamanya adalah istri keduanya, Ratu Jang-gyeong, bukan Ratu Dan-gyeong.



2.RATU JANG-GYEONG
Setelah Ratu Dan-gyeong diasingkan, Raja Jungjong mengangkat ratu lain, yang diberi gelar Ratu Jang-gyeong. Usia Ratu Jang-gyeong lebih muda tiga tahun dari Raja Jungjong. Beliau lahir pada 10 Agustus 1491. Ratu Jang-gyeong adalah putri dari Yoon Yeo-phil dari klan Papyeong Yun. Ibunya bernama Lady Park Sun-cheon. Ratu Jang-gyeong berasal dari keluarga bangsawan tinggi dan keturunan raja. Ayahnya adalah seorang bangsawan tinggi, dari kelas pangeran sebab ibunya (nenek Ratu Jang-gyeong) adalah putri dari Pangeran Besar Hyoryang (putra Raja Taejong Yi Bang-won, dan kakak Raja Sejong Yang Agung). Gelar kebangsawanan ayahnya adalah Pangeran Phawon. Sedangkan ibu Ratu Jang-gyeong adalah putri dari Park Jung-seon (ipar Raja Seongjong). Ibunya juga adalah ipar dari Pangeran Besar Wonseon (cucu Raja Sejo, salah-satu putra Putra Mahkota Uigyeong).
Ratu Jang-gyeong memasuki istana sebagai ratu pada usia 16 tahun. Dia diangkat menjadi ratu hanya beberapa bulan setelah Ratu Dan-gyeong digulingkan. Pernikahan Jungjong dengan Jang-gyeong berhasil membuahkan anak. Putri pertama mereka adalah Putri Hyohye, dan yang kedua adalah Putra Mahkota Yi Ho, yang kemudian menjadi Raja Injong.
Sayangnya, Ratu Jang-gyeong meninggal diusia muda (24 tahun) pada tanggal 16 Maret 1515, enam hari setelah beliau melahirkan putranya, Putra Mahkota Yi Ho (Raja Injong). Ratu Jang-gyeong menduduki tahta ratu selama 8 tahun.




3. RATU MUNJEONG
Sepeninggal Ratu Jang-gyeong, Jungjong pun mengangkat ratu lain yaitu Ratu Munjeong dari klan yang sama dengan klan Ratu Jang-gyeong, klan Papyeong Yun, yaitu Ratu Munjong. Ratu Munjeong adalah ratu Jungjong yang paling terkenal sebab dia adalah satu-satunya ratu Jungjong yang menjadi Ibu Suri. Dia menjabat sebagai Ibu Suri dari dua orang raja, Raja Injong dan Raja Myeongjong.
Usia Ratu Munjeong lebih muda tiga belas tahun dari Raja Jungjong. Beliau lahir pada 2 Desember 1501. Ratu Munjeong adalah putri dari Yoon Ji-im dari klan Papyeong Yun. Ibunya adalah Lady Yi. Ratu Munjeong berasal dari keluarga bangsawan tinggi. Ayahnya adalah cicit dari Yoon Sa-heun, ipar Raja Seongjong (kakak Ratu Jeonghui). Kakeknya juga adalah cucu dari Perdana Menteri Yun Beon (perdana menteri era Raja Sejo).
Ratu Munjeong memasuki istana sebagai ratu pada usia 16 tahun. Beliau diangkat menjadi ratu dua tahun setelah Ratu Jang-gyeong digulingkan. Awalnya, pernikahan Jungjong dengan Ratu Munjeong tidak mengganggu posisi Putra Mahkota Yi Ho sebab Ratu Munjeong walau memberikan banyak anak pada Raja Jungjong tetapi semuanya adalah putri. Awalnya hubungan Putra Mahkota Yi Ho dengan Ratu Munjeong sangat baik sebab dia adalah ratu yang membesarkan Putra Mahkota Yi Ho yang tidak pernah mengenal ibunya. Putra Mahkota Yi Ho juga akrab dengan semua saudari-saudarinya. Putri-putri Ratu Munjeong adalah Putri Uihye, Putri Hyosun, Putri Gyeonghyeon, dan Putri Insun. Tetapi, masalah mulai muncul ketika Putra Mahkota Yi Ho berusia 19 tahun. Saat itu, putra tunggal Ratu Munjong, Pangeran Besar Yi Hwan (calon Raja Myeongjong) lahir. Ini membuat fraksi-fraksi mulai beraksi dan mengalihkan sebagian dukungan ke Pangeran Yi Hwan sebagai penerus tahta, terutama adik-adiknya yang sangat ambisius. Para pendukung Pangeran Yi Ho juga semakin memperkuat posisi mereka masing-masing. Keadaan ini memaksa Ratu Munjeong untuk melindungi posisi putranya karena mengingat suaminya menjadi raja melalui kudeta, sehingga sangat mungkin jika terjadi kembali peristiwa pembersihan yang mengancam nyawa putranya.
Berbeda dengan Ratu Munjeong yang penuh curiga, Putra Mahkota Yi Ho adalah seorang pangeran berhati lembut dan mudah percaya. Dia sangat menyayangi semua adiknya termasuk Pangeran Besar Yi Hwan. Dan ini terus berlangsung hingga Putra Mahkota Yi Ho naik tahta sebagai Raja Injong, dan Ratu Munjeong telah diangkat sebagai Ibu Suri. Kelembutan hati Raja Injong ini menjadi celah bagi kubu Ratu Munjeong. Legenda mengatakan, adik-adik Ratu Munjeong meracuni makanan yang disajikan oleh Ratu Munjeong pada Raja Injong. Akibatnya, Raja Injong jatuh sakit dan meninggal beberapa hari kemudian. Kematian Injong menghantui Ratu Munjeong hingga kematiannya. Ratu Munjeong terpaksa pindah dari Istana Gyeongbok ke Istana Changdeok yang lebih kecil karena merasa dirinya terus dihantui oleh roh Raja Injong. Tahun yang sama setelah kematian Ratu Munjeong (5 Mei 1565), putranya, Pangeran Besar Yi Hwan, yang diangkat sebagai Raja Myeongjong, mengeksekusi mati adik Ratu Munjeong meracuni kakaknya sebagai bagian dari balas dendam sang adik atas kematian Injong. Myeongjong juga melakukan pembersihan besar-besara pada kubu yang dulu berkomplot untuk membunuh kakaknya.



4.SELIR ISTANA GYEONGBIN PARK
Selir Gyeong-bin Park adalah putri adopsi Park Won-jong, salah satu pejabat yang berjasa membuat Jungjong menjadi raja. Ayah kandung Selir Gyeong-bin bernama Park Soo-rim. Selir Gyeong-bin memberikan Jungjong seorang putra yaitu Pangeran Bokseong (lahir pada 28 September 1509 dan meninggal pada 18 Juni 1533). Pangeran Bokseong adalah putra tertua Raja Jungjong, tetapi dia tidak bisa menjadi raja karena dia adalah putra selir. Pangeran Bokseong lebih tua 6 tahun dari Putra Mahkota Yi Ho (Raja Injong). Beliau memiliki dua orang adik perempuan yaitu Putri Hyesun dan Putri Hyejeong. Pangeran Bokseong adalah adik yang dekat dengan kakaknya, Raja Injong. Sayangnya, akibat konflik di istana, Pangeran Bokseong dan ibunya, Selir Gyebin Park, di-eksekusi mati karena berhasil dijebak oleh kubu Kim Anro yang korup dengan tuduhan mengancam dan ingin menggulingkan putra mahkota. Pangeran Bokseong meninggal diusia 24 tahun. Kelak, orang-orang yang menjebak Pangeran Bokseong ini juga dieksekusi mati oleh adik tiri Pangeran Bokseong, Raja Myeongjong, sebagai bagian dari rangkaian aksi balas dendamnya atas kematian Raja Injong.


5.SELIR ISTANA HEEBIN HONG
Selir Hee-bin Hong adalah putri kandung dari Hong Gyeong-ju (salah satu pejabat yang berjasa membuat Jungjong menjadi raja). Beliau memberikan Jungjong dua orang putra, yaitu Pangeran Geumwon dan Pangeran Bongseong.


6.SELIR ISTANA CHANGBIN AHN
Selir Chang-bin Ahn berasal dari klan Ansan Ahn, yang memberikan Jungjong seorang putri yaitu Putri Jeongsin, dan dua orang putra, yaitu Pangeran Yeong-yang dan Pangeran Deokheung. Putra-putranya tidak menjadi raja tetapi cucunya, putra dari Pangeran Deokheung, kelak menjadi Raja Seonjo, pengganti Raja Myeongjong.


7.SELIR ISTANA GWI-IN HAN
Selir Gwi-in Han memberikan Jungjong seorang putra tetapi meninggal saat masih kecil.


8.SELIR ISTANA SUK-UI HONG
Selir Suk-ui Hong memberikan Jungjong seorang putra yaitu Pangeran Deokyang.


9.SELIR ISTANA SUK-UI NA
Selir Suk-ui Na tidak memberikan Junjong keturunan.


10.SELIR ISTANA SUK-UI KIM
Selir Suk-ui Hong memberikan Jungjong seorang putrI yaitu Putri Sukjeong.


11.SELIR ISTANA SUK-UI HONG
Selir Suk-ui Hong memberikan Jungjong seorang putra yaitu Pangeran Hae-an.


12.SELIR ISTANA SUK-UI YI
Selir Istana Suk-ui Yi memberikan Jungjong seorang putra yaitu Pangeran Deokyang


13.SELIR ISTANA SUKWON YI
Selir So-won Yi memberikan Jungjong dua orang putri yaitu Putri Jeongsun dan Putri Hyojeong


14.SELIR ISTANA SUWON KIM
Selir Suwon Kim tidak memberikan Jungjong tidak memberikan Jungjong keturunan.



Jungjong bekerja keras sebagai raja yang baru untuk memperbaiki Joseon dari trauma di era Yeonsan-gun dengan membuka kembali Universitas Kerajaan Seonggyungwan, dan Kantor Sensor, yang fungsinya sebagai pengkritik tindakan raja. Namun di awal masa pemerintahannya, Jungjong tidak dapat memaksakan otoritasnya seperti yang ia inginkan. Ketika tiga pemimpin utama kudeta meninggal karena lanjut usia dan secara alami delapan tahun kemudian, barulah Jungjong mulai menegaskan otoritasnya dan menjalankan sebuah reformasi pemerintahan skala besar dengan bantuan Jo Gwang-jo dan para sarjana Sarim lainnya. 

Jo Gwang-jo menguatkan otonomi lokal dengan mendirikan sistem pemerintahan sendiri yang dinamakan Hyang'yak. Tulisan-tulisan Konfusius dijadikan undang-undang dan diterjemahkan ke dalam Hangul lalu didistribusikan secara luas, juga terjadi reformasi tanah yang adil, dan perekrutan orang-orang berbakat tanpa memandang status sosialnya, penegakkan hukum-hukum yang ketat sehingga pejabat tidak boleh menerima suap atau mengeksploitasi rakyat lokal pada masa itu. Raja Jungjong juga berhasil mereformasi layanan sipil. 

Namun reformasi tersebut menghadapi banyak oposisi dari para bangsawan yang konservatif yang turut memimpin kudeta pada tahun 1506. Setelah empat tahun menerapkan agenda reformis, Jungjong tiba-tiba mengabaikan program Jo Gwang-jo, mungkin karena khawatir jika nanti Jo Gwang-Jo akan menjadi terlalu kuat. 

Pada bulan November 1519, para pejabat konservatif memfitnah Jo Gwang-jo dengan tuduhan pengkhianatan. Mereka menuliskan "Jo akan menjadi raja" dengan madu di atas daun supaya ulat-ulat tetap tinggal seperti layaknya sebuah kejadian supranatural. Jungjong lalu mengeksekusi Jo Gwang-jo dengan tuduhan faksionalisme dan mengasingkan banyak pengikutnya. Akibat dari insiden ini, Raja Jungjong tidak pernah lagi mampu memerintah sendiri. Pemerintahannya diwarnai oleh pertikaian antara berbagai fraksi konservatif, setiap fraksi di dukung oleh ratu-ratu atau selir-selir raja. Putra tertua raja, Injong, kemudian dinobatkan sebagai putra mahkota. Yun Im bersaing kekuasaan dengan kedua saudara laki-laki Ratu Munjeong, Yoon Won-hyeong dan Yoon Wonro. Banyak pejabat dan sarjana berkumpul di sekitar dua pusat kekuasaan tersebut dan masing-masing kelompok menjadi fraksi politik terpisah. Fraksi Yoon Im dikenal sebagai ‘Yoon Besar’ dan fraksi Yoon bersaudara dikenal sebagai ‘Yoon Kecil’. 

Karena dinasti melemah sebagai akibat dari konflik internal, tentara asing yang telah diusir sebelumnya kembali memasuki Joseon dengan membawa kerusakan yang jauh lebih besar. 

Jungjong merupakan seorang administrator yang baik dan cakap terutama selama periode reformasi yang dipimpin oleh Jo Gwang-jo. Namun, para sejarawan menganggap bahwa ia adalah seorang raja yang lemah dan terlalu mudah digoyahkan, baik oleh Jo Gwang-jo maupun para menteri konservatif yang mengangkatnya menjadi Raja.

Tokoh-tokoh terkenal pada masa pemerintahan Jungjong sebagai raja Joseon adalah:
- Dae Jang-geum. Jang Geum adalah salah satu dokter pribadi Raja Jungjong. Sebelumnya Korea tidak pernah memiliki tabib wanita sebagai tabib kerajaan sebelum dan setelah era Jungjong, bahkan hingga era presidensial sekarang ini.

- Jo Gwang-jo

- Hwang Jin-i. Dia adalah gisaeng yang paling terkenal dalam sejarah Joseon.

- Seo Gyeong-deok. Beliau adalah seorang sarjana terkenal abad pertengahan yang lahir pada tahun 1489. Dia mendirikan ruang studi di sekitar kawasan 'Hwadam' untuk memusatkan pikirannya pada penelitian ilmu pengetahuan, sehingga dia lebih terkenal sebagai nama penanya, yaitu 'Hwadam.'


Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada jamannya adalah:
Ratu pertama Jungjong diasingkan.
- Reformasi besar-besaran dihampir seluruh sektor pemerintahan
- Tersusunnya undang-undang baru berdasarkan paham Konfusius
- Jo Gwang-jo dihukum mati pada tahun 1519
- Pembersihan Sastrawan Ketiga tahun 1519 atau pembunuhan massal para sarjana Gimyo.
- Tergulingnya pejabat korup Kim Anro pada tahun 1524.
Kim Anro dieksekusi oleh dua saudara laki-laki Ratu yang baru, Yun Wonro dan Yun Wonhyeong
Selir Park dan putranya, Pangeran Beokseon dieksekusi pada tahun 1527, akibat aksi balas dendam dari pengikut Kim Anro
- Bajak laut Wokou dan kapal penyerang musuh masuk menjarah wilayah pesisir selatan
- Suku Jurchen menyerang perbatasan di utara
- Dae Jang Geum diangkat sebagai tabib wanita pertama di Korea 


Di awal reformasinya, Jungjong mendukung publikasi banyak buku, namun publikasi tersebut dihentikan setelah pembersihan sastrawan pada tahun 1519. Di masa akhir pemerintahannya, ia menyadari pentingnya pertahanan dan mendukung pelayanan militer dan meningkatkan pertahanan Joseon.  

Raja Jungjong meninggal pada tanggal 29 November 1544 pada usia 56 tahun.

Raja Jungjong memerintah Joseon saat Raja Henry VIII dari wangsa Tudor memerintah Inggris. Beliau juga menjadi raja Joseon pada masa yang sama ketika Raja Francis I memerintah PrancisJungjong juga memerintah sebagai raja Joseon ketika Selim I menjadi sultan Ottoman yang lalu digantikan oleh Sulaiman I. Raja Jungjong juga berkuasa ketika Vasily III digantikan oleh Ivan IV sebagai penguasa Rusia, dan saat Raden Patah digantikan oleh Pati Unus sebagai sultan Demak. Jungjong juga masih menjadi raja Joseon ketika Pati Unus dengan gagah berani menyerang Portugis di Malaka, dan ketika Pati Unus yang berani itu digantikan oleh Sultan Trenggana sebagai Sultan Demak. Jungjong juga adalah Raja Joseon ketika Sultan Bayanullah digantikan oleh Sultan Abdullah sebagai sultan Ternate, dan juga ketika kesultanan Samudra Pasai ditaklukkan oleh Portugis. Ia juga adalah Raja Joseon ketika Raja Carlos I menjadi penguasa Spanyol dan saat Joao III menjadi raja Portugal.

Beberapa Aktor yang memerankan Raja Jungjong

Kisah tentang Raja Jungjong telah banyak diceritakan dalam drama dan film namun yang paling terkenal adalah dalam drama seri Korea berjudul "Jewel In The Palace" atau "Dae Jang Geum" yang dibintangi oleh dan Lee Young Ae, juga dalam "Hwang Jin-i", dan dalam "Mandate Of Heaven". Dia juga sempat muncul dalam film "The Treacherous" (dibintangi oleh Joo Ji-hoon dan Kim Kang-woo). Beliau juga adalah raja dalam drama "Queen For Seven Days".






RAJA  INJONG 

Raja Injong lahir pada tanggal 10 Maret 1515 dengan nama Yi Ho dan bertahta pada tahun 1544–1545. Beliau adalah Raja Joseon ke-12. Ayahnya adalah Raja Jungjong, dan ibunya adalah Ratu Janggyeong. Ia menjadi putra mahkota pada tahun 1520 dan mewarisi tahta setelah kematian ayahnya pada tahun 1544. Injong hanya bertahta selama 9 bulan. Ia merupakan Raja Joseon yang masa pemerintahannya paling singkat. Injong tercatat hanya memiliki seorang istri yaitu Ratu Insoo dari klan Naju Park, mereka tidak memiliki anak. Raja Injong dikenal sebagai "raja yang paling lembut" dalam sejarah Joseon karena dia berusaha memulihkan nama baik orang-orang yang mengalami ketidak-adilan, juga mengampuni dan merangkul banyak orang meskipun dia tahu bahwa orang-orang itu selalu menjadi musuhnya.

Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada jamannya: 
- Nama baik Jo Gwang-jo dipulihkan 
- Perekrutan kembali para sarjana Sarim yang menolak untuk terjun ke dalam politik setelah peristiwa Pembersihan Sastrawan Ketiga Tahun 1519. 

Injong dikenal dalam sejarah Korea sebagai seorang raja yang berhati lembut, namun dia juga dinilai oleh para sejarawan sebagai seorang raja yang jauh lebih berani dari ayahnya. Injong mungkin adalah raja pertama Joseon setelah Raja Sejong Yang Agung yang berpikiran terbuka dan anti-konservatif. Ia adalah peletak dasar bagi kebijakan-kebijakan reformasi yang kelak akan dilakukan oleh Raja Myeongjong dan Raja Seonjo. Para sarjana menaruh harapan besar pada Injong atas terciptanya perubahan yang sistematis di Joseon. Raja muda ini sangat ambisius, dan mencoba melakukan reformasi pada saat pemerintah sedang penuh dengan korupsi dan mewarisi reformasi yang gagal selama pemerintahan ayahnya. Ia berusaha untuk merekonstruksi negara yang dihancurkan oleh Yeonsan-gun. Wataknya jauh lebih tegas dari ayahnya dan sulit untuk dipengaruhi. Namun, Injong sering sakit. Dia meninggal pada tanggal 8 Agustus 1545 pada usia 30 tahun, hanya 9 bulan setelah naik tahta. Ia tidak sempat merealisasikan ide-ide reformasi-nya.

Beberapa sejarawan percaya bahwa Injong diracuni oleh faksi Yun Kecil, yang dipimpin oleh Yun Won-Hyung, agar adik tiri Injong mewarisi tahta. Banyak pihak yang menyesali langkah Injong yang memilih untuk tidak memberantas lawan-lawan politiknya. Berdasarkan catatan sejarah, Injong jatuh sakit yang lama kelamaan semakin parah tepat setelah dia memakan Tteok (sup kue beras) yang diberikan oleh Ratu Munjeong. Banyak orang menduga, para lawan politik Injong memasukkan racun kedalam sup beras tersebut, Catatan sejarah juga menyebutkan bahwa Ratu Munjeong merasa sering melihat roh-roh halus di malam setelah kematian Injong, ratu pun seperti melihat arwah Injong berteriak padanya dengan pilu karena sang ratu tidak pernah mau menjadi ibunya hingga kematiannya. Hal ini membuat sang Ratu ketakutan dan memutuskan untuk pindah dari Istana Gyeongbok ke Istana Changdeok.

Raja Injong yang terkenal berhati lembut diketahui sangat menyayangi adik tirinya, Yi Hwan (Raja Myeongjong). Yi Hwan yang masih muda belia dan Injong yang belum memiliki keturunan menjadi dekat dan akrab, dan sering bertemu, atau mengunjungi satu sama lain. Inilah yang kemudian membuat Yi Hwan membalas dendam pada Yun Wo-Hyeong dengan mengeksekusinya saat Yi Hwan menjadi raja menggantikan Injong, padahal Yun Wo-Hyeong berperan besar dalam membantu Ratu untuk membuat Yi Hwan menjadi raja.

Raja Injong memerintah Joseon diakhir masa pemerintahan Raja Henry VIII dari wangsa Tudor sebagai raja Inggris dan diakhir pemerintahan Raja Francis I dari PrancisInjong juga memerintah sebagai raja Joseon ketika Sulaiman I masih menjadi sultan Ottoman. Raja Injong juga berkuasa diakhir masa pemerintahan Ivan IV sebagai penguasa Rusia, dan diakhir masa pemerintahan Sultan Trenggana sebagai Sultan Demak. Injong juga adalah Raja Joseon ketika Sultan Khairun Jamil menjadi sultan Ternate, dan ketika kesultanan Tidore masih diperintah oleh Sultan Kiyai Mansur. Ia juga adalah Raja Joseon ketika Raja Carlos I masih menjadi penguasa Spanyol.


Aktor yang memerankan Raja Injong

Kisah tentang Raja Injong dapat anda tonton di drama seri Korea berjudul "MANDATE OF HEAVEN" yang menggambarkan situasi sebelum dan saat Raja Injong memerintah, dimana Raja Injong diperankan oleh Lim Seulong (2AM), drama ini dibintangi oleh Lee Dong-wook dan Song Ji-hyo. Tokoh Injong juga sempat muncul dalam drama "Mirror of The Witch" yang dibintangi oleh Yoon Shi-yoon dan Kim Sae-ron.

Injong juga sering dimunculkan dalam drama dengan latar era Raja Jungjong. Ia adalah putra mahkota dalam drama "Jewel In The Palace" (Dae Jang Geum). 






RAJA  MYEONGJONG 

Raja Myeongjong adalah raja Joseon ke-13. Beliau lahir pada tanggal 3 Juli 1534 dengan nama Yi Hwan, dan bertahta pada tahun 1545–1567. Ia adalah putra kedua Raja Jungjong, dengan Ratu Munjeong, yang merupakan ratu ketiga Jungjong. Myeongjong adalah salah-satu raja Joseon yang menjadi raja tanpa pernah menjadi seorang Seja (putra mahkota). Saat masih menjadi pangeran, dia bergelar "Pangeran Besar Gyeonghyeon". Ia menjadi raja di usianya yang ke-12 setelah kematian saudara tirinya, Raja Injong. Karena ia terlalu muda, Ratu Munjeong memerintah negara tersebut sebagai walinya. Raja Myeongjong hanya memiliki seorang istri yaitu Ratu Insoon dari klan Cheongson Shim. Raja Myeongjong dikenal sebagai "raja yang ambisius tapi bernasib malang".

Raja Myeongjong adalah raja yang bijak pada masa-masa kekacauan. Ia melanjutkan rencana-rencana reformasi yang dicetuskan oleh kakaknya, Injong. 

Terdapat dua fraksi politik pada saat Myeongjong berkuasa; Yoon Besar, yang dipimpin oleh Yoon Im, yang merupakan paman maternal Injong, dan Yoon Kecil, yang di pimpin oleh kedua paman maternal Myeongjong, Yoon Won-hyeong dan Yoon Wonro. Setelah kematian Injong pada tahun 1545, Yoon Kecil menggantikan Yoon Besar sebagai mayoritas di dalam istana kerajaan dan dengan brutal menyingkirkan lawan. Yoon Im di eksekusi, begitu pula dengan banyak dari pengikutnya. Pada tahun 1546, Yoon Won-hyeong mendakwa abangnya, Yoon Won-ro, yang di eksekusi beberapa hari kemudian bersama dengan para pengikutnya. Yoon Won-hyeong menjadi Menteri Interior pada tahun 1548, Wakil Perdana Menteri pada tahun 1551 dan akhirnya Perdana Menteri pada tahun 1563. 

Dibalik pemerintahan Yun Won-hyeong yang kejam, saudarinya, Ratu Munjeong (Ibu raja) merupakan seorang administrator yang baik dan bijak. Ratu mendistribusikan bekas tanah yang tadinya dimiliki oleh para bangsawan, ia tetap memerintah meskipun raja telah berusia 20 tahun. 

Setelah kematian Ratu Munjeong, raja memerintah kerajaan sendiri. Raja berjuang memberantas korupsi dan mengusir pasukan asing juga memadamkan pemberontakan, dan juga membersihkan orang-orang yang dia duga bertanggung-jawab atas kematian kakaknya, Injong. Myeongjong merupakan adik kesayangan dari Injong, meskipun mereka berdua sadar saat itu sedang terjadi persaingan dalam perebutan tahta yang bergolak dibelakang mereka. pergolakan inilah yang diduga menjadi penyebab kematian Injong, kakak yang dihormati dan disayanginya. Injong diduga diracun atas perintah saudara-saudara ibunya. Kedekatan Injong dan Myeongjong diduga kuat menjadi penyebab Myeongjong menyingkirkan paman-pamannya. Meskipun saat itu dia masih remaja, dia diduga mengetahui kegiatan para pendukungnya yang kemungkinan menghasut agar terjadi konflik antara kedua pamannya agar mereka saling menjatuhkan. Pada akhirnya, pamannya Yun Won-ro dieksekusi mati oleh pamannya yang lain, Yun Wo-hyeong. Ia lalu meng-eksekusi mati Yun Wo-Hyeong melalui kelemahan yang dilakukan oleh sang paman, yaitu korupsi. Kedua pamannya inilah yang diduga meracuni kakaknya, Injong.

Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada jamannya adalah: 
-Pembersihan Sastrawan Keempat Tahun 1545 termasuk Paman Raja Injong, Yun Im, oleh fraksi Yun Kecil.
-Paman Raja, Yoon Won-ro, dieksekusi pada tahun 1546 akibat didakwa oleh saudara kandungnya sendiri Yun Wo-Hyeong, kemungkinan atas campur tangan raja.
-Pasukan Jurchen dan Jepang menyerang Joseon
-Selir ayahnya, Chang-bin Ahn (ibu dari Pangeran Deokheung, nenek dari Raja Seonjo) meninggal pada tahun 1549.
-Im Kkeok-jeong, pemimpin pemberontak dihukum mati pada tahun 1552.
Im Kkeok-jeong adalah seorang perampok yang terkenal sebagai Robin Hood-nya Joseon. Dia lalu dianggap sebagai pemberontak dan ditangkap didaerah utara. Hingga kini dia dikenal sebagai tokoh protagonis bukan seorang tokoh yang jahat.
-Kematian Putra Mahkota Sunhoe pada tahun 1563. Putra Mahkota Sunhoe adalah putra tunggal raja.
- Ibunda raja, Ratu Dowager Munjeong wafat pada tanggal 29 Desember 1565.
- Paman Raja, Yun Wo-Hyeong dan istri kedua pamannya, Jeong Nan-jeong, dieksekusi oleh Raja dengan tuduhan korupsi.

Myeongjong mencoba untuk mereformasi pamerintahan setelah ia memerintah sendiri dengan memanggil dan menempatkan kembali para sarjana Sarim yang dibuang ke pengasingan saat peristiwa pembersihan para sastrawan. Ia wafat pada tanggal 3 Agustus 1567 (2 tahun setelah kematian ibunya) di usia 33 tahun, tanpa memiliki keturunan laki-laki. Raja Seonjo, keponakan tirinya, diangkat menjadi pewaris tahta.

Raja Myeongjong memerintah Joseon dimasa yang sama dengan Raja Edward VI dari wangsa Tudor sebagai raja Inggris, dan ketika Inggris sempat dipimpin oleh seorang ratu, yaitu Ratu  Jane. Ia juga memerintah diera yang sama dengan era Raja Henry II dan Raja Francis I yang adalah penguasa-penguasa PrancisMyeongjong juga memerintah sebagai raja Joseon ketika Sulaiman I masih menjadi sultan Ottoman, dan juga saat Feodor I menjadi penguasa Rusia. Myeongjong juga hidup dimasa yang sama dengan Jaka Tingkir (Sultan Hadiwijaya) dari Kerajaan Pajang. Myeongjong juga adalah Raja Joseon ketika Sultan Khairun Jamil masih menjadi sultan Ternate, dan ketika kesultanan Tidore masih diperintah oleh Sultan Kiyai Mansur. Ia juga adalah Raja Joseon ketika Raja Felipe II dari wangsa Habsburg menjadi penguasa Spanyol.

Aktor Yang Memerankan Raja Myeongjong

Raja Myeongjong sempat muncul dalam drama "Mandate Of Heaven" saat dia masih menjadi seorang pangeran. Dia juga adalah raja di episode-episode pertama dari drama "Mirror Of The Witch".






RAJA  SEONJO 

Raja Seonjo adalah raja Joseon ke-14. Beliau lahir dengan nama Yi Yeon pada tanggal 26 November 1552, sebagai putra ketiga dari Deokheung Daewon-gun (Pangeran Regen Deokheung), dan bergelar Pangeran Haseong. Ayahnya, Pangeran Deokheung merupakan salah-seorang putra Raja Jungjong dan Selir Chang dari klan Ahnsan Ahn. Seonjo memerintah Joseon tahun 1567-1608. Ia dimahkotai sebagai raja pada tahun 1567 saat usia 16 tahun.

Raja Seonjo adalah raja Joseon terakhir yang tinggal di istana Gyeongbok sebelum Raja Gojong memerintah.

Seonjo memiliki dua orang ratu. Ratu pertamanya bernama Ratu Ui-in (lahir pada tanggal 15 April 1555) dari klan Bannam Park. Sayangnya, sang ratu tidak memiliki keturunan, namun Seonjo tetap menunjuknya sebagai ratu hingga kematian sang ratu pada tanggal 27 Juni 1600 karena sakit. Seonjo lalu mengangkat ratu kedua yaitu Ratu Inmok, yang memberikan Seonjo seorang putri, yaitu Putri Jeongmyeong (27 Juni 1603-8 September 1685) dan juga seorang putra, yaitu Pangeran Besar Yeongchang (12 April 1606 - 19 Maret 1614).

Selain itu, Seonjo juga memiliki beberapa selir, yaitu:
- Selir Gong-bin Kim (17 November 1553 - 13 Juni 1577) dari klan Gimhae Kim. Gong-bin Kim adalah ibu dari Pangeran Imhae dan Pangeran Gwanghae (kelak akan menjadi Raja Gwanghae, pengganti Raja Seonjo)
- Selir In-bin Kim (1555 - 10 Desember 1613) dari klan Suwon Kim. Beliau adalah nenek dari Raja Injo (pengganti Raja Gwanghae). In-bin Kim memberikan Seonjo empat orang pangeran dan lima orang putri, mereka adalah Pangeran Uian (1577 - 20 Maret 1588), Pangeran Sinseong (6 Januari 1579 - 8 Desember 1592) yang meninggal di pengungsian saat invasi Jepang, Pangeran Jeongwon (ayah Raja Injo, lahir pada tanggal 2 Agustus 1580 dan meninggal pada tanggal 2 Februari 1620), Pangeran Uichang (1589 - 1645), Putri Jeongshin, Putri Jeonghye, Putri Jeongsuk, Putri Jeongan, dan Putri Jeonghwi.
- Selir Sun-bin Kim dari klan Gimhae, yang memberikan Seonjo seorang putra yaitu Pangeran Sunhwa (1580 - 1607)
- Selir Jeong-bin Min (1567 - 1626) dari klan Yeoheung Min, yang memberikan Seonjo dua putra dan tiga putri, yaitu Pangeran Inseong (1588 - 1628), Pangeran Inheung (1604 - 1651), Putri Jeongin (1590 - 1656), Putri Jeongseon (1594 - 1614), dan Putri Jeonggeun (1601 - 1613).
- Selir Jeong-bin Hong dari klan Namyang Hong, yang memberikan Seonjo seorang putra dan seorang putri, yaitu Pangeran Gyeongchang (1596 - 1644), dan Putri Jeongjeong (1595 - 1666).
- Selir On-bin Han (1581 - 1664) dari klan Cheongju Han, yang memberikan Seonjo tiga putra dan seorang putri, yaitu Pangeran Heungan (1598 - 1624), Pangeran Gyeongpyeong (1600 - 1673), Pangeran Yeongseon (1605 - 1649), dan Putri Jeonghwa (1604 - 1667).
- Selir Gwi-in Jeong
- Selir Suk-ui Jeong
- Selir So-won Yoon

Raja Seonjo adalah raja yang bijak, hanya saja pemerintahannya tercoreng oleh kehancuran Joseon akibat invasi dari Jepang. 

Raja Seonjo fokus pada perkembangan hidup rakyat biasa, juga membangun kembali negara setelah korupsi politik sisa-sisa pemerintah tiran Yeonsan-gun dan Raja Jungjong yang lemah. Ia mencela aristokrat yang korup, terutama Nam Gon. Tindakan ini membuat masyarakat umum menghormati raja, dan negara menikmati era singkat perdamaian. 

Seonjo melanjutkan reformasi politik Raja Myeongjong, dan menaruh banyak sarjana-sarjana Konfusian, termasuk Yi Hwang, Yi I, Jeong Cheol, dan Ryu Seong-ryong, di dalam kantor. Di antara para sarjana yang dipanggil Raja Seonjo ke pemerintahan adalah sarjana konservatif seperti Sim Ui-gyeom, yang juga kerabat ratu, dan Kim Hyowon, yang merupakan seorang figur pemimpin dari generasi baru para pejabat dan dipanggil atas reformasi bebasnya. Para sarjana yang mendukung Raja Seonjo mulai terpisah menjadi dua fraksi. Anggota-anggota dua fraksi tersebut bahkan tinggal di lingkungan yang sama; fraksi Sim tinggal di bagian barat kota dan pengikut Kim berada di bagian timur. Sistem politik kedua fraksi ini berlangsung selama 400 tahun, yang ironisnya juga menjadi penyebab keruntuhan dinasti Joseon. 

Mulanya anggota Fraksi Barat mendapatkan simpati dari raja, karena Sim memiliki hubungan kekeluargaan dengan ratu dan juga memiliki dukungan yang lebih besar dari para bangsawan yang kaya raya. Namun, sikap mereka atas reformasi dan juga keraguan Sim membantu Fraksi Barat mendapatkan kekuasaan sehingga Fraksi Barat kehilangan kepercayaan. Reformasi dipercepat pada masa awal dominasi Fraksi Timur, namun kemudian banyak anggota dari Fraksi Timur mulai mendesak untuk memperlambat reformasi tersebut. 

Fraksi Timur sekali lagi dibagi menjadi Fraksi Utara dan Selatan. Yu Seong-ryong memimpin fraksi Selatan ketika Fraksi Utara bahkan dibagi lebih jauh lagi setelah perdebatan atas banyak hal; Fraksi Utara Besar merupakan fraksi yang berhaluan radikal, dan Fraksi Utara Kecil memiliki sedikit pikiran untuk bereformasi daripada Fraksi Utara Kecil, namun masih lebih berhaluan radikal daripada Fraksi Selatan. Perpecahan politik itu menyebabkan negara menjadi lemah, karena jumlah dari pasukan militer juga menjadi salah satu permasalahan dalam agenda reformasi. Yi I, seorang sarjana konservatif yang netral, mendesak raja untuk meningkatkan jumlah pasukan dengan maksud mempersiapkan diri menghadapi invasi pada masa yang akan datang dari Jurchen dan Jepang. Namun kedua faksi menolak usulan Yi, dan jumlah dari pasukan justru dikurangi karena banyak yang percaya kalau masa damai akan terus berlangsung. Jurchen dan Jepang menggunakan kesempatan ini untuk mengembangkan pengaruh mereka di Asia Timur, dan menyebabkan Perang Tujuh Tahun yang juga mendasari pendirian dari Dinasti Qing di China, dimana kedua kerajaan ini akan menyebabkan kehancuran kerajaan Joseon kelak.

Tokoh-tokoh sejarah Joseon yang terkenal pada jamannya adalah: 
- Laksamana Yi Sun-sin
Laksamana paling terkenal dalam sejarah Korea. Dia dianggap sebagai salah-satu komandan laut terhebat di dunia.

- Jenderal Gwon-yul 
Salah-satu jenderal Joseon yang berperang melawan Jepang pada masa Perang Tujuh Tahun. Dia adalah salah-satu jenderal yang paling berhasil dalam sejarah dan dihormati sebagai salah-satu jenderal terbaik dia Asia dan salah jenderal terbaik di dunia di abad pertengahan.

- Heo Jun
Dokter legendaris dan dokter Joseon yang paling terkenal setelah Dae Jang-geum.



Peristiwa-peristiwa lainnya yang terjadi pada masa pemerintahan Seonjo adalah: 
-Reformasi sistem ujian dan kualifikasi pelayanan sipil, yang sebelumnya kebanyakan mengenai sastra, bukan politik atau sejarah.

-Putra raja, Pangeran Uian, meninggal pada tahun 1588 diusia 11 tahun.

-Pemulihan reputasi Jo Gwang-jo dan sarjana-sarjana yang dieksekusi pada antara tahun 1498 dan tahun 1545 selama pemerintahan Yeonsan-gun, Jungjong, dan Myeongjong

-Munculnya dua fraksi yang besar yaitu Fraksi Barat dan Fraksi Timur.

- Peristiwa Gichuk Oksa meletus pada tahun 1589 akibat pemberontakan yang dilakukan oleh Jeong Yeo-rip. Dalam pembantaian ini, lebih dari 1000 orang dihukum mati dan dipenjarakan.

-Joseon menjadi kerajaan pertama didunia yang membuat kapal perang dari besi, yang diprakarsai oleh Laksamana Yi Sun-sin.

-Delegasi dari Jepang utusan dari Hideyoshi tiba di Joseon pada tahun 1591.
Toyotomi Hideyoshi mengirim delegasinya untuk mengunjungi Raja Seonjo, dan meminta izin untuk melewati Semenanjung Korea untuk menyerang Cina, yang juga berarti perang melawan Joseon. Raja yang terperanjat menolak permintaan Jepang dan mengirim surat ke Beijing untuk memberi sinyal kepada Cina bahwa Jepang sebenarnya mempersiapkan perang berskala penuh melawan aliansi Korea-Cina. Raja Seonjo mengirimkan banyak komandan militer yang berpengalaman ke perbatasan Utara, sementara itu di bagian selatan ia harus menghadapi para pemimpin Jepang yaitu Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Ieyasu. Setelah Oda Nobunaga meninggal, Toyotomi Hideyoshi menjadi shogun dan mempersatukan Jepang. Berbeda dengan Oda Nobunaga yang lebih tertarik pada kerjasama dengan negeri asing dan mengutamakan diplomasi, Hideyoshi memilih untuk menjadi seorang agresor.

Banyak orang Korea mulai takut kalau negeri mereka akan diambil alih oleh Jepang. Para pejabat mendesak raja untuk mengirim para delegasi ke Hideyoshi, tujuan utama mereka adalah untuk mencari tahu apakah Hideyoshi sedang mempersiapkan untuk invasi atau tidak. Namun dua faksi pemerintahan tidak dapat mencapai kata sepakat mengenai kepentingan nasional ini sehingga sebuah persetujuan dibuat dan satu delegasi dari setiap faksi dikirim ke Hideyoshi. Ketika para utusan itu kembali ke Korea, laporan mereka justru menambahkan kontroversi dan kebingungan. Hwang Yun-gil, dari faksi Barat, melaporkan kalau Hideyoshi sedang meningkatkan jumlah pasukannya dalam jumlah yang sangat besar, tapi Kim Seong-il, dari faksi Timur, memberitahu Raja kalau ia pikir pasukan yang besar ini tidak untuk digunakan berperang melawan Korea melainkan untuk mempercepat reformasi dan untuk mencegah pelanggaran hukum dan menekan para bandit yang sekarang berkeliaran di pedesaan. Karena faksi Timur memiliki lebih banyak suara di pemerintahan pada waktu itu, laporan dari Hwang diabaikan dan Seonjo memutuskan untuk tidak bersiap-siap perang, walaupun sikap dari Hideyoshi di suratnya yang dikirim kepada Seonjo dengan jelas menunjukkan hasratnya untuk menaklukkan Asia termasuk Joseon.

Saat laporan baru tiba yang memberitahu raja bahwa pasukan Jepang telah terlihat dipantai-pantai Joseon, Raja lalu memerintahkan untuk membangun dan memperkuat banyak benteng di wilayah pesisir dan mengirim para jenderalnya, Sin Rip dan Yi Il ke pantai selatan untuk mempersiapkan perang, namun semuanya sudah terlambat.

-Awal perang besar dengan Jepang (Perang Tujuh Tahun).
Pada tanggal 13 April, 1592, armada pertama Jepang (sekitar 700 kapal) di bawah pimpinan Konishi Yukinaga menyerang Korea. Konishi dengan mudah membakar Benteng Busan dan Benteng Donglae, membunuh komandan Jeong Bal dan Song Sang-hyeon, dan menuju ke arah utara. Pada hari berikutnya datang pasukan lebih banyak di bawah pimpinan Kato Kiyomasa dan Kuroda Nagamasa, dan menuju ke arah Hanyang. Armada Jepang yang besar di bawah pimpinan Todo Takatora dan Kuki Yoshitaka membantu mereka dari laut. Jenderal Yi Il menghadapi Kato Kiyomasa di dalam Perang Sangju, yang dimenangkan oleh Jepang. Kemudian Yi Il bertemu Jenderal Sin Rip, namun gabungan pasukan mereka juga dikalahkan di dalam Perang Ch'ungju oleh Kato Kiyomasa.

Seonjo lalu menunjuk Jenderal Kim Myeong-won sebagai Kepala Komandan dan Panglima Tertinggi, dan memerintahkannya untuk mempertahankan ibukota bersama dengan Putra Mahkota Gwanghae sebagai penguasa de facto/in action Joseon. Raja pindah ke Pyongyang, karena Jepang mulai merebut ibukota. Ia kemudian pindah lebih jauh lagi ke utara ke kota perbatasan Uiju tak lama sebelum Pyongyang jatuh. Ketika raja absen dari ibukota, banyak orang yang telah kehilangan harapan di dalam pemerintah merampok istana dan membakar banyak gedung-gedung publik. Ini mengakibatkan lebih banyak kerusakan. Meskipun pasukan terus kehilangan orang dan perang, angkatan laut berhasil memotong sumber bahan dari laut.

Laksamana Yi Sun-sin mengalahkan armada Jepang beberapa kali dan melakukan banyak kerusakan atas kapal-kapal penyalur bahan. Dengan angkatan laut yang memblokir bahan, pasukan Cina di bawah Jenderal Li Rusong tiba, dan mulai mendorong Jepang ke arah selatan, akhirnya merebut kembali Pyongyang. Konishi Yukinaga berhasil menahan kemajuan Cina di dalam Perang Byeokjegwan, dan mencoba kembali untuk mendorong Korea ke arah utara, namun pukulan penting datang lewat Perang Hangju, dimana Jenderal Gwon Yul mengalahkan Jepang dengan kekuatan yang jauh lebih kecil. Jepang kemudian memutuskan untuk memasuki negosiasi damai, ketika kedua belah pihak masih melanjutkan perangnya. Selama negosiasi ini Korea mengambil kembali Seoul, namun istana-istana seluruhnya telah terbakar habis, kemudian Seonjo memperbaiki satu dari rumah-rumah kuno milik keluarga kerajaan dan menamakannya Deoksu-gung, menjadikannya sebagai salah satu istana resminya.

-Putra raja, Pangeran Sinseong meninggal di pengungsian pada masa Perang Tujuh Tahun pada tahun 1592 diusia 13 tahun karena sakit.

-Selir kakeknya, Raja Jungjong, yaitu Selir Hee-bin Hong, meninggal pada tahun 1581 diusia 87 tahun.

-Armada Kedua Jepang tiba dan menyerang Joseon lagi pada tahun 1597 (Akhir Perang Tujuh Tahun).
Negosiasi damai antara Cina dan Jepang berakhir tanpa hasil, karena kurangnya pengertian antara kedua belah pihak dan mis-interpresentasi bangsa Korea. Jepang mencoba untuk merebut Hanyang baik dari rute darat dan laut. Mulanya rencana itu kelihatannya berjalan lancar ketika Todo Takatora mengalahkan Laksamana Won Gyun di Perang Chilchonryang, namun rencana itu gagal ketika angkatan laut Korea dibawah Laksamana Yi Sun-sin berhasil mengalahkan armada Jepang dibawah pimpinan Todo Takatora di dalam Perang Myeongnyang dengan hanya 13 kapal. Hasil dari pertempuran itu mengakhiri perang selama 7 tahun, dan pada tahun 1598 Jepang akhirnya mundur dari Korea setelah kematian mendadak Toyotomi Hideyoshi. Perang Noryang menandai akhirnya perang tersebut, dengan pasukan terakhir dibawah pimpinan Konishi Yukinaga meninggalkan Korea. Perang ini merupakan perang terbesar Joseon. Perang di sungai Imjin dan juga perang Myeongnyang merupakan salah satu perang bahari terbesar dalam sejarah dunia.

-Penculikan Para Seniman Joseon oleh Jepang.
Penculikan ini termasuk penculikan terhadap pengrajin ternama yaitu Yi Sam-pyeong. Pada era Joseon, pembuatan keramik dilaksanakan oleh kalangan rendah, oleh karena itu tahun kelahiran atau kampung halaman dari Yi Sam-pyeong tidak diketahui, melainkan hanya diperkirakan mungkin lahir di kota Gongju, Chungcheong Selatan. Sebenarnya, Yi Sam-pyeong adalah orang yang diculik oleh gubernur Saga, Nabeshima Naoshige yang dikirim ke Joseon pada tahun 1598 saat berlangsungnya invasi Jepang ke Joseon. Pada abad ke-16, Jepang ingin merampas teknologi terunggul di bidang pembuatan keramik yang hanya dimiliki oleh Joseon dan kerajaan Ming, Cina lewat kedua kali invasi ke Joseon dan untuk itu, mereka menangkap sekian banyak pengrajin keramik Joseon sebagai tahanan. Dengan demikian, Yi Sam-pyeong juga dibawa ke Jepang dan bekerja selama beberapa tahun dengan menantu dari Nabeshima, Yasutoshi Taku. Setelah itu, Yi pindah ke daerah Arita dan menetap di sana. Gubernur Nabeshima yang sangat mempesona pada penampilan keramik itu memberikan dukungan penuh ke pihak tempat kerja Yi Sam-pyeong dan setelah itu, sekian banyak tungku perapian bermunculan di daerah Arita. Akhirnya, Yi Sam-pyeong mendapat kehormatan tinggi sebagai ‘dewa keramik’ bagi masyarakat Jepang. Keramik yang berasal dari Arita yang didasarkan pada teknologi Yi Sam-pyeong menjadi keramik yang mewakili Jepang dan mengibarkan namanya di dunia setelah mulai diekspor ke beberapa negara di Eropa sejak tahun 1660. Keramik Arita yang memiliki pola halus, warna mewah dan bentuk indah semakin terkenal di Eropa, dan hal tersebut menjadi dinamika agar keramik Jepang memperoleh gengsi sedunia.

-Putra raja, Pangeran Sunhwa, meninggal pada tahun 1607 diusia 27 tahun. Pangeran Sunhwa adalah salah satu dari putra raja Seonjo yang sempat ditawan dan disiksa oleh pasukan Jepang. Saat itu Pangeran Sunhwa di tawan bersama dengan Pangeran  Imhae, mereka berdua lalu diselamatkan oleh pasukan yang dipimpin oleh Pangeran Gwanghae (Raja Gwanghae). Ketika ditawan, Pangeran Sunhwa masih berusia 12 tahun.


Terlepas dari semua upaya yang diletakkan Seonjo selama perang, seperti membangun fasilitas pelatihan militer dan reformasi hukum pajak, (rakyat diberikan hadiah dengan kenaikan kelas sosial, pembebasan tenaga kerja atau kejahatan ditukar dengan pembayaran pajak atas beras), perang meninggalkan tanah yang hancur dan orang-orang yang kelaparan. Setelah perang, keinginan untuk merekonstruksi negara terganggu oleh kekacauan politik yang disebabkan oleh faksi-faksi politik dan memerangi kelaparan. Raja Seonjo yang kehilangan harapan untuk memerintah negara tersebut membiarkan Putra Mahkota Gwanghae-gun menggantikan tempatnya. Namun, ketika ratu melahirkan seorang putra suksesi juga menjadi masalah yang dipertentangkan karena Gwanghaegun merupakan putra kedua Lady Kim, selir raja. Raja Seonjo meninggal pada tanggal 16 Maret 1608 pada usia 56 tahun.

Raja Seonjo memerintah Joseon dimasa yang sama dengan Ratu Elizabeth I yang termasyur itu memerintah sebagai ratu Inggris. Ia juga memerintah diera ketika wangsa Bourbon menjadi penguasa Prancis dengan raja pertama yaitu Raja Henry IVSeonjo juga memerintah sebagai raja Joseon ketika Mehmed III digantikan oleh Ahmed I sebagai sultan Ottoman, dan juga saat Boris I menjadi penguasa Rusia. Seonjo juga hidup dimasa yang sama ketika Panembahan Senopati menjadikan Kerajaan Mataram sebagai kerajaan yang merdeka dan menjadi Raja Mataram. Seonjo juga adalah Raja Joseon ketika Sultan Said Barakat Syah menjadi sultan Ternate, dan ketika kesultanan Tidore diperintah oleh Sultan Zainuddin. Ia juga adalah Raja Joseon ketika Raja Felipe menjadi Raja Portugal (dengan gelar Raja Felipe II) dan raja Spanyol (dengan gelar Felipe III dari Aragon dan Felipe II dari Kastilia). Seonjo juga memerintah dimasa yang sama ketika Sanphet I mengawali pemerintahan dinasti Sukothai di kerajaan Ayuthaya, Thailand. Ia juga adalah raja yang memerintah Joseon ketika Mateo Ricci menginjakkan kakinya ke Tiongkok dan memulai kegiatan missionari disana.


Aktor yang memerankan Raja Seonjo

Drama dan film yang menceritakan tentang raja Seonjo sebagian besar menceritakan tentang invasi militer Jepang ke Korea. Namun raja Seonjo juga sering diceritakan dalam drama dan film yang menceritakan tentang Gwanghae-gun, putra-nya yang termasyur. Kisah tentang invasi Jepang pada masa pemerintahan Raja Seonjo dapat anda nonton dalam film fenomenal "The Admiral:Roaring Current", yang dibintangi oleh Choi Min-sik (Sebagai Laksamana Yi Sun-sin). Kisah invasi Jepang juga menjadi latar dalam film "Blades Of Blood" yang dibintangi oleh Cha Seung Won. Raja Seonjo juga adalah raja dalam drama "The King's Face" yang menceritakan tentang Raja Gwanghae saat masih menjadi pangeran. Dia juga adalah raja dalam "West Palace" (diperankan oleh Kim Suk-ok), "Hur Jun: The Original Story" (diperankan oleh Jeon No-min), dan "Jungyi, the Goddess of Fire", "Hwanjung", dan juga raja terakhir dalam drama "Mirror of the Witch" yang dibintangi oleh Yoon Shi-yoon dan Kim Sae-ron. Drama terkenal "Legend Of The Blue Sea" juga mengambil latar pemerintahannya dalam setiap adegan flashback masa lalu para tokoh dalam drama itu.





RAJA  GWANGHAE (GWANGHAE-GUN) 

Gwanghae-gun adalah raja Joseon ke-15. Beliau lahir pada tanggal 3 Juni 1574 dan meninggal pada tanggal 7 Agustus 1641. Ia bertahta bertahta pada tahun 1608–1623. Nama aslinya adalah Yi Hon. Karena ia digulingkan oleh sebuah kudeta ia tidak memiliki sebuah nama kuil. Dalam sejarah Joseon dan Korea, Raja Gwanghae terkenal sebagai "diplomat ulung" dan juga sebagai seorang "negosiator terbaik" dalam sejarah Joseon karena ia mampu membuat seluruh tentara dinasti Ming angkat kaki dari Korea setelah perang Imjin, dan menyelamatkan Joseon dari serbuan Manchu, juga mampu memulihkan hubungan diplomatik dengan Jepang melalui melalui kemampuan negosiasinya.

Setelah perang Imjin, Raja Gwanghae justru lebih dihormati oleh seluruh rakyat Joseon ketimbang ayahnya, Raja Seonjo padahal saat itu dia masih seorang pangeran. Hal itu dikarenakan Gwanghae-gun adalah orang yang menggantikan ayahnya sebagai pemimpin de facto Joseon dan berperang dengan Jepang untuk mempertahankan ibukota disaat ayahnya dan sebagian besar saudara-saudaranya melarikan diri dari ibukota. Pada era modern, Raja Gwanghae menjadi teladan bagi setiap pemimpin di Korea agar tidak meninggalkan rakyat dan anggota-anggotanya meskipun pada saat yang paling sulit.

Gwanghae-gun merupakan putra kedua Raja Seonjo yang lahir dari seorang selir, Lady Gong. Ia menikahi Lady Ryu. Ketika Jepang menyerang Korea untuk menaklukan Kerajaan Ming, ia dilantik sebagai Putra Mahkota. Ketika raja melarikan diri dari ibukota, ia memimpin sebagian perwira militer Istana dan menyusun pertahanan untuk melawan invasi Jepang. Selama dan setelah perang 7 tahun (1592–1598), ia bertindak sebagai seorang pemimpin de facto dari Dinasti Joseon menggantikan Raja Seonjo yang harus melarikan diri. Ia memimpin peperangan dan mengurus rekonstruksi negara setelah perang yang menghancurkan Joseon. Gwanghae adalah satu dari sedikit raja-raja Joseon yang pernah bertindak sebagai penguasa de facto Joseon ketika masih menjadi putra mahkota.

Segera setelah Jepang berhasil dikalahkan, Raja Seonjo kembali mengukuhkan Gwanghae sebagai Putra Mahkota. Pengukuhan Gwanghae sebagai Putra Mahkota ditentang oleh Kaisar Ming yang lebih memilih Pangeran Imhae sebagai penerus Seonjo, namun Seonjo tetap pada pendiriannya.

Meskipun telah menjadi Putra Mahkota, posisinya masih belum stabil. Ia masih memiliki seorang kakak laki-laki, Imhae-gun (Pangeran Imhae) yang bukan seorang yang cakap dan seorang adik laki-laki, Pangeran Besar Yeongchang, anak yang sah dari Ratu yang didukung oleh Fraksi Utara Kecil. Gwanghae-gun beruntung karena kematian mendadak dari Raja Seonjo yang tidak memungkinkan putera kesayangannya, Yeongchang untuk mewarisi tahta. Fraksi Utara Besar adalah pemegang kekuasaan mayoritas selama pemerintahan Gwanghae-gun.

Meskipun memiliki banyak selir, namun Gwanghae hanya memiliki seorang ratu dan dua orang anak. Ratu Gwanghae bernama Ratu Munseong dan klan Yu, yang memberikannya dua orang anak yaitu Putra Mahkota Ji dan seorang putri. Gwanghae juga memiliki beberapa selir, meskipun mereka tidak memberikan Gwanghae keturunan. Mereka adalah:
- Selir So-ui Hong
- Selir So-ui Yoon (putri dari Yoon Hong-eop)
- Selir Suk-ui Heo
- Selir Suk-ui Won
- Selir Suk-ui Kwon
- Selir So-yong Im
- Selir So-yong Jeong
- Selir Suk-won Sin
- Selir Suk-won Sim
- Selir Gung-in Jo
- Selir Sang-gung Lee
- Selir Sang-gung Kim (Kim Gae-ssi), yang sebelumnya merupakan calon selir ayahnya, Raja Seonjo (mirip cerita dalam drama The King's Face)
- Selir Sang-gung Choi



Tokoh-yokoh terkenal pada masa pemerintahannya adalah:

- Jenderal Im Gyeo-Eop
Salah satu jenderal yang berjasa pada masa Peran Tujuh Tahun dan perang melawan Manchu. Dia adalah jenderal yang paling setia pada Raja Gwanghae.

- Pangeran Besar Yeongchang
Adik tiri Raja Gwanghae. Putra Ratu Inmok. Seharusnya dia adalah pewaris sah tahta Joseon tapi ayahnya terlanjur meninggal sebelum memperbaharui wasiat tentang pewaris tahta.

- Pangeran Besar Imhae
Kakak kandung Raja Gwanghae. Dia adalah pangeran yang ceroboh dan tidak disukai oleh para bangsawan.

- Putri Jeongmyeong
Kakak kandung Pangeran Besar Yeongchang.

- Tabib Istana Heo Jun
Dokter legendaris dan dokter Joseon yang paling terkenal setelah Dae Jang-geum.

- Selir Kim Gae-shi
Salah satu selir Raja Gwanghae yang dulunya adalah selir ayahnya.


Banyak sekali peristiwa-peristiwa terkenal dalam sejarah yang terjadi dijamannya, diantaranya:
-Pemulihkan hubungan diplomatik dengan Jepang pada tahun 1609.
-Eksekusi mati atas Yu Yeong-gyeong dari Fraksi Utara Kecil oleh Jeong In-hong (kepala Fraksi Utara Besar) karena menyembunyikan dokumen kerajaan dari Raja Seonjo, yang isinya adalah penunjukkan Gwanghae-gun sebagai pewaris tahta.
-Kakak kandung Raja Gwanghae, yaitu Pangeran Imhae, dieksekusi mati oleh Fraksi Utara Kecil pada tanggal 3 Juni 1609 diusia 37 tahun dengan alasan mengancam takhta.
-Selir ayahnya, Raja Seonjo, yaitu selir In-bin Kim (ibu Pangeran Sinseon dan Pangeran Jeongwon, dan nenek dari Raja Injo)  meninggal pada tanggal 10 Desember 1613 diusia 58 tahun.
-Pada tahun 1613, Pangeran Yeongchang dibuang ke pengasingan dan kemudian dibunuh setahun kemudian, yaitu pada tanggal 19 Maret 1614 oleh Fraksi Utara Besar. Kakeknya, Kim Jae-nam juga dituduh berkhianat oleh Fraksi Utara Besar dan dieksekusi.
-Pada tahun 1616, tembakau pertama kali diperkenalkan di Korea dan segera populer di kalangan bangsawan kerajaan.
-Hubungan dagang dengan Jepang kembali dibuka lewat Perjanjian Giyu.
-Adik tiri raja, Putri Jeonggeun (adik dari Putri Jeongsun) meninggal tahun 1613 diusia 12 tahun.
-Adik tiri raja, Putri Jeongseon meninggal tahun 1614 diusia 20 tahun, hanya selisih satu tahun setelah kematian adik kandungnya, Putri Jeonggeun.
-Pengiriman duta besar ke Jepang pada tahun 1617.
-Pada tahun 1618 ibu Yeongchang, Ratu Inmok, dilucuti gelarnya dan dipenjarakan.
-Pengiraman 10.000 tentara Joseon untuk membantu Ming pada tahun 1619 dalam Perang Sarhū. Tentara gabungan ini kalah dari Manchu. Jenderal Korea Gang Hong-rip kehilangan dua pertiga dari pasukannya dan menyerah pada Nurhaci. Gwanghae-gun bernegosiasi damai secara terpisah dengan Manchu dan berhasil menghindari perang yang lain.
-Revisi peraturan tanah, dimana Raja berusaha membagi-bagikan tanah kepada rakyat. 
-Pengenalan kembali sistem identifikasi hopae setelah tidak dipergunakan dalam periode yang lama.
-Masuknya agama Kristen (Katholik) Ke Joseon (Korea) untuk pertama kalinya, yang dibawa oleh utusan yang mengunjungi China.
-Publikasi banyak buku, termasuk sebuah buku obat-obatan yang terkenal bernama Dongui bogam, yang dibuat oleh Heo Jun, seorang Tabib Raja, bersama para tabib dari Naeuiwon (Rumah Sakit Kerajaan). Gwanghae-gun mendukung publikasi dengan maksud untuk mempercepat rekonstruksi dan untuk memulihkan kembali kemakmuran kerajaan seperti sediakala.
-Penulisan kembali catatan-catatan sejarah.Ini adalah upaya Gwanghae untuk merestorasi catatan-catatan sejarah lampau agar beberapa peristiwa yang simpang siur di-era sebelumnya dapat diluruskan. Sumber-sumber utama dari catatan-catatan itu sebagian besar kini sudah tidak ada lagi.
- Adik tiri raja, Pangeran Jeongwon (Ayah dari Raja Injo) meninggal pada tahun 1620 diusia 40 tahun.

Ada hal unik pada masa pemerintahan Gwanghae, yaitu terdapat 15 hari dalam masa pemerintahannya yang tidak tercatat dalam Sillok (catatan kerajaan). Hal ini bukanlah hal yang biasa bagi raja-raja Joseon. Fakta mencengangkan lainnya adalah bahwa ia mengambil Kim Gae-shi dan menjadikannya sebagai salah seorang selirnya, padahal Kim Gae-shi dulunya dicalonkan untuk menjadi selir ayahnya yang juga sempat menjadi gundik (bukan selir) sang ayah (mirip cerita dalam drama The King's Face).

Gwanghae merupakan seorang politikus berbakat dan berpijak pada kenyataan. Ia berusaha untuk mengembalikan restorasi negara dan mendukung pemulihan kembali dokumen-dokumen kerajaan. Ia juga memerintahkan pembangunan kembali Istana Changdeok dan juga beberapa istana lainnya. Kemampuannya sebagai seorang negosiator dan diplomat yang ulung sangat membantu Joseon mengatasi banyak masalah.Ia berusaha untuk mencari keseimbangan antara Kerajaan Ming dan Manchu. Karena ia menyadari kalau Joseon tidak akan mampu bersaing dengan kekuatan militer Manchu, ia berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan Manchu, sedangkan kerajaannya masih di bawah kekuasaan raja Ming, yang membuat Ming dan rakyat Korea penganut dogma Konfusianisme marah.

Gwanghae-gun memang merupakan seorang administrator yang sukses dan seorang diplomat yang hebat, namun ia tidak didukung oleh banyak politisi, para sarjana dan aristokrat karena ia bukan putra sulung dan hanyalah putra seorang selir. Fraksi Utara Besar mecoba untuk menginjak opini-opini tersebut, menekan fraksi Utara Kecil dan membunuh Pangeran Imhae, putra tertua Seonjo, dan Pangeran Besar Yeongchang, anak ratu. Gwanghae-gun tidak menyetujui semua tindakan Fraksi Utara Besar, namun ia tidak memiliki kekuatan untuk menghentikan hal tersebut meskipun ia secara resmi adalah kepala pemerintahan. Gwanghaegun sebenarnya mencoba untuk membawa fraksi kecil ke pemerintah, yang dicegah oleh fraksi Utara Besar seperti Jeong In-hong dan Yi Icheom.

Aksi-aksi faksi Utara Besar tersebut membuat Gwanghaegun menjadi lebih tidak populer lagi di mata aristokrat yang kaya dan akhirnya mereka mulai merencanakan pemberontakan. 

Pada tahun 1623 Gwanghae-gun digulingkan oleh Fraksi Barat dengan sebuah kudeta. Ia pertama-tama di asingkan di Pulau Ganghwa dan kemudian di Pulau Jeju, dimana ia wafat pada 7 Agustus 1641 di usia 67 tahun. Ia tidak memiliki makam kerajaan yang indah dan besar seperti para pemimpin Joseon yang lainnya. Ia dan Lady Ryu dimakamkan di Namyangju di Propinsi Gyeonggi. Fraksi Barat menempatkan Neungyang-gun sebagai raja ke-16, Injo dan mengambil kebijakan-kebijakan pro-Ming dan anti-Manchu, yang mengakibatkan dua invasi Manchu terhadap Joseon. 

Gwanghae-gun adalah salah satu dari dua raja yang digulingkan yang tidak dipulihkan dan tidak mendapat nama kuil. Banyak orang menganggapnya sebagai korban permusuhan antara fraksi-fraksi politik. Ia melakukan tugas yang lebih baik dalam mengurus negaranya daripada para pendahulunya, atau pewaris tahtanya, Raja Injo. Di zaman modern, Gwanghae-gun dianggap seorang raja yang hebat dan bijaksana, bukan seorang raja yang lalim.

Raja Gwanghae memerintah Joseon dimasa yang sama dengan Raja James I dari wangsa Stuart memerintah sebagai raja Inggris. Gwanghae juga adalah raja yang memerintah Joseon saat Raja James menerbitkan Alkitab King James Version yang terkenal itu. Ia juga memerintah diera ketika Prancis dipimpin oleh Raja Louis XII yang terkenal sebagai raja yang adilGwanghae juga memerintah sebagai raja Joseon dimasa yang sama dengan masa pemerintahan Ahmed I sebagai sultan Ottoman, dan juga pada masa Rusia dikuasai oleh para penipu yang terkenal dengan era Rurikovich Palsu. Gwanghae-gun juga hidup dimasa yang sama dengan masa pemerintahan Raden Mas Jolang sebagai raja Mataram, dan ketika Sultan Agung diangkat sebagai Raja Mataram. Gwanghae-gun juga adalah Raja Joseon ketika Sultan Mudaffar Syah I menjadi sultan Ternate, dan ketika kesultanan Tidore masih diperintah oleh Sultan Zainuddin. Ia adalah Raja Joseon ketika Raja Felipe diangkat menjadi Raja Portugal (dengan gelar Raja Felipe II) dan raja Spanyol (dengan gelar Felipe III dari Aragon dan Felipe II dari Kastilia). Gwanghae-gun juga adalah penguasa Joseon ketika Raja Sanphet III dan Raja Sanphet IV menjadi penguasa Ayuthaya. Gwanghae-gun dinobatkan sebagai Raja Joseon ditahun yang sama dengan penobatan Sultan Iskandar Muda sebagai penguasa Kerajaan Aceh.


Para aktor yang memerankan Gwanghae-gun


Dalam hampir setiap drama dan film yang menceritakan kisah tentang Gwanghae-gun, ia digambarkan sebagai raja yang baik, bijak, dan cerdas. Kisah tentang Raja Gwanghae dapat anda tonton dalam film berjudul "THE MASQUERADE", juga dalam drama "Jungyi, the Goddess of Fire" yang menceritakan Raja Gwanghae saat menjadi Pangeran, Gwanghae diperankan oleh Lee Sang-yoon, drama ini juga dibintangi oleh Moon Geun Young dan Kim Bum.

Raja Gwanghae juga adalah pangeran dalam drama "The King's Face" (diperankan oleh Seo In-guk), "Hur Jun" (diperankan oleh Kim Seung-soo), "Hwajung" (diperankan oleh Cha Seung-won), "The King's Woman" (diperankan oleh Jisung), dan "Hong Gil-dong". Sedangkan kisah pengasingannya sempat diceritakan dalam drama Korea, "Tamna The Island" (kakek tua yang sering bermain di gua).

Era pemerintahan Raja Gwanghae juga adalah latar cerita dalam episode-episode awal drama fenomenal "Man From The Star" yang dibintangi akto Kim Soohyun dan aktris Jun Jihyun.






RAJA  INJO 

Raja Injo adalah raja Joseon ke-16. Beliau lahir pada tanggal 17 Desember 1595 dengan nama Yi Jong. Dia bertahta pada tahun 1623-1649. Ia merupakan cucu Seonjo dan keponakan Gwanghae-gun. Raja Injo dikenal sebagai "raja yang paling gagal" dalam sejarah Joseon karena dia adalah raja yang memerintah saat invasi Manchu yang pertama dan kedua, yang berakhir dengan penyerahan Joseon ke Dinasti Qing pada tahun 1636 padahal pendahulunya, Raja Gwanghae-gun telah mati-matian mempertahankan Joseon dari serbuan Jepang dan berusaha membangun Joseon, yang semua usaha rekonstruksi Gwanghae-gun itu justru dihancurkan pada masa Injo. Injo juga dikenal sebagai salah seorang raja yang kejam karena tega mengorbankan putranya sendiri demi tahtanya.

Raja Injo adalah putra Pangeran Jeongwon, dan cucu Raja Seonjo (Pangeran Jeongwon adalah adik tiri Raja Gwanghae dan Pangeran Imhae, dan adik kandung dari Pangeran Sinseong). Pada tahun 1607 Injo diberikan gelar Putra Pangeran Neungyang dan kemudian menjadi Pangeran Neungyang dan hidup sebagai layaknya anggota keluarga kerajaan, namun tidak didukung oleh fraksi politik manapun yang memegang kontrol atas politik Joseon di masa itu. 

Pada tahun 1623, para anggota fraksi Barat yaitu Kim Ja-jeom, Kim Ryu, Yi Gwi, Yi Gwal melancarkan sebuah kudeta dan menggulingkan Gwanghaegun, yang dikirim ke pengasingan di Pulau Ganghwa dan lalu ke Pulau Jeju. Jeong In-hong dan Yi Yi-cheom dibunuh, dan tiba-tiba fraksi Barat menggantikan fraksi Utara Besar sebagai fraksi yang memerintah. Fraksi Barat memahkotai Injo sebagai raja baru. Meskipun Injo adalah raja, ia tidak memiliki otoritas apapun karena hampir seluruh kekuasaan berada di tangan fraksi Barat yang menggulingkan Gwanghae-gun.

Ratu pertama Injo bernama Ratu Inyeol (lahir pada tanggal 16 Agustus 1594). Beliau adalah ibu dari Putra Mahkota Sohyeon yang terkenal itu, dan ibu dari Raja Hyojong (pengganti Injo), dan juga ibu dari Pangeran Besar Inpyeong (yang akan menurunkan Pangeran Besar Heungseun, ayah Raja Gojong, raja terakhir Joseon). Sang ratu juga masih memberikan Injo seorang putra lagi, yaitu Pangeran Besar Yongseong. Sayangnya, Ratu Inyeol meninggal pada tanggal 16 Januari 1636 diusia 42 tahun. Injo lalu mengangkat ratu baru, yaitu Ratu Jangryeol dari klan Yangju Jo namun dia tidak memberikan Injo keturunan. Ratu Jangryeol kelak menjadi majikan dari selir raja Sukjong yang terkenal, Jang Ok-jung, sebelum Ok-jung menjadi keluarga istana dan menjadi selir raja Sukjong dengan gelar Jang Hee-bin.

Injo juga memiliki beberapa selir, yaitu:
- Selir Jo Gwi-in (1615-1652), yang kelak dieksekusi oleh penerus Injo, Raja Hyojong. Selir Jo Gwi-in memberikan Injo seorang putri dan dua orang pangeran, yaitu Putri Hyomyeong (1637-1700), Pangeran Sungseon (1639-1690), dan Pangeran Nakseon (1641-1695).
- Selir Jang Gwi-in, yang tidak memberikan Injo keturunan


Tokoh-tokoh Joseon terkenal yang hidup pada masa pemerintahannya adalah:
- Putra Mahkota Sohyeon
- Jenderal Im Hyeo-eop
- Pangeran Heung-an

Banyak peristiwa besar pada masa pemerintahan Injo, yang justru memperburuk citranya sebagai raja pada masa mendatang. Peristiwa-peristiwa itu adalah: 

- Pemberontakan Yi Gwal Pada tahun 1624 
Yi Gwal, yang mengira ia diperlakukan dengan tidak adil dan menerima penghargaan terlalu kecil atas perannya di dalam kudeta, memberontak melawan Injo. Alasannya para komandan militer dipanggil ke istana kecuali dirinya yang dikirim ke bagian lini Utara sebagai komandan militer Pyongyang untuk menangkal Manchu. Yi Gwal memimpin 12,000 pasukan termasuk 100 orang Jepang (yang menyerah kepada Joseon selama invasi Jepang Korea tahun 1592-1598) ke ibukota, Hanseong. Di dalam perang Jeotan, Yi Gwal mengalahkan pasukan biasa di bawah pimpinan Jenderal Jang Man, dan mengelilingi Hanseong. Injo melarikan diri ke Gongju dan Hanseong jatuh ke tangan pemberontak.

Pada tanggal 11 Pebruari, 1624, Yi Gwal memahkotai Pangeran Heungan sebagai raja yang baru. Namun, Jenderal Jang Man segera kembali dengan sejumlah besar pasukan dan mengalahkan pasukan Yi Gwal. Tak lama kemudian pasukan Joseon dapat memenangkan kembali ibukota dan Yi Gwal dibunuh oleh pengawal pribadinya, dan pemberontakan berakhir. Meskipun Injo dapat menjaga tahtanya, namun pemberontakan ini menunjukkan bahwa otoritas kerajaan melemah dan superioritas aristokrat terbukti, yang bahkan mendapatkan lebih banyak kekuasaan dengan berperang melawan pemberontakan. Juga, ekonomi, yang dipulihkan melalui rekonstruksi Gwanghae-gun, dirusak lagi, dan Joseon tetap miskin. 

- Invasi Manchu Pertama pada tahun 1627 
Gwanghae-gun, yang merupakan seorang diplomat yang bijaksana, menerapkan kebijakan netral antara Manchu yang sedang berkembang dan Dinasti Ming yang merupakan sekutu tradisional Joseon. Namun, setelah kejatuhan Gwanghae-gun, fraksi Barat yang konservatif mengambil kebijakan yang keras terhadap Manchu, dan memprioritaskan aliansi dengan Dinasti Ming. Manchu, yang tetap bersahabat kepada Joseon, mulai menganggap Joseon sebagai musuhnya. Han Yun, yang berpartisipasi di dalam pemberontakan Yi Gwal, melarikan diri ke Manchuria dan mendesak pemimpin Manchu, Nurhaci untuk menyerang Joseon. Hubungan baik antara Manchu dan Joseon berakhir. Pada tahun 1627, 30.000 pasukan berkuda Manchu di bawah pimpinan Jenderal Amin dan bekas Jenderal Joseon, Gang Hong-rip (yang ingin memulihkan posisi Gwanghae-gun dan menyingkirkan Fraksi Barat termasuk Kim Ja-jeom) menyerang Joseon. Jenderal Jang-man sekali lagi berperang melawan Manchu, namun tidak dapat mengusir invasi tersebut. Sekali lagi, Injo melarikan diri ke Pulau Ganghwa. Untuk sementara waktu, Manchu tidak memiliki alasan untuk menyerang Joseon dan memutuskan untuk kembali untuk mempersiapkan perang melawan Dinasti Ming, dan tak lama kemudian kedamaian dapat dibentuk, Dinasti Qing dan Joseon dideklarasikan sebagai negara bersaudara dan Manchu mundur dari Korea.

-Ratu kakeknya, Raja Seonjo, yaitu Ratu Inmok meninggal di-pengasingan pada tanggal 28 Juni 1632 diusia 48 tahun.

- Invasi Manchu Kedua pada tahun 1636 
Ini adalah akibat dari banyaknya orang-orang Fraksi Barat memelihara kebijakan keras mereka pada Manchu walaupun perang telah berakhir. Nurhaci, yang umumnya memiliki opini bagus terhadap Joseon, tidak menyerang Korea lagi. Namun, ketika Nurhaci meninggal dan Huang Taiji menggantikannya sebagai pemimpin Manchu, Manchu kembali mencari kesempatan untuk berperang lagi. Ketika Jenderal Ming, Mao Wenrong datang ke Joseon melarikan diri dari Manchu bersama dengan unitnya, Injo menampung mereka dan hal tersebut mengakibatkan Manchu menyerang Korea sekali lagi. Pada tahun 1636, Huang Taiji menyerang Joseon. Manchu menghindari perang dengan Jenderal Im Gyeong-eop, yang menjaga benteng Uiju, karena ia merupakan komandan pasukan yang terkenal. 128,000 pasukan Manchu langsung menuju Hanseong sebelum Injo dapat melarikan diri ke Pulau Ganghwa, pasukan Manchu mendesaknya ke Namhansanseong dan memutuskan seluruh jalur distribusi bahan makanan. Injo, yang kehabisan bahan makanan akhirnya menyerah kepada Dinasti Qing, dan setuju untuk mengadakan Perjanjian Samjeondo, dimana Injo menyembah Huang Taiji sebanyak 9 kali sebagai pelayannya. Putra pertama dan keduanya dibawa ke China sebagai tawanan dan Joseon menjadi negara pemberi upeti pada dinasti Qing, (yang kemudian menguasai Dinasti Ming pada tahun 1644). 

- Pertama kalinya Kalangan Bangsawan disentuh oleh agama Kristen 
Pada tahun 1644, setelah Qing menguasai seluruh Cina, kedua pangeran kembali ke Joseon. Putra pertama Injo, Putra Mahkota Sohyeon membawa banyak produk baru dari dunia barat termasuk memperkenalkan agama Kristen. 

- Tewasnya Putra Mahkota So-hyeon 
Kebijakan-kebijakan Injo dan cara Injo memerintah, membuatnya berselisih dengan Putra Mahkota. Putra Mahkota Sohyeon (5 Februari 1612 - 21 Mei 1645) adalah anak pertama dari Raja Injo. Sohyeon terpilih sebagai putra mahkota dari Dinasti Joseon pada tahun 1625 ketika ayahnya, Raja Injo, naik takhta melalui kudeta (yang menjatuhkan Gwanghae-gun) pada tahun 1623. Pangeran Sohyeon adalah seorang pangeran yang sangat cerdas dan menaruh minat yang tinggi pada ilmu pengetahuan barat. Memang, agama Katolik pertama kali masuk ke Joseon pada era Gwanghae-gun, namun Pangeran Sohyeon adalah anggota keluarga kerajaan pertama yang bersentuhan dengan agama ini. Pangeran Sohyeon adalah satu-satunya pangeran Joseon yang memeluk agama Kristen. Ia dan beberapa bangsawan yang disandera oleh Dinasti Qing adalah orang-orang yang membawa agama Katolik ke Joseon, dan berhasil menembus kelas bangsawan sehingga membuat agama ini dapat bertahan dibawah penindasan selama berabad-abad di Joseon. Ia mengamalkan iman Kristen-nya dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam pernikahan. Karena iman Kristennya, Pangeran Sohyeon hanya mengambil satu istri, yaitu Putri Mahkota Minhoe, tanpa memiliki selir. Andaikan Sohyeon tidak meninggal dan menjadi raja Joseon, maka agama Katolik berkembang sangat pesat dan modernisasi di Joseon akan berlangsung lebih cepat. Kematian mendadak Pangeran Sohyeon juga memupuskan harapan Johann Adam Schall von Bell untuk membawa agama Katolik ke Joseon secara langsung. Putra Mahkota Sohyeon adalah salah satu dari Para Putra Mahkota Joseon yang tidak pernah menjadi raja


Jika dibandingkan dengan penerusnya, Pangeran Bongrim (Raja Hyojong), bahkan pendahulunya (Gwanghae-gun), Injo dianggap sebagai seorang pemimpin yang lemah dan ragu-ragu. Ia sering dibandingkan dengan pendahulunya, Gwanghae-gun, yang mencapai banyak hal namun digulingkan, sedangkan Injo hampir tidak memiliki prestasi apapun selama masa pemerintahannya dan masih diberikan nama anumerta. Banyak orang yang menganggapnya sebagai contoh yang tidak patut ditiru oleh para pemimpin. Ia juga disalahkan karena tidak menjaga kerajaannya. Hal positif yang dicatat saat pemerintahan Injo adalah reformasi militer dan pengembangan pertahanan negara untuk mempersiapkan perang, karena negara memiliki beberapa konflik militer yang terjadi sejak tahun 1592 sampai dengan tahun 1636.

Injo wafat pada tanggal 17 Juni 1649 di usia 54 tahun.

Raja Injo memerintah Joseon dimasa yang sama ketika Raja Charles I dari wangsa Stuart memerintah sebagai raja Inggris. Ia juga memerintah ketika Prancis dipimpin oleh Raja Louis XVInjo juga memerintah sebagai raja Joseon ketika Kerajaan Ottoman dipimpin oleh Osman II, Mustafa I, Murad IV, Ibrahim I. Ia juga memerintah Joseon ketika Mehmed IV mulai memerintah Ottoman, dan juga ketika wangsa Romanov mulai memimpin Rusia dengan czar pertamanya, yaitu Michael I. Injo juga hidup dimasa yang sama dengan masa pemerintahan Sultan Agung sebagai Raja Mataram, dan ketika J.P.Coen menjadi Gubernur Jendral V.O.C di Batavia. Injo juga adalah Raja Joseon ketika Sultan Hamzah menjadi sultan Ternate, dan ketika kesultanan Tidore diperintah oleh Sultan Saidudin (Sultan Gorontalo) dan digantikan oleh Sultan Saidi. Ia juga adalah Raja Joseon ketika putra Raja Felipe menjadi Raja Portugal (dengan gelar Raja Felipe III) dan raja Spanyol (dengan gelar Felipe IV dari Aragon dan Felipe III dari Kastilia). Ia juga adalah raja Joseon saat Sultan Iskandar Muda dari Kerajaan Aceh digantikan oleh Sultan Iskandar Tsani Alauddin Mughayat Syah, dan juga merupakan raja Joseon saat kesultanan Aceh diperintah oleh seorang sultana, yaitu Sri Ratu Safiatuddin Tajul Alam.

Beberapa Aktor yang memerankan Raja Injo


Injo memiliki reputasi yang sangat buruk sehingga dia sering digambarkan sebagai raja yang tiran dan lemah terhadap musuh.

Ia digambarkan di dalam drama "Chuno" (KBS2, 2010) sebagai seorang tiran, juga merupakan raja dalam "Iljimae" (dibintangi oleh Lee Joon-ki, Park Shi-ho, dan Han Hyo-joo ), "Return Of Iljimae" (dibintangi oleh Jung Il-woo), "Horse Doctor", "Strongest Chil-woo", drama "Tamna,The Island", dan "Hwajung" (dibintangi oleh Kim Jae-won & Cha Seung-won). Era pemerintahannya juga menjadi latar dari film "The Joseon Magician" yang dibintangi oleh Yoo Seung-ho dan Go Ahra.

Kisah tentang invasi Manchu juga dapat ditonton dalam drama "War Of Flower" (diperankan oleh Lee Duk-hwa), dan film "War Of Arrows", yang dibintangi oleh Park Hae-il.

Adapun drama yang menceritakan perjalanan Pangeran Sohyeon adalah drama "The Three Muskeeters" (dibintangi oleh Jung Yong-hwa dan Lee Jin-wook).




Didahului oleh:
Dinasti Joseon Pada Periode Awal

Dilanjutkan oleh:
Dinasti Joseon Pada Periode Akhir
KEKAISARAN HAN RAYA

Artikel lainnya tentang Dinasti Joseon:



------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ARTIKEL INI DISUSUN DAN DITERBITKAN PERTAMA KALI
OLEH DELEIGEVEN MEDIA

SETIAP ARTIKEL YANG MEMILIKI ISI, SUSUNAN, DAN GAYA PENULISAN
YANG MIRIP DENGAN ARTIKEL INI MAKA ARTIKEL-ARTIKEL TERSEBUT
MENYADUR ARTIKEL INI.

DILARANG KERAS MEMPLAGIAT ARTIKEL INI!

CANTUMKAN LINK LENGKAP ARTIKEL INI DISETIAP KALIMAT YANG ANDA DISADUR DARI ARTIKEL INI. SESUAI UNDANG-UNDANG HAK CIPTA, JIKA MENYADUR/MENG-COPY MINIMAL SEPULUH KATA TANPA MENCANTUMKAN SUMBER DARI KALIMAT ITU (BERBEDA DARI PENCANTUMAN SUMBER DI CATATAN KAKI (FOOTNOTE) MAKA ITU ADALAH TINDAKAN PLAGIARISME.

JIKA ANDA MENYADUR SEBAGIAN BESAR ARTIKEL INI MAKA ANDA HARUS MENCANTUMKAN KALIMAT:
"ARTIKEL INI DISADUR DARI....(LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA",
ATAU:"SUMBER UTAMA DARI SEBAGIAN BESAR INFORMASI ARTIKEL INI DIAMBIL DARI (LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA"  
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Notes (Catatan):

*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)

*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account: @deleigevenhistory(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Copyrights Story: Deleigeven Media
Copyrights Picture:wikipedia.org,  SBS, MBC, KBS

Penyusun:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Desain : Deleigeven
Penerbit: Deleigeven Media

Daftar Pustaka:
- Hanok, Where Science Meets Art; Jung Dong-muk; Korea (magazine) Edisi Maret, 2011
- Gyeongbuk Palace; Korea Tourist & Culture Department
- Chandeok Palace; Korea Tourist & Culture Department
- Korea Travel Guide; Korea Be Inspired
- Shaping Korea For 21st Century; Tariq Hussein
- Design Seoul Story
- Great Food, Great Stories From Korea; Korean Food Foundation
- East Asia And 15th-19th Century Joseon; Kang Sung-ho; Sunchon National University
- Unexpected Treasures From Asia; National Library Of Australia; Edisi Juni 2011
- Joseon King's Personal Belief in Buddhism And Its Political Significance; Pu Nam Chul; Youngsan University
- Jongmyo (Royal Shrine): Iconography Of Korea; Han Eun-ri
- Joseon's Royal Heritage (500 Year of Splendor); Korea Essential No.7; Korea Foundation
- Marginalization Of Joseon Buddhism And Methods Of Research; Thomas Kim Sung-eun
- Verification Of The Calender Days Of The Joseon Dynasty; Lee Ki-won, Ahn Young-sook, Min Byeong-hee; Journal Of Korean Astronomical Society; 2012
- Portrait Of The Joseon Dynasti; Journal Of Korean Art Vol.5; 2011

Sumber Website:
www.wikipedia.com
www.inisajamostory.blogspot.com
www.kbs.co.kr


Beberapa paragraf disadur dari:
www.wikipedia.com
www.newworldenyclopedia.org
(dengan beberapa perubahan)

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

73 comments:

  1. Nice Info tentang sejarah Korea.
    Hmmmmmm, saya jadi bertanya-tanya, mengapa nama baik Gwanghae-gun tidak dipulihkan?
    pada postingan sebelumnya ditulis ada raja yang dikudeta namun kemudian namanya dipulihkan sehingga dia mendapat nama kuil,
    nah mengapa nama baik Gwanghae-gun tidak dipulihkan dan diberikan nama kuil oleh para cendekiawan dan raja-raja di era setelah era Gwanghae-gun?
    dia kan raja yang bijak dan punya banyak prestasi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima Kasih sudah berkunjung.
      Mengenai Gwanghae-gun, saya belum mendapat info tambahan mengapa nama baiknya tidak dipulihkan, namun kemungkinan karena kebijakan-kebijakannya yang kelak dinilai pro-Qing, sedangkan Joseon secara kultural dan spiritual lebih dekat kepada dinasti Ming karena sama-sama menjunjung tinggi Kongfusius, juga kebijakan Gwanghae yang kembali mendekati Jepang padahal Jepang telah menyerang Joseon dan menimbulkan kehancuran yang luar biasa. Mungkin kedua hal ini yang memberatkan Gwanghae untuk mendapatkan pemulihan nama oleh para penerusnya dan para sarjana. Saya akan membagi informasi mengenai hal ini jika sudah mendapatkan informasi yang akurat.

      Delete
    2. Wah ditunggu banget informasi lainnya nya...
      Nonton drama2 saeguknya jadi lebih seru setelah baca postingan dari sejarah nyatanya..
      gumawoyo ~.~

      Delete
  2. correction: jo hee-bong memerankan gwanghaegun dalam hong gil dong bukannya yeonsangun

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear iamsoshy d......

      Terima kasih atas koreksi-nya. Sudah saya cek kembali dan sudah saya perbaiki...
      Terima kasih karena mau berbagi di blog ini... Jika ada koreksi dan info tambahan lainnya, saya sangat senang jika anda mau kembali berbagi melalui blog ini.
      Silahkan berkunjung di-postingan lainnya... ^_^

      Delete
  3. jadi saya mau bertanya,,
    apakah cerita dalam drama korea "jang Ok jung" memang ada dalam sejarah raja korea?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Ervina Airen
      Terima Kasih karena telah berkunjung.

      Jang Ok Jung adalah tokoh nyata dalam sejarah,juga tokoh-tokoh lainnya dalam drama Jang Ok Jung.Ayahnya adalah Jo Sa-seok,keponakan Ibu Suri Jangryeol, Ratu Kedua Raja Injo. Sukjong bertemu dengannya tahun 1686 (tahun ke-12 pemerintahan Sukjong) ketika Sukjong berusia 25 tahun disebuah kunjungan Sukjong ke Ibu Suri Jangryeol.

      Jika ingin mendapatkan gambaran yang tepat mengenai karakter Jang Ok Jung,saya menganjurkan menonton drama Dong Yi.

      Delete
    2. Jang Ok Jung bukanlah sosok selir yang sangat jahat dari awalnya. Awalnya dia sangat baik & sangat setia. Dia terkenal karena kecantikannya & kepandaiannya & merupakan teman cerita Raja Sukjong jika ingin membicarakan hal-hal politik. Karakternya berubah total setelah dia memiliki putra akibat perebutan kekuasaan antar partai yang mendukung masing-masing selir & ratu.

      Drama Dong Yi jauh lebih mendekati kenyataan ketimbang drama Jang Ok Jung.
      Sosok Jang Ok Jung merupakan wanita yang cerdas dan tegas (tidak lemah).
      Sosok Jang Heejae (kakak Jang Ok Jung) juga digambarkan sesuai sejarah dalam drama Dong Yi (sangat cerdas namun haus kekuasaan).
      Karakter Ratu Inhyun juga lebih tepat digambarkan dalam drama Dong Yi karena ratu Inhyun terkenal berhati lembut.

      Mengenai Pangeran Dongpyeong,drama Jang Ok Jung menggambarkan dengan jauh lebih baik ketimbang drama-drama lainya. Pangeran Dongpyeong adalah tokoh nyata.Berdasarkan catatan sejarah, dia yang merekomendasikan Jang Ok Jung untuk melayani Ibu Suri Jangryeol.
      Namun perbedaannya antara catatan sejarah dan dalam drama Jang Ok Jung adalah Pangeran Dongpyeong merupakan saudara sepupu Sukjong (bukan pamannya). Dia disingkirkan oleh ibu suri dari istana karena didukung oleh fraksi politik yang berbeda & dikhawatirkan akan mengancam posisi Sukjong. Pangeran Dongpyeong adalah putra dari bibi Raja Sukjong dan cucu dari Raja Hyojong (kakek Sukjong), Sukjong tidak memiliki saudara laki-laki & ayahnya juga tidak memiliki saudara laki-laki, oleh karena itu Pangeran Dongpyeong adalah putra salah satu bibi dari Raja Sukjong. Hubungan Pangeran Dongpyeong dan Raja Sukjong terjalin sangat baik karena Sukjong tidak berpihak pada partai manapun, dan juga Pangeran Dongpyeong dianggap sangat berjasa karena merupakan tokoh yang membantu Jang Ok Jung,yang tetap merupakan selir yang paling dicintai Sukjong.

      Tahun 1701,Ratu Inhyeon meninggal karena penyakit yang tidak diketahui. Konon Sukjong bermimpi didatangi oleh arwah Ratu Inhyun yang menunjuk pavilliun Jang Ok Jung, Sukjong lalu memergoki Jang Ok Jung,Jang Hee-jae&seorang Shaman (dukun) sedang menjampi-jampi kematian Inhyeon (dengan menusuk sebuah boneka dengan panah). Jang Ok Jung,Jang Hee-jae&setiap orang yang terlibat dihukum mati. Karena Jang Ok Jung adalah anggota keluarga istana maka hukuman matinya berbeda dari lainnya,yaitu meminum racun (hukuman mati yang paling terhormat). Jang Ok Jung berusia 42 tahun ketika dihukum mati.
      Sukjong membuat hukum yang melarang selir-selir diijinkan menjadi Permaisuri di kemudian hari agar tragedi seperti itu tidak terulang lagi.

      Tentang putra Jang Ok Jung (Raja Gyeongjong),cerita mengenai penyakitnya (menurut catatan sejarah) beda dengan cerita dalam drama-drama. Raja Gyeongjong (Pangeran Yoon) memang sering sakit namun dia baru dikatakan mandul setelah kematian ibunya & lagi usia Pangeran Yoon ketika ibunya dihukum mati adalah 13 tahun.

      Mengenai Dong Yi, tidak ada dalam catatan sejarah manapun yang menyebutkan bahwa Dong Yi yang menjebak Jang Ok Jung (seperti dalam drama Jang Ok Jung),juga tidak ada catatan sejarah yang menyebutkan bahwa Dong Yi berasal dari kelompok pejuang dan merupakan adik angkat dari Inspektur Park Mong-su (seperti dalam drama Dong Yi).

      Perseteruan antara Jang Ok Jung dengan Dong Yi sebenarnya bukanlah perseteruan utama (seperti dalam drama Jang Ok Jung),yang sebenarnya berseteru adalah Jang Ok Jung & Ratu Inhyun. Dong Yi tidak memiliki pengaruh apapun dalam istana,ia hanya merupakan salah satu dari orang-orang terdekat dan setia kepada Ratu Inhyun. Ratu Inhyun lah yang memiliki kekuasaan dan dukungan kuat. Dukungan partai Noron pada Ratu Inhyun sama kuatnya dengan dukungan Fraksi Selatan & partai Soron pada Jang Ok Jung.

      Jang Ok Jung memang terkenal ambisius namun dia dihormati sebagai seorang wanita yang sangat mencintai suaminya dan juga atas pengabdiannya pada Raja.

      Demikian penjelasannya, semoga bisa membantu.

      Delete
    3. Setuju, menurut saya drama dong yi tokoh tokohnya cocok sekali dengan karakter di sejarahnya, saya paling suka sama karakter ratu inhyeon ,yang memiliki sifat baik, tapi kalau di JOJ, karakter ratu inhyeonnya malah agak melenceng, dia congkak

      Delete
  4. Setuju banget kaa. Sy lbh yakin film dongyi lah yg lebih tepat mendekati. Tp sy heran bnyak cerita digoogle yg bercomentar justru di film jang ok jung lah yg lbh tepat. Semakin yakin ktka baca komentar kaka

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear sdri.Vina
      Terima kasih karena telah berkunjung ke blog ini.

      Memang di Indonesia banyak yang lebih pro kepada drama Jang Ok Jung dibanding Dong Yi. Alasannya banyak. Drama Jang Ok Jung dibintangi oleh Yoo Ah-in (Sunkyunkwan Scandal, Fashion King, dll) dan Kim Tae-hee (My Princess, Stairway To Heaven, Iris, dll) yang merupakan bintang film & drama yang sangat populer diluar negeri melebihi popularitas para pemeran drama Dong Yi, terliebih lagi drama Jang Ok Jung jauh lebih singkat dari drama Dong Yi.

      Secara objektif, saya juga menilai bahwa cerita dan alur drama Jang Ok Jung sangat bagus dan juga akting para pemerannya sangat baik. Yoo Ah In adalah salah satu aktor top Korea dan masuk di jajaran aktor kelas satu. Peringkat aktingnya juga diatas Lee Min-ho dan bahkan Kim Soo-hyun, karena Yoo Ah-in membintangi banyak film sebagai pemeran utama yang film-filmnya masuk dan dinominasikan dalam Festival Film Internasional, seperti filmnya yang berjudul Punch (Wandeuki) yang masuk dalam nominasi Festival Film Berlin, padaha festival film Berlin adalah festival film internasional yang sangat 'pelit' untuk menghadirkan film-film dari Asia, jauh lebih 'pelit' dari Festival Film Cannes (festival film internasional yang paling bergengsi). Film Punch itu juga diputar di Festival Film Cannes. Intinya seperti itulah kualitas dari Yoo Ah-in. Nah kalau Kim Tae-hee tidak usah ditanya lagi, dia memang sangat populer dan lebih populer ketimbang semua pemeran Dong Yi, terutama kalau disorot kehidupan pribadinya (maklum, dia adalah pacarnya Rain). Kedua orang ini memang memiliki kualitas akting yang bagus dan berhasil memainkan peran mereka dengan sangat baik, meskipun peran mereka dan alur ceritanya tidak sesuai dengan fakta-fakta sejarah. Jadi memang tidak bisa disalahkan kalau drama Jang Ok-jung yang lebih populer.

      Jika dibandingkan dengan drama Dong Yi, para pemeran drama Dong Yi adalah para pemain film dan drama yang juga sangat populer di Korea. Popularitas Ji Jin-he di Korea sangat tinggi karena dia adalah salah satu pemeran utama drama Dae Jang-geum. Dia juga memerankan banyak sekali film yang diputar di beberapa festival film internasional yang sangat bergengsi. Akting mereka juga sangat bagus karena mereka adalah para aktor dan aktris watak. Namun, mungkin mereka bukan aktor dan aktris yang populer di Indonesia karena usia mereka sudah tidak muda lagi. Dan juga, para penonton di Indonesia kan tidak terlalu terobesesi untuk mencari kebenaran dan fakta-fakta sejarah dari sebuah film atau drama sejarah jadi memang banyak yang lebih pro pada drama Jang Ok Jung.

      Kira-kira seperti itu.
      Btw, saya juga menulis tentang Raja Sukjong, silahkan berkunjung ke artikel mengenai beliau di "Dinasti Joseon (Waktu dan Peristiwa, Masa Kemakmuran) http://deleigeven.blogspot.com/2014/05/dinasti-joseon-waktu-dan-peristiwa-masa_2162.html

      Semoga artikel dan penjelasannya bisa membantu.
      Terima Kasih.

      Delete
    2. Saya hanya sekedar komentar pribadi ya.
      Kebetulan saya nonton Dong Yi terlebih dahulu dibanding Jang Ok-Jung. Jujur saja,ketika nonton film Dong Yi ada semacam rasa puas. Tapi ketika nonton Jang Ok-Jung sedikit bingung dan agak kecewa karena penggambaran karakter Sukwon adalah karakter jahat. Kalo bagian awalnya sih seneng dg karakter JOJ. Tapi,ketika mulai menghalalkan segala cara demi mencapai keinginannya,jadi ngeh mungkin memang itu karakter aslinya kali ya...
      Tambahan lagi ketika ratu Inhyun sakit. Di JOJ,ratu meninggal karena memang sakitnya udah parah. Bukan karena disantet. Berbeda dengan di Dong Yi. Gara-gara itu saya jadi penasaran,sebenernya sejarah aslinya seperti apa sih? . Trus,gara2 penasaran dengan Pangeran Eun Pyeong di Dong Yi kok masih anak2. Saya kira dia Pangeran Dong Pyung di JOJ. Googling sana sini akhirnya nemu blog ini...

      Delete
    3. Film Dong Yi memang yang paling mendekati fakta sejarah. Jang Ok Jung memang tidak jahat sekali, namun dia berubah menjadi sangat ambisius demi mengamankan posisi puteranya. Karena anaknya adalah anak sulung. Jika bukan anak sulung atau si kakak yang menjadi raja maka kelak dia bisa dieksekusi mati oleh adiknya yang menjadi raja, seperti pada kasus Pangeran Imhae (dieksekusi pada masa pemerintahan adiknya, Raja Gwanghae). Hanya tiga raja Joseon yang pernah melangkahi kakaknya sebagai raja, yaitu raja Taejong, raja Sejong, dan raja Gwanghae (drama The King's Face & Jungyi).

      Pangeran Dongpyeong adalah tokoh nyata, namun kemungkinan besar Pangeran Eunpyeong tidak. Jika dia adalah tokoh nyata maka kemungkinan Pangeran Eunpyeong sepupu atau keponakan dari Raja Sukjong, bukan adiknya karena Sukjong tidak memiliki saudara laki-laki. Sama seperti Pangeran Dongpyeong yang adalah saudara sepupunya (keponakan ayah Sukjong, raja Hyeonjong), bukan pamannya (adik ayahnya) karena ayah Sukjong juga tidak memiliki saudara laki-laki.

      Ratu Inhyun memang meninggal karena sakit (sesuai catatan resmi) namun catatan resmi juga menuliskan bahwa JOJ terlibat shamanisme untuk mengguna-gunai ratu Inhyun. Nah, ada catatan yang menuliskan mimpi raja Sukjong yang katanya didatangi oleh ratu Inhyun yang menunjuk ke paviliun JOJ. Catatan resmi menuliskan bahwa raja sendiri yang memergoki JOJ sedang berpesta dengan shaman/dukun bersama kakak dan ibunya sambil menusuk-nusuk boneka visualisasi ratu Inhyun, jadi bukan Dongyi yang memergoki mereka.

      Seperti itulah penjelasan yang bisa saya berikan. Semoga bisa membantu. Silahkan mengunjungi artikel lainnya.
      Salam.

      Delete
    4. Kak mau nanya, sejarah tentang raja Wang Yeo tau gak? Sama panglimanya, panglima Hwang...

      Delete
  5. Apakah Jo SaSeok ayah kandung Jang Ok Jung? Jang Ok Jung bermarga "Jang" sedangkan Jo Sa Seok bermarga "Jo", atau ayah kandung selir Jang itu seorang penerjemah yang bekerja untuk Ja so Seok seperti di drama Jang Ok Jung
    mohon penjelasannya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear sdri Rizka.
      Terima kasih telah berkunjung ke blog ini.
      Saya telah membaca beberapa artikel dan mencarinya dalam beberapa literatur sejarah Korea (artikel2 dari Korea yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris). Sebenarnya siapakah ayah Jang Ok-jung tidak tercatat secara resmi (dalam Sillok), hanya saja ibu beliau secara resmi tercatat dengan nama Lady Yoon. Namun, beberapa literatur sejarah Korea menyatakan bahwa ayah kandungnya bernama Jo Sa-seok, dan ada literatur lain menyatakan bahwa ayahnya bernama Jang Hyeong (atau Jang Hyung). Setelah saya membaca beberapa jurnal sejarah Korea yang membahas tentang era awal renaisance Joseon (yang puncaknya pada pemerintahan Jeongjo, cicit Sukjong) yang juga sempat membahsa sedikit tentang Sukjong, Dong Yi, dan Jang Ok-jung, dituliskan bahwa ayah kandung Jang Ok-jung adalah Jo Sa-seok (keponakan ibu suri Jangryeol, ratu dari Raja Injo), namun ibunya lalu dijadikan selir oleh seorang pedagang yang bernama Jang Hyeong. Dari Jang Hyeong inilah Ok-jung memperoleh marga "Jang". Jang Hyeong juga adalah pelindung Jang Ok-jung (berdasarkan hukum yang berlaku saat itu), sedangkan Jo Sa-seok diakui secara luas sebagai ayah kandungnya. Oleh karena itu saya menuliskan ayahnya adalah Jo Sa-seok. Mengenai profesi ayahnya (baik Jo Sa-seok ataupun Jang Hyeong), yang saya peroleh melalui berbagai sumber adalah seorang pedagang. Jadi Jo Sa-seok adalah keponakan ibu suri Jangryeol yang juga adalah seorang pedagang, dan memiliki saingan bernama Jang Hyeong. Jo Sa-seok lalu menjadi pihak yang kalah dalam persaingan ini, dan kehilangan banyak hal termasuk aset. Salah satu selirnya atau mungkin salah satu istri tidak resminya (gundik), yaitu Lady Yoon (yang merupakan wanita yang cukup terkenal sebagai seorang selir pada masa itu) lalu diambil oleh Jang Hyeong sebagai selir. Karena Lady Yoon adalah selir resmi dari Jang Hyeong, maka putra dan putrinya lalu mengambil marga dari Jang Hyeong, dan mereka adalah Jang Hee-jae dan Jang Ok-jung.
      Tidak ada literatur sejarah yang menyebutkan bahwa profesi dari ayah Jang Ok-jung adalah seorang penerjemah. Selain itu, meskipun Jang Ok-jung adalah salah satu pelayan di kediaman ibu suri Jangryeol bukan berarti dia adalah wanita dari keluarga miskin. Saat itu adalah hal yang sangat wajar jika para bangsawan (kaya atau tidak) untuk mengirim kerabatnya untuk melayani anggota keluarga kerajaan, apalagi jika statusnya adalah Ratu Dowager. Jang Ok-jung saat itu memang tidak memiliki status yang sama dengan keluarga raja, namun dia berasal dari bangsawan kalangan menengah (yang saat itu sangat mungkin dan diperhitungkan menjadi pejabat istana), bandingkan dengan Dong Yi yang berasal dari golongan rakyat jelata, hanya setingkat diatas golongan budak.
      Begitulah penjelasan yang bisa saya berikan kepada anda.
      Semoga dapat menjawab pernyataan anda dan bermanfaat.
      Salam.

      Delete
    2. Oooo....pantesan Jang Ok Jung bisa jadi ratu sedangkan Dong Yi tidak. Dong Yi ditolak kan karena dari kelas rendah. Yang jadi pertanyaan saya, kenapa Jang Ok Jung bisa jadi ratu padahal dia juga dari kelas rendah,apalagi ibunya adalah budak. Jadi itu jawabannya ya..

      Delete
    3. Dear Nur Ainun...
      Terima Kasih karena telah berkunjung. Yah kurang lebih seperti itu yang bisa saya jelaskan berdasarkan riset saya dibeberapa artikel sejarah Korea. Semoga penjelasannya dapat membantu anda. Silahkan mengunjungi artikel lainnya.
      Salam.

      Delete
  6. Apa tokoh pangeran Dongpyeong benar2 nyata? trus, sebenarnya Raja Gyeongjong dan Raja Yeongjo itu musuhan ato tidak ya??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pangeran Dongpyeong adalah tokoh nyata (sudah saya bahas di komentar sebelumnya). Dalam catatan sejarah, Raja Gyeongjong dan Raja Yeongjo sangat akur. Malah, tanpa peran Raja Gyeongjong, Raja Yeongjo tidak mungkin menjadi raja. Raja Gyeongjong juga tidak pernah ada konflik dengan adik2 saat dia masih menjadi putra mahkota atau setelah menjadi raja. Raja Yeongjo juga rajin menziarahi makam Raja Gyeongjong ini (70 kali sepanjang pemerintahan Yeongjo). Demikian penjelasannya.

      Delete
  7. Sy benar2 kagum dgn pengetahuan Sejarah kakak. Sy pun menggemari Sejarah2 Korea, tp tidak mendalam seperti kakak. Apakah ada postingan kakak mengenai 2 raja Korea yg diberi gelar "Yang Agung", yakni Gwanggaeto dan Sejong? Kira2 mengapa hanya 2 raja itu yg diberikan gelar khusus oleh Sejarah? Terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai sdri.Risdalita,
      Terima kasih telah berkunjung ke blog ini dan untuk apresiasinya.

      Postingan tentang raja Sejong dapat di baca di: Raja-raja Dinasti Joseon Pada Periode Awal
      Sedangkan artikel mengenai Gwanggaeto Yang Agung belum saya tulis karena saya belum menulis artikel tentang raja-raja Goguryeo. Saya selalu menulis artikel tentang raja-raja Korea secara serial, oleh karena itu Raja Gwanggaeto akan saya masukkan dalam artikel serial "Raja-raja Goguryeo".

      Pemberian gelar "Yang Agung" tidak ditulis begitu saja melainkan harus mendapatkan pengakuan dari penerus-penerus raja/ratu tersebut berdasarkan rekomendasi dari pihak-pihak yang dianggap cakap, baik dari kalangan militer, bangsawan, maupun sarjana. Pemberian nama-nama kuil (termasuk gelar "Yang Agung") di Korea baru direkronstruksi pada jaman Joseon. Biasanya tokoh yang mendapatkan gelar "Yang Agung" adalah tokoh tunggal yang menjadi pemersatu bangsa. Itulah mengapa Raja Alfred dari Inggris mendapatkan gelar "Yang Agung" sedangkan Ratu Elizabeth I dan Ratu Victoria tidak. Raja Alfred adalah Raja Inggris pertama yang mampu menjadi raja seluruh Inggris (asalnya dia adalah raja dari Wessex). Hal yang sama juga yang membuat Tzar Ivan (penguasa Moskow) dan Tzarina Katarina mendapatkan gelar "Yang Agung" sebagai penguasa seluruh wilayah Rusia. Hal yang sama juga berlaku pada Raja Hayam Wuruk (sayangnya, Indonesia tidak familiar dengan sebutan "Yang Agung" akibat terlalu banyak kerajaan-kerajaan di Nusantara yang bertikai dimasa lalu sehingga saat kerajaan-kerajaan termasuk Majapahit runtuh, kerajaan penerusnya tidak mau mengapresiasi pencapaian raja-raja pada masa sebelumnya). Raja lain yang dapat menjadi contoh adalah Alexander Yang Agung.

      Alasan utama mengapa Raja Gwanggaeto mendapatkan gelar "Yang Agung" karena dia adalah tokoh tunggal yang mempersatukan Goguryeo (berbeda dengan perjuangan Raja Muyeol dari Silla yang dibantu Jenderal Kim Yushin dan diteruskan oleh Raja Munmu). Pada masa pemerintahan Gwanggaeto, wilayah kekuasaan Goguryeo sangat luas, dan menguasai hampir seluruh wilayah Manchuria. Wilayah Goguryeo saat itu jauh lebih besar dibandingkan dengan wilayah semenanjung Korea setelah Silla mempersatukan Korea (termasuk Goguryeo). Bahkan, wilayah Goguryeo saat itu jauh lebih besar dibandingkan dengan wilayah kekuasaan Dinasti Joseon dan gabungan dari wilayah modern Korea Utara dan Korea Selatan.
      Raja Gwanggaeto dianggap sebagai pemersatu bangsa Korea pada masa awal, itulah mengapa para sarjana merekomendasikan beliau diberikan gelar "Yang Agung".

      Alasan Raja Sejong memperoleh gelar "Yang Agung" adalah raja visioner Joseon yang pertama, yang ia buktikan salah-satunya melalui penemuan huruf Hangul. Huruf Hangul adalah huruf asli Korea dan menjadi simbol kemandirian dan persatuan Korea. Selain itu, Sejong adalah raja Joseon yang mampu membuat Korea menjadi salah-satu pemimpin di Asia Timur pada masa itu. Sejong juga adalah raja Joseon yang sangat berpengaruh pada perkembangan teknologi dan kebudayaan. Setelah era Sejong, Joseon tidak pernah berada di status yang sama lagi. Memang Raja Sukjong adalah raja Joseon terkuat setelah Sejong, namun pada masanya Joseon telah menjadi negara bawahan dinasti Qing (Joseon masih menjadi negara mandiri pada saat Sejong memerintah). Raja lainnya yaitu Gojong memang adalah raja Joseon pertama yang mengumumkan bahwa Korea adalah kerajaan mandiri yang lepas dari pengaruh dinasti Qing, tapi pada masanya justru Korea dikuasai oleh Jepang.
      Karena pencapaian-pencapaian dan sumbangan laten Raja Sejong inilah yang membuatnya dianugrahi sebagai "Raja Yang Agung".

      Demikian penjelasannya, semoga dapat membantu. Salam ^_^

      Delete
  8. Kak kalau nama Hanseong berubah menjadi Hanyang itu ketika era raja siapa ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Ayu,
      terima kasih telah berkunjung ke blog ini.

      Mengenai Hanseong dan Hanyang, itu adalah nama dari Seoul jaman dulu, yang digunakan pada masa Dinasti Joseon.
      Sebenarnya, nama resminya adalah "Hanseong", sedangkan "Hanyang" nama yang lebih kuno.

      Pada era Goryeo, kota ini disebut "Namgyeong" yang artinya "ibukota Selatan". Saat Goryeo runtuh, kotanya dinamakan "Hanseong" yang artinya "Kota Benteng di Sungai Han" atau bisa juga berarti "Benteng Besar".
      Nama Hanseong sudah digunakan sejak era Baekje (yang awalnya menggunakan nama "Wiryeseong"}.

      Mengenai nama Hanyang, Awalnya Hanyang hanyalah nama salah-satu distrik di Hanseong pada era Silla, tapi karena pusat kota maka Hanseong pun dikenal sebagai "Hanyang" oleh orang-orang diluar ibukota. Contohnya sebutan Manado, Manado hanyalah salah-satu kota di Provinsi Sulawesi Utara, tapi karena kota ini terkenal maka seluruh daerah provinsi Sulawesi Utara disebut "Manado", dan orangnya disebut orang Manado padahal suku aslinya adalah "Minahasa".

      Sebenarnya nama Hanyang (Silla) dan Hanseong (Baekje) adalah sebutan dari dua kerajaan yang berbeda, tapi karena pada era Goryeo nama-nama Silla jarang digunakan maka nama Hanseong lebih sering dipakai. Baru setelah Goryeo runtuh nama Hanyang kembali dipakai. Dalam semua korepondensi antara Joseon dan negara lain, nama yang digunakan tetap Hanseong.

      Demikian penjelasannya. Semoga membantu.
      Salam.

      Delete
  9. Kak mau tanya kalau ke KCC ada administrasi masuknya tidak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo,
      Kalau hanya berkunjung ke KCC tidak perlu membayar. Setiap acara di KCC selalu gratis. Sebaiknya mendaftar sebagai anggota KCC. Pendaftarannya gratis dan keuntungannya untuk dapat diskon saat kursus (dulu begitu, tidak tau sekarang ya).
      Kalau hanya mau berkunjung, tidak pakai administrasi yang rumit.
      ^^

      Delete
  10. Hai, admin deleigeven.
    Saya sangat senang sekali dengan menemukan artikel tentang sejarah Joseon yang super lengkap seperti ini. Ditambah saya sendiri pun dari awal menyukai drakor Korea yang saya sukai adalah drama sejarah kerajaan dan ketika menonton saya sering sekali searching di google mengenai kebenarannya.

    Saya ada pertanyaan tentang Jung Nan Jung. Apa benar ia adalah istri kedua Yoon Won Hyung (adik Ipar Ratu Munjeong) yang jahat dan serakah seperti di drama Flower in Prison dan bahkan membunuh istri pertama Yoon Won Hyung agar bisa mendapatkan posisi Nyonya di keluarga Yoon Won Hyung? Apa benar ia juga seorang gisaeng sebelum menjadi selirnya Yoon Won Hyung?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Ocha Paramitha,
      terima kasih telah berkunjung ke blog ini.

      Mengenai Jeong Nan-jeong (Jung Nan-jung), dia memang adalah tokoh nyata yang tercatat dalam sejarah.
      Jung Nan-jung memang adalah istri kedua dari Yoon Won-hyung, yang melahirkan seorang putri bagi Yoon Won-hyeong.

      Mengenai apakah benar dia membunuh istri pertama Yun Won-hyeon (Lady Kim Yeon-an), mungkin benar sebab Jeong Nan-jeong dikenal sebagai salah-satu femme fatale Joseon karena dia adalah wanita yang sangat ambisius.

      Jung Nan Jung dikenal sebagai seorang shaman (dukun) pada masa itu. Dia adalah putri bungsu dari Jeong Yoon-gyeom (seorang pejabat di Hanseong dan pejabat partai berkuasa). Dia sudah jatuh cinta pada Yoon Won-hyeong sejak masih remaja. Demi dinikahi Yun Won-hyeong, dia meninggalkan anak-anaknya. Jeong Nan-jeong tidak peduli hujatan orang lain saat dia dinikahi oleh Yoon Won-hyeong. Rupanya sikap agresif dan oportunis Jeong Nan-jeong ini tidak dipedulikan oleh Ratu Munjeong sebab mereka berdua menjalin hubungan yang cukup dekat.

      Oleh Ratu Munjeong, Jeong Nan-jeong diberikan akses yang hampir tidak terbatas untuk memasuki istana. Entah kenapa Ratu Munjeong sangat percaya padanya. Dialah yang memperkenalkan Biksu Bou pada ratu. Biksu Bou lalu menjadi biksu yang sangat berpengaruh pada kehidupan spiritual Ratu Munjeong.

      Para sarjana Kongfusian dan juga Raja Myeongjong sangat membenci Jeong Nan-jeong karena keserakahannya. Raja Myeongjong sendiri menganggap kematian kakak tirinya, Raja Injong, yang sangat dekat dengannya sebagai ulah dari Jeong Nan-jeong atas perintah suaminya, Yun Won-hyeong.

      Semasa Ratu Dowager Munjeong hidup, Jeong Nan-jeong mendapat hak-hak yang sangat istimewa. Tapi, semuanya berubah saat Ratu Munjeong (dan juga Biksu Bou) meninggal. Hanya lima bulan setelah kematian Ratu Munjeong, Raja Myeongjong langsung bergerak untuk membalas dendam kematian kakaknya dan membersihkan pejabat-pejabat korup termasuk Yun Won-hyeong.

      Disaat bersamaan, ibu tiri dari Lady Yeon-an (istri pertama Yun Won-hyung) mendatangi Uigeumbu dan melaporkan dugaan bahwa Lady Yeon-an diracun oleh Jeong Nan-jeong. Laporan ibu-tirinya ini menjadi celah bagi Raja Myeongjong untuk mengeksekusi mati Jeong Nan-jeong.

      Akhirnya, Jeong Nan-jeong dan Yun Won-hyeong dijatuhi hukuman mati, tapi Jeong Nan-jeong memilih bunuh diri dengan minum racun ketimbang dipenggal. Yun Won-hyung lalu mengikuti Jeong Nan-jeong dan meninggal dihari yang sama.
      Tapi mereka berdua dikuburkan dikuburan yang berbeda. Yun Won-hyung dikuburkan dipemakaman yang sama dengan Lady Yeon-an sedangkan kuburan Jeong Nan-jeong tidak diketahui.

      Demikian penjelasannya, semoga membantu.

      Delete
    2. Bagus banget penjelasannya, sekali-kali bahas tentang dinasti shilla dong, khsusunya Mishil

      Delete
  11. saya belakangan makin gemar menonton drama korea sageuk dan ikut tertarik untuk mencari tau sejarah asli nya. Tulisan2 kakak disini sangat membantu. Saat ini saya tertarik dgn drama Queen for Seven Day yg mengisahkan tentang ratu Dangyeong yg hanya jd ratu dlm wkt 7 hari, tp saya kesulitan mencari artikel yg membahas beliau, mungkin kakak bisa beri saya sedikit pencerahan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Anggiify,
      terima kasih telah berkunjung ke blog ini.

      Tulisan mengenai Ratu Dan-gyeong sudah saya tambahkan di artikel ini di kolom Raja Jungjong. Saya mohon maaf karena sebelumnya tidak menulis lengkap dan mengupdate informasi tentang beliau sebab kami sedang fokus menyusun artikel tentang sejarah Silla dan sejerah kerajaan di Indonesia.

      Semoga informasinya bisa membantu. Salam.

      Delete
    2. Seneng banget dapat hal ini. Jadi nambah pengetahuannya kalau mau nonton Drakor yg diangkat dari sejarah.
      Sama kaya Anggiify, aku lagi ngikutin drakor Queen for 7 day. Kalau ada catatan lain tentang ratunya mau dong diinfo. Mksh. Gbu

      Delete
    3. Halo Jetm Scout,
      terima kasih atas apresiasinya.
      Mengenai info tentang drama Queen For Seven Day, silahkan dibaca di penjelasan-penjelasan atau balasan-balasan pada para komentator diatas dan dibawah anda, sebab ada banyak penjelasan yang baru saja kami share melalui jawaban-jawaban pertanyaan komentator yang bisa menambah info tentang QF7D.

      Semoga penjelasan dan artikel ini bisa membantu. Salam.

      Delete
  12. Saya mau bertanya mbak..
    Saat raja JungJong diangkat menjadi raja ke 11, mengapa ratu pertama dilengserkan ? Dan hanya menduduki tahta selama 7hr ( drama "Queen for seven days). Apa raja jungjong tidak berusaha menyelamatkan dan mengembalikan ratu? Saya penasaran, tapi saya cari artikelnya tidak terlalu detail mbak..
    Kalau mbak tau bisa di share artikelnya mbak
    Terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Elyzabeth,
      terima kasih telah berkunjung ke blog ini.

      Tulisan mengenai Ratu Dan-gyeong dan Raja Jungjong, serta alasan-alasan Ratu Dan-gyeong turun tahta sudah saya tambahkan di artikel ini di kolom Raja Jungjong. Saya mohon maaf karena sebelumnya tidak menulis lengkap dan mengupdate informasi tentang beliau sebab kami sedang fokus menyusun artikel tentang sejarah Silla dan sejerah kerajaan di Indonesia.

      Semoga informasinya bisa membantu. Salam.

      Delete
  13. Saya lagi ngikutin drama Queen for Seven days. Pas baca blog ini jadi punya gambaran ending dramanya bakalan seperti apa. Terima kasih, tulisannya sangat informatif. Bakalan jadi referensi kalo nonton drama saeguk.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo,
      terima kasih telah menjadi pengunjung blog kami ^^
      Kami senang jika informasi dari blog ini bermanfaat.

      Oya, blog "Deleigeven Historial" bukan satu-satunya blog dari Deleigeven Media. Masih ada beberapa blog lain, seperti ekonomi, nature, dan blog review dari Deleigeven Media, tapi blog Deleigeven Historial ini yang artikelnya paling banyak. Memang kalau di handphone, side guide-nya tidak kelihatan (kecuali mode bacanya diubah ke PC version). Kalau masih tertarik mengetahui lebih lanjut tentang drama Scarlet Heart, bisa dibaca diartikel terbaru kami: PANDUAN SEJARAH: DRAMA SCARLET HEART RYEO

      Semoga saudara/i tertarik membaca dan info-nya bisa bermanfaat.
      Salam,

      Delete
  14. akhir-akhir ini saya tertarik nonton drama queen seven days dan searching tentang ratu dangyeong artikel disini benar-benar paling lengkap. Setelah baca ini saya jadi tau ternyata pangeran tidak pernah diasingkan tapi sudah menikah dengan dari dangyeong selama beberapa tahun. Yang mau saya tanyakan apakah pangeran yeok tidak pernah ikut dalam aksi kudeta para menteri tapi langsung ditunjuk karena saudara yang lain sudah dibunuh oleh raja yeonsangun / terpaksa menerima takhta atau memang pangeran yeok ikut ambil bagian dalam aksi kudetanya seperti dalam drama queen for seven days

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo,
      terima kasih telah menjadi pengunjung blog kami.

      Menurut catatan, Pangeran Yeok tidak bergabung dalam aksi kudeta (makanya dia kaget saat pasukan oeng-kudeta berkumpul di depan rumahnya). Dia hampir bunuh diri karena mengira pasukan peng-kudeta adalah pasukab raja yang ingin membunuhnya (tidak mungkin dia begitu kalau sudah tau rencana pasukan pemberontak).

      Pangeran Yeok bukan satu-satunya pangeran yang masih hidup, tapi dia yang bergelar Pangeran Besar.

      Alasan lain mengapa Pangeran Yeok tidak ikut mengkudeta adalah karena istrinya, Dan-gyeong, adalah keponakan kandung ratu yang berkuasa. Kalau Raja Yeonsan digulingkan, semua keluarga, kerabat, dan pengikut nya akan ikut kena hukuman, termasuk Dan-gyeong. Pangeran Yeok tentu menyadari hal ini dan tidak akan gegabah.

      Demikian penjelasannya ^^

      Delete
    2. Terima kasih atas jawabannya lalu saya mau tanya kisah mengenai china bawi apakah ceritanya benar" terjadi atau hanya cerita yang berkembang di masyarakat secara turun temurun.. Lalu mengenai tempat pengasingan ratu apa tempatnya memang dekat dengan batu(chima bawi tsb). Dan apakah pada masa kepemimpinan raja jungjong yg tidak pernah berusaha mengembalikan gelar ratu/mencabut hukuman pengasingan nya.

      Delete
    3. Kisah Chima Bawi (치마자위) memang ada dalam sejarah. Itu adalah kisah yang paling terkenal dari era Raja Jungjong dan persis dengan cerita drama.

      Info mengenai Ratu Dan-gyeong dan Raja Jungjong sudah saya tambahkan di artikel ini di kolom Raja Jungjong.
      Salam.

      Delete
  15. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih buat kakak dr blog ini saya jadi tau bermacam2 sejarah korea

    Ada segelintir pertanyaan yanng ingin saya tanya
    1. Raja jungjong menikahi kerabat raja.. apakah tidak ada pertentangan dari pihak raja yeongsangun ?? Dimana raja yeongsangun sangat kejam
    2.raja jungjong saat belum menjadi raja .. beliau punya gelar pangeran besar.. kalau boleh tau apa perbedaan pangeran besar dan pangeran??

    3.apakah karakter myung hee diqueen for seven days adalah karakter yang akan menjadi ratu kedua raja jungjoong ??

    Sebelumnya terima kasih ya kak.. aku penasaran banget .. semoga kakak bisa bantu jawab

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Hera,
      mengenai pertanyaan saudari:

      1.Pernikahan Jungjong dengan Dan-geyong
      Pernikahan para pangeran dan putri raja selalu diatur oleh pihak Istana Dalam. Kepala Istana Dalam (ratu yang mejabat) harus meminta restu dari Ibusuri (ratu mendiang raja terhulu) jika saat itu ibusuri masih hidup. Pernikahan mereka berlangsung pada tahun 1506. Saat Jungjong menikahi Dan-gyeong, kepala Istana Dalam saat itu adalah Ratu Shin (istri Yeonsan). Ibusuri juga masih hidup, dan yang menjadi ibusuri adalah ibu kandung Jungjong. Artinya, pernikahan mereka mendapat restu dari pihak istana.

      2.Gelar Pangeran dan Pangeran Besar
      Secara umum bahasa Korea “pangeran” adalah “Wangjo”. Gelar pangeran di Joseon ada bermacam-macam, yaitu Seja (putra mahkota), Daegun (Pangeran Besar), Daewon-gun (Pangeran Regen/wali raja), dan Gun (pangeran).

      -Pangeran Besar (Daegun) adalah putra dan cucu raja dari ratu. Gelar ini adalah gelar terdahulunya Raja Jungjong (Pangeran Besar Jinseong), Raja Sejo (Pangeran Besar Suyang, kakek buyut Yeonsan dan Jungjong), Raja Myeongjong (Pangeran Besar Gyeongwon, putra Jungjong), dan Raja Hyojong (Pangeran Besar Bongrim, kakeknya Sukjong).
      Kalau dimasa modern, gelar ini sama seperti gelarnya Pangeran Andrew (Duke of Kent), Pangeran Edward (Earl of Wessex), dan Pangeran Harry (Harry of Wales) dari Inggris, Pangeran Carl Philip (Duke of Varmland) dari Swedia, atau Pangeran Fumihito (Imperial Prince Akisino) dari Jepang.

      -Pangeran (Gun) adalah gelar putra raja dari selir. Gelar ini digunakan pada Yeonsan (sehingga membuat dia dikenal sebagai Yeonsan-gun) karena dia ibunya bukan ratu (ratu yang dilengserkan dianggap selir), sehingga gelarnya sebelum menjadi Seja adalah Gun. Lagipula Yeonsan juga dilengserkan. Gelar ini juga diberikan pada Raja Gwanghae, yang juga dilengserkan, karena dia adalah putra selir, sehingga beliau dikenal dengan nama Gwanghae-gun. Seorang putra raja dari selir, walau dia adalah anak raja yang tertua, tetap bergelar Gun. Contohnya adalah anak tertua Jungjong, Pangeran Bokseong (Bokseong-gun), dan anak tertua Raja Seonjo (Imhae-gun).
      Kalau dimasa modern, gelar ini sama seperti gelarnya Pangeran-pangeran Casiraghi dari Monaco.

      3.Tokoh Myunghee
      Karena marga Myunghee adalah Yoon, sama seperti marga Ratu Jang-gyeong (ratu kedua Jungjong) jadi yah seharusnya beliau adalah ratu kedua Jungjong. Kelak beliau menjadi ibu dari putra mahkota. Menurut sejarah karakternya baik.

      Demikian penjelasannya. Semoga membantu. Salam.

      Delete
  16. SDQ drama saeguk terfavorit setelah dong yi. Penonton dibuat penasaran dan kelewat penasaran jadi sering searching artikel2 yang memuat sejarah raja jungjong dan ratu dan-gyeong. Tidak banyak artikel yang membahas sejarahnya. Tapi blog ini menyuguhkan cerita lengkap mengenai kisah mereka. Hanya saja sedikit menyedihkan membaca sejarahnya. Seorang raja yang tak mampu menjaga istri yang katanya teramat dicintai dan berpisah 40-an tahun tanpa bertatap muka... Poor Queen dang-yeong

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Rina,
      terima kasih atas apresiasinya. Semoga artikel-artikel kami bisa membantu anda.
      Salam.

      Delete
  17. Saya sangat terbantu dengan adanya blog ini..
    Yang saya ingun tanyakn sma...
    1. Alasan knp pngeran jinseong diperbolehkan menikah dg ratu dang yeong
    2. Apakah pngeran jinseong adlh anak kesayangan raja seonjeong karena di drama SDQ terlihat raja terdahulu sngt menyayangi pangeran dan ibunya dan cendwrung meanak tirikan yeonsan gun
    Dan saya minta sedikit informasi mengenai pangeran jinseong sebelum naik tahta.. bukankah dia anak ibu suri pada masa pemerintahan yeonsang gun?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Siti,
      mengenai pertanyaan saudari:

      1.Alasan Jinseong diperbolehkan menikah dengan Dan-gyeong
      Pernikahan mereka diatur oleh pihak Istana Dalam (Ratu Shin, istri Yeonsan) dan yang menjadi ibusuri adalah ibu kandung Jinseong. Artinya, pernikahan mereka mendapat restu dari pihak istana. Seharusnya, pernikahan mereka berdua ini juga direstui Yeonsan sebab pernikahan ini memperkuat posisi Yeonsan, karena Ratu Dan-gyeong adalah keponakan Ratu Shin, artinya secara resmi Jungjong berada dibarisan pendukung Yeonsan, atau tunduk pada Yeonsan.

      2.5.Hubungan Jinseong dan Yeonsan dengan ayah mereka
      Hubungan Jinseong dengan ayahnya (Raja Seongjong) terkesan lebih hangat dan harmonis karena Jinseong lahir dimasa tua ayahnya. Biasanya anak-anak bungsu atau anak-anak termuda raja yang paling disayang, dan itu masih menjadi kebiasaan orang Korea sampai sekarang. Sedangkan, hubungan Yeonsan dengan ayahnya cukup kaku, bukan karena ayahnya tidak sayang pada Yeonsan tetapi karena tekanan pejabat istana dan stres karena rasa bersalah sebab beliau menghukum mati Ratu Jeheon (ibu kandung Yeonsan).

      3.Jinseong memang adalah anak ibusuri pada masa pemerintahan Yeonsan. Tidak banyak info beliau saat masih menjadi pangeran. Karena sudah menikah, otomatis beliau tinggal diluar istana. Beliau memang adalah ancaman terbesar Yeonsan, tapi dia tidak diasingkan. Dia dilindungi oleh ibunya (ibusuri) dan istrinya (keponakan Ratu Shin).

      Semoga penjelasannya membantu. Salam.

      Delete
  18. Bersyukur sekali bertemu dgn artikel disini, sangat membantu utk pentanyaan2 drama QF7D, kek nya lagi rame yaa.. hehhe, salam kenal chinggu..
    yg mau sy tanyakan apakah benar stlah sekian lama raja jungjong tdk melihat ratu dangyeong, sebelum meninggal raja memanggil istrinya utk terakhir kalinya bertemu ?
    Terima kasih sblmnta..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Qinayyah,
      terima kasih atas apresiasinya.

      Ratu Dan-gyeong tidak pernah dipanggil lagi ke istana setelah diasingkan. Tapi Jungjong yang beberapa kali mengunjunginya (info ini sudah ditulis diartikel ini mohon disimak kembali). Mengenai tambahan info tentang Jungjong dan QF7D, bisa disimak melalui komentar-komentar terbaru diatas saudari, sebab ada banyak pertanyaan dan penjelasan yang baru saja kami share melalui jawaban-jawaban pertanyaan komentator yang bisa menambah info tentang QF7D.

      Semoga penjelasan dan artikel ini bisa membantu... Salam ^^

      Delete
  19. Sebenarnya jang ok jung lebih di anggap nyata bukan karena tokoh dalam drama itu melainkan karakter tokohnya di dalam sebuah kerjaan dimana perebutan tahuan dan kekuasaan adalah hal yang biasa tidak mungkin ada yang sangat tulus seperti dong yi atau sangat baik seperti arti inhyong sedangkan drama jang ok jung tidak ada tokoh yang baik sekali semua punya sisi jahat. Membuat drama jang ok jung banyak di anggap mewakili karakter yang lebih cocok dengan sejarah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo HaNa

      Mengenai perbandingan drama Jang Ok-jung dan Dong Yi, jawaban-jawaban kami adalah berdasarkan sudut pandang dan respon penonton Korea Selatan karena drama-drama itu berasal dari negara mereka dan sejarahnya juga adalah sejarah bangsa mereka jadi dalam hal ini mereka-lah yang lebih paham mengenai mana drama yang lebih sesuai dengan cerita sejarah dan mana yang tidak.
      Karena mayoritas penonton Korea Selatan lebih memilih drama "Dong Yi" sebagai yang paling sesuai dari sisi faktual, realita masa itu, dan karakteristik tokoh-tokohnya, dan juga setelah menonton drama drama-drama tersebut maka kami menyimpulkan drama "Dong Yi" yang lebih sesuai.
      Kami tidak bisa menggunakan sudut pandang orang Indonesia masa kini untuk menilai sejarah dan karakteristik orang Korea di masa lalu.
      Salam.

      Delete
  20. Wah, keren, makasih infonya. Baca ini. Jadi nggak sekedar nonton drama korea saja, tapi jadi tau sejarah yg sebenaranya seperti apa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo maghfirah meong
      Terima kasih atas apresiasi saudara/i.
      Kami senang jika artikel kami membantu anda. Silahkan berkunjung kembali dan menjelajahi blog ini.
      Salam.

      Delete
  21. Membantu bngt artikelnya ka, saya juga penasaran dgn ending drakor SDQ dimana raja jungjong memanggil lg ratu dangyeong yg bikin baper bngt. Apa benar sblm meninggal raja jungjong bertemu dgn ratu dangyeong atau mereka sama sekali tidak pernah bertemu muka lagi setelah ratu diasingkan? Dan apkah ratu dangyeong punya anak dengan raja jungjong?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Abby,
      Terima kasih atas apresiasi saudara/i.

      1.Menurut sejarah, secara resmi (dengan kehadiran pencatat Sillok) Raja Jungjong tidak pernah bertemu lagi dengan Ratu Dan-gyeong, tapi Jungjong beberapa kali menengok Dan-gyeong di tempat pengungsiannya namun tanpa dan tidak pernah lagi bertemu muka dengan Dan-gyeong. Pewarisnya (Injong) yang menemui Dan-gyeong.

      2.Ratu Dan-gyeong tidak memiliki anak dengan Raja Jungjong.

      Demikian penjelasannya, salam.

      Delete
  22. Halo admin, aku salah satu yg tertarik bgt sama cerita kerjaan korea. Anyway aku baru bgt nonton hong the rebel trs langsung mampir ke sini seperti biasanya. Udh dijelasin sih ya diatas sebenernya, tp yg saya bingung di film itu gil dong anak dari pelayan, itu latar drama atau yg benar itu seperti tulisan diatas?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo,

      Menurut saya cerita awal drama "Hong The Rebel" adalah fiktif karena tidak ada dalam catatan sejarah. Beliau adalah tokoh nyata.
      Ibu beliau adalah seorang selir (bisa jadi memang adalah seorang pelayan) tapi ayahnya adalah seorang bangsawan. Hong The Rebel adalah drama yang mengambil kisah dan latar tokoh Hong Kil-dong yang asli, bukan yang versi legenda. Kisah sebenarnya adalah seperti penjelasan dalam artikel ini.
      Salam.

      Delete
  23. Halo min,
    Semenjak sy nonton drama saeguk korea, sudah jadi kebiasaan untuk mengecek sejarahnya di blog ini. ^_^

    Intinya, sy baru selesai nonton drama Grand Prince (Yoon Shi Yoon). Apakah kisahnya terdapat dalam sejarah korea? Ataukah sempat dibahas dlm blog ini? (Kalau memang sudah dibahas, bisakah informasikan pada sy artikel mana yg perlu sy baca)
    Terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Luthfi, terima kasih telah menjadi pengunjung setia blog ini.

      Menurut wikipedia, drama Grand Prince adalah drama yang menceritakan tentang putra-putra Raja Sejong Yang Agung. Para Daegun (Grand Prince) dalam drama ini adalah Suyang Daegun (diperankan oleh Joo Sang-wook) dan Anpyeong Daegun (diperankan oleh Yoon Shi-yoon). Sedangkan, putra-mahkota (Seja) adalah calon Raja Munjong.

      Suyang Daegun adalah pangeran ambisius yang kelak akan membantai adik-adik kandungnya demi menjadi raja (kelak menjadi Raja Sejo). Pangeran Anpyeong adalah salah-satu putra kesayangan Raja Sejong selain putra-mahkota dan Gwangpyeong Daegun (pangeran dalam drama Three With Deep Roots). Pangeran Anpyeong juga kelak menjadi salah-satu orang kepercayaan Raja Munjong selain Jenderal Kim Jong-seo (jenderal dalam film The Face Reader).

      Sebagai pembanding drama "Grand Prince", drama yang paling pas adalah drama "the Princess's Man" yang diperankan oleh aktris Moon Chae-won. Drama "Queen Insoo" juga bisa membantu, tapi masih drama "the Princess's Man" yang lebih pas.

      Sejarah dalam drama "the Grand Prince" dapat dibaca di artikel:
      DINASTI JOSEON PERIODE AWAL
      tepatnya di kolom Raja Sejong Yang Agung, Raja Munjong, Raja Danjong, dan Raja Sejo.

      Semoga penjelasan dan artikelnya bisa membantu. Salam.

      Delete
  24. Halo admin, saya lagi ngikutin drama the flower in prison
    Apakah kisah the flower in prison itu kisah nyata / fiksi?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Agnes,
      Alur kisah drama "Flower Prison" diambil dari sejarah walau detail ceritanya fiksi. Kisah Yun Won-hyeon dan Jeong Nan-jung benar sesuai sejarah, juga dengan kejahatan-kejahatan mereka.
      Sebagian sejarah dari drama "Flower Prison" bisa dibaca di artikel ini di kolom Raja Injong dan Raja Myeongjong.

      Semoga penjelasannya membantu. Salam.

      Delete
  25. Halo min, saya mau tanya menurut sejarah aslinya raja jungjong dan ratu dangyeong menikah di tahun berapa?

    ReplyDelete
  26. beneran ada tabib perempuan namanya seo jang geum ?

    ReplyDelete
  27. Haloo admin, kalau drama 100 days my husband itu mirip cerita raja siapa ya? dan itu apakah fiktif semua? Trims

    ReplyDelete
  28. Kak aku mau nanya, hubungan antara raja jungjong dengan jang geum dan saimdang apa ya? Kemudian bagaimana karakter dari sosok raja jungjong yang sebenarnya? Terimakasih

    ReplyDelete
  29. Halo admin, saya penggemar baru Raja Gwanghae, tapi meski begitu tindakannya yang membiarkan fraksinya membunuh Pangeran Imhae dan Pangeran Yeonchang memang keterlaluan (saya tau dia tidak bisa berbuat apa2 karna fraksinya yang membuat dia bertahan jadi raja, tapi tetap saja tindakannya itu tidak benar). Yang ingin saya tanyakan itu kan Raja Gwanghae dikudeta karena tindakan fraksinya yang membunuh Pangeran Yeonchang yang merupakan pewaris legal takhta, mengasingkan Ratu Inmook ama Putri Jumyung, & menekan Fraksi kecil. Dari drama Hwajung juga ditampakkan kudeta Raja Gwanghae didukung ama Ratu Inmook ama pengikutnya. Tapi kok pada saat pemerintahan raja Injo (tahun 1632) Ratu Inmook meninggal di pengasingan? Apa dia gak kembali ke Istana jadi Ibu Suri seperti pada drama Hwajung? Klo Raja Injo dalam sejarah tetap mengasingkan Ratu Inmook berarti dia sama bersalahnya dengan Raja Gwanghae dong? Kok Fraksi Kecil tetap mendukung dia?

    Maaf pertanyaan saya yang panjang, saya harapkan pertanyaan saya mendapat jawaban. Terima kasih..

    ReplyDelete
  30. Klo film the moon that embracing the sun itu masa pemerintahan raja yg mana dlm sejarah joseon ya

    ReplyDelete
  31. Halo, artikelnya sangat membantu karena lengkap. Saya mau tanya apakah diblog ini ada artikel mengenai chima bawi? thankyou

    ReplyDelete
  32. Min Mau Tanya Tokoh Joo Gwan Woong di drama gu family book asli atau gak? Soalnya drama itu kan ngambil pas latarnya Yi Sun Shin Yaitu waktu Raja Seonjo Berkuasa

    ReplyDelete
  33. mau tanya apakah cerita di film ruler master of the mask benar" ada?
    saya baca di artikel ini kok sama sekali nggak ada yang cocok

    ReplyDelete

CATATAN PADA PARA PEMBACA:

-Silahkan membaca, mengambil, dan menggunakan artikel ini dalam karya tulis anda tapi CANTUMKAN KREDIT LENGKAP ARTIKEL INI dalam daftar sumber anda dan JANGAN MENYADUR/MENGCOPY-PASTE apalagi MEM-PLAGIAT 100% isi tulisan ini. Kembangkanlah kreativitas dalam penulisan anda.

-Pembaca DAPAT memberikan komentar dengan akun TANPA NAMA (Annonymous).

-Gunakanlah kata-kata yang baku agar komentar tidak dikategorikan sebagai "komentar Spam" secara otomatis oleh google filter machine.

-Harap MEMBACA ARTIKEL INI dan komentar-komentar sebelum anda DENGAN TELITI sebelum berkomentar, karena mungkin pertanyaan anda TELAH DIJELASKAN secara langsung melalui artikel ini, dan juga agar pertanyaan-pertanyaan yang sama tidak ditanyakan secara berulang.

-DILARANG memberikan informasi dan komentar yang melecehkan Suku, Agama, Ras, dan golongan tertentu (SARA) dan mengandung unsur pornografi.

-Kami menerima setiap kritik dan masukan dari para pembaca melalui kolom komentar, namun Setiap komentar yang melecehkan pihak lain, baik pelecehan berbau SARA atau yang mencerminkan FANDOM WAR akan kami HAPUS.

-Setiap komentar dan iklan yang mengandung unsur PORNOGRAFI dan PERJUDIAN, dan ajakan untuk bergabung dalam usaha SIMPAN PINJAM, KREDIT USAHA dan sejenisnya akan KAMI HAPUS karena berpotensi terjadi PENIPUAN.

-Jika anda memiliki informasi tambahan yang berhubungan dengan artikel ini, kami sangat senang jika anda membagikannya pada pembaca yang lain melalui website ini dan kami sangat senang jika anda juga turut membagikan artikel ini pada orang lain.