Wednesday, 5 August 2015

Sejarah dan Pencapaian BNI 46, Bank Pertama di Republik Indonesia





Saya dibesarkan disebuah pulau kecil dibagian utara Provinsi Papua. Pulau itu bernama pulau Biak dan dulunya merupakan pulau yang cukup ramai. Namun, lama-kelamaan pulau Biak menjadi pulau yang sangat sepi. Meskipun pulau ini memiliki potensi wisata yang besar, namun pulau ini hanya memiliki sedikit sumber daya alam. Karena pulau ini tidak begitu ramai, bank-bank yang beroperasi dipulau ini sangat sedikit, tidak sampai lima bank.

Saya masih ingat saat saya masih SMP ketika untuk pertama kalinya sejak krisis perbankan melanda Indonesia, ada sebuah bank yang baru dibuka, dan bank itu bernama BNI. Saat itu saya dan teman-teman sekelas saya memperbincangkan 'bank baru’ tersebut. Mungkin bagi orang-orang yang tinggal didaerah lain yang lebih ramai, kehadiran sebuah bank bukanlah hal yang luar biasa, namun bagi kami yang tinggal dipulau kecil yang saat itu tidak memiliki lebih dari lima bank, kehadiran sebuah 'bank baru' merupakan suatu hal yang sangat menarik.

Saya masih ingat betul mengenai krisis moneter 1997-1998 terutama tentang peristiwa-peristiwa di Jakarta yang menjadi tontonan kami hampir tiap hari. Saya dan hampir seluruh teman-teman karib saya juga teman-teman sekelas saya merupakan anak-anak yang orang-tuanya terkena langsung dampak dari krisis itu, rata-rata orang tua kami adalah pegawai swasta yang bekerja di perusahaan di luar pulau Biak. Kami tinggal di pulau Biak karena pulau Biak memiliki akses transportasi yang paling lengkap saat itu dan juga akses pesawat langsung ke Jakarta. Pulau Biak juga adalah tempat yang minim konflik di Papua.

Ayah saya bekerja di perusahaan kehutanan (perusahaan kayu) sebagai salah satu manajer, sedangkan rata-rata teman-teman saya dari keluarga pendatang adalah anak-anak dari para manajer atau pemilik perusahaan kontraktor, dan teman-teman saya yang berasal dari etnis Tionghoa adalah anak-anak dari para pemilik toko, lalu teman-teman saya yang merupakan orang pribumi Papua biasanya anak-anak dari para pekerja perusahaan. Hanya sedikit yang merupakan anak-anak dari pegawai negeri atau TNI/POLRI. Oleh karena itu, kami cukup heran ketika melihat ada 'bank baru' yang muncul. Ketika krisis terjadi, kami masih SD kelas 6 dan kami yang masih kecil sudah mengerti bahwa krisis moneter saat itu yang membuat orang-tua kami kesulitan karena perusahaan-perusahaan tempat orang tua kami bekerja terpaksa berhenti beroperasi. Rata-rata pemilik perusahaan tempat orang tua kami bekerja selain perusahaan dari Indonesia adalah perusahaan-perusahaan dari Korea Selatan, Filipina, atau Malaysia. Sungguh tidak disangka bahwa justru negara-negara itulah yang terkena krisis moneter paling parah.

Bagi kami, dampak krisis itu sangat berat dan sangat lama. Saat itu, yang juga kami tahu adalah ada banyak bank yang tutup, dan juga ada bank sudah tidak ada lagi di kota kami. Tragisnya, salah satu dari bank-bank yang ditutup itu adalah bank tempat orang-tua dari dua orang teman saya bekerja sebagai kepala dan wakil kepala cabang. Kedua teman saya itu terpaksa pulang ke Jawa dan Manado. Perpisahan kami cukup menyedihkan, dan hingga kini kami belum pernah bertemu kembali. Oleh karena itu, ketika kami melihat ada 'bank baru' yang baru dibuka secara spontan kami berpikir bahwa situasi telah membaik, sehingga kehadiran 'bank baru' itu menjadi topik utama obrolan kami di kelas.

Saat kami sedang ramai mengobrol tentang 'bank baru’ dan semakin ribut karena perbincangan kami diselipi oleh lelucon-lelucon konyol khas Papua (yang disebut MOP), pak guru PPKN kami memasuki kelas. Kami tidak sadar bahwa guru kami sudah didalam kelas, karena ketua kelas kami yang seharusnya memimpin kami untuk memberi salam pada guru justru yang paling sibuk mengobrol. Untunglah guru PPKN kami itu bukanlah guru yang killer. Pak guru kami itu sampai harus pura-pura batuk, dan hal itu berkali-kali barulah seluruh murid-murid di kelas menyadari kehadirannya.

“Ada apa kalian ini? Ramai sekali.” Ujar guru kami itu setelah kami semua memberikan salam padanya. “Kalian bicara-bicara apa saja kah?” Tanya guru kami dengan logat Papua, yang artinya, ’kalian tadi membicarakan hal apa saja?’ Beberapa teman saya serempak menjawab, “Ada bank baru pak guru.” Pak guru saya lalu tertawa. “Oooh Bank BNI itu kah?” Tanya guru kami, dan kami pun mengangguk sambil menjawab, “Iyo,” yang artinya ‘iya’. “Bank itu bukan bank baru, justru dia yang paling pertama di Indonesia.” Kata guru kami, dan kami-pun bereaksi dengan membuat mulut kami membentuk huruf ‘Oooo..’ yang panjang. Kami pun melupakan tentang 'bank baru' itu untuk sesaat. Namun, saya yang gemar sejarah langsung mencari tahu mengenai sejarah BNI, untuk membuktikan benar-tidaknya ucapan guru saya. Usaha saya untuk mencari tahu tentang sejarah BNI cukup sulit karena pulau kami belum memiliki internet yang memadai dan juga koleksi perpustakaan daerah sangat terbatas, serta tidak ada buku tentang sejarah perbankan dalam koleksi perpustakaan daerah maupun perpustakaan di sekolah kami. Disisi lain, teman-teman saya (yang sekelas maupun dari kelas lain) terus meneror saya mengenai asal-muasal 'bank baru’ itu karena saya adalah murid yang memperoleh nilai sejarah tertinggi disekolah kami. Lebih gawat lagi, ketika seorang teman saya menanyakan mengenai 'bank baru' itu pada guru sejarah kami, dan guru sejarah kami justru memberikan tugas untuk mencari sejarah tentang 'bank baru' itu sebagai PR kami. Untunglah paman saya yang baru kembali dari Jakarta membawakan banyak buku pesanan saya dan ayah saya, termasuk buku-buku pengetahuan sejarah umum. Berkat buku-buku itu, saya bisa menjawab beberapa pertanyaan teman-teman saya dan menyelesaikan PR saya dan semua teman sekelas saya ^_^. 

Memang benar, BNI 46 adalah bank nasional pertama di Indonesia sejak Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. BNI46 didirikan oleh Margono Djojohadikusumo dan diresmikan pada tanggal 5 Juli 1946. BNI 46 juga merupakan bank pertama yang dipercaya oleh pemerintah Indonesia untuk mengedarkan Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) yang merupakan mata uang pertama Indonesia. ORI pertama kali diedarkan pada tanggal 30 Oktober 1946, yang artinya hanya sekitar 3 bulan sejak BNI 46 pertama kali berdiri. Pada masa-masa itu, ORI yang dicetak di percetakan Canisius hanya memiliki dua warna dengan pengaman berupa serat halus dan juga memiliki desain dan bentuk yang sangat sederhana, dan merupakan mata uang yang memiliki nilai rendah. ORI pertama kali dicetak dalam bentuk uang kertas nominal satu sen dengan gambar dibagian depan berupa keris terhunus dan bagian belakangnya adalah teks UUD 1945. Pada Mei 1946, ketika suasana di Jakarta genting, maka Pemerintah RI memutuskan untuk melanjutkan pencetakan ORI di Yogyakarta. Seri ORI kedua diterbitkan oleh BNI 46 di Yogyakarta pada tanggal 1 Januari 1947. Yogyakarta juga menjadi tempat diterbitkannya seri ketiga dan seri keempat ORI yang masing-masing diterbitkan pada tanggal 26 Juli 1947 dan 17 Agustus 1949. Sedangkan seri ORI RIS (Republik Indonesia Serikat) diterbitkan di Jakarta pada tanggal 1 Januari 1950. Semua seri ORI itu diterbitkan oleh BNI 46.

Meskipun diterbitkan dengan penuh keterbatasan dan kesederhanaan akibat situasi politik pada masa-masa awal kemerdekaan, namun BNI46 melalui ORI berhasil memenuhi harapan dan tujuan pemerintah RI dan Bangsa Indonesia untuk mengeluarkan uang sendiri yang tidak hanya berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah tapi juga sebagai salah satu lambang negara merdeka. Meski masa peredaran ORI sangat singkat, namun ORI telah diterima di seluruh wilayah Republik Indonesia dan ikut menggelorakan semangat perlawanan terhadap penjajah. Kini, tanggal 30 Oktober diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sedangkan hari lahir BNI 46 diperingati sebagai Hari Bank Nasional. Dua hari nasional itu merupakan satu dari banyak hal yang sangat dibanggakan oleh BNI 46, dan juga merupakan bukti dari peran besar dan pencapaian BNI 46 di Indonesia. 

Peran BNI 46 sebagai bank pencetak mata uang RI pun diganti oleh De Javasche Bank (kini bernama Bank Indonesia) yang ditunjuk sebagai Bank Sentral pada tahun 1949. Peranan BNI 46 dibatasi dan lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan. BNI 46 kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan memiliki akses langsung dalam transaksi luar negeri. Pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini diharapkan untuk menmbah pelayanan yang lebih baik bagi sektor usaha nasional. Pemerintah lalu menguluarkan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, sehingga nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan pada akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan BNI lebih dikenal sebagai 'BNI 46'. Lalu pada tahun 1988, penggunaan nama ‘Bank BNI' ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas perusahaan. BNI 46 mengalami perubahan status hukum pada Tahun 1992 yang juga mengubah namanya menjadi PT.Bank Negara Indonesia (Persero). BNI lalu menjadi perusahaan publik yang dimulai ketika BNI 46 melakukan penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996. Hal ini membuat BNI 46 merupakan bank negara pertama yang go-public dalam sejarah perbankan Indonesia.

Pada tahun 1997, krisis keuangan melanda Asia. Krisis yang bermula pada bulan Juli 1997 di Thailand menghantam bursa saham, mata uang, dan harga aset negara-negara di Asia Tenggara dan menyebar ke beberapa negara lain di kawasan Asia terutama Asia Timur. Krisis tersebut sepertinya datang secara tiba-tiba, karena sebelumnya Bank Dunia menilai perekonomian Asia khususnya (Asia Tenggara) memiliki kinerja yang baik bahkan tergolong ajaib. Indonesia merupakan negara yang terkena dampak paling parah dari krisis finansial tersebut. Indonesia bahkan tidak mampu mendapatkan keuntungan ekonomi dari fluktuasi apapun karena Indonesia telah berada di status yang digolongkan sebagai krisis. Krisis ini mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan. Minimnya likuiditas dan hilangnya kepercayaan masyarakat pada sektor perbankan yang membuat masyarakat menarik uang secara besar-besaran dari bank hingga terjadilah rush menghasilkan saldo negatif (negative balance) pada clearing account bank-bank tersebut dengan Bank Indonesia. Akibatnya banyak bank yang ditutup atau di-merger. Krisis ini juga menurunkan kepercayaan terhadap pemerintah dan juga mengganggu tatanan sosial saat itu sehingga Indonesia menghadapi salah satu dampak terburuk krisis finansial, yaitu kerusuhan dan huru-hara, yang menyebabkan lengsernya Presiden Soeharto sekaligus pertanda dari berakhirnya rezim orde baru.

Dampak dari krisis moneter dan perbankan ini tentu juga mengguncang BNI 46, namun BNI 46 menjadi salah satu bank yang tidak dilikuidasi oleh BI, dan juga tidak melakukan dan atau di-merger dengan bank lain. BNI 46 lalu berbenah dan memanfaatkan peluang dari terbitnya UU Perbankan yang baru yaitu UU Perbankan Tahun 1998 yang menggantikan UU Perbankan Tahun 1992. BNI 46 juga melakukan program restrukturisasi termasuk diantaranya melakukan rebranding. Brand baru perusahaan lalu diperbaharui dengan menggunakan nama "BNI" dan mencantumkan tahun lahirnya yaitu "46" dalam logo perusahaan pada tahun 2004. Kata ‘BNI’ yang berwarna tosca melambangkan kekuatan, keunikan, dan kekokohan. Sementara angka ‘46’ merupakan wujud dari kebanggan BNI dalam yang lahir dan terlibat dalam tahun-tahun awal berdirinya Republik Indonesia, dan letak angka ‘46’ dalam kotak orange secara diagonal merupakan gambaran dari BNI baru yang modern. 

Kinerja BNI 46 terus mengalami peningkatan tahun demi tahun pasca krisis perbankan tahun 1998. BNI 46 lalu menerbitkan saham baru pada tahun 2007 dan 2010 melalui Penawaran Umum Terbatas (right issue) dengan memperluas komposisi kepemilikan saham publik menjadi 40%. Pada tahun 2012, Pemerintah Indonesia telah memegang saham BNI 46 sebesar 60% dan sisanya 40% dimiliki oleh pemegang saham publik yang datang dari individu, instansi, domestik maupun asing. 

Era globalisasi menuntut industri perbankan termasuk BNI 46 untuk selalu meningkatkan kemampuan dalam memberikan solusi perbankan kepada seluruh nasabah. Secara historis BNI 46 fokus pada corporate banking yang didukung dengan infrastruktur retail banking yang kuat. BNI 46 terus berupaya meningkatkan kapitalisasi keduanya menjadi keunggulan BNI 46. 



Kini BNI 46 merupakan bank terbesar keempat di Indonesia dengan banyak prestasi. Pada akhir tahun 2012, BNI 46 telah memiliki total aset sebesar Rp333,3 triliun. BNI 46 bahkan mampu memiliki gedung tertinggi di Indonesia, yaitu Wisma BNI 46, dengan tinggi 262 meter (terhitung hingga ujung antena). Saat ini BNI 46 sudah mempunyai 914 kantor cabang di Indonesia dan 5 di luar negeri, dan akan terus meningkat. BNI 46 juga meluncurkan banyak produk perbankan sebagai bentuk pelayanannya pada nasabah. Pelayanan yang diberikan BNI 46 tergolong unik, seperti diluncurkannya Bank Terapung untuk melayani masyarakat yang tinggal di Kepulauan Riau maupun daerah yang sulit dijangkau dengan transportasi darat seperti Kalimantan, juga pelayanan perbankan di mobil keliling, dan yang tak unik adalah Bank Sarinah dikhususkan untuk nasabah perempuan. BNI 46 melakukan total service dengan menghadirkan semua petugas perempuan di Bank Sarinah. BNI 46 juga menghadirkan pelayanan khusus untuk anak-anak yang dikenal sebagai Bank Bocah. Sedangkan disektor pendidikan, BNI 46 membuka Kantor Kas Pembantu di hampir seluruh perguruan tinggi negeri dan swasta terkemuka di Indonesia. Pelayanan ini saya nikmati dan syukuri saat saya mengurus pembayaran kuliah adik saya. Selain itu, pelayanan BNI 46 yang terkenal dan patut dibanggakan adalah BNI Berbagi. 

Sejalan dengan pelayanannya, BNI 46 mendapat pengakuan secara nasional maupun internasional melalui penghargaan-penghargaan yang diberikan oleh berbagai pihak. BNI 46 mendapat pengakuan sebagai salah bank yang memiliki layanan pelanggan terbaik melalui penghargaan Best Analyst Contact Center (juara pertama), Best Contact Center Support (juara pertama), Best Customer Service in Mid-size Inhouse (juara kedua), dan Best Help Desk (juara ketiga) di-ajang bergengsi yang diselenggarakan pada tanggal 10-15 November 2014 di Las Vegas, Amerika Serikat. Layanan pelanggan milik BNI 46 kembali mendapat pengakuan internasional melalui penghargaan yang diterima oleh BNI 46 di kompetisi Contact Center World se-Asia-Pasifik yang diadakan di Singapura pada tanggal 2-6 Juni 2014. Pada kompetisi itu, BNI 46 memenangkan juara pertama (gold medal) untuk kategori Best Analyst, Best Contact Center Support Professional HR, Best Help Desk, dan Best in Costumer Service. Selain mendapat pengakuan atas pelayanan konsumen, BNI 46 juga memperoleh pengakuan internasional dibanyak kategori lain. BNI 46 mendapat pengakuan dari Asia-Pacific Country Transaction Bank Awards di Singapura pada tanggal 2 April 2014 sebagai Best Cash Management Bank for Indonesia, dan ditahun yang sama yaitu tanggal 21 Mei 2014, The Asian Banker Transaction Banking Awards, menobatkan BNI 46 sebagai The Best Trade Finance Bank in Indonesia dan The Leading Counterparty Bank in Indonesia. Penghargaan ini merupakan penghargaan yang juga diterima oleh BNI 46 pada tahun sebelumnya. 

Di Indonesia, BNI 46 tentunya memiliki tempat yang khusus sebagai bank nasional pertama. Sejalan dengan prestasi dalam sejarah pendiriannya, BNI pun menoreh prestasi sebagai bank yang konsisten terlibat dalam pembangunan di Indonesia, melalui penghargaan sebagai Bank Persepsi dengan Layanan Penerimaan Negara Terbaik tahun 2014 dari Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Pengakuan lainnya diterima oleh BNI 46 dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tanggal 20 Desember 2014 berupa penghargaan Terbaik Pertama Pelaku Jasa Keuangan (PUJK) untuk Produk Inovatif BNI Debit Online. BNI 46 juga mendapat penghormatan dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) yang memberikan Sertifikat Akreditasi A atau ISTIMEWA kepada BNI yang membuat BNI menjadi bank pertama yang menerima akreditasi tersebut. Kerja keras dan pembenahan yang dilakukan oleh BNI 46 membuahkan penghargaan dari Annual Report Award (ARA) pada tanggal 16 Oktober 2014 yang menempatkan BNI 46 di peringkat teratas sebagai BUMN Keuangan Listed. BNI 46 juga berhasil menjadi bank yang menduduki peringkat atas ini dikategori Dana Pensiun untuk Dana Pensiun Lembaga Keuangan BNI 46. Sehari setelahnya, Indonesia Banking School menganugrahkan BNI 46 sebagai The Most Reliable Bank dikategori bank konvensional dengan aset di atas Rp 100 triliun.

Pengakuan dan penghargaan yang diterima oleh BNI 46 juga berasal dari berbagai majalah ternama, seperti Forbes yang menganugerahkan The World’s Largest Public Companies pada BNI 46 pada tahun 2014. Majalah Asiamoney juga turut menganugrahkan beberapa penghargaan kepada BNI 46, antara lain The Best Local Cash Management Bank in Indonesia, The Best Overall Domestic Cash Management Service dan The Best Cross Border Management Service pada tanggal 25 September 2015. Pada tanggal 29 Januari 2015, Alpha Southeast Asia Magazine Kuala Lumpur, menobatkan BNI 46 sebagai Best Remittance Provider in ASEAN, Best Payable Solution of The Year in ASEAN, Best Trade Solution of The Year in ASEAN, Best Loan Deal of The Year in ASEAN, serta Best Cross Border M&A Deal of The Year in ASEAN. BNI 46 mendapatkan penghargaan The Best Remittances Provider of the Year in Southeast Asia untuk yang kelima kalinya dari Alpha Southeast Asia Magazine. Majalah yang berkantor di Kuala Lumpur ini juga mengukuhkan BNI 46 sebagai Best Cash Management Solution of the Year in Southeast Asia untuk yang ketiga kalinya. Di Indonesia, Majalah Investor Jakarta menobatkan BNI46 sebagai The Best Emiten Sektor Perbankan, dan pada tanggal 17 Oktober 2014 Tempo Group menganugrahkan BNI 46 sebagai The Most Reliable Bank

Selain penghargaan-penghargaan tersebut, masih banyak pencapaian-pencapaian yang berhasil diraih oleh BNI 46. Pencapaian-pencapaian BNI 46 juga merupakan salah satu pokok pembahasan dalam skripsi saya yang saya susun beberapa tahun lalu ketika saya masih kuliah tahap akhir. Saya masih bertemu dan menjalin hubungan akrab dengan beberapa teman lama saya ketika saya tinggal di pulau Biak. Saya juga sempat berdiskusi dan menanyakan pendapat mereka mengenai isi skripsi saya berdasarkan sudut pandang dan disiplin ilmu mereka mengenai materi yang saya tulis. Disela-sela diskusi, kami kembali bergurau dan menceritakan kembali ketika ‘bank baru’ BNI46 dibuka untuk pertama kali dipulau kecil itu. Tentunya kami menertawakan keluguan kami saat itu.

Kini, sudah banyak bank yang berdiri di pulau tempat saya besarkan, sudah lebih dari lima bank. Lokasi kantor cabang BNI46 di Biak juga telah pindah. Ketika terakhir kali saya pulang ke Biak dan melewati lokasi lama kantor cabang BNI46 yang berada dipusat kota, rupanya bentuk bangunannya tidak banyak berubah dan hampir terlihat sama seperti sejak ‘bank baru’ itu dibuka beberapa waktu lampau. Pemandangan itu selalu mampu membangkitkan kembali kenangan saat saya masih duduk dibangku SMP, ketika kami ramai memperbincangkan berdirinya 'bank baru' dikota kecil kami.


------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ARTIKEL INI DISUSUN DAN DITERBITKAN PERTAMA KALI
OLEH DELEIGEVEN MEDIA

SETIAP ARTIKEL YANG MEMILIKI ISI, SUSUNAN, DAN GAYA PENULISAN
YANG MIRIP DENGAN ARTIKEL INI MAKA ARTIKEL-ARTIKEL TERSEBUT
MENYADUR ARTIKEL INI.

DILARANG KERAS MEMPLAGIAT ARTIKEL INI!

CANTUMKAN LINK LENGKAP ARTIKEL INI DISETIAP KALIMAT YANG ANDA DISADUR DARI ARTIKEL INI. SESUAI UNDANG-UNDANG HAK CIPTA, JIKA MENYADUR/MENG-COPY MINIMAL SEPULUH KATA TANPA MENCANTUMKAN SUMBER DARI KALIMAT ITU (BERBEDA DARI PENCANTUMAN SUMBER DI CATATAN KAKI (FOOTNOTE) MAKA ITU ADALAH TINDAKAN PLAGIARISME.

JIKA ANDA MENYADUR SEBAGIAN BESAR ARTIKEL INI MAKA ANDA HARUS MENCANTUMKAN KALIMAT:
"ARTIKEL INI DISADUR DARI....(LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA",
ATAU:"SUMBER UTAMA DARI SEBAGIAN BESAR INFORMASI ARTIKEL INI DIAMBIL DARI (LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA"  
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Notes (Catatan):

*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)

*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account: @deleigevenhistory(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Copyrights Story: Deleigeven Media
Copyrights Picture: www.bni.co.id

Penyusun:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Desain : Deleigeven
Penerbit: Deleigeven Media


Daftar Pustaka:
-Era Baru Transformasi Bank Sentral; Tim Buku Media Indonesia, Tim Buku Bank Indonesia, Tim Penulis Universitas Islam Indonesia; 2010; Gramedia Pustaka Utama; Jakarta.
-Menata Strategi, Memacu Kinerja; Aulia Pohan; 2010; Bhuana Ilmu Populer; Jakarta.
-Bencana Finansial, Stabilitas Sebagai Barang Publik; A. Prasetyantoko; 2008; Kompas Media Nusantara; Jakarta.
-Prinsip-prinsip Kemajuan Ekonomi; J.Panglaykim; 2011; Kompas Media Nusantara; Jakarta.


Daftar Website:
www.bni.co.id
wikipedia.org/Bank Negara Indonesia
wikipedia.org/Oeang Republik Indonesia
wikipedia.org/Krisis finansial Asia 1997