Wang Geon adalah raja pertama Kerajaan Goryeo yang dia dirikan setelah menaklukkan Silla dan kerajaan-kerajaan lainnya di Semenanjung Korea. Akibat penaklukan-penaklukan itu maka ada banyak potensi pergolakan dan pemberontakan di berbagai daerah. Oleh karena itu Wang Geon mengambil kebijakan menjalin hubungan kekerabatan dengan para bangsawan dan pemimpin daerah taklukannya. Wang Geon pun mengambil putri-putri bangsawan berpengaruh tersebut sebagai istri-istrinya. Karena wilayah Goryeo yang sangat luas dengan daerah taklukkan yang sangat banyak, maka setelah kebijakan ini diterapkan, Wang Geon pun memiliki istri yang sangat banyak. Raja Wang Geon memiliki 29 istri, namun tidak semuanya memiliki anak. Dari ke-29 istrinya, Wang Geon memperoleh 25 putra dan 7 orang putri. Sejauh ini, walaupun nama putra-putra Wang Geon diketahui dan dicatat dalam sejarah namun sulit sekali menentukan urutan kelahiran semua putra-putranya itu.
Beberapa sejarawan dan pengamat sejarah berusaha menerka-nerka urutan kelahiran putra-putranya dengan mengacu pada pola urutan kelahiran putra-putra sulung setiap istri Wang Geon kemudian melihat kelahiran putra kedua, dan seterusnya. Mengacu pada pola ini ada beberapa petunjuk penting, yaitu:
1. Catatan Sejarah
Meskipun tidak semua tahun lahir para putra Wang Geon dan urutan kelahirannya dicatat namun dalam sejarah tercatat tahun lahir dan urutan lahirnya beberapa pangeran, terutama para pangeran yang menjadi raja maupun yang putranya menjadi raja. Melalui catatan sejarah, kita bisa mengetahui tahun lahir para pangeran pertama hingga keempat (Wang Mu/Hyejong, Wang Taek, Wang Yo, dan Wang So). Urutan lahir keempat pangeran ini sudah paten sebagai pangeran pertama hingga keempat. Catatan sejarah juga mencatat bahwa Pangeran Wang Wook dari Silla (Ahnjong Wook) lahir setelah keruntuhan Silla, sehingga jika Silla runtuh pada tahun 934/935 maka Ahnjong Wook lahir pada tahun 935/936. Sejarah juga mencatat bahwa putra bungsu Wang Geon bernama Pangeran Besar Uiseong Buwon, sehingga dengan mudah kita bisa mengetahui bahwa Pangeran Besar Uiseon Buwon adalah pangeran ke-25. Sejarah juga mencatat Pangeran Wang Wook adalah putra ke-8 Wang Geon. Ada dua putra Wang Geon yang bernama Wang Wook, yaitu Pangeran Wang Wook dari Hwangju (Daejong Wook, putra Ratu Shinjeong Hwangbo) dan Pangeran Wang Wook dari Gyeongju (Ahnjong Wook, putra Ratu Shinseong Kim). Oleh karena Ahnjong Wook baru lahir pada tahun 935/936 setelah takluknya kerajaan Silla maka tidak mungkin Ahnjong Wook-lah pangeran ke-8 sebab wilayah Hwangju lebih dulu ditaklukkan oleh Wang Geon. Mengacu pada fakta sejarah ini maka para sejarawan meyakini jika Pangeran Wang Wook dari Hwangju atau yang lebih dikenal dengan nama Daejong Wook sebagai pangeran ke-8. Catatan sejarah juga menyebutkan bahwa Pangeran Jeungtong kelak menjadi pejabat diera Gwangjong (sebelum dia memutuskan menjadi seorang biksu), sehingga walaupun dia lebih muda dari Daejong Wook dan Wang Jung tapi dia tidak mungkin lebih muda dari para pangeran Silla. Mungkin Jeungtong seumuran dengan Ahnjong Wook.
2. Wilayah Asal Ibu Para Pangeran
Wilayah asal ibu para pangeran juga membantu untuk menentukan urutan para anak-anak Wang Geon, sebab Wang Geon mengambil istri dari wilayah-wilayah taklukkannya setelah wilayah itu ditaklukkan. Sejarah mencatat, Wang Geon menikah dengan Ratu Janghwa (ibu Wang Mu) saat Wang Geon sedang berada di Naju. Kemudian, Wang Geon menikah dengan Ratu Shinmyeong dari Chungju (ibu Wang Taek, Wang Yo, Wang So, Wang Jung, dan Joontong) saat Provinsi Chungcheong bergabung dengan Kerajaan Taebong (kerajaan pendahulu Goryeo, dimana Wang Geon mengabdi sebagai jenderal). Inilah mengapa Wang Mu, Wang Taek, Wang Yo, dan Wang So merupakan putra-putra tertua Wang Geon, dan juga putra-putra dari Permaisuri Shinmyeong harus menjadi putra-putra yang lebih tua (kecuali Pangeran Jeungtong). Wilayah yang masih satu provinsi dengan Chungju adalah wilayah Gangju (Jincheon) dan Hongju (Hongcheon) yang merupakan daerah asal Selir Sukmok (ibu Pangeran Wonnyeong) dan Selir Heungbok (ibu Pangeran Wang Jik) sehingga membuat tahun Pangeran Wonnyeong diatas para pangeran dari Hwanghae (Hwangju dan Pyeongsan). Sedangkan kelahiran Pangeran Wang Jik berada dibawah Pangeran Wonnyeong sebab Pangeran Wang Jik bukan anak pertama, karena beliau memiliki seorang kakak perempuan yang menikahi Pangeran Wang Taek (kakak Wang Yo dan Wang So yang sudah meninggal, kemungkinan meninggal sebelum kelahiran Wang Yo). Setelah wilayah Chungcheon, maka Hwanghae adalah wilayah berikutnya yang ditaklukkan oleh Wang Geon, dan Wang Geon pun mengambil beberapa istri dari Hwanghae dan mengangkat putri seorang bangsawan paling berpengaruh disana sebagai salah-seorang ratunya, yaitu Ratu Shinjeong Hwangbo (ibu Daejong Wook). Namun, karena Daejong Wook adalah pangeran ke-8 maka ada pangeran lain yang lahir lebih dulu darinya. Putra-putra tertua dari Selir Seungmo atau Selir Dongyang yang paling mungkin menjadi kakak-kakak Daejong Wook sebab wilayah asal mereka (Pyeongsan) lebih dulu bergabung dengan Goryeo. Setelah wilayah-wilayah ini takluk, barulah Silla runtuh pada tahun 935 dan bergabung dengan Goryeo yang diikuti oleh takluknya provinsi Gyeonggi (Jeongju dan Gwangju) pada tahun 936 sehingga membuat para pangeran dari Silla dan Gyeonggi menjadi pangeran-pangeran bungsu.
3. Tahun Lahir Ahnjong Wook
Silla dan Gwangju adalah wilayah terakhir yang ditaklukkan Wang Geon oleh karena itu setiap anak tertua dari para istri dari Silla dan Gwangju harus lebih muda usianya dari setiap anak tertua dari wilayah lain. Ini membuat usia Ahnjong harus lebih muda dari para pangeran sulung dari Pyeongsan. Para pangeran sulung Silla lebih dulu lahir dari pangeran-pangeran sulung dari wilayah Gyeonggi (Gyeongju dan Jeongju). Diantara para pangeran dari Silla, Ahnjong Wook adalah yang tertua sehingga membuat usia Ahnjong Wook harus lebih tua dari setiap pangeran sulung dari wilayah Silla dan Gyeonggi. Namun, usianya seharusnya lebih muda dari para putra Wang Geon yang berasal dari Pyeongsan dan juga lebih muda dari putra-putra Ratu Shinmyeong (kecuali Pangeran Jeungtong). Itulah mengapa Ahnjong Wook menjadi adik dari Pangeran Hyomok, Pangeran Hyoeun, dan Pangeran Hyoje. Setelah anak-anak pertama dari para istri dari Silla lahir, barulah lahir para pangeran dari Jeongju (Pangeran Besar Wonjang dan saudara-saudaranya) dan Pangeran Gwangjuwon dari Gwangju.
Tidak semua kisah anak-anak Wang Geon tercatat dalam sejarah, bahkan beberapa nama anaknya tidak diketahui. Namun, Goryeosa tetap menceritakan riwayat sebagian besar anak-anaknya. Inilah nama dan kisah 25 putra Wang Geon (nomor urut adalah urutan lahir putra dan putri Wang Geon yang dihimpun dari berbagai sumber, yang didasari dari tahun kelahiran dan wilayah ibu mereka).
1. WANG MU (RAJA HYEJONG)
Pangeran Wang Mu lahir pada tahun 912. Ia merupakan putra pertama Raja Taejo dengan istri keduanya, Permaisuri Janghwa, yang dinikahi Wang Geon ketika bekerja sebagai seorang jenderal Kerajaan Taebong dibawah pimpinan Gung Ye. Karena statusnya sebagai anak tertua maka Wang Mu langsung ditunjuk oleh ayahnya sebagai putra-mahkota pada tahun 921, meskipun kubu pendukungnya sangat minim. Tak lama setelah ia diangkat sebagai Putra Mahkota, Wang Mu mengikuti ayahnya Taejo ke medan perang melawan Baekje Akhir dan memainkan peranan penting di dalam sejumlah kemenangan.
Istri pertama Wang Mu adalah Ratu Ehwa dari klan Lim di Provinsi Chungcheong. Istri Wang Mu yang lain adalah:
- Selir Hugwangjuwon, dari klan Wang (putri Wang Gyu dan saudari dari para ratu ayahnya, Ratu Gwangju dan Ratu Sogwang)
- Selir Cheongjuwon, dari klan Kim (putri Kim Geung-ryul),
- Ratu Aeiju dari klan Yeon (putri Yeon Ye).
- Ratu Aeiju dari klan Yeon (putri Yeon Ye).
Wang Mu dan ayahnya, Raja Wang Geon memiliki mertua yang sama,Wang Gyu, karena ayah dan anak ini menikahi putri-putri Wang Gyu.
Putra-putri Wang Mu adalah:
- Pangeran Mahkota Heunghwa (kelak dieksekusi mati oleh Wang So pada tahun 951)
- Putri Gyeonghwa (istri Wang So/Gwangjong),
- Puteri Jeongheon
- Putra Mahkota Je
- Putri Myeonghye
Karena menikahkan putri-putrinya dengan Wang So, maka selain menjadi saudara-tiri, Wang So juga menjadi menantu Wang Mu.
Setalah Wang Geon meninggal pada tahun 943, Wang Mu naik tahta diusia 31 tahun, dan dikenal dalam sejarah Goryeo dengan nama Raja Hyejong.
Wang Mu kekurangan dukungan politik karena ibunya berasal dari golongan keluarga yang tidak berpengaruh dan tidak memiliki kekuatan politik apapun. Meskipun demikina, Wang Mu dikenal sebagai seorang panglima perang yang cakap dan berani. Wang Mu juga dianggap sebagai seorang kakak yang baik dan penyayang. Dia tetap berusaha menjadi penengah diantara saudara-saudaranya yang selalu bertengkar karena pengaruh dari mertua sekaligus paman-paman maternal mereka.
Masa pemerintahan Wang Mu memang diwarnai dengan konspirasi dan pertikaian kekuasaan di antara putra-putra Taejo, terutama Pangeran Wang Yo dan Wang So. Menyadari adanya konspirasi yang direncanakan oleh kedua pangeran tersebut, Wang Gyu (ayah mertua Wang Geon dan Wang Mu) memperingatkan Wang Mu akan hal itu, namun ia juga berencana untuk menempatkan cucunya (Pangeran Mahkota Gwangju, adik tiri Wang Mu sekaligus keponakan maternal Wang Mu). Pemberontakan yang dilancarkan oleh Wang Gyu ini cukup besar. Akibat dari pemberontakan ini, Wang Mu terpaksa mengeksekusi mati adik-tirinya, Pangeran Gwangju. Tindakan ini sangat tidak disukainya karena hubungan Wang Mu dengan adik-adiknya cukup baik.
Kenyataan bahwa dirinya menjadi kakak yang mengeksekusi adiknya sendiri membuat Wang Mu syok dan frustasi, sehingga membuatnya stres berat. Hal ini memperparah kondisi tubuhnya yang memang sering sakit-sakitan karena sebelumnya dia juga terserang wabah penyakit. Kematian Pangeran Gwangju terus membuat Wang Mu stres, dan hanya selang beberapa hari kemudian Wang Mu-pun meninggal.
Masa pemerintahan Wang Mu memang diwarnai dengan konspirasi dan pertikaian kekuasaan di antara putra-putra Taejo, terutama Pangeran Wang Yo dan Wang So. Menyadari adanya konspirasi yang direncanakan oleh kedua pangeran tersebut, Wang Gyu (ayah mertua Wang Geon dan Wang Mu) memperingatkan Wang Mu akan hal itu, namun ia juga berencana untuk menempatkan cucunya (Pangeran Mahkota Gwangju, adik tiri Wang Mu sekaligus keponakan maternal Wang Mu). Pemberontakan yang dilancarkan oleh Wang Gyu ini cukup besar. Akibat dari pemberontakan ini, Wang Mu terpaksa mengeksekusi mati adik-tirinya, Pangeran Gwangju. Tindakan ini sangat tidak disukainya karena hubungan Wang Mu dengan adik-adiknya cukup baik.
Kenyataan bahwa dirinya menjadi kakak yang mengeksekusi adiknya sendiri membuat Wang Mu syok dan frustasi, sehingga membuatnya stres berat. Hal ini memperparah kondisi tubuhnya yang memang sering sakit-sakitan karena sebelumnya dia juga terserang wabah penyakit. Kematian Pangeran Gwangju terus membuat Wang Mu stres, dan hanya selang beberapa hari kemudian Wang Mu-pun meninggal.
Wang Mu wafat pada tahun 945 di usia yang baru 33 tahun. Dia hanya memerintah selama 2 tahun. Kematian Wang Mu disebabkan oleh suatu wabah, namun banyak sejarawan yang berpendapat bahwa ia kemungkinan dibunuh oleh saudara tirinya, Wang Yo karena Pangeran Wang Yo naik tahta lewat seleksi resmi istana dan bukan atas wasiat Wang Mu. Tapi semua teori ini masih dipertentangkan karena pada masa-masa sarat konflik itu, Wang Mu dan loyalisnya tidak mungkin melonggarkan penjagaan yang menyangkut keselamatan pribadinya.
Jarang ada drama atau film yang menceritakan tentang Wang Mu sebagai tokoh utama, namun dia sering muncul dalam drama atau yang menceritakan tentang ayahnya, Wang Geon, dan adiknya Wang So (Raja Gwangjong). Tokoh Pangeran Wang Mu muncul dalam drama "The Morning Empire" dan dalam drama "Shine Or Go Crazy". Wang Mu juga muncul dalam drama "Time Slip: Ryo" (atau "Scarlet Heart: Ryo) yang dibintangi oleh Lee Joon-gi, IU, Kang Haneul, Hong Jong-hyun, dan beberapa aktor ternama lainnya.
2. PUTRA MAHKOTA WANG TAEK
Wang Taek adalah putra kedua Raja Taejo dan Permaisuri Sinmyeongsunseong, dan merupakan kakak kandung Wang Yo (Raja Jungjong I) dan Wang So (Raja Gwangjong), tapi Wang Taek meninggal diusia muda (kemungkinan sebelum adik-adiknya lahir). Adik-adik kandung Wang Taek lainnya adalah Kaisar Moonwon (Wang Jung), Pangeran Jeungtong, Putri Nakrang, dan putri Heungbang. Wang Taek diberi gelar "Taeja" yang artinya putra-mahkota (di-era Goryeo). Gelar "Taeja" diberikan pada hampir seluruh putra Wang Geon (khususnya putra selir) dan terus digunakan pada mereka yang tidak menjadi raja. Ini menandakan bahwa Wang Taek meninggal sebelum Goryeo resmi berdiri karena putra-putra Wang Geon dari para ratu-nya biasanya bergelar "Daegun", yang artinya "Pangeran Besar".
Goryeosa mencatat bahwa Wang Taek menikahi saudari tirinya, yaitu seorang putri bermarga Hong, kakak dari Pangeran Wang Jik. Putri Hong ini adalah putri ayahnya, Raja Taejo dengan Permaisuri Heungbowon. Nama putri ini tidak tercatat dalam sejarah namun kemungkinan besar dia adalah putri kedua Wang Geon setelah putri Nakrang. Mungkin namanya tidak tercatat karena mereka menikah sebelum Wang Geon naik tahta dan sebelum Wang Geon menikahi permaisuri Heungbokwon. Pernikahan keduanya sangat mungkin terjadi sebelum Wang Geon menjadi raja karena asal ibu Pangeran Wang Taek adalah dari Chungju, masih satu provinsi dengan daerah Hongju. Wilayah asal permaisuri Heungbokwon. Ini artinya, Wang Geon telah memikirkan pendirian kerajaan baru dengan mempersatukan berbagai klan diberbagai wilayah, jauh-jauh hari sebelum Goryeo berdiri.
Tidak diketahui kapan Wang Taek lahir namun tulisan sejarah resmi mencatat bahwa Wang Taek meninggal diusia muda pada tahun 920, tiga tahun sebelum kelahiran Wang Yo. Walaupun, ada banyak kemungkinan jika dia meninggal setelah tahun itu karena banyak sejarawan yang meyakini jika Wang Taek masih hidup saat Wang Yo dan Wang So lahir.
Tokoh Pangeran Wang Taek pertama kali muncul dalam drama "Wang Geon". Tokohnya lalu muncul dalam drama "Shine Or Go Crazy". Dia juga sempat disebutkan dalam dialog drama "Scarlet Heart".
.
.
3. WANG YO (RAJA JEONGJONG I)
Wang Yo Ia merupakan putra ketiga Raja Taejo dan Permaisuri Sinmyeongsunseong yang merupakan putri seorang bangsawan dari wilayah Chungju, Yu Geung-dal. Ia dilahirkan lahir pada tahun 923. Dia merupakan putra kesayangan Ratu Shinmyeong.
Wang Yo adalah kakak kandung Wang So. Tapi, meskipun merupakan saudara kandung, namun banyak sejarawan sepakat bahwa Wang Yo sangat tidak akur dengan saudaranya, Wang So (Raja Gwangjong). Kakak kandung Wang Yo dan Wang So adalah Wang Taek, namun Wang Taek meninggal diusia muda. Setelah Wang Taek meninggal, maka Wang Yo menjadi putra sulung Ratu Shinmyeong. Mungkin inilah mengapa Ratu Shinmyeong sangat menyayangi Wang Yo melebihi Wang So maupun saudara-saudaranya yang lain. Selain Wang So, adik-adik Wang Yo adalah Kaisar Moonwon (Wang Jung), Pangeran Jeungtong, Putri Nakrang, dan putri Heungbang.
Wang Yo memiliki dua orang ratu kakak beradik, putri-putri dari Park Young-gyu, bangsawan dari Jeolla, yaitu Ratu Mungong dan Ratu Munseong. Selirnya adalah Selir Cheongjunamwon, putri Kim Geung-ryul (yang juga merupakan mertua dari Wang Mu karena putrinya, Ratu Cheongjuwon menikah dengam Wang Mu). Wang Yo hanya memiliki seorang putra yaitu Pangeran Gyeongchuwon dari Permaisuri Munseong, dan seorang putri yang menikah dengan adik-tiri Wang Yo (Pangeran Hyosung).
Wang Yo menjadi raja setelah kakaknya, Wang Mu (Raja Hyejong) meninggal pada akhir tahun 945. Wang Yo hanya bertahta selama 3 tahun yaitu hingga tahun 949.
Sebenarnya, Wang Yo bukanlah pangeran yang memiliki dukungan politik yang kuat sebab beliau berasal dari provinsi Chungcheong yang mana dari provinsi tersebut Wang Geon hanya mengambil tiga orang selir, dan juga keluarga ibu Wang Yo bukanlah keluarga yang paling berpengaruh. Namun, perebutan kekuasaan di istana menjadikan Wang Yo sebagai pilihan paling logis bagi para bangsawan sebab sepeninggal Wang Mu, Wang Yo menjadi putra yang tertua. Namun, semua tindakan itu tidak terlepas dari peran kubu pendukung Wang Yo dalam melobi bangsawan-bangsawan yang lain. Tindakan pertama yang diambil Wang Yo sebagai raja adalah mengeksekusi kubu pemberontak yang dipimpin oleh Wang Gyu (mertua Raja Wang Geon dan Wang Mu), yang sebelumnya memberontak pada Wang Mu (Raja Hyejong). Wang Yo juga mengeksekusi Park Sul-hae (penasehat Wang Mu/Hyejong) untuk mencegah kubu Wang Mu memberontak dengan mengangkat putra Wang Mu (Putra Mahkota Heunghwa) menjadi raja.
Meskipun ada sejarawan berpendapat bahwa Wang Yo-lah yang membunuh kakaknya, Wang Mu, namun rata-rata sejarawan mengakui bahwa Wang Yo bukanlah seorang raja yang tiran. Beliau sangat memperhatikan kehidupan rakyatnya dan berusaha menjadi raja yang cakap dan layak. Wang Yo membagikan 70.000 karung biji-bijian dari gudang kerajaan untuk mendukung Buddhisme.
Salah-satu kebijakan kontroversialnya adalah pembangunan benteng di Pyongyang sebagai Ibukota Negara Barat. Wang Yo memang ingin memindahkan ibukota dari Gaegyeong kesana karena wilayah itu adalah wilayah milik keluarga ibunya. Ini dimaksudkan agar dia dapat mengkonsolidasikan pendukungnya dan menangkal serangan dari kubu oposisi. Ide Wang Yo didukung oleh kubu para pangeran dari Hwanghae, termasuk Pangeran Daejong Wook. Kemungkinan besar, pendukung utamanya adalah para pangeran Pyeongyang yang dimotori oleh Pangeran Wang Won (Pangeran Hyoeun). Tapi, rencana Wang Yo ini mendapat penentangan kuat dari kubu oposannya yang dimotori oleh para loyalis Wang Mu dari wilayah Jeolla dan juga para bangsawan Silla. Adik-adiknya seperti Pangeran Wang Jung dan Pangeran Jeungtong sepertinya bersikap netral akan hal ini, sedangkan adiknya yang lain, Wang So, mungkin lebih pro pada bangsawan Silla (karena dimasa depan Wang So merangkul para bangsawan Silla). Agaknya, sikap Wang So ini terpengaruh oleh kakak perempuannya, Putri Nakrang, yang menikah dengan Kim Bu (mantan Raja Gyeongsun dari Silla), sebab pada masa pemerintahan Wang So, dia menjauhi kubu Pyeongyang dan mengutamakan kubu Silla. Pada akhirnya, rencana Wang Yo memindahkan ibukota ke Pyeongyang gagal. Walaupun awalnya rencana ini bertujuan memperkuat kubu pendukungnya dan menekan para oposisi, tapi rencana ini justru membuat perseteruan antara kubu Pyeongyang dan kubu Silla kian meruncing.
Salah-satu kebijakan kontroversialnya adalah pembangunan benteng di Pyongyang sebagai Ibukota Negara Barat. Wang Yo memang ingin memindahkan ibukota dari Gaegyeong kesana karena wilayah itu adalah wilayah milik keluarga ibunya. Ini dimaksudkan agar dia dapat mengkonsolidasikan pendukungnya dan menangkal serangan dari kubu oposisi. Ide Wang Yo didukung oleh kubu para pangeran dari Hwanghae, termasuk Pangeran Daejong Wook. Kemungkinan besar, pendukung utamanya adalah para pangeran Pyeongyang yang dimotori oleh Pangeran Wang Won (Pangeran Hyoeun). Tapi, rencana Wang Yo ini mendapat penentangan kuat dari kubu oposannya yang dimotori oleh para loyalis Wang Mu dari wilayah Jeolla dan juga para bangsawan Silla. Adik-adiknya seperti Pangeran Wang Jung dan Pangeran Jeungtong sepertinya bersikap netral akan hal ini, sedangkan adiknya yang lain, Wang So, mungkin lebih pro pada bangsawan Silla (karena dimasa depan Wang So merangkul para bangsawan Silla). Agaknya, sikap Wang So ini terpengaruh oleh kakak perempuannya, Putri Nakrang, yang menikah dengan Kim Bu (mantan Raja Gyeongsun dari Silla), sebab pada masa pemerintahan Wang So, dia menjauhi kubu Pyeongyang dan mengutamakan kubu Silla. Pada akhirnya, rencana Wang Yo memindahkan ibukota ke Pyeongyang gagal. Walaupun awalnya rencana ini bertujuan memperkuat kubu pendukungnya dan menekan para oposisi, tapi rencana ini justru membuat perseteruan antara kubu Pyeongyang dan kubu Silla kian meruncing.
Pemerintahan Wang Yo juga diwarnai oleh serbuan dari bangsa Khitan (leluhur bangsa Manchu) sehingga Wang Yo membentuk pasukan militer gabungan sebanyak 300.000 orang prajurit untuk menghadapi bangsa Khitan.
Wang Yo wafat pada tahun 949 diusia muda, 26 tahun dan digantikan oleh saudara kandung-nya, Pangeran Wang So. Para sejarawan sangat meyakini bahwa Wang Yo meninggal karena dibunuh oleh Wang So sebab hubungan mereka sangat tidak akur. Tetapi, pendapat ini masih dipertentangkan, karena pada awal Wang So menjadi raja, Wang So masih belum memiliki pendukung yang kuat dan loyal. Dia masih belum didukung oleh para bangsawan Silla, dan juga belum memiliki pendukung kuat diistana. Setelah dia berhasil memperoleh informasi mengenai siapa loyalisnya dan siapa oposannya, barulah Wang So melakukan pembersihan. Dan lagi, masih ada Pangeran Daejong Wook dan Pangeran Hyoeun yang memiliki banyak pendukung. Andaikan Wang So membunuhnya, maka kubu kedua pangeran ini pasti akan bergerak cepat untuk menghabisi kubu Wang So. Oleh karena itu, terlalu riskan bagi Wang So jika saat itu dia membunuh Wang Yo.
Aktor-aktor Yang Memerankan Wang Yo (Raja Jeongjong I)
Jarang drama atau film yang menceritakan tentang Wang Yo sebagai tokoh utama, namun dia sering muncul dalam drama atau yang menceritakan tentang ayahnya, Wang Geon, dan adiknya Wang So (Raja Gwangjong) seperti drama “Wang Geon”, “Morning of The Empire”, “Shine or Go Crazy”, dan "Time Slip: Ryo" (atau "Scarlet Heart: Ryo).
4. WANG SO (RAJA GWANGJONG)
Wang So lahir pada tahun 925. Ia adalah putra keempat Raja Taejo dan Permaisuri Sinmyeongsunseong, dan merupakan putra Wang Geon yang paling terkenal. Wang So adalah merupakan saudara kandung dari Wang Yo (Raja Jungjong I). Wang So menikahi saudari tirinya dan mengangkatnya menjadi permaisurinya, yaitu Permaisuri Daemok (putri ayahnya, Raja Taejo dengan Permaisuri Sinjeong, dan adik kandung dari Wang Wook/Daejong Wook). Wang So juga mengambil keponakannya sebagai selir, yaitu Selir Gyeonghwagung (putri dari Wang Mu).
Wang So adalah raja Goryeo yang paling terkenal selain Raja Gongmin dan Raja Wang Geon.
Wang So adalah raja Goryeo yang paling terkenal selain Raja Gongmin dan Raja Wang Geon.
Wang So adalah adik kandung Wang Yo. Tapi, meskipun merupakan saudara kandung, Wang So sangat tidak akur dengan saudaranya, Wang Yo. Kakak kandung Wang So dan Wang Yo adalah Wang Taek, namun Wang Taek meninggal diusia muda sebelum kedua orang ini lahir. Adik-adik Wang So adalah Kaisar Moonwon (Wang Jung), Pangeran Joontong, Putri Nakrang, dan putri Heungbang.
Anak-anak Wang So adalah Wang Ju (Raja Gyeongjong), Pangeran Hyohwa, Putri Cheonju (menantu Wang Jung/Moonwon), Putri Bohwa, dan Ratu Mundeok (menantu Pangeran Soomyung dan Daejong Wook, ratu pertama Raja Seongjong). Karena menikahkan anak-anaknya dengan anak-anak saudara-saudaranya, maka Wang So berbesan dengan beberapa saudaranya, yaitu:
-Wang Wook/Daejong, yang menikahkan dua orang putrinya dengan Raja Gyeongjong dan merupakan ayah mertua dari putri bungsu Wang So, Ratu Mundeok (istri Raja Soengjong)
-Wang Jung/Kaisar Moonwon, yang menikahkan seorang putrinya dengan Raja Gyeongjong, dan merupakan mertua dari salah-seorang putri Wang So.
-Pangeran Wonjang, yang menikahkan seorang putrinya dengan Raja Gyeongjong
-Putri Nakrang, yang menikahkan seorang putrinya dengan Raja Gyeongjong
-Pangeran Soomyung, yang menikahkan putra pertamanya dengan putri ketiga Wang So, Ratu Mundeok, namun putra Soomyung ini meninggal dan Ratu Mundeok menikah dengan Raja Seongjong. Cucu Pangeran Soomyung (anak dari putranya dengan Ratu Mundeok) kelak akan menjadi ratu pertama Raja Mokjong (cucu Wang So).
Wang So diangkat menjadi Raja Goryeo pada bulan Maret 949, diusia 24 tahun. Banyak perubahan terjadi di Goryeo ketika Wang So naik tahta. Awalnya ia bersifat pasif terhadap para bangsawan untuk memastikan yang mana lawan dan mana kawan, kemudian dia menjadi represif dan mengambil kekuasaan penuh dengan mengeksekusi lawan-lawannya walaupun awalnya mereka adalah pendukungnya. Langkah ini diambil Wang So untuk memuluskan rencananya yaitu melakukan reformasi dan restorasi birokrasi dan pemerintahan diseluruh penjuru Goryeo.
Kebijakan keras dan totaliter Wang So ini didasari oleh kondisi Goryeo saat itu. Pada tahun-tahun awal Goryeo berdiri, terdapat sindikasi klan-klan yang berkuasa. Tidak mudah untuk menguatkan kekuasaan sehingga Wang So mulai mencari cara untuk meningkatkan kekuasaannya. Bagi Wang So reformasi harus dilakukan demi peningkatan kekuasaan raja. Ia mulai menyisihkan klan-klan yang berkuasa dari istana Goryeo dan menaturalisasi orang-orang dari China ke dalam istananya juga membawa orang-orang Silla yang terkenal cerdas untuk ikut aktif dalam pemerintahannya. Setelah semua sistem itu siap, dia lalu memulai reformasi agresif.
Kebijakan keras dan totaliter Wang So ini didasari oleh kondisi Goryeo saat itu. Pada tahun-tahun awal Goryeo berdiri, terdapat sindikasi klan-klan yang berkuasa. Tidak mudah untuk menguatkan kekuasaan sehingga Wang So mulai mencari cara untuk meningkatkan kekuasaannya. Bagi Wang So reformasi harus dilakukan demi peningkatan kekuasaan raja. Ia mulai menyisihkan klan-klan yang berkuasa dari istana Goryeo dan menaturalisasi orang-orang dari China ke dalam istananya juga membawa orang-orang Silla yang terkenal cerdas untuk ikut aktif dalam pemerintahannya. Setelah semua sistem itu siap, dia lalu memulai reformasi agresif.
Wang So adalah pemimpin yang unik karena dia sangat menjunjung tinggi keseimbangan. Meskipun dia melakukan banyak pembantaian namun dia tetap menjaga perkembangan agama Buddha yang identik dengan kedamaian sehingga beliau mendapat dukungan publik karena mendukung penuh Buddhisme. Wang So juga selalu berusaha memperkuat otoritas keluarga kerajaan khususnya keturunan langsung Wang Geon, namun dilain pihak dia menerapkan hukum emansipasi budak. Hukum Emansipasi Budak adalah hukum yang memerdekakan para tawanan perang (terutama dari Hu-Baekje sebagai negeri yang kalah perang) yang dijadikan budak. Para budak dari golongan bangsawan lalu diberi hak yang setara dengan bangsawan Goryeo, sedangkan para budak dari kalangan rakyat jelata diberikan hak yang setara dengan rakyat Goryeo. Hak-hak ini meliputi hak dalam pemerintahan dan hak berpartisipasi dalam angkatan perang Goryeo. Para budak dari tawanan perang ini dibeli atau dijadikan budak oleh para bangsawan Goryeo dan jumlahnya sangat banyak. Para budak ini lalu dimerdekakan oleh Wang So, dan bagi para budak yang dulunya adalah bangsawan, mereka diberikan hak yang sama dengan bangsawan-bangsawan Goryeo termasuk hak mengutarakan pendapat. Penerapan hukum ini dimaksudkan Wang So agar kekuasaan para bangsawan, termasuk keluarga raja, yang memiliki terlalu banyak budak dapat dikendalikan. Penerapan hukum emasipasi budak ini sangat beresiko karena para anggota keluarga kerajaan pun menentangnya termasuk istrinya sendiri, namun Wang So tetap teguh pada pendiriannya. Para bangsawan Goryeo, selain loyalis Wang So, menentang kebijakan ini, sebab jika para budak dibebaskan maka jumlah budak para bangsawan akan berkurang drastis, dan para bangsawan akan kekurangan budak yang dapat dijadikan sebagai tentara pribadi. Tiap bangsawan saat itu seakan-akan wajib memiliki tentara pribadi untuk melindungi diri dan kepentingan mereka, termasuk untuk 'menegosiasikan' keinginan mereka pada raja. Pada saat itu kepemilikan tentara memang masih belum dilarang. Inilah yang menyebabkan para bangsawan Hwangbo (yang dipimpin Daejong Wook dan Ratu Daemok) dan bangsawan Seogyeong/Pyeongyang (bangsawan pendukung Ratu Shinmyeong dan pendukung keluarga Wang Yo) menolak kebijakan ini.
Penerapan hukum emansipasi budak ini membuat posisi Wang So semakin berjarak dengan kubu Seogyeong (kubu Pyeongyang) sehingga membuatnya semakin merapat pada kubu Silla. Ini membuat adik-adiknya dari kubu Seogyeong semakin menjauhinya, sebaliknya, adik-adiknya dari kubu Silla menjadi pendukung utamanya. Goryeo saat itu memang sudah sarat dengan politik sindikasi klan-klan bangsawan daerah. Sindikasi klan-klan ini lalu mengerucut menjadi tiga kubu utama, yaitu kubu Seogyeong, kubu Jeolla, dan kubu Silla. Diantara ketiga kubu ini, kubu Jeolla adalah kubu yang paling netral akibat pemberontakan Gwangju yang menewaskan salah-satu pangeran mereka. Sebaliknya, dua kubu lain adalah kubu-kubu yang paling intens berseteru. Kubu Seogyeong adalah turunan dari Kerajaan Goguryeo. Awalnya, kubu ini didukung dan dilindungi oleh Wang Yo (Jeongjong I) tapi setelah Wang Yo meninggal, seharusnya Wang So-lah yang menjadi pelindung mereka karena dia adalah adik kandung Wang Yo, tetapi Wang So malah memberlakukan berbagai kebijakan yang merugikan kubu Seogyeong sehingga pelindung kubu ini beralih secara otomatis pada Wang Won (Pangeran Hyeo-un) yang berasal dari wilayah Pyeongsan (salah satu wilayah dari Provinsi Hwanghae yang dulunya disatukan dengan wilayah Pyeongyang). Keputusan Wang Won ini kelak membawanya pada kematiannya sendiri sebab saat Wang So mengeksekusi kubu Seogyeong karena ingin melakukan kudeta dan mengangkat putra Wang Yo sebagai raja, Wang Won juga ikut dieksekusi. Kubu Silla tentunya terdiri dari para bangsawan Silla. Sejarah masa lalu membuat kubu ini selalu berseteru dengan kubu Seogyeong dan kubu Jeolla. Pangeran pelindung kubu Silla adalah Pangeran Ahnjong Wook (Pangeran Gyeongju, Gyeongju adalah ibukota Silla) dan Pangeran Hyosung. Kubu Silla dikenal sebagai kubu pendukung utama Wang So sebab Wang So menarik banyak sarjana-sarjana Kongfusian dan para ahli pemerintahan dari Silla. Keputusan Wang So ini bukan tanpa alasan, ini adalah keputusan objektif sebab orang-orang Silla memang sangat menguasai ilmu Kongfusian dan sudah berpengalaman dalam menerapkan prinsip-prinsip Kongfusius dalam setiap lini pemerintahan mereka.
Penerapan hukum emansipasi budak ini membuat posisi Wang So semakin berjarak dengan kubu Seogyeong (kubu Pyeongyang) sehingga membuatnya semakin merapat pada kubu Silla. Ini membuat adik-adiknya dari kubu Seogyeong semakin menjauhinya, sebaliknya, adik-adiknya dari kubu Silla menjadi pendukung utamanya. Goryeo saat itu memang sudah sarat dengan politik sindikasi klan-klan bangsawan daerah. Sindikasi klan-klan ini lalu mengerucut menjadi tiga kubu utama, yaitu kubu Seogyeong, kubu Jeolla, dan kubu Silla. Diantara ketiga kubu ini, kubu Jeolla adalah kubu yang paling netral akibat pemberontakan Gwangju yang menewaskan salah-satu pangeran mereka. Sebaliknya, dua kubu lain adalah kubu-kubu yang paling intens berseteru. Kubu Seogyeong adalah turunan dari Kerajaan Goguryeo. Awalnya, kubu ini didukung dan dilindungi oleh Wang Yo (Jeongjong I) tapi setelah Wang Yo meninggal, seharusnya Wang So-lah yang menjadi pelindung mereka karena dia adalah adik kandung Wang Yo, tetapi Wang So malah memberlakukan berbagai kebijakan yang merugikan kubu Seogyeong sehingga pelindung kubu ini beralih secara otomatis pada Wang Won (Pangeran Hyeo-un) yang berasal dari wilayah Pyeongsan (salah satu wilayah dari Provinsi Hwanghae yang dulunya disatukan dengan wilayah Pyeongyang). Keputusan Wang Won ini kelak membawanya pada kematiannya sendiri sebab saat Wang So mengeksekusi kubu Seogyeong karena ingin melakukan kudeta dan mengangkat putra Wang Yo sebagai raja, Wang Won juga ikut dieksekusi. Kubu Silla tentunya terdiri dari para bangsawan Silla. Sejarah masa lalu membuat kubu ini selalu berseteru dengan kubu Seogyeong dan kubu Jeolla. Pangeran pelindung kubu Silla adalah Pangeran Ahnjong Wook (Pangeran Gyeongju, Gyeongju adalah ibukota Silla) dan Pangeran Hyosung. Kubu Silla dikenal sebagai kubu pendukung utama Wang So sebab Wang So menarik banyak sarjana-sarjana Kongfusian dan para ahli pemerintahan dari Silla. Keputusan Wang So ini bukan tanpa alasan, ini adalah keputusan objektif sebab orang-orang Silla memang sangat menguasai ilmu Kongfusian dan sudah berpengalaman dalam menerapkan prinsip-prinsip Kongfusius dalam setiap lini pemerintahan mereka.
Sikap dan tindakan yang sangat objektif adalah salah-satu ciri-khas Wang So. Wang So memang terkenal sebagai raja yang kejam yang mampu membunuh saudaranya (Pangeran Wang Won atau Pangeran Hyoeun) yang dieksekusi karena dianggap berkomplot melawan Wang So. Namun, Wang So membunuh saudaranya dan beberapa keponakannya (Pangeran Heunghwa, putra Wang Mu/Raja Hyejong, dan Pangeran Gyeonchoon, putra Wang Yo/Jeongjong I) tapi dia tetap membiarkan adik-adiknya, seperti Daejong Wook dan Ahnjong Wook tetap hidup. Dia mengeksekusi mati putra kakaknya, Pangeran Gyeongchoon (putra Wang Yo) namun dia justru mempercayakan berbagai tugas negara pada adiknya, Pangeran Hyosung, yang juga merupakan menantu Wang Yo. Walaupun dia mengeksekusi mati Wang Won, tapi Wang So tidak menghukum mati kakak Pangeran Wang Won dan juga putra-putra Pangeran Wang Won. Dia justru membiarkan mereka tetap hidup dengan tenang.
Wang So juga menjalin hubungan yang sangat baik dengan adiknya, Wang Jung, dan menganugerahi Wang Jung dengan gelar Moonwon Jung Daewang (artinya Kaisar Moonwon Jung), sehingga Wang Jung lebih dikenal dengan nama Kaisar Moonwon. Meskipun sangat objektif, tapi Wang So tetap mempercayakan tugas-tugas penting pada adik-adiknya dengan mengangkat adik bungsunya, Pangeran Jeungtong sebagai salah-satu menteri di kabinetnya. Dia juga menjalin hubungan baik dengan adik-tirinya, Pangeran Won-nyeong dan Pangeran Hyosung, dengan mempercayakan beberapa tugas negara pada adik-adiknya ini termasuk saat Wang So melakukan pembersihan pada kubu oposisi. Sayangnya, kelak Pangeran Won-nyeong dan Pangeran Hyosung justru dieksekusi oleh putra Wang So, Raja Gyeongjong.
Wang So juga dekat dengan Pangeran Ahnjong Wook, karena dia juga memang lebih dekat ke kelompok Silla, kubu dimana Ahnjong Wook berasal. Ini membuatnya menjadi raja Goryeo pertama yang merangkul para bangsawan Silla dan menerapkan sistem Kongfusian di Goryeo. Saat dia menjadi raja, dia memanggil adik-adik tirinya yang merupakan para pangeran keturunan Silla untuk terlibat dalam pemerintahan. Meskipun saat anaknya menjadi raja para pangeran Silla ini dijauhkan dari pemerintahan bahkan ada yang dieksekusi, namun kebijakannya ini dilanjutkan oleh keponakannya, Raja Seongjong (putra Daejong Wook).
Wang So juga menjalin hubungan yang sangat baik dengan adiknya, Wang Jung, dan menganugerahi Wang Jung dengan gelar Moonwon Jung Daewang (artinya Kaisar Moonwon Jung), sehingga Wang Jung lebih dikenal dengan nama Kaisar Moonwon. Meskipun sangat objektif, tapi Wang So tetap mempercayakan tugas-tugas penting pada adik-adiknya dengan mengangkat adik bungsunya, Pangeran Jeungtong sebagai salah-satu menteri di kabinetnya. Dia juga menjalin hubungan baik dengan adik-tirinya, Pangeran Won-nyeong dan Pangeran Hyosung, dengan mempercayakan beberapa tugas negara pada adik-adiknya ini termasuk saat Wang So melakukan pembersihan pada kubu oposisi. Sayangnya, kelak Pangeran Won-nyeong dan Pangeran Hyosung justru dieksekusi oleh putra Wang So, Raja Gyeongjong.
Wang So juga dekat dengan Pangeran Ahnjong Wook, karena dia juga memang lebih dekat ke kelompok Silla, kubu dimana Ahnjong Wook berasal. Ini membuatnya menjadi raja Goryeo pertama yang merangkul para bangsawan Silla dan menerapkan sistem Kongfusian di Goryeo. Saat dia menjadi raja, dia memanggil adik-adik tirinya yang merupakan para pangeran keturunan Silla untuk terlibat dalam pemerintahan. Meskipun saat anaknya menjadi raja para pangeran Silla ini dijauhkan dari pemerintahan bahkan ada yang dieksekusi, namun kebijakannya ini dilanjutkan oleh keponakannya, Raja Seongjong (putra Daejong Wook).
Wang So juga dikenal sebagai raja yang objektif dan tidak pandang bulu. Dia bahkan mengadili putra-mahkonya sendiri (calon Raja Gyeongjong), dengan tuduhan melakukan pengkhianatan karena menentang raja. Saat itu, putra-mahkota hampir dihukum mati karena putra Wang So itu, yang memang bukan tipe seorang putra-mahkota yang tegas, sangat mudah dipengaruhi kubu oposan ayahnya. Sikap putranya yang terang-terangan tidak menyetujui hukum emansipasi budak yang diterapkan oleh Wang So menjadi awal konflik antara ayah dan anak ini. Putranya juga terlihat anti-Silla karena menjauhi para sarjana Kongfusian dari Silla. Padahal, Wang So berusaha keras mengadopsi sistem pemerintahan ala Tiongkok yang berhasil diterapkan di Silla, sehingga dia merangkul para sarjana Kongfusian dari Silla. Ini membuat kubu Pyeongyang tidak suka dan berusaha mempengaruhi putra mahkota. Konflik ini semakin diperparah oleh sifat peragu putranya, dan juga sifat curiga Wang So. Perbedaan sifat ayah dan anak ini menjadi malapetaka bagi keluarga kerajaan dan memperuncing konflik antar klan, yang justru sangat dibenci oleh Wang So, sehingga membuat Wang So, yang sudah terlanjur berang, akhirnya mengadili putranya sendiri. Untung saja, Wang So bisa dibujuk oleh adik-adiknya, Wang Jung dan Daejong Wook, karena mereka berdua ini adalah paman-paman sekaligus ayah mertua dari putra-mahkota. Pada saat itu, diduga kuat Wang So sebenarnya ingin mengangkat keponakannya, Pangeran Wang Chi (calon Raja Seongjong), yang adalah putra kedua dari Daejong Wook sebagai calon penerusnya, sehingga membuat beberapa sejarawan berpendapat bahwa sebenarnya Wang Chi adalah putra kandung Wang So (yang karena satu dan lain hal justru diasuh oleh Daejong Wook). Sebab, Wang Chi kelak memang menjadi raja Goryeo, padahal dia masih memiliki seorang kakak laki-laki yang masih hidup saat itu.
Meskipun memerintah dengan tangan besi, namun Wang So adalah raja yang cakap dan memiliki perhatian yang besar pada rakyatnya. Beliau sangat membenci sistem kasta yang rumit dan sangat mendukung persamaan hak. Itulah mengapa beliau merevisi hukum baru mengenai budak dimana para budak dapat memiliki hak untuk menyatakan pendapat pada kerajaan. Meskipun hukum ini ditentang oleh ratunya sendiri, namun Wang So tetap menerapkan hukum tersebut. Beliau juga menerapkan sistem birokrasi Tiongkok yang kelak terus diterapkan oleh penerus-penerusnya, dan menjadi cikal-bakal birokrasi di-era Joseon. Berbagai lembaga negara dan kementerian baru pun didirikannya.
Wang So wafat pada bulan Mei 975 karena sakit. Ia wafat pada usia 50 tahun setelah memerintah selama 26 tahun, dan digantikan oleh putranya, Raja Gyeongjong.
Aktor-aktor Yang Memerankan Wang So (Raja Gwangjong)
Banyak drama dan film yang menceritakan tentang Wang So sebagai tokoh utama. Dia juga sering muncul dalam drama atau film yang menceritakan tentang ayahnya, Wang Geon, seperti drama “Wang Geon” dan drama “Morning of The Empire”. Wang So adalah tokoh utama dalam drama “Shine or Go Crazy” (diperankan oleh Jang Hyuk) dan "Time Slip: Ryo" (atau "Scarlet Heart: Ryo) yang dibintangi oleh Lee Joon-gi, IU, Kang Haneul, Hong Jong-hyun, dan beberapa aktor ternama lainnya.
5. PUTRA MAHKOTA WON-NYEONG
Pangeran Won-nyeong adalah putra tunggal Wang Geon dengan ratu ke-10 nya, Selir Sukmok. Ibunya adalah putri dari seorang bangsawan dari Gangju. Wilayah Gangju berada di provinsi yang sama dengan wilayah Chungju (wilayah Ratu Shinmyeong, ibu Wang Mu dan Wang So). Mungkin inilah yang membuat Pangeran Won-nyeong dekat dengan keluarga Wang So.
Pangeran Won-nyeong diberi gelar "Taeja", yang artinya putra-mahkota (di era Goryeo). Gelar "Taeja" diberikan pada hampir seluruh putra Wang Geon (khususnya putra selir) dan terus digunakan oleh mereka yang tidak menjadi raja.
Pangeran Won-nyeong diberi gelar "Taeja", yang artinya putra-mahkota (di era Goryeo). Gelar "Taeja" diberikan pada hampir seluruh putra Wang Geon (khususnya putra selir) dan terus digunakan oleh mereka yang tidak menjadi raja.
Istri Pangeran Won-nyeong tidak diketahui namanya, kemungkinan besar istrinya bukan salah-satu putri Wang Geon. Putra mereka bernama Putra Mahkota Hyodang.
Pangeran Won-nyeong merupakan salah-seorang tangan-kanan Wang So. Wang So mempercayakan beberapa tugas kenegaraan pada Pangeran Won-nyeong dan Pangeran Hyosung. Bersama Pangeran Hyosung, Pangeran Won-nyeong terlibat dalam peristiwa pembersihan-pembersihan besar-besaran pada tahun 960 pada kubu oposisi dan para bangsawan yang tidak sejalan dengan Wang So. Bisa disimpulkan bahwa Pangeran Won-nyeong memiliki kekuasaan yang sangat besar pada masa itu.
Namun, ketika pemimpin Goryeo berganti maka kebijakan pun berubah. Saat putra Wang So (Gyeongjong) menjadi raja, kebijakan pertama beliau adalah menghapus hukum emasipasi budak.
Seorang oposan Wang So yang bernama Wang Seon (atau mungkin juga Wang Seung) lalu memimpin semua bangsawan yang keluarganya dieksekusi oleh Wang So. Para oposan Gwangjong ini lalu juga mengeksekusi para loyalis Wang So.
Pangeran Won-nyeong dan Pangeran Hyosung termasuk dalam daftar eksekusi ini. Kedua pangeran ini dieksekusi oleh Raja Gyeongjong, yang memang mengijinkan kubu oposan Wang So melakukan balas-dendam, termasuk kepada putra-putra Wang Geon. Pangeran Won-nyeong dieksekusi pada tahun 976, tahun pertama pemerintahan Raja Gyeongjong.
Kematian Pangeran Won-nyeong dan Pangeran Hyosung menimbulkan gejolak besar, bukan saja karena kedua pangeran ini memiliki posisi yang sangat penting pada masa pemerintahan Wang So, melainkan karena Pangeran Hyosung adalah salah-satu "pangeran Silla" (sebutan bagi para pangeran yang beribukan orang Silla). Para bangsawan Silla memprotes kebijakan raja, termasuk juga Choi Jimong (astronom kepercayaan Raja Wang Geon dan Wang So).
Kematian Won-nyeong dan Pangeran Hyosung membuat Raja Gyeongjong kehilangan dukungan dari para bangsawan Silla. Keadaan semakin buruk bagi Gyeongjong karena Pangeran Ahnjong Wook, yang dulu dekat dengan Wang So dan sering berada di istana, juga tidak mau mendukungnya sehingga semua orang Silla (yang sangat menghormati Ahnjong) juga memprotes raja dan membuat konflik antar bangsawan semakin besar.
Seorang oposan Wang So yang bernama Wang Seon (atau mungkin juga Wang Seung) lalu memimpin semua bangsawan yang keluarganya dieksekusi oleh Wang So. Para oposan Gwangjong ini lalu juga mengeksekusi para loyalis Wang So.
Pangeran Won-nyeong dan Pangeran Hyosung termasuk dalam daftar eksekusi ini. Kedua pangeran ini dieksekusi oleh Raja Gyeongjong, yang memang mengijinkan kubu oposan Wang So melakukan balas-dendam, termasuk kepada putra-putra Wang Geon. Pangeran Won-nyeong dieksekusi pada tahun 976, tahun pertama pemerintahan Raja Gyeongjong.
Kematian Pangeran Won-nyeong dan Pangeran Hyosung menimbulkan gejolak besar, bukan saja karena kedua pangeran ini memiliki posisi yang sangat penting pada masa pemerintahan Wang So, melainkan karena Pangeran Hyosung adalah salah-satu "pangeran Silla" (sebutan bagi para pangeran yang beribukan orang Silla). Para bangsawan Silla memprotes kebijakan raja, termasuk juga Choi Jimong (astronom kepercayaan Raja Wang Geon dan Wang So).
Kematian Won-nyeong dan Pangeran Hyosung membuat Raja Gyeongjong kehilangan dukungan dari para bangsawan Silla. Keadaan semakin buruk bagi Gyeongjong karena Pangeran Ahnjong Wook, yang dulu dekat dengan Wang So dan sering berada di istana, juga tidak mau mendukungnya sehingga semua orang Silla (yang sangat menghormati Ahnjong) juga memprotes raja dan membuat konflik antar bangsawan semakin besar.
Sejauh ini belum ada drama atau film yang memunculkan tokoh Pangeran Won-nyeong.
6. PUTRA MAHKOTA HYOMOK
Pangeran Hyomok adalah putra sulung Wang Geon dengan Selir Dongyang. Ibunya adalah istri ke-9 Wang Geon, putri dari seorang bangsawan dari daerah Pyeongsan. Pangeran Hyomok adalah kakak dari Pangeran Hyeoun (Wang Won). Adiknya, Pangeran Hyeoun kelak akan dieksekusi oleh Wang So.
Pangeran Hyomok diberi gelar "Taeja", yang artinya putra-mahkota (di era Goryeo). Gelar "Taeja" diberikan pada hampir seluruh putra Wang Geon (khususnya putra selir) dan terus digunakan pada mereka yang tidak menjadi raja.
Pangeran Hyomok diberi gelar "Taeja", yang artinya putra-mahkota (di era Goryeo). Gelar "Taeja" diberikan pada hampir seluruh putra Wang Geon (khususnya putra selir) dan terus digunakan pada mereka yang tidak menjadi raja.
Tidak banyak catatan sejarah mengenai kehidupan Pangeran Hyomok. Ada catatan yang menyebutkan bahwa putra Hyomok menjadi seorang biksu. Catatan ini menyebutkan ada seorang pejabat istana yang bertemu dengan seorang biksu dan mengenali bahwa biksu itu adalah Pangeran Kaeseong, putra dari Pangeran Hyomok. Ini artinya, keluarga Hyomok tidak melibatkan diri dalam pemerintahan Goryeo. Hal ini membuat para sejarawan mengambil kesimpulan bahwa Pangeran Hyomok juga telah lebih dulu menjadi seorang biksu.
Goryeosa tidak mencatat bahwa Pangeran Hyomok juga dieksekusi oleh Wang So, sehingga besar kemungkinan Pangeran Hyomok sebelumnya tidak terlibat dalam pemerintahan. Setelah kematian adik kandungnya yang dieksekusi mati oleh Wang So, Pangeran Hyomok menjauhkan seluruh keluarganya dari lingkungan istana dan pemerintahan.
Goryeosa tidak mencatat bahwa Pangeran Hyomok juga dieksekusi oleh Wang So, sehingga besar kemungkinan Pangeran Hyomok sebelumnya tidak terlibat dalam pemerintahan. Setelah kematian adik kandungnya yang dieksekusi mati oleh Wang So, Pangeran Hyomok menjauhkan seluruh keluarganya dari lingkungan istana dan pemerintahan.
Tidak diketahui apa nama lahirnya maupun kapan dia lahir dan kapan dia meninggal. Kemungkinan besar Pangeran Hyomok meninggal diluar ibukota pada masa pemerintahan Gwangjong.
Sejauh ini belum ada drama atau film yang memunculkan tokoh Pangeran Hyomok.
7. PUTRA MAHKOTA HYOJE
Pangeran Hyoje adalah putra pertama Wang Geon dengan Selir Seungmo. Ibunya adalah putri dari seorang bangsawan dari daerah Pyeongsan.
Pangeran Hyoje diberi gelar "Taeja" yang artinya putra-mahkota (di era Goryeo). Gelar "Taeja" diberikan pada hampir seluruh putra Wang Geon (khususnya putra selir) dan terus digunakan oleh mereka yang tidak menjadi raja.
Pangeran Hyoje diberi gelar "Taeja" yang artinya putra-mahkota (di era Goryeo). Gelar "Taeja" diberikan pada hampir seluruh putra Wang Geon (khususnya putra selir) dan terus digunakan oleh mereka yang tidak menjadi raja.
Pangeran Hyoje memiliki tiga orang adik laki-laki dan seorang adik perempuan. Adik laki-lakinya adalah Pangeran Hyomyeong, Pangeran Beopdeung, dan Pangeran Jali. Goryeosa tidak mencatat kehidupan Pangeran Hyoje maupun adik-adik laki-lakinya, namun ada catatan tentang adik perempuannya. Adik perempuannya ini menikah dengan Raja Gyeongsun dari Silla.
Tidak banyak catatan sejarah mengenai kehidupan Pangeran Hyoje. Tidak diketahui apa nama lahirnya maupun kapan Pangeran Hyoje lahir dan kapan dia meninggal, namun sejarah tidak mencatat bahwa Pangeran Hyoje meninggal karena pembantaian oleh kakak-kakaknya maupun keponakan-keponakannya. Menurut catatan Goryeosa, nama lahir Hyoje hilang dari semua catatan sejarah Goryeo, sedangkan nama "Hyoje" adalah nama kuilnya. Goryeosa juga mencantumkan bahwa Hyoje meninggal diusia muda dan tidak memiliki keturunan. Kemungkinan besar dia tinggal diluar istana setelah menikah dan tidak melibatkan diri dalam pemerintahan hingga kematiannya.
Sejauh ini belum ada drama atau film yang memunculkan tokoh Pangeran Hyoje.
8. WANG WOOK (RAJA DAEJONG)
Pangeran Wang Wook adalah putra pertama Wang Geon dengan Ratu Shinjeong. Ibu Wang Wook adalah permaisuri ketiga raja Wang Geon yang bermarga Hwangbo. Beliau menikah dengan saudari tirinya, yaitu Ratu Seonui (gelar anumerta yang diberikan oleh putra mereka, Raja Seongjong).
Wang Wook adalah kakak dari Ratu Daemok (ratu pertama Wang So). Beliau adalah putera kedelapan Wang Geon dan merupakan salah-seorang putera Wang Geon yang paling terkenal setelah Wang So.
Nama lahirnya adalah Wang Wook, namun putranya yang menjadi Raja Seongjong memberikannya nama resmi kerajaan sebagai ayah raja, yaitu “Daejong”, sehingga dalam sejarah beliau lebih dikenal dengan nama “Raja Daejong Wook” (nama Wook tetap disematkan dibelakang nama kuilnya untuk membedakannya dengan Raja Taejong Muyeol dari Silla dan Raja Taejong Yi Bang-won dari Joseon, yang nama kuilnya mirip).
Jika melihat status ibunya sebagai seorang ratu, besar kemungkinan gelar kerajaan Wang Wook sebelum dia diberi gelar Daejong oleh putranya (Raja Seongjong) adalah Pangeran Besar (Daegun) karena itu adalah gelar bagi putra-putra Wang Geon dari para ratu-nya. Karena dia adalah satu-satunya putra Wang Geon dari wilayah Hwangju maka saat masih hidup, Wook dikenal dengan nama Pangeran Besar Hwangju (Hwangjuwon Daegun).
- Putra Mahkota Hyodeok, putra pertama Daejong Wook.
- Ratu Heon-ae, ratu utama Raja Gyeongjong.
- Wang Chi, kelak menjadi Raja Seongjong.
- Ratu Heonjong, ratu kedua Raja Gyeongjong.
Nama lahirnya adalah Wang Wook, namun putranya yang menjadi Raja Seongjong memberikannya nama resmi kerajaan sebagai ayah raja, yaitu “Daejong”, sehingga dalam sejarah beliau lebih dikenal dengan nama “Raja Daejong Wook” (nama Wook tetap disematkan dibelakang nama kuilnya untuk membedakannya dengan Raja Taejong Muyeol dari Silla dan Raja Taejong Yi Bang-won dari Joseon, yang nama kuilnya mirip).
Jika melihat status ibunya sebagai seorang ratu, besar kemungkinan gelar kerajaan Wang Wook sebelum dia diberi gelar Daejong oleh putranya (Raja Seongjong) adalah Pangeran Besar (Daegun) karena itu adalah gelar bagi putra-putra Wang Geon dari para ratu-nya. Karena dia adalah satu-satunya putra Wang Geon dari wilayah Hwangju maka saat masih hidup, Wook dikenal dengan nama Pangeran Besar Hwangju (Hwangjuwon Daegun).
Putra-putri Daejong Wook adalah:
- Putra Mahkota Hyodeok, putra pertama Daejong Wook.
- Ratu Heon-ae, ratu utama Raja Gyeongjong.
- Wang Chi, kelak menjadi Raja Seongjong.
- Ratu Heonjong, ratu kedua Raja Gyeongjong.
- Putra Mahkota Gyeongjang, mertua Raja Hyeonjong.
Sosok Daejong Wook masih meninggalkan banyak misteri bagi sejarawan Korea, termasuk tentang anak-anaknya. Banyak sejarawan menduga Wang Chi sebenarnya adalah putra Wang So (Raja Gwangjong) yang dibesarkan oleh Daejong Wook. Pendapat ini muncul karena kenyataan bahwa walaupun Putra Mahkota Hyodeok masih hidup tapi Wang Chi-lah yang kemudian diangkat sebagai raja. Selain asal-usul Wang Chi, putri bungsunya, Ratu Heonjong, juga kelak membuat kegemparan karena menjalin cinta terlarang dengan salah-satu adik tiri Daejong Wook (Ahnjong Wook). Tapi, berkat cinta terlarang putrinya ini, Daejong Wook menjadi salah-satu leluhur dari semua raja-raja Goryeo hingga kerajaan ini runtuh.
Sebenarnya, dibandingkan dengan Wang Yo dan Wang So, Daejong Wook lebih difavoritkan menjadi raja Goryeo pengganti Wang Geon oleh bangsawan loyalis Wang Geon sebab Daejong Wook berasal dari provinsi Hwanghae, wilayah basis pendukung utama Wang Geon. Dari provinsi Hwanghae ini juga Wang Geon mengambil lebih banyak istri ketimbang dari provinsi lain (9 orang istri), sedangkan provinsi lain paling banyak adalah 6 istri (Provinsi Gyeongsang/Silla). Pangeran-pangeran pun paling banyak berasal dari daerah Hwanghae. Namun, sebagai seorang yang cerdas dan bijak, Daejong Wook rupanya mampu menduga apa yang akan dilakukan oleh Wang So sehingga disaat yang tepat beliau mampu keluar dari carut-marut politik istana yang membuat banyak bangsawan dieksekusi termasuk salah-satu pangeran dari Hwanghae, Wang Won (Pangeran Hyeoun).
Catatan dalam kitab Goryeosa menggambarkan Daejong Wook sebagai seorang pangeran cerdas dan aristokrat ulung yang menguasai politik negara dan ilmu pemerintahan. Beliau tidak disebutkan sebagai orang yang sangat ambisius melainkan sebagai seorang pangeran yang sangat cerdik dan bijak. Berbeda dengan Wang So yang penuh curiga termasuk kepada pendukungnya sendiri, Daejong Wook lebih mampu mengendalikan para loyalisnya. Daejong Wook mungkin tidak berbakat sebagai seorang komandan militer, namun dia adalah seorang ahli strategi yang baik.
Daejong Wook adalah orang yang paling berjasa membuat klan Hwangbo berhasil menjadi klan bangsawan yang sangat diperhitungkan dalam sejarah Goryeo, bahkan menjadi salah-satu klan bangsawan elit hingga era Joseon dan tetap dihormati di era modern.
Catatan dalam kitab Goryeosa menggambarkan Daejong Wook sebagai seorang pangeran cerdas dan aristokrat ulung yang menguasai politik negara dan ilmu pemerintahan. Beliau tidak disebutkan sebagai orang yang sangat ambisius melainkan sebagai seorang pangeran yang sangat cerdik dan bijak. Berbeda dengan Wang So yang penuh curiga termasuk kepada pendukungnya sendiri, Daejong Wook lebih mampu mengendalikan para loyalisnya. Daejong Wook mungkin tidak berbakat sebagai seorang komandan militer, namun dia adalah seorang ahli strategi yang baik.
Daejong Wook adalah orang yang paling berjasa membuat klan Hwangbo berhasil menjadi klan bangsawan yang sangat diperhitungkan dalam sejarah Goryeo, bahkan menjadi salah-satu klan bangsawan elit hingga era Joseon dan tetap dihormati di era modern.
Meskipun banyak yang menduga hubungannya dengan Wang So tidak akur, namun pada kenyataannya Daejong Wook dan Wang So memiliki hubungan kekerabatan sebagai saudara-tiri dan saudara-ipar karena Wang So menikahi adik perempuan Daejong Wook. Selain itu, Daejong Wook dan Wang So juga berbesan karena dua putri Daejong Wook, Heonae (Ibu suri Cheonchu, ibu Raja Mokjong) dan Heonjong (ibu Raja Hyeonjong) menikah dengan putra Wang So (Raja Gyeongjong).
Walau ada kemungkinan Daejong Wook kerap berseteru dengan Wang So namun dia bukanlah orang yang mungkin dibunuh oleh Wang So, sebab dia adalah mertua dari putra mahkota saat itu. Uniknya, walaupun Daejong Wook tidak pernah menjadi raja, namun keturunannya-lah kelak yang akan menjadi raja-raja Goryeo. Cucu sahnya kelak akan menjadi Raja Mokjong, sedangkan cucunya yang lain (yang lahir dari hubungan gelap putrinya, Ratu Heonjong, dengan adik Daejong Wook, Ahnjong Wook) kelak akan menjadi Raja Hyeonjong, yang menurunkan semua raja-raja Goryeo.
Meskipun posisi Daejong Wook sangat dekat dengan tahta, karena dia adalah seorang putra Wang Geon dan kakak dari ratu, namun sepertinya Daejong Wook tidak memanfaatkan posisinya untuk merebut tahta dan meraih kekuasaan yang bukan miliknya. Dia lebih memilih membantu adiknya, Ratu Daemok, menjalankan dan mengontrol kebijakan-kebijakan Wang So demi kepentingan keluarga besarnya, klan Hwangbo. Ini adalah langkah yang paling bijak dan paling aman untuk menghindari pembersihan yang dilakukan oleh Wang So dan juga untuk meningkatkan kekuasaan para pendukungnya. Artinya, Daejong Wook adalah sosok yang sangat cerdas dan teliti karena mampu memperkirakan langkah-langkah yang diambil oleh Wang So. Sikapnya yang bijak dan teliti ini membuat nasibnya berbeda jauh dengan adiknya, Pangeran Wang Won.
Daejong Wook meninggal pada bulan November 969, di tahun ke-20 pemerintahan Wang So. Walaupun ada yang menduga dia dibunuh oleh Wang So namun sebagian besar sejarawan yang menolak pendapat ini, sebab jika Daejong Wook meninggal secara tidak wajar maka hal ini akan menimbulkan kericuhan di istana, dan Wang So tentu menyadari hal ini. Karena itu, pendapat yang lebih diterima oleh para sejarawan mengenai kematian Daejong Wook adalah bahwa beliau meninggal secara wajar karena sakit. Lagipula, Wang So bukan tipe pemimpin yang akan membunuh tanpa alasan yang jelas.
Daejong Wook dikatakan meninggal diusia muda (sebelum 40 tahun atau awal 40an). Tidak lama setelah kematiannya (atau mungkin sebelum kematiannya) istrinya, Seonui, juga meninggal. Kematian mereka membuat semua anaknya, termasuk Wang Chi (Raja Seongjong) dibesarkan oleh Ratu Shinjeong (ibunda Daejong Wook dan Ratu Daemok).
Setelah Wang So meninggal dan digantikan oleh putranya, Gyeongjong, yang tidak lama juga meninggal, putra Daejong Wook, Wang Chi, diangkat sebagai raja Goryeo. Putranya inilah yang memberikan nama "Daejong" padanya sebagai nama kehormatan bagi ayah raja yang juga dianggap raja. Karena nama lahirnya sama dengan adiknya, Wang Wook dari Silla, maka nama kuilnya yang digunakan untuk menyebut namanya, sehingga dia dikenal dengan nama "Daejong Wook".
Daejong Wook dikatakan meninggal diusia muda (sebelum 40 tahun atau awal 40an). Tidak lama setelah kematiannya (atau mungkin sebelum kematiannya) istrinya, Seonui, juga meninggal. Kematian mereka membuat semua anaknya, termasuk Wang Chi (Raja Seongjong) dibesarkan oleh Ratu Shinjeong (ibunda Daejong Wook dan Ratu Daemok).
Setelah Wang So meninggal dan digantikan oleh putranya, Gyeongjong, yang tidak lama juga meninggal, putra Daejong Wook, Wang Chi, diangkat sebagai raja Goryeo. Putranya inilah yang memberikan nama "Daejong" padanya sebagai nama kehormatan bagi ayah raja yang juga dianggap raja. Karena nama lahirnya sama dengan adiknya, Wang Wook dari Silla, maka nama kuilnya yang digunakan untuk menyebut namanya, sehingga dia dikenal dengan nama "Daejong Wook".
Aktor-aktor Yang Memerankan Wang Wook (Daejong)
Jarang ada drama atau film yang menceritakan tentang Daejong Wook sebagai tokoh utama, namun dia sering muncul dalam drama atau yang menceritakan tentang ayahnya, Wang Geon, dan kakaknya, Wang So (Raja Gwangjong), seperti drama “Wang Geon”, “Morning of The Empire”, “Shine or Go Crazy”, “Empress Cheonchu”, dan "Time Slip: Ryo" (atau "Scarlet Heart: Ryo).
9. WANG WON (PUTRA MAHKOTA HYOEUN)
Pangeran Hyoeun adalah putra kedua Wang Geon dengan Selir Dongyang. Ibunya adalah putri dari seorang bangsawan dari daerah Pyeongsan. Pangeran nama lahir Pangeran Hyoeun adalah Wang Won. Beliau adalah adik dari Pangeran Hyomok.
Pangeran Hyowon diberi gelar "Taeja" yang artinya putra-mahkota (di era Goryeo). Gelar "Taeja" diberikan pada hampir seluruh putra Wang Geon (khususnya putra selir) dan terus digunakan pada mereka yang tidak menjadi raja.
Pangeran Hyowon diberi gelar "Taeja" yang artinya putra-mahkota (di era Goryeo). Gelar "Taeja" diberikan pada hampir seluruh putra Wang Geon (khususnya putra selir) dan terus digunakan pada mereka yang tidak menjadi raja.
Istri Pangeran Hyoeun tidak diketahui namanya, namun Goryeosa mencatat nama putra dan cucu-cucunya. Putra pertama Pangeran Hyoeun bernama Wang Rim (Pangeran Dongyang), sedangkan putra keduanya bernama Wang Jung (Pangeran Ong-gyeol, nama lainnya adalah Wang Yu).
Hubungan Pangeran Hyoeun dengan saudara-saudaranya sebenarnya tidak buruk. Hubungan Pangeran Hyoeun dengan para saudaranya berjalan baik sepanjang masa pemerintahan ayahnya, Wang Geon, dan kakak-kakaknya, Wang Mu dan Wang Yo. Namun, saat Wang So menjadi raja, ketentraman dalam keluarga kerajaan mulai hilang. Wang So sebenarnya tidak mengincar maupun mencurigai Pangeran Hyoeun. Namun, Pangeran Hyoeun memiliki hubungan yang dekat dengan para oposan Wang So dan juga merupakan salah-satu pendukung ide pindahnya ibukota dari Kaeseong ke Pyeongyang, yang sangat ditentang oleh kubu Wang So. Malapetaka datang pada Pangeran Hyoeun saat Wang So mengundangnya pada suatu jamuan makan malam.
Wang So merupakan seorang pemimpin yang memiliki perasaan curiga yang sangat tinggi. Oleh karena itu, saat dia melihat gelagat Pangeran Hyoeun yang dianggapnya aneh, dia menuding Pangeran Hyoeun sedang merencanakan maksud jahat padanya. Saat itu Wang So berkata:
"meskipun kau (Pangeran Hyoeun) makan semeja dengan-ku (Wang So) namun rupanya kau memiliki pikiran yang berbeda (melakukan konspirasi)."
Wang So lalu menjatuhkan hukuman mati pada Pangeran Hyoeun dengan memerintahkannya minum racun (hukuman mati yang khusus diberikan pada anggota keluarga kerajaan) disaat itu juga. Tidak lama kemudian, saudara-saudara Wang So lainnya dan beberapa orang istana datang ketempat jamuan itu dan mendapati Pangeran Hyoeun telah meninggal didekat cawan bekas racun tersebut.
Setelah mengeksekusi Pangeran Hyoeun, entah kenapa Wang So membiarkan putra-putranya tetap hidup padahal biasanya seluruh keluarga para pengkhianat raja dihukum mati. Putra sulungnya, Wang Rim (Pangeran Dongyang) mungkin mati muda namun bukan karena dieksekusi oleh Wang So karena Goryeosa mencatat bahwa putra-putra Pangeran Hyoeun lolos dari maut. Mungkin mereka diselamatkan oleh para loyalis Pangeran Hyoeun, atau bisa juga dilindungi oleh adik-adik Wang So lainnya, seperti Daejong Wook (yang berasal dari wilayah yang sama). Tapi, bisa jadi karena memang Wang So yang menginginkan demikian, karena dalam berbagai catatan sejarah diindikasikan bahwa Wang So tidak pernah membantai keluarga para oposan yang telah dieksekusinya.
Putra bungsu Pangeran Hyoeun, Wang Jung (Pangeran Ong-gyeol) tetap hidup hingga dia meninggal diusia tua pada bulan Maret 1013. Cucu-cucu Pangeran Hyoeun berasal dari garis Wang Jung, yaitu Yang Yoyang (cucu laki-laki) dan Wanggyeong (cucu perempuan), sebab putra sulungnya, Wang Rim meninggal sebelum memiliki keturunan.
Wang So merupakan seorang pemimpin yang memiliki perasaan curiga yang sangat tinggi. Oleh karena itu, saat dia melihat gelagat Pangeran Hyoeun yang dianggapnya aneh, dia menuding Pangeran Hyoeun sedang merencanakan maksud jahat padanya. Saat itu Wang So berkata:
"meskipun kau (Pangeran Hyoeun) makan semeja dengan-ku (Wang So) namun rupanya kau memiliki pikiran yang berbeda (melakukan konspirasi)."
Wang So lalu menjatuhkan hukuman mati pada Pangeran Hyoeun dengan memerintahkannya minum racun (hukuman mati yang khusus diberikan pada anggota keluarga kerajaan) disaat itu juga. Tidak lama kemudian, saudara-saudara Wang So lainnya dan beberapa orang istana datang ketempat jamuan itu dan mendapati Pangeran Hyoeun telah meninggal didekat cawan bekas racun tersebut.
Setelah mengeksekusi Pangeran Hyoeun, entah kenapa Wang So membiarkan putra-putranya tetap hidup padahal biasanya seluruh keluarga para pengkhianat raja dihukum mati. Putra sulungnya, Wang Rim (Pangeran Dongyang) mungkin mati muda namun bukan karena dieksekusi oleh Wang So karena Goryeosa mencatat bahwa putra-putra Pangeran Hyoeun lolos dari maut. Mungkin mereka diselamatkan oleh para loyalis Pangeran Hyoeun, atau bisa juga dilindungi oleh adik-adik Wang So lainnya, seperti Daejong Wook (yang berasal dari wilayah yang sama). Tapi, bisa jadi karena memang Wang So yang menginginkan demikian, karena dalam berbagai catatan sejarah diindikasikan bahwa Wang So tidak pernah membantai keluarga para oposan yang telah dieksekusinya.
Putra bungsu Pangeran Hyoeun, Wang Jung (Pangeran Ong-gyeol) tetap hidup hingga dia meninggal diusia tua pada bulan Maret 1013. Cucu-cucu Pangeran Hyoeun berasal dari garis Wang Jung, yaitu Yang Yoyang (cucu laki-laki) dan Wanggyeong (cucu perempuan), sebab putra sulungnya, Wang Rim meninggal sebelum memiliki keturunan.
Tokoh Pangeran Hyoeun pertama kali muncul dalam drama “Shine or Go Crazy”. Tokohnya lalu menjadi semakin populer setelah dimunculkan dalam drama "Time Slip: Ryo" (atau "Scarlet Heart: Ryo).
10. PUTRA MAHKOTA WANG JIK
Pangeran Wang Jik adalah putra Wang Geon dengan Selir Heungbokwon. Ibunya adalah putri dari Hong Gyu, seorang bangsawan dari daerah Hongju (sekarang Hongcheon).
Pangeran Wang Jik diberi gelar "Taeja" yang artinya putra-mahkota (di era Goryeo). Gelar "Taeja" diberikan pada hampir seluruh putra Wang Geon (khususnya putra selir) dan terus digunakan oleh mereka yang tidak menjadi raja.
Pangeran Wang Jik diberi gelar "Taeja" yang artinya putra-mahkota (di era Goryeo). Gelar "Taeja" diberikan pada hampir seluruh putra Wang Geon (khususnya putra selir) dan terus digunakan oleh mereka yang tidak menjadi raja.
Tidak ada catatan sejarah mengenai kehidupan Pangeran Wang Jik. Tidak diketahui kapan Pangeran Wang Jik lahir dan kapan dia meninggal, namun Goryeosa mencatat bahwa saudari perempuan Pangeran Wang Jik akan menikah dengan Pangeran Wang Taek (kakak kandung Wang Yo dan Wang So). Karena pangeran Wang Taek meninggal sebelum Goryeo resmi berdiri, maka ada kemungkinan saudari Pangeran Wang Jik ini menikah dengan Pangeran Wang Taek sebelum Pangeran Wang Jik lahir, dan mungkin juga sebelum Wang Geon resmi mendirikan Goryeo. Hal ini mungkin terjadi karena ibu Pangeran Wang Jik dan ibu Pangeran Wang Taek berasal dari daerah yang sama. Sejarah tidak mencatat bahwa Pangeran Wang Jik meninggal karena pembantaian oleh kakak-kakaknya maupun keponakan-keponakannya. Ada kemungkinan dia meninggal diusia muda.
Sejauh ini belum ada drama atau film yang memunculkan tokoh Pangeran Wang Jik.
11. WANG JUNG (KAISAR MOONWON)
Pangeran Wang Jung adalah putra keempat Wang Geon dengan Permaisuri Shinmyeong. Dalam sejarah. Dia adalah adik dari Wang Taek, Wang Yo (Jeongjong I), Wang So (Gwangjong), Putri Nakrang, dan kakak dari Putri Heungbang dan Pangeran Joontong.
Dibandingkan dengan saudara dan saudarinya, Pangeran Wang Jung adalah saudara yang paling dekat dengan Wang So dan merupakan adik-kesayangan Wang So.
Pangeran Wang Jung digambarkan sebagai seorang pangeran yang cerdas namun tidak pernah mengincar tahta. Pangeran Wang Jung sangat menyadari posisi dan kekuatan politiknya sehingga beliau memilih untuk tidak berkonflik dengan kakak-kakaknya. Meskipun Wang Yo dan Wang So sering berseteru, dan memiliki kubu pendukung yang berbeda-beda namun Pangeran Wang Jung tetap mengambil sikap netral, sekalipun dia harus berbeda pendapat dengan ibunya yang lebih menyayangi Wang Yo. Inilah yang membuat Pangeran Wang Jung menjadi adik kesayangan Wang So. Kedekatan Pangeran Wang Jung dengan Wang So dapat dilihat dari pernikahan anak-anak mereka. Semua putra dan putri Pangeran Wang Jung dinikahkan dengan anak-anak Wang So. Wang So pun menganugerahi nama kerajaan “Moonwon Daewang” pada Wang Jung, yang artinya “Kaisar Moonwon”. Ini adalah penghormatan yang sangat tinggi pada seorang saudara raja, sebab biasanya pemberian nama kerajaan “Daewang”, yang artinya “Raja Besar/Kaisar”, hanya diberikan pada ayah raja (yang tidak pernah menjadi raja) seperti yang diberikan pada dua Wang Wook (Daejong dan Ahnjong) oleh anak-anak mereka, juga gelar "raja" yang diberikan oleh Wang Geon pada ayahnya. Gelar ini mungkin didapat Wang Jung karena dia berhasil melakukan tugas-tugas penting yang dipercayakan oleh kakak-kakaknya, terutama oleh Wang So. Ada kemungkinan dia dilibatkan dalam perang-perang antara Goryeo melawan Khitan yang kerap terjadi saat itu, sehingga keberhasilan mengalahkan serbuan Khitan membuatnya mendapatkan apresiasi yang sangat tinggi dari kakak-kakaknya.
Pangeran Wang Jung digambarkan sebagai seorang pangeran yang cerdas namun tidak pernah mengincar tahta. Pangeran Wang Jung sangat menyadari posisi dan kekuatan politiknya sehingga beliau memilih untuk tidak berkonflik dengan kakak-kakaknya. Meskipun Wang Yo dan Wang So sering berseteru, dan memiliki kubu pendukung yang berbeda-beda namun Pangeran Wang Jung tetap mengambil sikap netral, sekalipun dia harus berbeda pendapat dengan ibunya yang lebih menyayangi Wang Yo. Inilah yang membuat Pangeran Wang Jung menjadi adik kesayangan Wang So. Kedekatan Pangeran Wang Jung dengan Wang So dapat dilihat dari pernikahan anak-anak mereka. Semua putra dan putri Pangeran Wang Jung dinikahkan dengan anak-anak Wang So. Wang So pun menganugerahi nama kerajaan “Moonwon Daewang” pada Wang Jung, yang artinya “Kaisar Moonwon”. Ini adalah penghormatan yang sangat tinggi pada seorang saudara raja, sebab biasanya pemberian nama kerajaan “Daewang”, yang artinya “Raja Besar/Kaisar”, hanya diberikan pada ayah raja (yang tidak pernah menjadi raja) seperti yang diberikan pada dua Wang Wook (Daejong dan Ahnjong) oleh anak-anak mereka, juga gelar "raja" yang diberikan oleh Wang Geon pada ayahnya. Gelar ini mungkin didapat Wang Jung karena dia berhasil melakukan tugas-tugas penting yang dipercayakan oleh kakak-kakaknya, terutama oleh Wang So. Ada kemungkinan dia dilibatkan dalam perang-perang antara Goryeo melawan Khitan yang kerap terjadi saat itu, sehingga keberhasilan mengalahkan serbuan Khitan membuatnya mendapatkan apresiasi yang sangat tinggi dari kakak-kakaknya.
Menurut catatan dalam kitab Goryeosa, Pangeran Wang Jung menikah dengan sepupunya, Putri Moonhye (putri Wang Geon dengan permaisuri Jeongdeok, adik dari Pangeran Besar Wonjang). Dari pernikahan dengan Putri Moonhye, Pangeran Wang Jung memiliki sepasang anak laki-laki dan perempuan. Putra pertama Wang Jung bernama Pangeran Cheonchu. Putranya ini menikah dengan putri Wang So dan Ratu Daemok. Putrinya bernama Heonui, kelak juga menikah dengan putra sulung Wang So (Raja Gyeongjong)
Meskipun tidak banyak catatan sejarah yang menulis tentang kehidupan Pangeran Wang Jung, namun kuat kemungkinan beliau hidup nyaman dan sejahtera hingga dia meninggal.
Tidak diketahui kapan Pangeran Wang Jung lahir dan kapan dia meninggal namun sejarawan percaya Pangeran Wang Jung meninggal pada masa pemerintahan menantunya, Raja Gyeongjong.
Tidak diketahui kapan Pangeran Wang Jung lahir dan kapan dia meninggal namun sejarawan percaya Pangeran Wang Jung meninggal pada masa pemerintahan menantunya, Raja Gyeongjong.
Aktor Yang Memerankan Wang Jung (Moonwon Daewang)
Tokoh Pangeran Wang Jung pertama-kali muncul dalam drama "Time Slip: Ryo" (atau "Scarlet Heart: Ryo).
12. PUTRA MAHKOTA HYOMYEONG
Pangeran Hyomyeong diberi gelar "Taeja" yang artinya putra-mahkota (di era Goryeo). Gelar "Taeja" diberikan pada hampir seluruh putra Wang Geon (khususnya putra selir) dan terus digunakan oleh mereka yang tidak menjadi raja.
Pangeran Hyomyeong adalah putra ketiga Wang Geon dengan Selir Seungmo. Ibunya adalah putri dari seorang bangsawan dari daerah Pyeongsan.
Pangeran Hyomyeong diberi gelar "Taeja" yang artinya putra-mahkota (di era Goryeo). Gelar "Taeja" diberikan pada hampir seluruh putra Wang Geon (khususnya putra selir) dan terus digunakan oleh mereka yang tidak menjadi raja.
Pangeran Hyomyeong memiliki seorang kakak dan dua orang adik laki-laki, dan seorang adik perempuan. Goryeosa tidak mencatat kehidupan Pangeran Hyomyeong maupun saudara laki-lakinya, namun ada catatan tentang adik perempuannya. Kakak laki-lakinya adalah Pangeran Hyoje, sedangkan adik laki-lakinya adalah Pangeran Beopdeung dan Pangeran Jali. Adik perempuan mereka menikah dengan Raja Gyeongsun dari Silla.
Tidak banyak catatan sejarah mengenai kehidupan Pangeran Hyomyeong. Tidak diketahui apa nama lahirnya maupun kapan Pangeran Hyomyeong lahir dan kapan dia meninggal, namun sejarah tidak mencatat bahwa Pangeran Hyomyeong meninggal karena pembantaian oleh kakak-kakaknya maupun keponakan-keponakannya. Dalam catatan Goryeosa, hanya nama "Hyomyeong" yang digunakan sebagai namanya sehingga tidak diketahui apakah itu adalah memang nama lahirnya atau bukan, tapi besar kemungkinan nama "Hyomyeong" adalah nama kuilnya. Goryeosa juga mencantumkan bahwa Hyomyeong meninggal diusia muda dan tidak memiliki keturunan. Kemungkinan besar dia tinggal diluar istana setelah menikah (atau tidak pernah menikah), dan tidak melibatkan diri dalam pemerintahan hingga kematiannya.
Kemungkinan besar dia tinggal diluar istana setelah menikah dan tidak pernah terlibat dalam pemerintahan. Dia juga kemungkinan tidak menikah dengan keturunan Wang Geon yang lain melainkan dengan putri bangsawan dari luar istana.
Kemungkinan besar dia tinggal diluar istana setelah menikah dan tidak pernah terlibat dalam pemerintahan. Dia juga kemungkinan tidak menikah dengan keturunan Wang Geon yang lain melainkan dengan putri bangsawan dari luar istana.
Sejauh ini belum ada drama atau film yang memunculkan tokoh Pangeran Hyomyeong.
13. WANG WOOK (RAJA AHNJONG)
Wang Wook atau Ahnjong Wook kemungkinan lahir pada tahun 935 atau 936 setelah Wang Geon berhasil menaklukkan Silla (tahun 934 atau 935), namun bisa juga beliau lahir setelah tahun tersebut. Kemungkinan Wang Wook adalah putra ketiga-belas Raja Wang Geon, dan bukan putra yang lahir setelah Wang So.
Ada dua Wang Wook dalam daftar anak-anak Wang Geon dan salah seorang dari mereka tercatat sebagai putra ke-delapan namun kemungkinan putra ke-delapan itu adalah Daejong Wook, dan bukannya Ahnjong Wook. Kemungkinan besar Ahnjong berbeda usia belasan tahun hingga dua-puluh tahun dengan kakak-kakaknya (Wang Mu, Wang Yo, dan Wang So), dan berbeda 3-4 tahun dengan Daejong Wook.
Dalam sejarah, Wang Wook dari Silla lebih dikenal sebagai Ahnjong Wook karena nama lahirnya sama dengan nama salah-satu kakaknya, Daejong Wook. Nama Ahnjong merupakan gelar kerajaan yang diberikan padanya ketika putranya menjadi raja ke-delapan Goryeo (Raja Hyeonjong). Sebelum diberikan gelar "Raja Ahnjong" oleh putranya, Wang Wook diberi gelar "Daegun" yang artinya Pangeran Besar. Gelar "Daegun" diberikan pada hampir seluruh putra Wang Geon dari ratu-ratunya. Karena dia adalah putra pertama Wang Geon dari wilayah Gyeongju maka saat beliau masih hidup, Ahnjong Wook dikenal dengan nama Pangeran Besar Gyeongju (Gyeongjubuwon Daegun)
Ahnjong adalah pangeran yang memiliki basis pendukung yang sangat kuat tapi tidak pernah diperhitungkan sebagai seorang calon raja, dan memang tidak berambisi menjadi raja. Ahnjong Wook adalah anak tunggal Raja Wang Geon dari Permaisuri Sinseong, yang merupakan putri seorang bangsawan tinggi Silla. Asal-usul ibunya inilah yang membuatnya tidak pernah diperhitungkan sebagai calon raja Goryeo, karena orang-orang Goryeo khawatir jika Ahnjong menjadi raja maka kerajaan Silla yang kuat itu akan bangkit kembali.
Meskipun tidak pernah menjadi seorang raja bahkan menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya di pengasingan, namun keturunannya lah yang akan menjadi raja-raja Goryeo, dan garis keturunannya tidak pernah terputus dari tahta Goryeo hingga kerajaan ini runtuh dengan raja terakhir, Raja Gongnyang.
Ada dua Wang Wook dalam daftar anak-anak Wang Geon dan salah seorang dari mereka tercatat sebagai putra ke-delapan namun kemungkinan putra ke-delapan itu adalah Daejong Wook, dan bukannya Ahnjong Wook. Kemungkinan besar Ahnjong berbeda usia belasan tahun hingga dua-puluh tahun dengan kakak-kakaknya (Wang Mu, Wang Yo, dan Wang So), dan berbeda 3-4 tahun dengan Daejong Wook.
Dalam sejarah, Wang Wook dari Silla lebih dikenal sebagai Ahnjong Wook karena nama lahirnya sama dengan nama salah-satu kakaknya, Daejong Wook. Nama Ahnjong merupakan gelar kerajaan yang diberikan padanya ketika putranya menjadi raja ke-delapan Goryeo (Raja Hyeonjong). Sebelum diberikan gelar "Raja Ahnjong" oleh putranya, Wang Wook diberi gelar "Daegun" yang artinya Pangeran Besar. Gelar "Daegun" diberikan pada hampir seluruh putra Wang Geon dari ratu-ratunya. Karena dia adalah putra pertama Wang Geon dari wilayah Gyeongju maka saat beliau masih hidup, Ahnjong Wook dikenal dengan nama Pangeran Besar Gyeongju (Gyeongjubuwon Daegun)
Ahnjong adalah pangeran yang memiliki basis pendukung yang sangat kuat tapi tidak pernah diperhitungkan sebagai seorang calon raja, dan memang tidak berambisi menjadi raja. Ahnjong Wook adalah anak tunggal Raja Wang Geon dari Permaisuri Sinseong, yang merupakan putri seorang bangsawan tinggi Silla. Asal-usul ibunya inilah yang membuatnya tidak pernah diperhitungkan sebagai calon raja Goryeo, karena orang-orang Goryeo khawatir jika Ahnjong menjadi raja maka kerajaan Silla yang kuat itu akan bangkit kembali.
Meskipun tidak pernah menjadi seorang raja bahkan menghabiskan tahun-tahun terakhir hidupnya di pengasingan, namun keturunannya lah yang akan menjadi raja-raja Goryeo, dan garis keturunannya tidak pernah terputus dari tahta Goryeo hingga kerajaan ini runtuh dengan raja terakhir, Raja Gongnyang.
Statusnya sebagai putra Wang Geon yang juga keturunan raja-raja Silla membuat Ahnjong sangat dihormati dan disayangi oleh Wang So dan membuat Ahnjong menjadi salah-satu adik yang paling dekat dengan Wang So. Penyebab kedekatannya dengan Wang So sejalan dengan fakta kedekatan Wang So dengan adik-adiknya yang beribukan para putri bangsawan Silla, yaitu karena Wang So sedang berusaha memperkuat hubungan dengan para bangsawan Silla dan berusaha membawa mereka terlibat dalam pemerintahan Goryeo, sebab orang-orang Silla terkenal memiliki pengetahuan ilmu pemerintahan yang baik. Dan lagi, diantara semua kerajaan taklukkan Goryeo, Silla adalah kerajaan yang lebih dihormati dan memiliki gengsi yang tinggi.
Adik-adik Wang So ini terkenal dengan sebutan "Para Pangeran Silla". Pangeran-pangeran keturunan Silla ini adalah Pangeran Wang Wook (Ahnjong), Pangeran Soomyung, Pangeran Hyosung, Pangeran Hyoji, dan Pangeran Uiseong. Meskipun Pangeran Hyosung adalah pangeran yang menjadi tangan-kanan Wang So di pemerintahan, dan Pangeran Soomyung berbesanan dengan Wang So, namun Ahnjong adalah pangeran keturunan Silla yang paling dihormati oleh Wang So, dan oleh orang-orang Goryeo, dan oleh seluruh warga Silla karena ibunya adalah putri dari anggota keluarga kerajaan Silla (cucu raja Silla dan keponakan raja terakhir Silla) dan merupakan ratu dari Silla pertama yang dinikahi oleh Wang Geon.
Ibu Ahnjong adalah istri kelima Raja Wang Geon, dan bukan seorang selir (Hu-gung) melainkan "Ratu" (Wang-bi). Ratu Sinseong bergelar "Wang-hu", yang artinya "Ratu" (gelar yang sama dengan gelar ibu dari Wang Mu, Wang Yo, Wang So, Daejong Wook, dan Pangeran Besar Wonjang). Sedangkan ibu dari Pangeran Soomyung, Pangeran Hyosung, dan Pangeran Hyoji hanya berstatus "Hu-gung" (selir istana) dan bergelar "Bu-in", yang artinya "istri raja". Hanya enam istri Wang Geon (dari 29 istrinya) yang berstatus "Wang-bi" (Ratu) dan bergelar "Wang-hu" (permaisuri), yaitu Ratu Shinhye (Ratu pertama Wang Geon), Ratu Janghwa (ibu Wang Mu/raja Hyejong), Ratu Shinmyeong Sunseong (ibu Wang Yo dan Wang So), Ratu Shinjeong (Ibu Daejong Wook), Ratu Jeongdeok (Ibu Pangeran Besar Wonjang), dan Ratu Sinseong (ibu Ahnjong). Status ibunya inilah yang membuat status Ahnjong sebagai salah seorang putra Wang Geon menjadi sangat tinggi.
Adik-adik Wang So ini terkenal dengan sebutan "Para Pangeran Silla". Pangeran-pangeran keturunan Silla ini adalah Pangeran Wang Wook (Ahnjong), Pangeran Soomyung, Pangeran Hyosung, Pangeran Hyoji, dan Pangeran Uiseong. Meskipun Pangeran Hyosung adalah pangeran yang menjadi tangan-kanan Wang So di pemerintahan, dan Pangeran Soomyung berbesanan dengan Wang So, namun Ahnjong adalah pangeran keturunan Silla yang paling dihormati oleh Wang So, dan oleh orang-orang Goryeo, dan oleh seluruh warga Silla karena ibunya adalah putri dari anggota keluarga kerajaan Silla (cucu raja Silla dan keponakan raja terakhir Silla) dan merupakan ratu dari Silla pertama yang dinikahi oleh Wang Geon.
Ibu Ahnjong adalah istri kelima Raja Wang Geon, dan bukan seorang selir (Hu-gung) melainkan "Ratu" (Wang-bi). Ratu Sinseong bergelar "Wang-hu", yang artinya "Ratu" (gelar yang sama dengan gelar ibu dari Wang Mu, Wang Yo, Wang So, Daejong Wook, dan Pangeran Besar Wonjang). Sedangkan ibu dari Pangeran Soomyung, Pangeran Hyosung, dan Pangeran Hyoji hanya berstatus "Hu-gung" (selir istana) dan bergelar "Bu-in", yang artinya "istri raja". Hanya enam istri Wang Geon (dari 29 istrinya) yang berstatus "Wang-bi" (Ratu) dan bergelar "Wang-hu" (permaisuri), yaitu Ratu Shinhye (Ratu pertama Wang Geon), Ratu Janghwa (ibu Wang Mu/raja Hyejong), Ratu Shinmyeong Sunseong (ibu Wang Yo dan Wang So), Ratu Shinjeong (Ibu Daejong Wook), Ratu Jeongdeok (Ibu Pangeran Besar Wonjang), dan Ratu Sinseong (ibu Ahnjong). Status ibunya inilah yang membuat status Ahnjong sebagai salah seorang putra Wang Geon menjadi sangat tinggi.
Catatan Goryeosa menulis sedikit tentang Ahnjong namun memberikan informasi yang menarik tentang beliau. Ahnjong digambarkan sebagai seorang pangeran tampan yang sangat tenang dan sangat berwibawa. Beliau bukan seorang pria yang sangat ceria namun tetap ramah dan sangat mempesona. Wajah tampannya diwarisi dari ibunya, yang digambarkan sebagai seorang wanita tercantik di Silla pada masanya. Jika dia dikatakan memiliki wajah dan karakter yang "sangat Silla" maka sangat mungkin jika Ahnjong memiliki wajah yang cantik (ciri khas para bangsawan Silla). Wajahnya selalu terlihat jauh lebih muda dari usianya, tapi beliau tetap tidak bisa menyembunyikan kharisma kebangsawanannya kemanapun dia pergi.
Meskipun dilahirkan dan dibesarkan didalam istana Goryeo, tapi Ahnjong dikatakan mewarisi fisik dan perilaku yang khas para bangsawan Silla. Karakternya lebih mirip seorang bangsawan dari Silla yang lebih senang menikmati kehidupan kebangsawanan yang anggun, damai, dan makmur ketimbang kehidupan bangsawan Goryeo yang berasal dari kalangan militer dan gemar berpolitik. Mungkin gaya Silla-nya diwarisi dari ibunya karena Ahnjong adalah anak tunggal Ratu Sinseong.
Bertolak-belakang dengan Wang Yo dan Wang So yang ahli perang, dan Daejong Wook yang merupakan seorang politikus cerdas, Ahnjong lebih menyukai hal-hal yang tenang seperti seni dan kehidupan kebangsawanan yang anggun. Namun, ini tidak berarti Ahnjong adalah pangeran yang lemah dan minim pengetahuan.
Sebagai seorang pangeran yang dididik dalam percampuran gaya Goryeo dan Silla, tentu Ahnjong unggul dibanyak bidang. Catatan sejarah menyebutkan Ahnjong beberapa kali bertemu dengan Ratu Heonjong saat Ahnjong acara-acara resmi istana dan saat Ahnjong masih berada diistana. Mengacu pada tradisi saat itu yang mewajibkan para pangeran dan putri raja yang telah menikah harus keluar dari istana maka keberadaan Ahnjong di istana menandakan beliau pernah terlibat dalam pemerintahan atau membantu pemerintah ketika Wang So masih hidup (sebab tidak ada catatan mengenai dirinya saat Gyeongjong menjadi raja). Hal ini tidak mengagetkan sebab Ahnjong yang dididik dalam percampuran didikan ala Goryeo dan Silla sudah pasti sangat menguasai filsafat dan ilmu pemerintahan ala Tiongkok dan sangat menguasai filsafat Kongfusius yang menjadi ciri khas para bangsawan Silla. Dan, meskipun beliau sangat unggul dibidang seni tapi itu tidak berarti beliau tidak menguasai ilmu bela-diri sebab para bangsawan Silla wajib menguasai ilmu kesenian sekaligus ilmu bela-diri dan strategi perang yang baik sama seperti kebiasaan para hwarang dimasa-lalu. Terlebih lagi, Wang Geon, yang merupakan seorang komandan militer, mewajibkan putra-putranya memahami strategi perang. Ini bisa dilihat dari kehidupan putra-putra pertama Wang Geon yang sangat unggul sebagai komandan militer.
Meskipun memiliki banyak kemampuan dan keahlian dan juga pendukung, namun Ahnjong bukan seorang pangeran yang berambisi menjadi raja. Beliau memilih menggunakan kemampuannya dengan bijak dan menikmati kehidupan aristokrasi yang tenang. Inilah mengapa, meskipun beliau sangat dekat dengan Wang So namun Ahnjong memilih menjauhi berbagai konflik kepentingan dalam pemerintahan ketika kakak-kakaknya menjadi raja, sehingga dia selamat dari semua peristiwa pembersihan yang dilakukan oleh kakak-kakaknya. Walau demikian, Ahnjong tetap memiliki pengaruh yang sangat besar dikalangan bangsawan Silla.
Besar kemungkinan, pengaruh Ahnjong-lah yang membuat Raja Gyeongjong menghentikan pembantaian terhadap para pendukung Wang So, sebab salah-satu yang dieksekusi oleh Gyeongjong dan kubu Wang Seon (atau Wang Seung) adalah adik tiri Ahnjong, Pangeran Hyosung, yang adalah salah-satu pangeran Silla. Kematian Pangeran Hyosung, dan juga Pangeran Won-nyeong, diproters oleh orang-orang Silla, dan para pangeran Silla lainnya. Ahnjong lalu mengundurkan diri dari semua urusan pemerintahan setelah kematian Wang So dan Hyosung, namun ketakutan Raja Gyeongjong tidak berhenti setelah Ahnjong meninggalkan istana. Gyeongjong sangat takut jika kubu Silla melakukan balas dendam sehingga dia lalu menjauhi kubu Wang Seon (dan mungkin juga mengeksekusi beberapa pemimpin mereka, termasuk Wang Seon). Ketakutan ini terus dibawa oleh Gyeongjong hingga kematiannya.
Meskipun dilahirkan dan dibesarkan didalam istana Goryeo, tapi Ahnjong dikatakan mewarisi fisik dan perilaku yang khas para bangsawan Silla. Karakternya lebih mirip seorang bangsawan dari Silla yang lebih senang menikmati kehidupan kebangsawanan yang anggun, damai, dan makmur ketimbang kehidupan bangsawan Goryeo yang berasal dari kalangan militer dan gemar berpolitik. Mungkin gaya Silla-nya diwarisi dari ibunya karena Ahnjong adalah anak tunggal Ratu Sinseong.
Bertolak-belakang dengan Wang Yo dan Wang So yang ahli perang, dan Daejong Wook yang merupakan seorang politikus cerdas, Ahnjong lebih menyukai hal-hal yang tenang seperti seni dan kehidupan kebangsawanan yang anggun. Namun, ini tidak berarti Ahnjong adalah pangeran yang lemah dan minim pengetahuan.
Sebagai seorang pangeran yang dididik dalam percampuran gaya Goryeo dan Silla, tentu Ahnjong unggul dibanyak bidang. Catatan sejarah menyebutkan Ahnjong beberapa kali bertemu dengan Ratu Heonjong saat Ahnjong acara-acara resmi istana dan saat Ahnjong masih berada diistana. Mengacu pada tradisi saat itu yang mewajibkan para pangeran dan putri raja yang telah menikah harus keluar dari istana maka keberadaan Ahnjong di istana menandakan beliau pernah terlibat dalam pemerintahan atau membantu pemerintah ketika Wang So masih hidup (sebab tidak ada catatan mengenai dirinya saat Gyeongjong menjadi raja). Hal ini tidak mengagetkan sebab Ahnjong yang dididik dalam percampuran didikan ala Goryeo dan Silla sudah pasti sangat menguasai filsafat dan ilmu pemerintahan ala Tiongkok dan sangat menguasai filsafat Kongfusius yang menjadi ciri khas para bangsawan Silla. Dan, meskipun beliau sangat unggul dibidang seni tapi itu tidak berarti beliau tidak menguasai ilmu bela-diri sebab para bangsawan Silla wajib menguasai ilmu kesenian sekaligus ilmu bela-diri dan strategi perang yang baik sama seperti kebiasaan para hwarang dimasa-lalu. Terlebih lagi, Wang Geon, yang merupakan seorang komandan militer, mewajibkan putra-putranya memahami strategi perang. Ini bisa dilihat dari kehidupan putra-putra pertama Wang Geon yang sangat unggul sebagai komandan militer.
Meskipun memiliki banyak kemampuan dan keahlian dan juga pendukung, namun Ahnjong bukan seorang pangeran yang berambisi menjadi raja. Beliau memilih menggunakan kemampuannya dengan bijak dan menikmati kehidupan aristokrasi yang tenang. Inilah mengapa, meskipun beliau sangat dekat dengan Wang So namun Ahnjong memilih menjauhi berbagai konflik kepentingan dalam pemerintahan ketika kakak-kakaknya menjadi raja, sehingga dia selamat dari semua peristiwa pembersihan yang dilakukan oleh kakak-kakaknya. Walau demikian, Ahnjong tetap memiliki pengaruh yang sangat besar dikalangan bangsawan Silla.
Besar kemungkinan, pengaruh Ahnjong-lah yang membuat Raja Gyeongjong menghentikan pembantaian terhadap para pendukung Wang So, sebab salah-satu yang dieksekusi oleh Gyeongjong dan kubu Wang Seon (atau Wang Seung) adalah adik tiri Ahnjong, Pangeran Hyosung, yang adalah salah-satu pangeran Silla. Kematian Pangeran Hyosung, dan juga Pangeran Won-nyeong, diproters oleh orang-orang Silla, dan para pangeran Silla lainnya. Ahnjong lalu mengundurkan diri dari semua urusan pemerintahan setelah kematian Wang So dan Hyosung, namun ketakutan Raja Gyeongjong tidak berhenti setelah Ahnjong meninggalkan istana. Gyeongjong sangat takut jika kubu Silla melakukan balas dendam sehingga dia lalu menjauhi kubu Wang Seon (dan mungkin juga mengeksekusi beberapa pemimpin mereka, termasuk Wang Seon). Ketakutan ini terus dibawa oleh Gyeongjong hingga kematiannya.
Ahnjong menikahi seorang wanita dimasa mudanya, namun nama istri pertamanya tidak tercatat dalam sejarah. Mungkin dia menikah saat ayahnya telah meninggal sehingga pencatat sejarah tidak mencatatnya. Pernikahan Ahnjong dengan istri pertamanya ini membuahkan seorang anak perempuan yang bernama Putri Seongmok. Istrinya meninggal diusia muda namun kisah cinta Ahnjong tidak berhenti sampai disitu. Dibandingkan dengan pernikahan sedarah saudara-saudaranya, kisah cinta Ahnjong sebenarnya yang paling menarik. Sebab setelah istrinya meninggal, Ahnjong tidak menikah dengan saudari-tirinya seperti saudara-saudaranya yang lain, melainkan menjalin cinta terlarang dengan keponakannya sendiri, mantan ratu Heonjong (istri Raja Gyeongjong).
Mantan ratu Heonjong adalah putri kedua dari kakak Ahnjong, Daejong Wook yang dinikahkan dengan sepupunya sendiri, Raja Gyeongjong. Pernikahan inilah yang membuat posisi kakaknya, Daejong Wook aman dimasa pemerintahan Wang So hingga dia meninggal. Setelah Gyeongjong naik tahta menggantikan Wang So, Heonjong pun diangkat menjadi ratu. Namun, Gyengjong hanya memerintah selama 6 tahun dan meninggal diusia muda. Mantan Ratu Heonjong yang telah menjanda bernasib baik karena kakaknya, Wang Chi diangkat menjadi raja Goryeo dengan nama Raja Seongjong. Tapi, mantan Ratu Heonjong memilih meninggalkan istana dan menetap di sebuah rumah didekat sebuah kuil Budha.
Mantan Ratu Heonjong tinggal disana cukup lama. Pada tahun ke-sepuluh setelah Raja Gyeongjong meninggal, yaitu tahun 991, mantan Ratu Heonjong yang dikatakan sedang berjalan-jalan melihat pemandangan, tanpa sengaja bertemu dengan Ahnjong. Rupanya, kediaman mereka cukup berdekatan. Saat itu Ahnjong telah memasuki usia akhir 40-an namun dikatakan wajah Ahnjong masih terlihat seperti seorang pria yang berusia 30-an. Mantan ratu Heonjong masih mengenali siapa Ahnjong dan tetap mengagumi dan menghormatinya.
Awalnya mereka sering bertemu sebagai teman bicara. Namun, lambat laun kedua-orang ini menjalin hubungan cinta, hingga akhirnya mantan ratu Heonjong pun hamil. Berita kehamilan ini menggemparkan istana karena seorang mantan ratu tidak boleh menikah kembali apalagi sampai memiliki anak, namun kejadian ini berusaha ditutupi oleh kakak mantan ratu Heonjong, Raja Seongjong, demi martabat keluarga kerajaan. Diawal kehamilannya, tidak ada yang tahu siapa ayah dari bayi yang dikandung oleh mantan Ratu Heonjong ini. Para anggota keluarga kerajaan dan para bangsawan, terutama dari klan Hwangbo, kebingungan dan tidak tahu apa yang harus mereka perbuat, hingga kemudian seorang pelayan Ahnjong melapor pada raja bahwa ayah dari bayi itu adalah Pangeran Ahnjong Wook, dan bahwa mantan Ratu Heonjong sudah tinggal bersama dengan Ahnjong. Jika hal itu benar, tentu ini membuat situasi kian pelik karena Ahnjong adalah seorang putra Wang Geon sehingga bayi yang dikandung oleh mantan Ratu Heonjong juga adalah cucu Wang Geon.
Seongjong akhirnya menuju ke rumah Ahnjong, dan mendapati bahwa adiknya juga ada disana. Seongjong akhirnya membawa mantan Ratu Heonjong kembali ke istana demi keselamatan adiknya itu. Tapi, dihari yang sama mantan ratu Heonjong memasuki waktu bersalin. Sungguh tidak disangka, anak yang lahir adalah anak laki-laki. Hal ini membuat keadaan semakin runyam karena keturunan generasi ketiga Raja Wang Geon hanya sedikit yang laki-laki. Ini artinya putra Ahnjong itu akan menjadi rebutan atau incaran pembunuhan dari orang-orang yang haus kekuasaan. Ratu Heonjong tidak sempat mencicipi kebahagiaan memiliki seorang anak seperti yang telah lama diimpi-impikannya karena beliau meninggal setelah melahirkan.
Raja Seongjong murka mendengar kabar kematian saudarinya. Dan untuk menutupi kejadian ini, Raja Seongjong lalu mengasingkan Ahnjong ke daerah Sacheon di provinsi Gyeongsan.
Raja Seongjong dan para pendukungnya tidak bisa membunuh Ahnjong, bukan karena status Ahnjong sebagai pamannya tapi karena status Ahnjong sebagai seorang pangeran Silla yang paling penting dan paling dihormati. Jika Ahnjong dihukum mati maka akan ada keributan dan bahkan pemberontakan dari orang-orang Silla.
Perseteruan dengan orang-orang Silla ini harus dihindari karena jumlah mereka sangat banyak dan kuat. Raja Wang Geon bahkan baru mampu menaklukkan Silla karena raja terakhirnya menyerahkan diri bukan karena kalah perang. Wilayah Silla juga baru mampu diambil Goryeo setelah hampir 20 tahun Goryeo resmi berdiri. Oleh karena itu, meskipun Ahnjong diasingkan namun Raja Seongjong tetap memperlakukannya dengan baik. Dapat dilihat dari tempat pengungsian Ahnjong yaitu di daerah Sacheon, Gyeongsang yang masih satu wilayah dengan kampung halaman ibunda Ahnjong. Di Sacheon inilah Ahnjong menghabiskan sisa hidupnya.
Mantan Ratu Heonjong tinggal disana cukup lama. Pada tahun ke-sepuluh setelah Raja Gyeongjong meninggal, yaitu tahun 991, mantan Ratu Heonjong yang dikatakan sedang berjalan-jalan melihat pemandangan, tanpa sengaja bertemu dengan Ahnjong. Rupanya, kediaman mereka cukup berdekatan. Saat itu Ahnjong telah memasuki usia akhir 40-an namun dikatakan wajah Ahnjong masih terlihat seperti seorang pria yang berusia 30-an. Mantan ratu Heonjong masih mengenali siapa Ahnjong dan tetap mengagumi dan menghormatinya.
Awalnya mereka sering bertemu sebagai teman bicara. Namun, lambat laun kedua-orang ini menjalin hubungan cinta, hingga akhirnya mantan ratu Heonjong pun hamil. Berita kehamilan ini menggemparkan istana karena seorang mantan ratu tidak boleh menikah kembali apalagi sampai memiliki anak, namun kejadian ini berusaha ditutupi oleh kakak mantan ratu Heonjong, Raja Seongjong, demi martabat keluarga kerajaan. Diawal kehamilannya, tidak ada yang tahu siapa ayah dari bayi yang dikandung oleh mantan Ratu Heonjong ini. Para anggota keluarga kerajaan dan para bangsawan, terutama dari klan Hwangbo, kebingungan dan tidak tahu apa yang harus mereka perbuat, hingga kemudian seorang pelayan Ahnjong melapor pada raja bahwa ayah dari bayi itu adalah Pangeran Ahnjong Wook, dan bahwa mantan Ratu Heonjong sudah tinggal bersama dengan Ahnjong. Jika hal itu benar, tentu ini membuat situasi kian pelik karena Ahnjong adalah seorang putra Wang Geon sehingga bayi yang dikandung oleh mantan Ratu Heonjong juga adalah cucu Wang Geon.
Seongjong akhirnya menuju ke rumah Ahnjong, dan mendapati bahwa adiknya juga ada disana. Seongjong akhirnya membawa mantan Ratu Heonjong kembali ke istana demi keselamatan adiknya itu. Tapi, dihari yang sama mantan ratu Heonjong memasuki waktu bersalin. Sungguh tidak disangka, anak yang lahir adalah anak laki-laki. Hal ini membuat keadaan semakin runyam karena keturunan generasi ketiga Raja Wang Geon hanya sedikit yang laki-laki. Ini artinya putra Ahnjong itu akan menjadi rebutan atau incaran pembunuhan dari orang-orang yang haus kekuasaan. Ratu Heonjong tidak sempat mencicipi kebahagiaan memiliki seorang anak seperti yang telah lama diimpi-impikannya karena beliau meninggal setelah melahirkan.
Raja Seongjong murka mendengar kabar kematian saudarinya. Dan untuk menutupi kejadian ini, Raja Seongjong lalu mengasingkan Ahnjong ke daerah Sacheon di provinsi Gyeongsan.
Perseteruan dengan orang-orang Silla ini harus dihindari karena jumlah mereka sangat banyak dan kuat. Raja Wang Geon bahkan baru mampu menaklukkan Silla karena raja terakhirnya menyerahkan diri bukan karena kalah perang. Wilayah Silla juga baru mampu diambil Goryeo setelah hampir 20 tahun Goryeo resmi berdiri. Oleh karena itu, meskipun Ahnjong diasingkan namun Raja Seongjong tetap memperlakukannya dengan baik. Dapat dilihat dari tempat pengungsian Ahnjong yaitu di daerah Sacheon, Gyeongsang yang masih satu wilayah dengan kampung halaman ibunda Ahnjong. Di Sacheon inilah Ahnjong menghabiskan sisa hidupnya.
Raja Seongjong memerintahkan putra Ahnjong dengan mantan ratu Heonjong, yang dinamakan Wang Sun, untuk dibawa keistana. Orang-orang terdekat Raja Seongjong meminta agar Raja Seongjong membunuh Wang Sun namun Seongjong menolak karena Wang Sun adalah cucu ayahnya dan putra tunggal saudari kesayangannya. Wang Sun lalu dirawat oleh dayang pengasuh yang ditunjuk oleh Seongjong dan bertanggung-jawab langsung kepada Raja Seongjong. Seongjong lalu memberi nama kerajaan pada Wang Sun, yaitu Putra Mahkota Daeryang. Nama "Daeryang" ini mungkin yang menjadi salah-satu penyebab beberapa sejarawan beranggapan bahwa sebenarnya ibu kandung Ahnjong bukanlah Ratu Shinseong melainkan Permaisuri/Selir Hudaeryang dari klan Yi, sebab ada sebuah catatan kuno tentang keluarga Wang Geon yang tidak menyebutkan bahwa salah-satu istri Wang Geon dari Silla bermarga Kim (padahal ibu Ahnjong bermarga Kim). Tapi, sejarawan lain membantah pendapat ini karena mengacu pada kalimat Raja Gyeongsun (Kim Bu) yang memperkenalkan keponakannya (Ratu Shinseong) pada Raja Wang Geon, yang lalu oleh Goryeosa dicatat sebagai salah-satu istri Raja Wang Geon.
Saudari Seongjong (Ratu Dowager Cheonchu) tidak menyukai keberadaan Pangeran Daeryang. Ratu berulang kali meminta agar Seongjong membunuh Pangeran Daeryang namun Seongjong menolak, karena rupanya Ratu Dowager Cheonchu juga memiliki anak diluar nikah yang membuat Raja Seongjong marah. Terlebih lagi, dibandingkan Ratu Dowager Cheonchu yang ambisius, Raja Seongjong lebih menyayangi mantan Ratu Heonjong yang lebih tenang.
Pada suatu waktu, Seongjong memerintahkan Pangeran Daeryang dibawa kehadapannya. Dan saat melihat Raja Seongjong, sang pangeran kecil pun memanggil "ayah... ayah..." pada Raja Seongjong, sambil berusaha memanjat pada tubuh Seongjong. Sang raja pun menangis karena sangat terharu mendengarnya. Raja Seongjong lalu mengirim pangeran Daeryang keluar dari istana, dan merencanakan skenario palsu dengan menyampaikan kabar pada Ratu Daemok bahwa Pangeran Daeryang telah dibunuh. Namun, sebenarnya secara diam-diam Raja Seongjong mengirim Pangeran Daeryang ke tempat lain. Demi keselamatan sang pangeran, Seongjong mengirim Pangeran Daeryang ke tempat pengasingan ayahnya, Ahnjong, di Sacheon. Ini dilakukan Seongjong karena wilayah Sacheon adalah bekas wilayah Silla sehingga Ahnjong dan Pangeran Daeryang akan dilindungi oleh para penguasa dan pejabat dari Silla yang terkenal akan loyalitas mereka pada sesama orang Silla. Raja Seongjong meminta Ahnjong untuk menjauhkan Pangeran Daeryang dari kehidupan istana, tapi Seongjong berjanji akan menghapus hukuman pengasingan Ahnjong dan membawa Ahnjong dan Daeryang kembali ke istana. Penundaan ini dikarenakan pada saat itu kubu Ratu Cheonchu masih sangat kuat dan lagi keberadaan putra Ratu Cheonchu (cucu Wang So, calon Raja Mokjong) keamanan Pangeran Daeryang terancam. Seongjong rupanya sudah memperhitungkan dan mempersiapkan banyak hal dimasa depan jika dia tidak kunjung mendapatkan anak, tapi sayangnya Ahnjong meninggal tak lama setelah diasingkan dan Seongjong juga meninggal diusia muda tidak lama setelah kematian Ahnjong Wook.
Meskipun hidup dalam pengasingan, tapi Ahnjong diijinkan menghabiskan masa tuanya bersama dengan putra tunggalnya hingga beliau wafat pada bulan Juli 996 diusia akhir 40-an (atau tepat 50 tahun). Ahnjong menjadi Putra Taejo terakhir yang hidup.
Dengan tidak disangka-sangka, baik Raja Seongjong dan Raja Mokjong (pengganti Seongjong) meninggal tanpa memiliki putra pewaris. Setelah Raja Mokjong meninggal, akhirnya Pangeran Daeryang pun dipanggil ke istana dan diangkat menjadi raja Goryeo dengan nama Raja Hyeonjong.
Putranya inilah yang menganugerahkan nama "Pangeran Ahnjong" padanya. Ahnjong juga dianugerahi nama "Kaisar Hyomok" oleh putranya. Nama "Ahnjong" dan "Kaisar Hyomok" inilah yang digunakan oleh putranya dan keturunan mereka untuk menyebut Pangeran Ahnjong Wook dalam puisi-puisi mereka.
Oleh putranya juga, Ahnjong diberi nama kerajaan "Ahnjong Heon-gyeoseong Deukhyo-e Daewang", yang artinya "Ahnjong Yang Agung dari Wangsa Deukhyo". Keturunan Ahnjong dari garis Raja Hyeonjong inilah yang kemudian menjadi raja-raja Goryeo, dan garis keturunannya tidak pernah terputus dari tahta Goryeo hingga kerajaan ini runtuh.
Saudari Seongjong (Ratu Dowager Cheonchu) tidak menyukai keberadaan Pangeran Daeryang. Ratu berulang kali meminta agar Seongjong membunuh Pangeran Daeryang namun Seongjong menolak, karena rupanya Ratu Dowager Cheonchu juga memiliki anak diluar nikah yang membuat Raja Seongjong marah. Terlebih lagi, dibandingkan Ratu Dowager Cheonchu yang ambisius, Raja Seongjong lebih menyayangi mantan Ratu Heonjong yang lebih tenang.
Pada suatu waktu, Seongjong memerintahkan Pangeran Daeryang dibawa kehadapannya. Dan saat melihat Raja Seongjong, sang pangeran kecil pun memanggil "ayah... ayah..." pada Raja Seongjong, sambil berusaha memanjat pada tubuh Seongjong. Sang raja pun menangis karena sangat terharu mendengarnya. Raja Seongjong lalu mengirim pangeran Daeryang keluar dari istana, dan merencanakan skenario palsu dengan menyampaikan kabar pada Ratu Daemok bahwa Pangeran Daeryang telah dibunuh. Namun, sebenarnya secara diam-diam Raja Seongjong mengirim Pangeran Daeryang ke tempat lain. Demi keselamatan sang pangeran, Seongjong mengirim Pangeran Daeryang ke tempat pengasingan ayahnya, Ahnjong, di Sacheon. Ini dilakukan Seongjong karena wilayah Sacheon adalah bekas wilayah Silla sehingga Ahnjong dan Pangeran Daeryang akan dilindungi oleh para penguasa dan pejabat dari Silla yang terkenal akan loyalitas mereka pada sesama orang Silla. Raja Seongjong meminta Ahnjong untuk menjauhkan Pangeran Daeryang dari kehidupan istana, tapi Seongjong berjanji akan menghapus hukuman pengasingan Ahnjong dan membawa Ahnjong dan Daeryang kembali ke istana. Penundaan ini dikarenakan pada saat itu kubu Ratu Cheonchu masih sangat kuat dan lagi keberadaan putra Ratu Cheonchu (cucu Wang So, calon Raja Mokjong) keamanan Pangeran Daeryang terancam. Seongjong rupanya sudah memperhitungkan dan mempersiapkan banyak hal dimasa depan jika dia tidak kunjung mendapatkan anak, tapi sayangnya Ahnjong meninggal tak lama setelah diasingkan dan Seongjong juga meninggal diusia muda tidak lama setelah kematian Ahnjong Wook.
Meskipun hidup dalam pengasingan, tapi Ahnjong diijinkan menghabiskan masa tuanya bersama dengan putra tunggalnya hingga beliau wafat pada bulan Juli 996 diusia akhir 40-an (atau tepat 50 tahun). Ahnjong menjadi Putra Taejo terakhir yang hidup.
Dengan tidak disangka-sangka, baik Raja Seongjong dan Raja Mokjong (pengganti Seongjong) meninggal tanpa memiliki putra pewaris. Setelah Raja Mokjong meninggal, akhirnya Pangeran Daeryang pun dipanggil ke istana dan diangkat menjadi raja Goryeo dengan nama Raja Hyeonjong.
Putranya inilah yang menganugerahkan nama "Pangeran Ahnjong" padanya. Ahnjong juga dianugerahi nama "Kaisar Hyomok" oleh putranya. Nama "Ahnjong" dan "Kaisar Hyomok" inilah yang digunakan oleh putranya dan keturunan mereka untuk menyebut Pangeran Ahnjong Wook dalam puisi-puisi mereka.
Oleh putranya juga, Ahnjong diberi nama kerajaan "Ahnjong Heon-gyeoseong Deukhyo-e Daewang", yang artinya "Ahnjong Yang Agung dari Wangsa Deukhyo". Keturunan Ahnjong dari garis Raja Hyeonjong inilah yang kemudian menjadi raja-raja Goryeo, dan garis keturunannya tidak pernah terputus dari tahta Goryeo hingga kerajaan ini runtuh.
Tokoh Ahnjong Wook pertama-kali muncul dalam drama "Empress Cheonchu", namun drama yang cukup banyak menceritakan tokohnya adalah drama "Time Slip: Ryo" (atau "Scarlet Heart: Ryo). Dia adalah pangeran Baek-ah dalam drama tersebut.
*Short Story of Prince Ahnjong (Prince Baek-ah) is available in ENGLISH
*Short Story of Prince Ahnjong (Prince Baek-ah) is available in ENGLISH
14. PANGERAN JEUNGTONG
Pangeran Jeungtong adalah putra kelima Wang Geon dengan Ratu Shinmyeong. Dia adalah adik dari Wang Taek, Wang Yo (Jeongjong I), Wang So (Gwangjong), dan Wang Jung (Kaisar Moonwon).
Berbeda dengan kehidupan saudara dan saudarinya yang lain yang banyak tercatat di Goryeosa, tidak banyak catatan sejarah mengenai kehidupan Pangeran Joontong. Tidak diketahui apa nama lahirnya maupun kapan dia lahir dan kapan dia meninggal. Namun, sejarah mencatat bahwa beliau menjadi seorang menteri negara diera pemerintahan kakaknya, Gwangjong. Ini menandakan bahwa Pangeran Jeungtong tidak memiliki konflik dengan Wang So dan bahkan memperoleh kepercayaan Wang So.
Selepas menjadi menteri, Pangeran Jeungtong lalu memutuskan menjadi seorang biksu. Tidak diketahui dengan pasti alasan keputusannya ini. Keturunan Jeungtong tidak tercatat dalam catatan sejarah Goryeo yang ada sekarang. Besar kemungkinan jika dia tidak pernah menikah, atau memutuskan untuk tidak mau menikah setelah dia menjadi seorang biksu.
Selepas menjadi menteri, Pangeran Jeungtong lalu memutuskan menjadi seorang biksu. Tidak diketahui dengan pasti alasan keputusannya ini. Keturunan Jeungtong tidak tercatat dalam catatan sejarah Goryeo yang ada sekarang. Besar kemungkinan jika dia tidak pernah menikah, atau memutuskan untuk tidak mau menikah setelah dia menjadi seorang biksu.
Sejauh ini belum ada drama atau film yang memunculkan tokoh Pangeran Jeungtong.
15. PANGERAN BEOPDEUNG
Pangeran Beopdeung adalah putra ketiga Wang Geon dengan Selir Seungmo. Ibunya adalah putri dari seorang bangsawan dari daerah Pyeongsan.
Pangeran Beopdeung diberi gelar "Gun" yang artinya "pangeran". Gelar "Gun" adalah gelar pangeran yang paling rendah yang diberikan pada putra Wang Geon dari seorang selir atau ratu, dan yang mati muda atau diturunkan statusnya sehingga kemungkinan Pangeran Beopdeung meninggal saat masih muda.
Pangeran Beopdeung diberi gelar "Gun" yang artinya "pangeran". Gelar "Gun" adalah gelar pangeran yang paling rendah yang diberikan pada putra Wang Geon dari seorang selir atau ratu, dan yang mati muda atau diturunkan statusnya sehingga kemungkinan Pangeran Beopdeung meninggal saat masih muda.
Pangeran Beopdeung memiliki tiga orang saudara laki-laki dan seorang adik perempuan. Goryeosa tidak mencatat kehidupan Pangeran Beopdeung maupun saudara laki-lakinya, namun ada catatan tentang adik perempuannya. kakak laki-lakinya adalah Pangeran Hyoje dan Pangeran Hyomyeong, sedangkan adik laki-lakinya adalah Pangeran Jali. Adik perempuan mereka menikah dengan Raja Gyeongsun dari Silla.
Tidak banyak catatan sejarah mengenai kehidupan Pangeran Beopdeung. Tidak diketahui apa nama lahirnya maupun kapan Pangeran Beopdeung lahir dan kapan dia meninggal, namun sejarah tidak mencatat bahwa Pangeran Beopdeung meninggal karena pembantaian oleh kakak-kakaknya maupun keponakan-keponakannya.
Dalam catatan Goryeosa, hanya nama "Beopdeung" yang digunakan sebagai namanya. Nama "Beopdeung" adalah nama kuilnya. Goryeosa juga mencantumkan bahwa Beopdeung meninggal diusia muda dan tidak memiliki keturunan. Kemungkinan besar dia tinggal diluar istana setelah menikah (atau tidak pernah menikah), dan tidak melibatkan diri dalam pemerintahan hingga kematiannya.
Dalam catatan Goryeosa, hanya nama "Beopdeung" yang digunakan sebagai namanya. Nama "Beopdeung" adalah nama kuilnya. Goryeosa juga mencantumkan bahwa Beopdeung meninggal diusia muda dan tidak memiliki keturunan. Kemungkinan besar dia tinggal diluar istana setelah menikah (atau tidak pernah menikah), dan tidak melibatkan diri dalam pemerintahan hingga kematiannya.
Sejauh ini belum ada drama atau film yang memunculkan tokoh Pangeran Beopdeung.
16. PANGERAN WANG UI
Pangeran Wang Ui adalah anak pertama Wang Geon dan Ratu Jeongdeok. Ibunya adalah putri dari seorang bangsawan dari daerah Jeongju.
Wang Ui diberi gelar "Gun" yang artinya "pangeran". Gelar "Gun" adalah gelar pangeran yang paling rendah yang diberikan pada putra Wang Geon dari seorang selir yang mati muda atau diturunkan statusnya.
Wang Ui diberi gelar "Gun" yang artinya "pangeran". Gelar "Gun" adalah gelar pangeran yang paling rendah yang diberikan pada putra Wang Geon dari seorang selir yang mati muda atau diturunkan statusnya.
Goryeosa mencatat bahwa adik-adik Pangeran Wang Ui akan menikah dengan beberapa saudara-saudaranya. Adik laki-lakinya, Pangeran Wonjang kelak menikah dengan Putri Heungbang (adik bungsu Wang Yo dan Wang So). Adik perempuannya yang bernama Putri Moonhye menikah dengan Wang Jung (adik Wang So), dan salah seorang anak dari Putri Moonhye ini akan menikah dengan Gyeongjong (putra Wang So). Adik perempuannya yang lain, yaitu Ratu Seonui menikah dengan Daejong dan merupakan ibu dari Raja Seongjong, Ratu Heon-ae/Ibu Suri Cheonchu (ibu Raja Mokjong), dan Ratu Heonjong (ibu Raja Hyeonjong). Adik bungsunya juga menikah dengan saudara-tirinya, Pangeran Uiseong Buwon (putra bungsu Wang Geon, pangeran ke-25).
Tidak ada catatan sejarah mengenai kehidupan Pangeran Wang Ui. Tidak diketahui kapan Pangeran Wang Ui lahir dan kapan dia meninggal, namun sejarah tidak mencatat bahwa Pangeran Wang Ui meninggal karena pembantaian oleh kakak-kakaknya maupun keponakan-keponakannya. Ada kemungkinan dia meninggal diusia muda atau bahkan saat masih bayi karena dia tidak tercatat memiliki nama sebagai seorang pangeran kerajaan.
Sejauh ini belum ada drama atau film yang memunculkan tokoh Pangeran Wang Ui.
17.PANGERAN INNAE
Pangeran Innae adalah putra kedua Wang Geon dengan Ratu Jeongdeok. Ibunya adalah putri dari seorang bangsawan dari daerah Jeongju.
Pangeran Innae diberi gelar "Gun" yang artinya "pangeran". Gelar "Gun" adalah gelar pangeran yang paling rendah yang diberikan pada putra Wang Geon dari seorang selir, dan yang mati muda atau diturunkan statusnya.
Pangeran Innae diberi gelar "Gun" yang artinya "pangeran". Gelar "Gun" adalah gelar pangeran yang paling rendah yang diberikan pada putra Wang Geon dari seorang selir, dan yang mati muda atau diturunkan statusnya.
Pangeran Innae memiliki seorang kakak, yaitu Pangeran Wang Ui. Tidak ada catatan mengenai kehidupan Pangeran Innae dan kakaknya ini namun Goryeosa mencatat bahwa adik-adik Pangeran Innae akan menikah dengan beberapa saudara-saudaranya. Adik laki-lakinya, Pangeran Wonjang kelak menikah dengan Putri Heungbang (adik bungsu Wang Yo dan Wang So). Adik perempuannya yang bernama Putri Moonhye menikah dengan Wang Jung (adik Wang So), dan salah seorang anak dari Putri Moonhye ini akan menikah dengan Gyeongjong (putra Wang So). Adik perempuannya yang lain, yaitu Ratu Seonui menikah dengan Daejong dan merupakan ibu dari Raja Seongjong, Ratu Heon-ae/Ibu Suri Cheonchu (ibu Raja Mokjong), dan Ratu Heonjong (ibu Raja Hyeonjong). Adik bungsunya juga menikah dengan saudara-tirinya, Pangeran Uiseong Buwon (putra bungsu Wang Geon, pangeran ke-25).
Tidak banyak catatan sejarah mengenai kehidupan Pangeran Innae. Tidak diketahui apa nama lahirnya maupun kapan Pangeran Innae lahir dan kapan dia meninggal, namun sejarah tidak mencatat bahwa Pangeran Innae meninggal karena pembantaian oleh kakak-kakaknya maupun keponakan-keponakannya. Kemungkinan besar dia meninggal diusia muda karena dia tidak tercatat memiliki istri maupun keturunan, namun dia tidak meninggal saat masih bayi karena dia memiliki nama sebagai seorang pangeran meskipun hanya bergelar "Gun".
Sejauh ini belum ada drama atau film yang memunculkan tokoh Pangeran Innae.
18. PUTRA MAHKOTA SOOMYUNG
Pangeran Soomyung kemungkinan besar beliau lahir pada tahun 936. Beliau adalah anak tunggal Wang Geon dan Selir Heonmok. Ibunya adalah putri dari seorang bangsawan Silla dari daerah Gyeongju. Asal daerah ibunya sama dengan asal daerah Ratu Shinseong, ibu dari Ahnjong Wook. Sangat besar kemungkinan dia akrab dan memiliki hubungan yang baik dengan Ahnjong Wook dan juga dengan kakak-beradik, Pangeran Hyosung dan Pangeran Hyoji. Kemungkinan besar Soomyung berbeda usia 10 tahun dengan Wang So.
Pangeran Soomyung diberi gelar "Taeja" yang artinya putra-mahkota (di era Goryeo). Gelar "Taeja" diberikan pada hampir seluruh putra Wang Geon (khususnya putra selir) dan terus digunakan pada mereka yang tidak menjadi raja. Soomyung diberi gelar ini karena dia adalah putra selir. Putra-putra Wang Geon dari para ratu-nya biasanya bergelar "Daegun", yang artinya "Pangeran Besar".
Ibu Pangeran Soomyung adalah satu-satunya istri Wang Geon yang bergelar "Daebuin". Gelar itu memang berarti permaisuri, tetapi berbeda dengan permaisuri lainnya, status seorang Daebuin lebih tinggi dari "Buin" (permaisuri). Status seorang Daebuin hanya berada dibawah "Wang-hu" (Ratu).
Pangeran Soomyung diberi gelar "Taeja" yang artinya putra-mahkota (di era Goryeo). Gelar "Taeja" diberikan pada hampir seluruh putra Wang Geon (khususnya putra selir) dan terus digunakan pada mereka yang tidak menjadi raja. Soomyung diberi gelar ini karena dia adalah putra selir. Putra-putra Wang Geon dari para ratu-nya biasanya bergelar "Daegun", yang artinya "Pangeran Besar".
Ibu Pangeran Soomyung adalah satu-satunya istri Wang Geon yang bergelar "Daebuin". Gelar itu memang berarti permaisuri, tetapi berbeda dengan permaisuri lainnya, status seorang Daebuin lebih tinggi dari "Buin" (permaisuri). Status seorang Daebuin hanya berada dibawah "Wang-hu" (Ratu).
Tidak diketahui siapa nama istri Pangeran Soomyung. Catatannya yang minim mungkin karena statusnya adalah seorang pangeran keturunan Silla, sehingga sangat mungkin dia tidak menikah dengan saudari-tirinya. Hal ini memiliki persamaan dengan catatan kehidupan pangeran keturunan Silla lainnya, Ahnjong Wook. Namun, Goryeosa mencatat bahwa Pangeran Soomyung memiliki seorang putra yang bernama Pangeran Hongdeuk. Pangeran Hongdeuk menikahi sepupunya, yaitu putri dari Wang So, sehingga membuat Pangeran Soomyung berbesan Wang So. Namun, putra Soomyung ini meninggal dan Ratu Mundeok menikah dengan Raja Seongjong (keponakan Wang So). Kelak, cucu Pangeran Soomyung (anak dari putranya dengan Ratu Mundeok) akan menjadi ratu pertama Raja Mokjong (cucu Wang So).
Jika melihat hubungan kekerabatan ini, besar kemungkinan Wang So berusaha untuk menjalin hubungan baik dengan para bangsawan Silla.
Tidak diketahui kapan Pangeran Soomyung lahir dan kapan dia meninggal, namun sejarah tidak mencatat bahwa Pangeran Soomyung meninggal karena pembantaian oleh kakak-kakaknya maupun keponakan-keponakannya. Ada kemungkinan dia meninggal dimasa pemerintahan Raja Gwangjong atau Raja Gyeongjong, karena Ahnjong Wook yang wafat pada tahun 996 (era Raja Seongjong) dikatakan sebagai putra Wang Geon terakhir yang masih hidup.
Sejauh ini belum ada drama atau film yang memunculkan tokoh Pangeran Soomyung.
19. PANGERAN BESAR WONJANG
Pangeran Wonjang adalah putra ketiga Wang Geon dengan Ratu Jeongdeok. Ibunya adalah putri dari seorang bangsawan dari daerah Jeongju. Ada kemungkinan, Wonjang adalah satu-satunya putra Ratu Jeongdeok yang bertahan hidup hingga dewasa.
Pangeran Wonjang diberi gelar "Daegun" yang artinya Pangeran Besar (di era Goryeo). Gelar "Daegun" diberikan pada putra-putra Wang Geon dari para ratunya, dan terus digunakan oleh mereka yang tidak menjadi raja.
Pangeran Wonjang diberi gelar "Daegun" yang artinya Pangeran Besar (di era Goryeo). Gelar "Daegun" diberikan pada putra-putra Wang Geon dari para ratunya, dan terus digunakan oleh mereka yang tidak menjadi raja.
Pangeran Besar Wonjang memiliki dua orang kakak, yaitu Pangeran Wang Ui dan Pangeran Innae. Goryeosa mencatat bahwa adik-adik Pangeran Besar Wonjang akan menikah dengan beberapa saudara-saudaranya. Adik perempuannya yang bernama Putri Moonhye menikah dengan Wang Jung (adik Wang So), dan salah seorang anak dari Putri Moonhye ini akan menikah dengan Gyeongjong (putra Wang So). Adik perempuannya yang lain, yaitu Ratu Seonui menikah dengan Daejong dan merupakan ibu dari Raja Seongjong, Ratu Heon-ae/Ibu Suri Cheonchu (ibu Raja Mokjong), dan Ratu Heonjong (ibu Raja Hyeonjong). Adik bungsunya juga menikah dengan saudara-tirinya, Pangeran Uiseong Buwon (putra bungsu Wang Geon, pangeran ke-25).
Pangeran Besar Wonjang menikah dengan Putri Heungbang (adik-bungsu Wang Yo dan Wang So). Putra Pangeran Besar Wonjang bernama Pangeran Besar Heungbang, dan putrinya bernama Ratu Daemyeong. Ratu Daemyeong merupakan ratu kelima Raja Gyeongjong. Melihat hubungan kekerabatan ini, besar kemungkinan hubungan Pangeran Besar Wonjang dengan pihak keluarga Wang So sangat baik, karena dia dan adiknya menikah dengan adik-adik Wang So, dan juga putrinya dinikahkan dengan putra Wang So.
Tidak banyak catatan sejarah mengenai kehidupan Pangeran Besar Wonjang. Tidak diketahui apa nama lahirnya maupun kapan dia lahir dan kapan dia meninggal. Kemungkinan besar Pangeran Besar Wonjang meninggal pada masa pemerintahan Gyeongjong atau Seongjong.
Sejauh ini belum ada drama atau film yang memunculkan tokoh Pangeran Wonjang.
20. PANGERAN GWANGJUWON
Pangeran Gwangjuwon adalah putra tunggal Wang Geon dengan Selir Sogwang. Ibunya adalah putri dari Wang Gyu, seorang bangsawan paling berpengaruh dari Gwangju yang dinikahi oleh Wang Geon sekitar tahun 935. Nama lahir Pangeran Gwangju tidak diketahui. Dia mendapatkan nama kuil “Gwangjuwon-gun”, yang artinya “Pangeran dari Gwangju”, sehingga dalam sejarah beliau lebih dikenal dengan nama “Pangeran Gwangju”.
Pangeran Gwangju diberi gelar "Gun" yang artinya "pangeran". Gelar "Gun" adalah gelar pangeran yang paling rendah yang diberikan pada putra Wang Geon dari seorang selir yang mati muda atau diturunkan statusnya. Dalam hal ini, sangat besar Pangeran Gwangju diturunkan gelar oleh kakak-kakaknya dari gelar "Taeja" menjadi "Gun" akibat pemberontakan kakeknya.
Pangeran Gwangju diberi gelar "Gun" yang artinya "pangeran". Gelar "Gun" adalah gelar pangeran yang paling rendah yang diberikan pada putra Wang Geon dari seorang selir yang mati muda atau diturunkan statusnya. Dalam hal ini, sangat besar Pangeran Gwangju diturunkan gelar oleh kakak-kakaknya dari gelar "Taeja" menjadi "Gun" akibat pemberontakan kakeknya.
Pangeran Gwangju merupakan salah-satu putra Wang Geon yang memiliki dukungan politik yang kuat, sebab dia adalah salah-satu saingan utama Putra Mahkota Wang Mu (Raja Hyejong), selain Wang Yo maupun Wang So. Kakek maternal Pangeran Gwangju bernama Wang Gyu. Dia merupakan mertua Wang Geon, karena dua putrinya adalah istri Wang Geon, yaitu Permaisuri Gwangju dan Permaisuri Sogwang (ibu Pangeran Gwangju). Selain menikahkan putri-putrinya dengan Wang Geon, Wang Gyu juga menikahkan putrinya dengan Wang Mu (Raja Hyejong), sehingga membuat hubungan kekerabatan keluarga Wang Geon semakin rumit. Namun, hal ini membuat posisi Pangeran Gwangju di istana menjadi sangat kuat.
Awalnya, semuanya baik-baik saja. Hubungan Pangeran Gwangju dan kakak-kakaknya juga tidak buruk. Hubungan Pangeran Gwangju dengan para saudaranya berjalan baik sepanjang masa pemerintahan Wang Geon. Namun, kakek Pangeran Gwangju (Wang Gyu) memiliki ambisi yang sangat kuat untuk menguasai pemerintahan Goryeo. Oleh karena itu, setelah Wang Geon meninggal dan digantikan oleh Wang Mu (Hyejong), maka Wang Gyu pun mulai bergerilya untuk mendapatkan kekuasaan. Wang Gyu lalu mengetahui upaya-upaya adik-adik Wang Mu, Wang Yo dan Wang So untuk merebut tahta. Khawatir akan hal itu, Wang Gyu pun memperingatkan Wang Mu. Namun, Wang Mu bukanlah seorang yang pendendam dan cepat curiga. Dia tidak mengambil tindakan apapun, bahkan mempercayakan beberapa tugas negara pada Wang So. Wang Mu sepertinya sangat yakin bahwa Wang So tidak akan berkhianat karena hubungan pernikahan Wang So dengan anak perempuan Wang Mu. Wang Gyu sangat kesal melihat hal itu sehingga diam-diam dia merencanakan pemberontakan untuk menurunkan Wang Mu dan mengangkat Pangeran Gwangju sebagai raja Goryeo yang baru.
Pemberontakan pun dilancarkan, dan termasuk salah-satu pemberontakan terbesar dalam periode awal Goryeo karena Wang Gyu mengerahkan sejumlah besar tentara dari Gwangju. Untunglah Wang So bisa segera bertindak dengan mengacaukan jalur komunikasi antara tentara Wang Gyu di ibukota dengan tentara pemberontak di Gwangju. Pemberontakan pun berhasil dipadamkan dan Wang Gyu ditangkap. Dengan berat hati, Wang Mu terpaksa menjatuhkan hukuman-mati pada Pangeran Gwangju meskipun semua orang tahu bahwa Pangeran Gwangju tidak tahu apa-apa. Sang pangeran pun tewas ditangan kakaknya sendiri pada tahun 945. Sedangkan kakeknya, Wang Gyu, baru dieksekusi pada masa pemerintahan kakak Pangeran Gwangju yang lain, Wang Yo (Raja Jeongjong).
Wang Mu sangat syok akibat pemberontakan ini, terlebih lagi dia menjadi raja Goryeo pertama yang membunih adiknya sendiri. Akibat tekanan stres, kesehatan Wang Mu menurun dan dia terjangkit wabah penyakit yang saat itu melanda Goryeo. Tidak lama kemudian, Wang Mu meninggal.
Kisah Pangeran Gwangju ditutup dalam Goryeosa dengan kalimat "...tidak diketahui bagaimana dia meninggal."
Kisah Pangeran Gwangju ditutup dalam Goryeosa dengan kalimat "...tidak diketahui bagaimana dia meninggal."
Pemberontakan ini membuat posisi Pangeran Gwangju dalam catatan sejarah seakan diturunkan oleh kakak-kakaknya. Hal ini dapat dilihat dari gelar kerajaan Pangeran Gwangju, yaitu “Gwangjuwon Gun”, gelar “-gun” dibelakang namanya hanya berarti “pangeran”. Bandingkan dengan kakak-kakaknya yang lain yang bergelar “Taeja” yang artinya “Putra Mahkota” atau “Daegun” yang artinya “Pangeran Besar”.
Pangeran Gwangju meninggal diusia yang masih sangat muda, bahkan sebelum dia menikah.
Aktor yang memerankan Pangeran Gwangju
(Copyrights: MBC)
Tokoh Pangeran Gwangju pertama-kali muncul dalam drama "The Morning Empire". Tokoh dan kisahnya menjadi semakin populer setelah muncul dalam "Time Slip: Ryo" (atau "Scarlet Heart: Ryo). Beliau adalah Pangeran Wang Eun dalam drama tersebut.
21. PUTRA MAHKOTA HYOSUNG
22. PANGERAN JOYI
Pangeran Hyosung adalah putra pertama Wang Geon dengan Selir Cheonan. Ibunya adalah putri dari seorang bangsawan Silla dari Gyeongju (bekas ibukota Silla).
Pangeran Hyosung diberi gelar "Taeja" yang artinya putra-mahkota (di era Goryeo). Gelar "Taeja" diberikan pada hampir seluruh putra Wang Geon (khususnya putra selir) dan terus digunakan oleh mereka yang tidak menjadi raja.
Pangeran Hyosung diberi gelar "Taeja" yang artinya putra-mahkota (di era Goryeo). Gelar "Taeja" diberikan pada hampir seluruh putra Wang Geon (khususnya putra selir) dan terus digunakan oleh mereka yang tidak menjadi raja.
Pangeran Hyosung menikahi keponakannya sendiri, putri tunggal Wang Yo (Raja Jeongjong I), yang bernama Putri Kaeseong (dari marga Wang).
Pangeran Hyosung adalah kakak dari Pangeran Hyoji. Wang So sangat menghormati kakak-beradik ini, dan mempercayakan beberapa tugas kenegaraan pada mereka. Status mereka sebagai para pangeran keturunan Silla inilah yang membuat Wang So menarik mereka kedalam pemerntahan ketika dia menjadi raja. Wang So memang ingin memanfaatkan pengaruh Pangeran Hyosung dan para pangeran keturunan Silla lainnya untuk merestorasi pemerintahan dengan menerapkan sistem pemerintahan sipil ala Silla. Ini adalah upaya Wang So untuk menekan kubu loyalis ayahnya yang juga mengincar tahta. Pangeran Hyosung menjadi salah-satu orang kepercayaan Wang So dan menjalankan banyak perintah Wang So. Bersama dengan salah-seorang kakak tirinya, Pangeran Won-nyeong, Pangeran Hyosung terlibat dalam peristiwa pembersihan-pembersihan kubu oposisi dan para bangsawan yang tidak sejalan dengan Wang So. Bisa disimpulkan bahwa Pangeran Hyosung memiliki kekuasaan yang sangat besar pada masa itu.
Namun, ketika pemimpin Goryeo berganti maka kebijakan pun berubah. Saat putra Wang So (Gyeongjong) menjadi raja, kebijakan pertama beliau adalah menghapus hukum emasipasi budak.
Pangeran Hyosung dan saudaranya, Pangeran Won-nyeong, termasuk dalam daftar eksekusi ini. Kedua pangeran ini dieksekusi oleh Raja Gyeongjong, yang memang mengijinkan kubu oposan Wang So melakukan balas-dendam, termasuk kepada putra-putra Wang Geon. Pangeran Won-nyeong dieksekusi pada tahun 976, tahun pertama pemerintahan Raja Gyeongjong.
Kematian Pangeran Hyosung menimbulkan gejolak besar, bukan saja karena beliau memiliki posisi yang sangat penting pada masa pemerintahan Wang So, melainkan karena Pangeran Hyosung adalah salah-satu "pangeran Silla" (sebutan bagi para pangeran yang beribukan orang Silla). Para bangsawan Silla memprotes kebijakan raja, termasuk juga Choi Jimong (astronom kepercayaan Raja Wang Geon dan Wang So).
Kematian Pangeran Hyosung membuat Raja Gyeongjong kehilangan dukungan dari para bangsawan Silla. Keadaan semakin buruk bagi Gyeongjong karena Pangeran Ahnjong Wook, yang dulu dekat dengan Wang So dan sering berada di istana, juga seakan tidak mau mendukungnya sehingga semua orang Silla (yang sangat menghormati Ahnjong) akhirnya malah membuat konflik antar bangsawan semakin besar.
Pangeran Hyosung dan saudaranya, Pangeran Won-nyeong, termasuk dalam daftar eksekusi ini. Kedua pangeran ini dieksekusi oleh Raja Gyeongjong, yang memang mengijinkan kubu oposan Wang So melakukan balas-dendam, termasuk kepada putra-putra Wang Geon. Pangeran Won-nyeong dieksekusi pada tahun 976, tahun pertama pemerintahan Raja Gyeongjong.
Kematian Pangeran Hyosung menimbulkan gejolak besar, bukan saja karena beliau memiliki posisi yang sangat penting pada masa pemerintahan Wang So, melainkan karena Pangeran Hyosung adalah salah-satu "pangeran Silla" (sebutan bagi para pangeran yang beribukan orang Silla). Para bangsawan Silla memprotes kebijakan raja, termasuk juga Choi Jimong (astronom kepercayaan Raja Wang Geon dan Wang So).
Kematian Pangeran Hyosung membuat Raja Gyeongjong kehilangan dukungan dari para bangsawan Silla. Keadaan semakin buruk bagi Gyeongjong karena Pangeran Ahnjong Wook, yang dulu dekat dengan Wang So dan sering berada di istana, juga seakan tidak mau mendukungnya sehingga semua orang Silla (yang sangat menghormati Ahnjong) akhirnya malah membuat konflik antar bangsawan semakin besar.
Tokoh Pangeran Hyosung pertama kali muncul dalam drama "The Morning Empire". Beliau juga sempat diceritakan dalam drama "Shine Or Go Crazy".
22. PANGERAN JOYI
Pangeran Joyi adalah putra keempat Wang Geon dengan Ratu Jeongdeok. Ibunya adalah putri dari seorang bangsawan dari daerah Jeongju.
Pangeran Joyi diberi gelar "Gun" yang artinya "pangeran". Gelar "Gun" adalah gelar pangeran yang paling rendah yang diberikan pada putra Wang Geon dari seorang selir atau ratu, dan yang mati muda atau diturunkan statusnya sehingga kemungkinan Pangeran Joyi meninggal saat masih kecil, sebab putra-putra ratu biasanya diberi gelar "Daegun".
Pangeran Joyi diberi gelar "Gun" yang artinya "pangeran". Gelar "Gun" adalah gelar pangeran yang paling rendah yang diberikan pada putra Wang Geon dari seorang selir atau ratu, dan yang mati muda atau diturunkan statusnya sehingga kemungkinan Pangeran Joyi meninggal saat masih kecil, sebab putra-putra ratu biasanya diberi gelar "Daegun".
Pangeran Joyi memiliki tiga orang kakak, yaitu Pangeran Wang Ui, Pangeran Innae, dan Pangeran Besar Wonjang. Goryeosa mencatat bahwa kaka dan adik Pangeran Joyi akan menikah dengan beberapa saudara-saudaranya. Kakak laki-lakinya, Pangeran Wonjang kelak menikah dengan Putri Heungbang (adik bungsu Wang Yo dan Wang So). Adik perempuannya yang bernama Putri Moonhye menikah dengan Wang Jung (adik Wang So), dan salah seorang anak dari Putri Moonhye ini akan menikah dengan Gyeongjong (putra Wang So). Adik perempuannya yang lain, yaitu Ratu Seonui menikah dengan Daejong dan merupakan ibu dari Raja Seongjong, Ratu Heon-ae/Ibu Suri Cheonchu (ibu Raja Mokjong), dan Ratu Heonjong (ibu Raja Hyeonjong). Adik bungsunya juga menikah dengan saudara-tirinya, Pangeran Uiseong Buwon (putra bungsu Wang Geon, pangeran ke-25).
Tidak banyak catatan sejarah mengenai kehidupan Pangeran Joyi. Tidak diketahui apa nama lahirnya maupun kapan Pangeran Joyi lahir dan kapan dia meninggal, namun sejarah tidak mencatat bahwa Pangeran Joyi meninggal karena pembantaian oleh kakak-kakaknya maupun keponakan-keponakannya. Kemungkinan besar dia meninggal diusia muda karena dia tidak tercatat memiliki istri maupun keturunan, namun dia tidak meninggal saat masih bayi karena dia memiliki nama gelar sebagai seorang pangeran.
Sejauh ini belum ada drama atau film yang memunculkan tokoh Pangeran Joyi.
23. PUTRA MAHKOTA HYOJI
Pangeran Hyoji adalah putra kedua Wang Geon dengan Selir Cheonan. Ibunya adalah putri dari seorang bangsawan Silla dari Gyeongju (bekas ibukota Silla). Pangeran Hyoji adalah adik dari Pangeran Hyosung. Adiknya, Pangeran Hyosun kelak akan dieksekusi oleh Raja Gyeongjong (putra Wang So).
Pangeran Hyoji diberi gelar "Taeja" yang artinya putra-mahkota (di era Goryeo). Gelar "Taeja" diberikan pada hampir seluruh putra Wang Geon (khususnya putra selir) dan terus digunakan oleh mereka yang tidak menjadi raja.
Pangeran Hyoji diberi gelar "Taeja" yang artinya putra-mahkota (di era Goryeo). Gelar "Taeja" diberikan pada hampir seluruh putra Wang Geon (khususnya putra selir) dan terus digunakan oleh mereka yang tidak menjadi raja.
Pangeran Hyoji memiliki seorang adik laki-laki yang bernama Pangeran Hyosung. Wang So sangat menghormati kakak beradik ini, dan mempercayakan beberapa tugas kenegaraan pada mereka. Namun, besar kemungkinan Pangeran Hyosung lah yang menjadi salah-satu orang kepercayaan Wang So. Pangeran Hyoji sendiri kemungkinan besar mengabdi pada raja Goryeo namun perannya tidak sebesar adiknya. Mungkin juga Pangeran Hyoji meninggal pada masa pemerintahan Wang So, namun bukan karena dibunuh karena Pangeran Hyoji tidak tercatat ikut dibunuh bersama dengan adiknya saat Raja Gyeongjong berkuasa.
Tidak diketahui apa nama lahirnya maupun kapan dia lahir dan kapan dia meninggal. Tidak banyak juga catatan sejarah mengenai kehidupan Pangeran Hyoji. Ada kemungkinan Pangeran Hyoji meninggal pada masa pemerintahan Wang So, namun bukan karena dibunuh. Pangeran Hyoji tidak tercatat ikut dibunuh bersama dengan adiknya saat Raja Gyeongjong berkuasa, oleh karena itu kemungkinan besar dia telah meninggal sebelum Gyeongjong menjadi raja.
Sejauh ini belum ada drama atau film yang memunculkan tokoh Pangeran Hyoji.
24.PANGERAN JALI
Pangeran Jali adalah putra keempat Wang Geon dengan Selir Seungmo. Ibunya adalah putri dari seorang bangsawan dari daerah Pyeongsan.
Pangeran Jali diberi gelar "Gun" yang artinya "pangeran". Gelar "Gun" adalah gelar pangeran yang paling rendah yang diberikan pada putra Wang Geon dari seorang selir atau ratu, dan yang mati muda atau diturunkan statusnya sehingga kemungkinan Pangeran Jali meninggal saat masih bayi.
Pangeran Jali diberi gelar "Gun" yang artinya "pangeran". Gelar "Gun" adalah gelar pangeran yang paling rendah yang diberikan pada putra Wang Geon dari seorang selir atau ratu, dan yang mati muda atau diturunkan statusnya sehingga kemungkinan Pangeran Jali meninggal saat masih bayi.
Pangeran Jali memiliki tiga orang kakak laki-laki dan seorang adik perempuan. Goryeosa tidak mencatat kehidupan Pangeran Jali maupun saudara laki-lakinya, namun ada catatan tentang adik perempuannya. Kakak laki-lakinya adalah Pangeran Hyoje, Pangeran Hyomyeong, dan Pangeran Beopdeung. Adik perempuan mereka menikah dengan Raja Gyeongsun dari Silla.
Tidak banyak catatan sejarah mengenai kehidupan Pangeran Jali. Tidak diketahui apa nama lahirnya maupun kapan Pangeran Jali lahir dan kapan dia meninggal. Namun, catatan sejarah Goryeosa mencatat bahwa Pangeran Jali memiliki tubuh yang lemah dan sering sakit. Dia terus sakit-sakitan dan membuatnya meninggal diusia muda. Catatan ini selaras denga kenyataan bahwa Pangeran Jali tidak meninggal karena pembantaian oleh kakak-kakaknya. Kemungkinan besar dia tinggal diluar istana untuk memulihkan kesehatannya dan tidak pernah terlibat dalam pemerintahan hingga kematiannya. Goryeosa juga menuliskan rujukan yang menyebutkan bahwa Pangeran Jali sebenarnya adalah putra bungsu Wang Geon, bukannya Pangeran Besar Uiseong Buwon. Meskipun hal itu belum pasti, tapi Pangeran Jali memang termasuk dalam daftar "pangeran maknae" (pangeran bungsu) saat itu.
Sejauh ini belum ada drama atau film yang memunculkan tokoh Pangeran Jali.
25. PANGERAN BESAR UISEONG BUWON
Pangeran Uiseong Buwon adalah putra bungsu Wang Geon. Meskipun urutan kelahiran pangeran saudara-saudaranya yang lain banyak tidak jelas, namun Goryeosa mencatat bahwa Pangeran Uiseong Buwon adalah putra bungsu Wang Geon.
Pangeran Uiseong Buwon adalah putra tunggal Wang Geon dengan Selir Uiseong Buwon. Ibunya adalah putri dari seorang bangsawan Silla bermarga Hong dari daerah Uiseong, provinsi Gyeongsang. Tidak diketahui apa nama lahir. Dia memperoleh nama kerajaan “Uiseong Buwon Daegun”, artinya “Pangeran Besar Uiseong Buwon”, mengikuti gelar kerajaan ibunya, yang artinya “Pangeran dari Uiseong”. Pangeran Uiseong diberi gelar "Daegun" yang artinya "pangeran-besar" padahal hal ini tidak sesuai dengan tradisi pemberian gelar pada keluarga kerajaan Goryeo yang diterapkan oleh Wang Geon karena gelar "Daegun" adalah gelar pangeran yang diberikan pada putra-putra Wang Geon dari para ratunya, sedangkan ibu dari Pangeran Uiseong adalah seorang selir. Kemungkinan gelar ini diberikan Wang Geon pada Uiseong Buwon karena dia adalah putra kesayangannya, dan gelar ini tidak dicabut oleh kakak-kakaknya yang menjadi raja menggantikan ayahnya karena Pangeran Uiseong tidak memiliki konflik dengan kakak-kakaknya, dan mungkin juga dia sangat disayang oleh kakak-kakaknya.
Pangeran Uiseong Buwon adalah putra tunggal Wang Geon dengan Selir Uiseong Buwon. Ibunya adalah putri dari seorang bangsawan Silla bermarga Hong dari daerah Uiseong, provinsi Gyeongsang. Tidak diketahui apa nama lahir. Dia memperoleh nama kerajaan “Uiseong Buwon Daegun”, artinya “Pangeran Besar Uiseong Buwon”, mengikuti gelar kerajaan ibunya, yang artinya “Pangeran dari Uiseong”. Pangeran Uiseong diberi gelar "Daegun" yang artinya "pangeran-besar" padahal hal ini tidak sesuai dengan tradisi pemberian gelar pada keluarga kerajaan Goryeo yang diterapkan oleh Wang Geon karena gelar "Daegun" adalah gelar pangeran yang diberikan pada putra-putra Wang Geon dari para ratunya, sedangkan ibu dari Pangeran Uiseong adalah seorang selir. Kemungkinan gelar ini diberikan Wang Geon pada Uiseong Buwon karena dia adalah putra kesayangannya, dan gelar ini tidak dicabut oleh kakak-kakaknya yang menjadi raja menggantikan ayahnya karena Pangeran Uiseong tidak memiliki konflik dengan kakak-kakaknya, dan mungkin juga dia sangat disayang oleh kakak-kakaknya.
Pangeran Uiseong Buwon menikah dengan sepupunya, putri bungsu permaisuri Shinjeong (ibu dari Daejong dan Ratu Daemok) sehingga membuat dia menjadi adik-ipar Daejong Wook dan Ratu Daemok.
Tidak diketahui kapan Pangeran Uiseong Buwon lahir dan kapan dia meninggal. Tidak banyak juga catatan sejarah mengenai kehidupan Pangeran Uiseong Buwon. Kemungkinan besar kehidupan masa-tuanya jauh dari istana, dan tidak dianggap sebagai ancaman oleh kakak-kakaknya karena statusnya sebagai pangeran bungsu.
Sejauh ini belum ada drama atau film yang memunculkan tokoh Pangeran Uiseong Buwon.
ARTIKEL LAINNYA TENTANG SEJARAH GORYEO DAN KOREA:
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ARTIKEL INI DISUSUN DAN DITERBITKAN PERTAMA KALI
OLEH DELEIGEVEN MEDIA
SETIAP ARTIKEL YANG MEMILIKI ISI, SUSUNAN, DAN GAYA PENULISAN
YANG MIRIP DENGAN ARTIKEL INI MAKA ARTIKEL-ARTIKEL TERSEBUT
MENYADUR ARTIKEL INI.
DILARANG KERAS MEMPLAGIAT ARTIKEL INI!
CANTUMKAN LINK LENGKAP ARTIKEL INI DISETIAP KALIMAT YANG ANDA DISADUR DARI ARTIKEL INI. SESUAI UNDANG-UNDANG HAK CIPTA, JIKA MENYADUR/MENG-COPY MINIMAL SEPULUH KATA TANPA MENCANTUMKAN SUMBER DARI KALIMAT ITU (BERBEDA DARI PENCANTUMAN SUMBER DI CATATAN KAKI (FOOTNOTE) MAKA ITU ADALAH TINDAKAN PLAGIARISME.
JIKA ANDA MENYADUR SEBAGIAN BESAR ARTIKEL INI MAKA ANDA HARUS MENCANTUMKAN KALIMAT:
"ARTIKEL INI DISADUR DARI....(LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA",
ATAU:"SUMBER UTAMA DARI SEBAGIAN BESAR INFORMASI ARTIKEL INI DIAMBIL DARI (LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA"
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Notes (Catatan):
*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)
*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account: @deleigevenhistory(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)
Notes (Catatan):
*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)
*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account: @deleigevenhistory(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Copyrights Story: Deleigeven Media
Copyrights Picture : SBS drama "Scarlet Heart: Ryeo" (2016), SBS drama "Shine Or Go Crazy" (2013)
Penyusun:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Desain : Deleigeven
Penerbit: Deleigeven Media
Daftar Pustaka:
- History; Lee Byong Won
- The Iron Empress; Kang Byung-sang; Noura Books; Jakarta; 2009
- The Iron Empress; Kang Byung-sang; Noura Books; Jakarta; 2009
- Homosexuality In Ancient And Modern Korea; Kim Young-gwan, Ahn Sook-ja; 2006
- The Journal Of The Northeast Asia History; Napoli, Italia; 2012
- The Three Kingdom Of The Ancient Of Korea In The History Of Taekwondo
- Korea Food & Stories; Korea Tourist & Culture Department
- The Three Kingdom Of The Ancient Of Korea In The History Of Taekwondo
- Korea Food & Stories; Korea Tourist & Culture Department
Sumber Website:
www.kbs.co.kr