Wednesday, 13 January 2016

KERAJAAN SILLA

*Various information about history is available in ENGLISH





Awal-mula Berdirinya Kerajaan Silla

Kerajaan Silla adalah kerajaan yang terletak dibagian tenggara negara Korea Selatan. Penduduk Silla terdiri dari penduduk asli Korea dan pendatang dari dinasti Jin (Tiongkok). Wilayah awal Silla merupakan bagian dari Konfederasi Jinhan (satu dari Konfederasi di bagian timur dan Selatan semenanjung Korea sebelum era tiga kerajaan). Konfederasi lainnya adalah Konfederasi Mahan (wilayah yang akan dikuasai oleh Baekje), dan Konfederasi Byeonhan (wilayah yang menjadi kekuasaan Gaya). Menurut kisah yang tertulis dalam kitab Samguk Yusa, pada masa pertikaian antara Dinasti Qin (setelah meninggalnya Kaisar Qin Shi Huang Di) dengan Dinasti Han yang dimenangkan oleh dinasti Han, sekelompok bangsawan dari Dinasti Qin berhasil melarikan diri dari negeri Tiongkok dan tiba di wilayah Konfederasi Manhan. Pemimpin wilayah Mahan memberikan pada para pengungsi itu daerah Jinhan. Para pengungsi itu lalu tiba di Jinhan dan menetap disana turun-temurun dan berbaur dengan penduduk asli Jinhan. Nama “Jin” juga diambil dari “Qin” (dibaca “Chin” atau “Jin”), dan nama “Jinhan” dibentuk dari menggabungkan kata “Jin” dari nama Dinasti Qin dan kata “han” dalam bahasa Korea yang artinya “negeri”. 

Konfederasi Jinhan terdiri dari 12 wilayah, dan salah-satu wilayahnya bernama negeri Saro atau yang dikenal dengan nama “Saro-guk” yang memiliki 6 klan (atau desa). Negeri Saro yang terletak didekat wilayah Busan modern inilah yang merupakan asal-mula kerajaan Silla. Kerajaan Silla dibangun dan berkembang karena terciptanya keharmonisan antara masyarakat pribumi dan para pendatang yang memiliki kebudayaan yang lebih maju dari masyarakat pribumi. Park Hyeokgeose lalu berhasil menyatukan 6 klan di negeri Saro dan mendirikan kerajaan Silla.

Kerajaan Silla dikenal dengan nama “Shinluo” oleh orang Tiongkok, dan orang Jurchen (leluhur bangsa Manchu) menyebut Silla dengan sebutan “Sholgo” atau “Solho”. Sedangkan bangsa Jepang kuno menyebut Silla dengan nama “Shiragi” dalam catatan-catatan kerajaan Yamato (nama kerajaan kuno di Jepang). Ibukota Kerajaan Silla berada di kota Gyeongju pada masa kini, yang pada masa Silla kuno bernama “Seorabeol”. Nama Seorabeol (diucapkan: Sorabol) diambil dari bahasa Silla kuno, yaitu “syeo-beul” yang artinya “ibukota kerajaan”. Kata ini kalau diucapkan dengan cepat dapat disingkat menjadi “syeo-ul”, yang menjadi akar kata dari “Seo-ul” atau “Seoul”, ibukota Korea Selatan saat ini.




Silla Sebagai Bagian Dari Tiga Kerajaan

Kerajaan Silla adalah salah satu dari tiga kerajaan kuno yang pernah berkuasa di Semenanjung Korea. Tiga kerajaan kuno tersebut adalah Kerajaan Goguryeo di utara sebagai kerajaan yang paling tua dari tiga kerajaan kuno tersebut, kemudian ada Kerajaan Baekje di barat daya semenanjung sebagai “kerajaan saudara” dari kerajaan Goguryeo karena memiliki leluhur yang sama (pendiri Kerajaan Baekje adalah putra dari Jumong, raja pertama kerajaan Goguryeo), dan kerajaan ketiga adalah Kerajaan Silla. Letak kerajaan Silla berada di sisi tenggara Semenanjung Korea

Kerajaan Goguryeo dikenal sebagai “kerajaan perang” karena kerajaan ini selalu berperang terutama dengan negeri Tiongkok karena ingin memperluas wilayahnya ke bagian utara, dan dengan Kerajaan Baekje yang sering mengganggunya dari selatan. Kerajaan Baekje sering disebut sebagai “Kerajaan Cendekia” karena kerajaan ini sering menghasilkan mahakarya seni dan penemuan yang mengagumkan dan tergolong sangat maju pada jamannya. Sedangkan, Kerajaan Silla dijuluki sebagai “Kerajaan Bangsawan” karena Silla merupakan kerajaan yang memiliki kaum aristokrat (bangsawan) yang sangat banyak dan menguasai banyak lini kerajaan karena kaum bangsawan juga merupakan orang-orang yang menguasai ilmu militer (seluruh putra bangsawan tinggi termasuk putra raja diwajibkan mengabdi sebagai Hwarang) juga berperan sebagai cendekiawan. Silla juga memiliki pengaturan strata kebangsawanan yang sangat ketat dibandingkan dua kerajaan lainnya. 

Periode tiga kerajaan dinamakan “Masa Tiga Kerajaan” atau “Samguk”. Diantara tiga kerajaan lainnya, Silla adalah kerajaan dengan luas wilayah yang paling kecil dan terletak di wilayah yang lebih terpencil dari kerajaan lain, juga memiliki bahasa yang berbeda dengan dua kerajaan lainnya sehingga tidak ada satupun dari kerajaan-kerajaan disekitarnya yang menyangka bahwa Silla akan menjadi kerajaan tunggal di Semenanjung Korea.

Silla lalu menjadi kerajaan yang pelan-pelan bertumbuh menjadi besar dan lebih besar, kuat dan semakin kuat, dan secara tiba-tiba menghancurkan kerajaan-kerajaan yang lainnya.





Kebudayaan Silla

Kebudayaan Silla merupakan kebudayaan yang berasal dari Konfederasi Jinhan yang sangat berbeda dari kebudayaan Kerajaan Baekje dan Goguryeo yang berasal dari kebudayaan Buyeo. Buyeo adalah kerajaan pecahan dari kerajaan kuno Gojoseon yang wilayahnya mencakupi sebagian besar Manchuria, sedangkan Konfederasi Jinhan letaknya di bagian tenggara Semenanjung Korea. Buyeo menjadi kerajaan bawahan Tiongkok (dinasti Han) dan mendapat intervensi ketat dari Tiongkok, namun negeri-negeri kecil Konfederasi Jinhan sangat jauh untuk mendapat intervensi baik secara budaya maupun politik dari istana Han. Selain itu, rakyat Jinhan juga membenci dinasti Han.

Silla sangat mungkin menggabungkan kebudayaan asli Gojoseon dengan kebiasaan masyarakat Dinasti Jin karena Jinhan adalah wilayah yang dihuni oleh para pengungsi dari dinasti Jin, oleh sebab itu budaya dan kebiasaan mereka sangat berbeda dengan dua kerajaan lainnya di semenanjung. Silla memang sangat lambat mendapatkan pengaruh dari utara sehingga baru mengenal dengan agama Buddha pada sekitar abad ke-3 dan baru menjadi agama resmi pada masa pemerintahan Raja Bopheung di-abad ke-5, padahal dua negara lainnya telah menerima agama Buddha jauh sebelumnya. Silla juga baru mulai memiliki hubungan bilateral yang stabil dengan Tiongkok setelah runtuhnya dinasti Han. 

Setelah agama Buddha menjadi agama negara, maka Buddhisme sangat mempengaruhi setiap lini kehidupan di Silla yang dapat dilihat dari berbagai peninggalan era Silla. Hasil seni dan kerajinan Silla sangat dipengaruhi unsur-unsur Buddhisme yang kental. Yang paling terkenal adalah Bulguksa, Seokkuram, dan Hwangyongsa (Kuil Kaisar Naga) yang dibangun dengan 9 tingkat pagoda kayu, melambangkan 9 buah negeri yang bersatu dalam Silla. Sayangnya, Hwangyongsa terbakar dalam invasi Mongol ke Goryeo abad ke-12. Kuil-kuil Buddha Silla melambang kekuatan kerajaan dan peran Buddhisme dalam ekspansi dan proteksi negara. Setelah era Silla Bersatu, Buddhisme tidak lagi memiliki pengaruh yang sebesar dengan era sebelumnya. 

Silla bukanlah negara dengan banyak cendekiawan seperti Baekje namun periode Silla mewariskan banyak peninggalan sejarah yang menunjukkan bahwa mereka telah memiliki kebudayaan yang sangat tinggi. Silla adalah kerajaan pertama di Asia Timur yang memiliki observatorium. Silla juga telah menggunakan alat cetak berupa cetakan blok kayu yang dipergunakan untuk menyebarkan pengajaran Buddhisme dan karya-karya Konfusianisme. Saat perekonstruksian kembali Pagoda Tanpa Bayangan, sebuah cetakan kuno dari sutra Buddha ditemukan dan bertarikh 751 M. Itu berarti material cetak tertua di dunia berasal dari era Silla. 





Perbauran Budaya Lokal dan Asing pada masa Silla kuno

Semua legenda mengenai kemunculan para leluhur raja-raja Silla menunjukkan bahwa Silla adalah negeri yang terdiri dari percampuran antara orang pribumi Korea dan kaum pendatang, baik yang berasal dari negeri Wa (Jepang), Manchuria, Tiongkok (Dinasti Jin) maupun dari bangsa lain bahkan bangsa-bangsa dari kawasan Asia Barat. Bangsa Korea memang disinyalir merupakan percampuran antara ras Mongoloid (Mongolia dan China) dan ras Kaukasoid (Asia Barat dan bangsa-bangsa dikawasan Soviet). DNA pria Korea menunjukkan bahwa 40% nenek moyang pria Korea berasal dari Manchuria yang datang dari Siberia. Selain itu bahasa Korea kuno juga memiliki beberapa persamaan dengan bahasa Sumeria. 

Percampuran ras, suku, dan budaya di Korea bisa disimak dari cerita mitologi kelahiran Dangun (sesuai kitab Samguk Yusa). Dalam mitologi tersebut, diceritakan bahwa putra dari Dewa Langit (Hwanim) yang bernama Hwanung turun ke bumi dan mendirikan 'kota Dewa' di gunung Taebaek (Gunung Myohang di Korea Utara) untuk memimpin dunia bersama dengan Dewa Angin, Dewa Awan, dan Dewa Hujan. Melihat hal ini, beruang dan harimau meminta pada Hwanung untuk mengubah mereka menjadi manusia. Hwanung menyanggupi dengan memberikan persyaratan yang berat. Harimau gagal sedangkan beruang berhasil dan berubah menjadi wanita yang dinamakan Wungnyeo. Wungnyeo dan Hwanung lalu menikah dan mendapatkan anak laki-laki yang bernama 'Dangun'. Dangun lalu mendirikan kerajaan yang dinamakan 'Gojoseon'.

Sejarawan modern lalu menyimpulkan bahwa proses kelahiran Dangun sebenarnya menjelaskan proses bagaimana nenek moyang bangsa Korea menguasai Semenanjung Korea. Adanya beberapa Dewa menandakan negeri ini telah memiliki teknologi maju termasuk dibidang pertanian. Wungnyeo (inkarnasi dari beruang yang artinya makhluk bumi) merupakan penghuni asli semenanjung, sedangkan Hwanung (putra langit atau berasal dari luar bumi) adalah pendatang dari luar Korea. Perkawinan Hwanung dan Wungnyeo menunjukkan adanya kekuatan baru (dari luar semenanjung) yang datang dan kekuatan lama (pribumi) yang berbaur dengan harmonis yang lalu membentuk bangsa baru. Dangun merupakan pemimpin pertama dari yang bangsa baru terbentuk ini dan mendirikan kerajaan yang bernama Gojoseon, namun kemudian runtuh karena diserang oleh Dinasti Han dari Tiongkok. Gojoseon yang telah runtuh lalu terpecah-pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil di utara yang mendapat pengaruh kuat dari budaya Tiongkok, dan konfederasi-konfederasi dibagian barat dan Selatan yang tetap mempertahankan budaya asli Gojoseon karena wilayah mereka yang terlalu jauh untuk dicapai oleh pengaruh Tiongkok. Negeri-negeri dibagian barat dan selatan seperti Kerajaan Silla dan Konfederasi Gaya lebih menyambut budaya dari Manchuria dan mungkin budaya lain yang lebih jauh (sangat mungkin dari Asia Barat dan negeri-negeri pecahan Uni Soviet) ketimbang budaya Tiongkok karena menganggap Tiongkok (Dinasti Han) sebagai penjajah yang meruntuhkan kerajaan nenek moyang mereka.







Orang-orang Silla

Penduduk Silla berasimilasi dengan budaya Tiongkok dari dinasti Chin, bukan Han (yang mempengaruhi budaya Baekje dan Goguryeo). Menurut kisah yang tertulis dalam kitab Samguk Yusa, pada masa pertikaian antara Dinasti Chin (setelah meninggalnya Kaisar Chin Shi Huang Di) dengan Dinasti Han yang dimenangkan oleh dinasti Han, sekelompok bangsawan dan orang-orang dari Dinasti Chin berhasil melarikan diri dari negeri Tiongkok dan tiba di wilayah Konfederasi Manhan. Pemimpin wilayah Mahan memberikan pada para pengungsi itu daerah Jinhan. Para pengungsi itu lalu tiba di Jinhan dan menetap disana turun-temurun. Hal inilah yang membuat rakyat Jinhan sangat membenci pengaruh apapun dari Dinasti Han. Nama “Jin” juga diambil dari “Chin”, dan nama “Jinhan” dibentuk dari menggabungkan kata “Jin” dari nama Dinasti Jin dan kata “Han” dalam bahasa Korea yang artinya “negara”. Selain itu, ada kemungkinan jika orang-orang Silla adalah keturunan generasi awal dari Siberia yang mendatangi wilayah Korea sebelum kedatangan orang-orang dari Manchuria dan China (yang menurunkan orang-orang Baekje).

Pengaruh luar Korea di Silla dapat dilihat dari penyebutan gelar "raja" di Kerajaan Silla. Silla adalah satu-satunya kerajaan di Korea yang pernah menggunakan nama yang berbeda-beda untuk menyebut rajanya, yaitu: Geoseogan, Chachaung, Isageum, Maripgan, dan Wang (Daewang untuk raja besar). Gelar “Isageum” berasal dari kata dalam bahasa Korea kuno yaitu “Itgeum” yang artinya “raja”. Kata “Itgeum” merupakan asal kata dari gelar “Imgeum” yaitu salah-satu kata dalam bahasa Korea modern untuk menyebut “Raja”. Gelar “Chachaung” yang berarti “Shaman” atau dukun dalam bahasa Kore kuno menandakan bahwa raja yang menggunakan gelar ini adalah raja yang sakti atau sangat kuat. Kata “Gan” dari gelar “Geoseogan” dan “Maripgan” berasal dari akar kata yang sama dengan gelar “Gan” atau gelar “Khan” yang digunakan oleh suku bangsa Turkik dan Mongol untuk menyebut pemimpin mereka. Gelar “wang” juga berarti raja namun gelar ini berasal dari Tiongkok. Gelar “Geoseogan”, “Maripgan”, dan “Isageum” digunakan pada masa-masa awal dinasti sehingga dapat disimpulkan bahwa pada masa-masa awal gelar-gelar tersebut digunakan, Silla masih menggunakan bahasa Korea kuno namun mendapat pengaruh kuat dari unsur bahasa asing terutama dari Asia Barat. Ini menegaskan bahwa masyarakat Silla adalah percampuran dari pribumi Korea dan bangsa pendatang yang sangat mungkin berasal dari Manchuria dan Asia Barat. Percampuran-percampuran ini membuat Silla memiliki bahasa yang berbeda dengan bahasa dua kerajaan lain karena budaya Goguryeo dan Baekje berasal dari Buyeo sedangkan budaya Silla berasal dari Konfederasi Jinhan. Bahasa Korea memang digolongkan dalam rumpun bahasa altaic yang berasal dari kawasan Turki dan Asia Barat. 

Perbedaan etnis dan budaya antara Silla dan dua kerajaan lainnya diperkuat oleh penemuan para ahli genetik. Para ahli genetik yang melakukan penelitian atas gen orang-orang Korea memperoleh hasil yang menarik, yaitu meskipun sebagian besar gen orang Korea memiliki kemiripan dengan orang-orang Jepang dan Tiongkok (khususnya dari Beijing dan Jilin) namun orang-orang Korea yang menghuni daerah Gyeongsang (yang meliputi daerah Daegu, Ulsan, dan Busan modern) yang merupakan wilayah asli Silla memiliki asal dan percampuran ras yang berbeda dengan orang-orang Korea dari wilayah lain, karena sebagian besar penduduk wilayah Gyeongsan justru membawa DNA yang berasal dari Siberia.

Postur dan perawakan (khususnya wajah) penduduk Silla (struktur tulang rahang dan wajah, bukan warna kulit) juga dapat dibedakan dari perawakan rakyat dua kerajaan lainnya karena secara genetik penduduk Silla tidak murni ras Mongoloid namun lebih mirip seperti bangsa-bangsa yang berasal dari Siberia (seperti bangsa Kozak dan bangsa-bangsa dibekas kawasan Soviet). Dua kerajaan lain memang juga memiliki percampuran karena dua kerajaan itu berada diwilayah yang lebih mudah dijangkau dari utara, dibandingkan dengan Silla yang tergolong terpencil sehingga dua kerajaan tadi sangat mungkin mendapat pengaruh dari kerajaan-kerajaan utara khususnya Tiongkok. Silla juga mendapat pengaruh dari Tiongkok namun itu terjadi pada masa-masa selanjutnya. Gelar “wang“ dari Tiongkok digunakan pada masa-masa pertengahan dan akhir Kerajaan Silla saat Silla telah menjalin relasi yang erat dengan Tiongkok dan mulai menerapkan sistem birokrasi Tiongkok dalam pemerintahannya sehingga dalam hal ini Tiongkok sangat mempengaruhi sistem aristokrasi dan birokrasi Silla pada masa-masa pertengahan hingga periode akhir dinasti namun tidak mempengaruhi budaya Silla.

Ada satu hal yang menjadi pembeda antara orang Silla dan orang Korea lainnya, wajah oval.

Wajah oval para penduduk Silla ini membuat hampir semua orang Silla termasuk pria-prianya dikenal memiliki wajah yang sangat cantik. Hal ini dibuktikan oleh lukisan-lukisan kuno dari Tiongkok dan juga catatan-catatan kuno dari Jepang. Dalam lukisan-lukisan Tiongkok, utusan-utusan Silla digambarkan sebagai pemuda yang bertubuh lebih tinggi dari utusan dari Jepang, Baekje, dan Goguryeo. Wajah pemuda itu berbentuk oval dan terlihat cantik, dengan hidung yang mancung dan memiliki mata yang tidak terlalu sipit. Pemuda itu juga tampak menggunakan riasan wajah dan perhiasan. Sedangkan, dalam catatan Nihon Shoki, ada catatan yang mencantumkan kedatangan Pangeran Chunchu (Raja Muyeol) pada tahun 647/648 ke Jepang. Pangeran Kim Chunchu ini digambarkan sebagai.
"...seorang diplomat dari Korea yang berwajah sangat cantik...." (Kitab Nihon Shoki, Babad Kaisar Gotoku)

Gambaran-gambaran ini membuat klaim sejarawan Korea bahwa para Hwarang (ksatria Silla) yang dikabarkan terdiri dari pemuda-pemuda yang sangat cantik adalah benar, sebab Pangeran Kim Chunchu juga adalah mantan Hwarang dan bahkan pernah menjabat sebagai seorang Pungwolju (komandan Hwarang). Dan lagi, klaim bahwa para Hwarang itu tetap berwajah sangat cantik (syarat utama menjadi Hwarang) meskipun mereka sudah berusia diatas 30 tahun juga bisa dibenarkan, sebab Pangeran Chunchu tetap digambarkan sebagai seorang pria yang berwajah sangat cantik padahal saat itu dia telah berusia 43 tahun (Pangeran Chunchu lahir pada tahun 654).







Legenda lahirnya Para Leluhur klan Park, Seok, dan Kim


Silla merupakan satu-satunya Kerajaan di Korea yang pernah dipimpin oleh 3 klan yang berbeda, yaitu klan Park, klan Seok, dan klan Kim. Lahirnya para leluhur dari ketiga klan ini, yaitu Park Hyeokgeose (raja pertama Silla dan leluhur klan Park), Seok Talhae (raja keempat Silla dan leluhur klan Seok), dan Kim Alji (leluhur klan Kim) dikisahkan melalui cerita-cerita mitologi.

Menurut legenda, Hyeokgeose lahir dari sebuah telur yang dibawakan oleh seekor kuda putih yang muncul dari langit setelah sebelumnya ada cahaya yang sangat terang dari langit ketika enam pemimpin desa di negeri Saro berkumpul untuk berunding mengenai penunjukkan seorang raja atas negeri mereka. Pada saat telur tersebut pecah, maka terlihatlah seorang bayi laki-laki yang memiliki wajah yang sangat rupawan dan layaknya seorang bangsawan. 

Para sejarawan berusaha menerjemahkan legenda ini kedalam logika dan mengambil kesimpulan bahwa munculnya Hyeokgeose secara ajaib merupakan cerita tentang awal-mula klan Park mendapatkan dukungan dan memperoleh kekuasaan diatas klan lainnya yang justru lebih tua dan lebih banyak kaumnya. Telur yang diceritakan sebagai asal dari Park Hyeokgeose merupakan tanda bahwa Silla didirikan diatas keharmonisan dari rakyat pribumi Korea dan kaum pendatang, dan mungkin juga Hyeokgeose sejatinya dilahirkan dari perkawinan campuran antara orang pribumi dan seorang pendatang karena pada masa Korea kuno telur merupakan lambang dari persatuan unsur asli Korea dan luar Korea. Mungkin juga Hyeokgeose adalah bangsawan yang berasal dari luar Jinhan. Cahaya dari langit dalam legenda tersebut menunjukkan pemujaan pada dewa matahari (dan mungkin juga dewi Bulan), sedangkan kuda dalam legenda tersebut menandakan orang-orang pada masa itu sangat memuja kuda sebagai hewan yang disucikan, seperti rakyat India yang mensucikan sapi dan rakyat Thailand yang mensucikan gajah. 

Raja Talhae yang merupakan raja keempat Silla yang berasal dari sebuah negeri di Jepang, juga diceritakan lahir dari sebuah telur. Ayah Talhae adalah seorang penguasa atau raja kecil suatu wilayah yang bernama kerajaan Dapana di Timur Laut Jepang. Ayahnya yang takut karena menganggap kelahiran Talhae menandakan malapetaka bagi kerajaannya lalu meletakkan Talhae kedalam kotak dan membuangnya ke laut. Kotak tersebut lalu sampai ke Gyerim (dekat dengan Gyeongju) dan ditemukan oleh seorang nelayan. 

Sama seperti kelahiran Hyeokgeose, kelahiran Talhae melalui telur menandakan bahwa Talhae merupakan seorang yang memiliki darah campuran atau berasal dari luar Silla/Semenanjung Korea. Legenda kelahirannya yang dilambangkan berasal telur yang pada masa Korea kuno merupakan lambang dari persatuan unsur asli Korea dan luar Korea sebenarnya menceritakan tentang dirinya yang berasal dari luar Silla/Korea (pendatang) yang tiba di Silla dan mampu berbaur dengan masyarakat Silla. Talhae dan keluarganya diangkat sebagai bangsawan tinggi oleh penguasa Silla karena memiliki keahlian mengolah logam (pandai besi atau pembuat senjata dan peralatan).

Kim Alji yang merupakan leluhur para raja dan ratu Silla dari klan Kim juga diceritakan lahir secara ajaib. Menurut legenda, pada masa pemerintahan Raja Talhae, Kim Alji ditemukan oleh menteri Hogong disebuah hutan di Gyerim. Menurut legenda, Raja Talhae mendengar suara seekor ayam jantan berkokok dengan suara yang nyaring. Suara itu berasal dari arah Sirim (sebelah barat Gyeongju). Raja pun memerintahkan menteri Hogong untuk menyelidikinya. Hogong lalu tiba di hutan di Sirim dan menemukan sebuah kotak emas yang tertambat didahan pohon. Kotak itu memancarkan cahaya terang dan terlihat ada ayam jantan putih yang berkokok dengan suara nyaring. Hogong lalu melaporkan hal itu pada raja dan raja pun memerintahkan agar kotak emas itu dibawa kehadapannya. Saat raja membuka kotak itu, ada seorang bayi didalamnya. Raja sangat takjub dan menyayangi anak tersebut. Karena dia dilahirkan dari kotak emas dan sangat pandai, raja menamainya “Kim Alji”. Kim artinya “emas” (dalam arti sebenarnya), dan Alji juga berarti emas (lebih condong ke arti “emas” sebagai sifat/bersifat emas) dalam bahasa asli Korea.

Legenda kelahiran Kim Alji menunjukkan bahwa dia berasal dari luar Korea karena dia ditemukan didalam kotak. Kotak menunjukkan suatu pemberian atau hadiah, dan kotak emas berarti hadiah yang berharga. Hadiah yang berharga yang diberikan pada raja bisa berupa harta benda dan juga manusia (orang-orang berilmu/cendekiawan, budak, selir, dsb), dalam hal ini “hadiah berharga” itu adalah manusia, yaitu seorang yang cerdas (yang membuat negeri asalnya sangat bangga dan ilmunya dapat membantu kerajaan Silla). Pada masa itu, hadiah-hadiah berharga yang diberikan pada seorang raja sangat mungkin diberikan oleh raja dari kerajaan lain. Namun, Baekje dan Konfederasi Gaya sedang berperang dengan Silla pada masa pemerintahan Raja Talhae sehingga tidak mungkin “hadiah berharga” tersebut berasal dari mereka. Goguryeo juga saat itu sedang tidak bersahabat dengan Silla. Ada kemungkinan juga Kim Alji berasal dari negeri Wa (Jepang), namun adalah hal yang aneh jika Raja Talhae dan menteri Hogong yang keduanya juga berasal dari negeri Wa sangat takjub saat pertama kali melihat sosok Kim Alji, sehingga kemungkinan besar Kim Alji dikirim oleh negeri dari utara semenanjung (kemungkinan Manchuria atau bahkan negeri yang lebih jauh lagi) yang mungkin telah menjalin kontak dengan Silla. 

Para sejarawan mempertimbangkan kemungkinan bahwa Kim Alji mendapat nama “Kim” yang artinya emas (dalam arti sesungguhnya) karena dia adalah seorang pemimpin klan “emas” (mungkin klan yang kaya akan emas atau klan yang orang-orangnya berperawakan berbeda) yang datang dari utara Korea ke Silla. Namun, kemungkinan besar dia adalah putra salah seorang pemimpin negeri dari luar Korea yang diserahkan pada raja Talhae sebagai tanda persahabatan karena legenda tersebut menyebutkan bahwa Kim Alji ditemukan sebagai seorang bayi, yang diartikan bahwa dia adalah putra seseorang (orang yang mengirimnya). Kemungkinan Kim Alji dikirimkan ke Silla saat dia telah remaja atau pemuda yang berusia awal 20-an karena dia diceritakan sebagai seorang anak yang sangat pandai (yang tidak mungkin dimiliki oleh seorang bayi) sehingga membuat raja dan menterinya sangat takjub yang artinya bahwa dia memiliki pengetahuan yang asing bagi raja dan menterinya (yang menegaskan bahwa dia tidak berasal dari negeri Wa/Jepang, negeri asal Raja Talhae dan menteri Hogong) sehingga memperkuat kemungkinan bahwa dia memang seorang putra bangsawan atau bahkan putra pemimpin negeri yang mengirimnya. Kemungkinan dia datang bersama dengan banyak hadiah yang berharga sehingga dia dijuluki “emas” oleh raja Silla. Namun, mungkin juga Kim Alji memiliki perawakan fisik yang pada masa itu digambarkan bersinar layaknya emas, seperti warna kulit atau warna rambutnya yang berbeda dengan perawakan fisik Raja Talhae dan menteri Hogong yang berasal dari negeri Jepang. Sedangkan nama “Alji” (“emas” sebagai kata sifat/bersifat emas) diberikan padanya untuk menggambarkan kepandaiannya, karena legenda menyebutkan dia adalah seorang yang sangat pandai.





Sistem Pemerintahan Silla

Silla menganut sistem pemerintahan monarki yang dijalankan secara turun-temurun. Sama seperti kerajaan-kerajaan di Korea pada umumnya, Silla menjalankan pemerintahan monarki yang dibatasi oleh konstitusi (monarki konstitusional). Meskipun ada masanya seorang raja memiliki kekuasaan yang besar dan kuat namun raja tetap tidak diperbolehkan untuk melanggar undang-undang yang mengatur kekuasaannya. 

Roda pemerintahan dijalankan oleh para menteri yang dipimpin oleh seorang perdana menteri (Sangdaedung). Perdana menteri harus tunduk pada raja dan juga undang-undang. Para bangsawan juga memiliki peran dan kekuasaan yang cukup besar dalam pemerintahan, hal yang sama juga berlaku bagi kaum cendekiawan karena setiap kerajaan dan dinasti di Korea sangat menghormati para sarjana. Pada periode akhir dinasti, keluarga bangsawan menjadi kekuatan utama dalam pemerintahan dan juga istana sedangkan raja hanya berperan sebagai kepala negara.

Pada mulanya, Silla terbagi dalam 3 provinsi, yaitu Yangju, Gangju, dan Sangju yang masing-masing provinsi dipimpin oleh seorang gubernur. Setelah Silla berhasil mempersatukan Semenanjung Korea, maka Silla membentuk provinsi-provinsi di wilayah Baekje dan Goguryeo. Provinsi-provinsi itu adalah Muju, Jeonju, dan Ungju di bekas wilayah Baekje, dan provinsin Hanju, Sakju, dan Myeongju dibekas wilayah Goguryeo. Selain itu, setiap kota-kota di wilayah Silla dipimpin oleh seorang hakim wilayah yang bertanggung-jawab mengirimkan laporan rutin pada raja. Di masa Silla Bersatu, pemerintah mengadakan sensus untuk mengetahui jumlah populasi, luas wilayah, jumlah ternak dan produk-produk hasil bumi. Hal itu dicatat dalam buku Minjeongmunseo, dimana pemimpin tiap wilayah melakukan pelaporannya.

Setelah raja menerapkan kebijakan sentralisasi, Silla mulai mengadopsi sistem birokrasi Tiongkok untuk mengurus wilayah yang sangat luas juga untuk mengekang kekuasaan keluarga bangsawan. Pada periode awal, para pejabat mendapat bayaran dan juga penghargaan (bonus) berupa pemberian tanah (sistem no-geup), namun pada akhir abad ke-7 sampai akhir abad ke-8, raja mengganti sistem penggajian itu dengan sistem pembayaran gaji (jikjeon). Sebelum unifikasi, Silla mengurangi pajak hasil pertanian sampai 1/10 dan memerintahkan rakyat setiap kota membayar upeti berupa produk-produk lokal.





Kekuatan Militer Silla

Silla pada awalnya merupakan kerajaan yang paling lemah diantara tiga kerajaan di Semenanjung Korea. Hal ini dikarenakan oleh wilayah Silla yang lebih kecil dari wilayah kerajaan lainnya, juga letak Silla yang dikepung oleh berbagai negara yang justru berusaha memperluas wilayah mereka masing-masing dengan mencaplok wilayah Silla. Saat Silla berhasil menguasai seluruh wilayah di Konfederasi Jinhan, Silla langsung mulai mendapat gangguan dari selatan yaitu dari Konfederasi Gaya yang telah semakin kuat. Silla juga sering berhadapan dengan Kerajaan Baekje dibagian barat yang selalu ingin memperluas wilayah mereka. Selain itu, Kerajaan Goguryeo dibagian utara dan negeri Wa diseberang lautan juga cukup menjadi ancaman serius bagi Silla. Silla selalu berperang dengan para tetangganya dimasa-masa awal kerajaan ini berdiri karena Silla selalu diserang oleh tetangga-tetangganya.

Silla lalu menerapkan kebijakan diplomasi dan berusaha menjalin persahabatan dengan tetangga-tetangganya, sambil terus memperkuat angkatan perangnya. Silla lalu memperkuat pasukan infantrinya dan berhasil memenangkan banyak pertempuran terutama dengan Konfederasi Gaya dan Kerajaan Baekje. Selain itu, Silla juga berusaha memperkuat armada perangnya untuk menghadapi Baekje di Sungai Han dan juga untuk berjaga-jaga dari serbuan Kerajaan Yamato (Jepang).

Silla menerapkan sistem strata militer yang sangat rapih dan mendidik para calon komandan sejak mereka masih sangat muda. Sistem militer itu berhasil. Silla berhasil memiliki pasukan infanteri dalam jumlah besar yang semuanya adalah tentara yang sangat terlatih dan bukan tentara bayaran. Silla juga berhasil memiliki armada perang yang sangat kuat, dan bahkan menjadi satu-satunya kerajaan di Semenanjung Korea yang pernah memiliki pasukan khusus wanita yang dikenal dengan nama “Wonhwa”.

Militer Silla juga melahirkan pasukan khusus yang sangat disegani yang bernama “Hwarang”. Pasukan Hwarang adalah pasukan khusus Silla yang terdiri dari para ksatria muda yang tersebar diberbagai wilayah Silla. Seluruh bangsawan Silla diwajibkan untuk mendaftarkan anaknya sebagai Hwarang. Keharusan ini juga berlaku bagi para keturunan raja, dan bahkan putra-putra raja. Para Hwarang dan resimen yang dipimpinnya dilatih untuk bertempur didarat dan dilaut. Mereka juga dilatih untuk mampu membuat artileri dan infrastruktur militer seperti jembatan dan peralatan perang, dan bahkan sebagai mata-mata dan kontra-spionase. Para Hwarang juga diwajibkan memiliki moral yang tinggi sehingga mereka mampu berperang tanpa mempedulikan harta rampasan. Karena para Hwarang direkrut sejak usia belia, itu artinya Silla telah memiliki komandan-komandan perang yang berusia sangat muda.

Para Hwarang yang dikenal sangat disiplin dan unggul diberbagai aspek (khususnya kemampuan militer dan beladiri, moral, ilmu pengetahuan, dan ilmu agama) terus membawa semua kemampuan itu hingga mereka dewasa dan mengabdi pada negara. Saat seorang Hwarang melepas tugas sebagai Hwarang dan mengabdi dipemerintahan dan militer, maka artinya Silla telah menambah kekuatan militernya karena bergabungnya seorang komandan muda yang terlatih secara fisik dan mental sebagai prajurit yang memiliki naluri bertempur yang tinggi. Pasukan Hwarang yang terlibat disetiap pertempuran menjadi pasukan mematikan bagi semua lawan-lawan Silla dan menjadi salah satu pasukan yang paling mematikan di kawasan Asia Timur dan dunia pada masa kuno bahkan sepanjang masa. Di Asia Timur, kesuksesan resimen khusus ini hanya bisa disaingi oleh: Bala-tentara Dinasti Qin dibawah pimpinan Kaisar Qin Shi Huang Di, Balatentara Lelang (tentara khusus Dinasti Han), dan pasukan Samurai Jepang. Kekuatan dan kesuksesan resimen ini juga bersanding dengan resimen-resimen pasukan khusus terbaik dimasa kuno, yaitu: Laskar Janissari dari Kesultanan Ottoman, Pasukan Abadi dari Kerajaan Persia, Pasukan Sparta dari Yunani, Resimen Legiun dari Romawi, Pasukan Jaguar dari Kerajaan Indian Aztec, dan Resimen Bhayangkara dari Kerajaan Majapahit. Meskipun banyak resimen pasukan khusus didunia pada masa itu, namun Hwarang diakui sebagai pasukan elit terbaik di Asia pada masanya.

Kekuatan militer Silla juga merupakan satu-satunya kekuatan militer di Asia Timur yang mampu mengalahkan balatentara Tang. Keberhasilan Silla mempersatukan Semenanjung Korea menjadi bukti dari kedigdayaan militernya. Silla mampu mengamankan wilayahnya yang luas dari serbuan kerajaan-kerajaan dibagian utara, khususnya Kerajaan Balhae, juga serbuan dari Manchuria dan negeri-negeri di Asia Barat serta bangsa barbar yang saat itu menguasai beberapa wilayah Rusia. Silla bahkan mampu mengusir balatentara Dinasti Tang beserta seluruh koloni-koloninya dari Semenanjung Korea. Selain itu, Silla juga memiliki armada perang yang besar dan sangat ditakuti dikawasan Asia Timur.





Kehidupan Sosial Masyarakat Silla

Masyarakat Silla sejak masa-masa awal kerajaan ini berdiri dikenal sebagai masyarakat bermoral yang cinta damai dan memiliki peradaban yang tinggi. Saat Balatentara Lelang dari Tiongkok menembus wilayah Silla, mereka melaporkan pada Kaisar Dinasti Han bahwa rakyat Silla adalah rakyat yang hidup dengan menanam padi dan tidak mengunci pintu rumah mereka disaat malam sehingga dalam catatan-catatan Tiongkok disebutkan bahwa Silla adalah kerajaan yang menjunjung nilai moral yang tinggi dan bersahabat.

Namun, Silla lalu menerapkan kebijakan aristokrasi yang ketat. Setelah penaklukan-penaklukan berbagai daerah baru, pihak istana Silla mulai menetapkan kebijakan-kebijakan sosial, birokrasi, dan hukum yang sangat ketat untuk melindungi klan-klan asli Silla. Saat itu, pangkat dan status sosial para pejabat ditentukan oleh sistem “ranking tulang”. Sistem ini juga diterapkan terhadap anggota keluarga kerajaan. Sistem “ranking tulang” anggota keluarga kerajaan terdiri dari kelas “Seon-geol” (Tulang Suci) yaitu para keturunan raja yang kedua orang-tuanya juga adalah murni keturunan raja, dan kelas “Jin-geol” (Tulang Murni) yaitu para keturunan raja yang hanya salah-satu dari kedua orang-tuanya adalah murni keturunan raja. 

Calon raja atau ratu hanya boleh berasal dari keturunan yang kedua orang tuanya berasal dari kelas “Seon-geol” (Tulang Suci), karena jika seorang anak raja atau keturunan raja dari kelas “Seon-geol” (Tulang Suci) menikah dengan bangsawan atau bahkan juga dengan keturunan raja lainnya namun berasal dari kelas “Jin-geol” (Tulang Murni) maka keturunannya akan digolongkan sebagai kelas “Jin-geol” (Tulang Murni), namun anak-anak mereka akan menikmati status yang disebut keturunan campuran (tidak murni dari kelas Seon-geol maupun kelas Jin-geol) yang lebih tinggi dari kelas “Jin-geol” (Tulang Murni), tapi tidak bisa lebih tinggi dari kelas “Seon-geol” (Tulang Suci). Uniknya, ada banyak bangsawan Silla yang masuk ke “golongan campuran” ini, seperti Raja Taejong Muyeol (ayahnya diturunkan ke kelas “Jin-geol” sedangkan ibunya dari kelas “Seon-geol”), Jenderal Kim Yushin (ayahnya adalah bangsawan yang berasal dari Konfederasi Gaya, dan ibunya adalah kelas “Seon-geol”), dan Perdana Menteri Alcheon (ayahnya dari kelas “Seon-geol” dan ibunya dari kelas “Jin-geol”). Sistem kelas “Seon-geol” dan “Jin-geol” ini lalu berakhir setelah semua keturunan raja dari kelas “Seon-geol” wafat. 

Sistem sosial Silla juga mengatur cara berpakaian (model pakaian), bentuk rumah, dan jumlah perkawinan yang diperbolehkan bagi rakyat dan pejabatnya.





Kesetaraan Gender di Kerajaan Silla

Silla merupakan satu-satunya kerajaan di Korea yang pernah dipimpin oleh ratu. Ada tiga ratu yang pernah memimpin Silla, dan hal ini merupakan salah satu rekor di kawasan Asia Timur dan sebuah fenomena sepanjang sejarah panjang Korea. Hal ini mungkin terjadi karena rakyat Silla lebih menjunjung tinggi kesetaraan gender dibandingkan rakyat kerajaan lain di Semenanjung Korea. Kesetaraan gender ini telah terlihat dari legenda pendirian kerajaan Silla, yang menyebutkan bahwa istri Park Hyeokgeose (raja pertama Silla) berasal dari tulang rusuk seekor naga. Naga bisa diartikan sebagai Park Hyeokgeose, karena naga sangat diagungkan sebagai raja atau dewa yang perkasa dalam mitologi Asia Timur. Lahir dari tulang rusuk naga memiliki arti bahwa yang dilahirkan tersebut setara dengan sang naga, karena tidak dilahirkan dari rambut (yang artinya lebih tinggi dari sang naga) atau tulang kaki (yang artinya lebih rendah dari sang naga) meskipun sang naga tetaplah raja atau pemimpinnya. Hal ini mirip dengan proses penciptaan Hawa dalam Alkitab yang diciptakan dari tulang rusuk Adam (dalam filsafat Kristen, tulang rusuk artinya setara, karena letaknya ditengah tubuh) yang dalam filsafat Kristen diartikan bahwa setiap perempuan (yang digambarkan oleh Hawa) diciptakan setara dengan pria meskipun seorang pria tetaplah menjadi kepala dalam keluarga. Faktor kesetaraan gender jugalah yang membuat Silla pernah memiliki satu-satunya pasukan khusus wanita dalam sejarah Korea yang bernama “Wonhwa”. Kesetaraan gender ini hanyalah satu dari banyak kelebihan yang dimiliki oleh kerajaan Silla, yang tidak dimiliki oleh dua kerajaan lainnya.




Perekonomian Silla

Silla adalah negara agraris yang mengandalkan hasil pertanian sebagai produk utamanya. Silla melakukan perdagangan dengan Tiongkok dan Jepang karena wilayah Silla adalah daratan yang menghubungkan Jepang dengan Tiongkok. Melalui Tiongkok, Silla melakukan perdagangan dengan para pedagang dari jazirah Arab dan mungkin juga dengan para pedagang dari kerajaan-kerajaan yang lebih jauh lagi seperti India dan Byzantium. Oleh kerajaan-kerajaan Arab, Silla dikenal sebagai negeri yang sangat kaya dan makmur. Hal ini dapat ditelusuri dari catatan-catatan yang ditulis oleh Ahli geografi dari Arab dan Persia seperti Ibn Khuradhih, Al-Masudi, Dimashiki, Al-Nawairi dan Al-Maqrizi tentang Silla. Melalui Jepang, ada kemungkinan Silla melakukan perdagangan dengan negeri-negeri di Asia Tenggara melalui jalur laut.





Hubungan Bilateral Kerajaan Silla Dengan Kerajaan Lain

Silla menerapkan kebijakan diplomasi aktif dan menjalin persahabatan dengan tetangga-tetangganya. Silla berhasil menjalin persahabatan dengan Goguryeo untuk menekan Baekje, sementara itu Silla juga menjalin persahabatan dengan Baekje untuk mengamankan posisi mereka dan mencegah negerinya diserang dari barat. Silla juga berhasil menjalin persahabatan dengan dinasti-dinasti di Tiongkok dan dengan Kerajaan Yamato. Silla juga berhasil diperkenalkan ke India oleh Biksu Hyecho yang mengunjungi India melalui Tiongkok untuk mencari dan menulis catatan-catatan ajaran Budhha. 




Keruntuhan Kerajaan Silla

Kedigdayaan Silla setelah mempersatukan Semenanjung Korea justru dihancurkan oleh konflik istana. Setelah pembunuhan Raja Hyegyeong (keturunan terakhir Raja Taejong Muyeol) maka wibawa raja telah hilang dan Silla kehilangan pemimpin yang mampu memimpin wilayah yang luas. Negeri-negeri yang dulu ditaklukkan Silla mulai berusaha melepaskan diri dan merdeka. Selain itu, Silla juga mulai diserang oleh kerajaan-kerajaan merdeka yang menaruh dendam pada Silla, seperti Kerajaan Hu-Baekje dan Kerajaan Balhae. Pada masa-masa ini, muncullah seorang jenderal yang kharismatik yang bernama Wang Geon. Wang Geon lalu menyerang Silla dan mengakhiri riwayat kerajaan seribu tahun ini. Raja terakhir Silla yang kehilangan harapan untuk memerintah negerinya lalu menyerahkan diri dan mendapat nasib baik karena dia dan keluarganya tidak dieksekusi oleh Wang Geon melainkan diangkat sebagai gubernur yang membawahi wilayah lama Silla.






Warisan Silla

Banyak hal yang diwariskan Silla bagi kerajaan-kerajaan penerusnya. Selain peninggalan-peninggalan sejarah dan Buddhisme, Silla mewariskan sistem pemerintahan dan birokrasi yang mapan dan rapih bagi kerajaan penerusnya. Birokrasi ala Silla ini diadopsi oleh putra-putra dan cucu-cucu Wang Geon yang bergantian menjadi raja-raja Goryeo. Selain sistem pemerintahan, Silla juga mewariskan etos kemiliteran termasuk sumpah hwarangyang kembali digaungkan disaat-saat Korea mengalami peperangan dengan lawan-lawannya. Selain itu, walaupun diruntuhkan oleh Goryeo namun pada kenyataannya keturunan-keturunan Silla lah yang menduduki tahta di Semenanjung Korea hingga kerajaan terakhir di Semenanjung Korea diruntuhkan, sebab raja-raja Goryeo bukan diturunkan oleh putra pertama Wang Geon, Wang Mu yang berasal dari Naju, atau bahkan raja terkuat Goryeo, Wang So yang berasal dari Hwanghae, melainkan oleh Ahnjong Wook yang dikenal sebagai Pangeran Gyeongju atau Pangeran Silla (pangeran keturunan Silla). Selain itu, wangsa Yi (Lee) yang menjadi penguasa-penguasa Joseon sejatinya merupakan klan asli Silla yang nama marga mereka (marga Yi) diberikan sendiri oleh Raja Yuri pada abad pertama masehi.






Kerajaan Silla dalam budaya populer

Kerajaan Silla diceritakan dalam beberapa drama dan film. Drama “The Great Queen Seondeok” adalah drama pertama yang mengambil cerita dengan latar sejarah Kerajaan Silla. Drama lainnya adalah “The King’s Dream” yang menceritakan bagaimana Raja Taejong Muyeol mempersatukan Semenanjung Korea. Cerita tentang Kerajaan Silla juga muncul dalam drama atau film yang mengambil latar tentang Kerajaan Baekje, Kerajaan Goguryeo, dan juga periode awal Goryeo. Oleh karena itu, Kerajaan Silla diceritakan dalam drama “Gyebaek” yang menceritakan tentang seorang jenderal Baekje yang bertempur habis-habisan melawan pasukan Jendral Kim Yushin dari Silla, dalam drama yang mengambil latar sejarah Kerajaan Baekje lainnya seperti drama “The Ballad Of Seo Dong Yo”,  drama "Wang-geon" tentang pendirian Kerajaan Goryeo, juga drama “Gwanggaeto The Great” dan “Sword Flower” yang merupakan drama berlatarkan Kerajaan Goguryeo. Era Kerajaan Silla juga menjadi latar cerita dalam drama “Hwarang, The Flower Man” yang dibintangi oleh aktor Park Seojoon, V (member BTS), dan Park Hyunshik (member grup ZE:A).





Daftar istilah penting yang sering muncul dalam catatan Kerajaan Silla:

-Gaeseogan: Sebutan gelar bagi raja Silla yang pertama kali digunakan (gelar ini digunakan oleh Park Heokgeose).

-Chachaung: Sebutan gelar bagi raja Silla yang menggantikan sebutan Gaeseogan (gelar ini digunakan oleh Raja Namhae). Arti dari gelar ini adalah "Shaman" dalam bahasa Silla.

-Isageum: Sebutan gelar bagi raja Silla yang menggantikan sebutan Chachaeung (gelar ini mulai digunakan oleh Raja Yuri)

-Maripgan: Sebutan gelar bagi raja Silla yang menggantikan sebutan Isageum (gelar ini digunakan mulai oleh Raja Naemul)

-Wang: Sebutan gelar bagi raja Silla yang menggantikan sebutan Maripgan (gelar ini digunakan mulai oleh Raja Jijeung). Gelar ini diadopsi dari sebutan gelar raja di Tiongkok

-Daewang (atau Taewang): Sama artinya dengan gelar "Wang" hanya saja sebutan "Daewang" khusus diperuntukkan bagi "Raja Besar" dalam sejarah Silla. Raja Silla yang menyandang gelar "Daewang" adalah Raja Jinheung dan Raja Munmu.

-Ranking Tulang: Sistem kasta kebangsawanan Silla yang diterapkan sejak era Raja Bopheung. Sistem kasta ini diterapkan untuk memperkuat otoritas keluarga kerajaan yang berasal dari klan Kim, terutama keturunan langsung raja-raja Silla dari klan Kim agar tidak bercampur dengan bangsawan lain untuk menjaga keistimewaan keluarga raja.

-Seong-geol (tulang suci): Kasta tertinggi dalam sistem aristokrasi (Ranking Tulang) Silla. Kasta ini hanya boleh terdiri dari keluarga kerajaan yang berasal dari klan Kim, dan harus seorang bangsawan yang berasal dari keturunan raja baik dari ayahnya maupun dari ibunya. Jika salah-satu orang-tuanya bukan merupakan keturunan langsung (secara paternal) raja-raja Silla maka orang itu tidak dapat digolongkan kedalam kasta Seong-geol dan akan kehilangan hak atas tahta, kecuali jika seluruh keturunan raja dari kelas Seong-geol telah punah maka para bangsawan keturunan campuran (memiliki salah-satu orang-tua dari kelas Seong-geol dan orang-tua lainnya dari kelas Jing-geol) akan dipertimbangkan sebagai pewaris tahta, karena darah seong-geol nya.

-Jing-geol (Tulang Murni): Kasta tertinggi kedua dalam sistem aristokrasi (Ranking Tulang) Silla. Kasta ini terdiri dari para bangsawan keturunan para raja Silla dari klan Park dan Seok, dan para keturunan raja namun salah-satu orang-tuanya bukan keturunan raja (memiliki darah keturunan raja hanya disatu pihak), dan juga klan Kim (klan Gimhae) yang bukan berasal dari raja-raja Silla klan (Kim Gyeongsang) melainkan berasal dari raja-raja Kerajaan Gaya yang telah ditaklukkan Silla yang memang bermarga Kim. Jika seorang keturunan raja memiliki salah-satu orang-tua bukan keturunan langsung (secara paternal) raja-raja Silla maka orang itu otomatis langsung digolongkan kedalam kelas Jing-geol. Sedangkan, jika seorang bangsawan memiliki salah-satu orang-tua dari kelas Seong-geol dan orang-tua lainnya dari kelas Jing-geol maka dia akan disebut keturunan campuran, dan jika seluruh keturunan raja dari kelas Seong-geol telah punah maka bangsawan tersebut akan dipertimbangkan sebagai pewaris tahta, karena darah seong-geol nya.

-Kepala Kasta (Head Ranking): Sebutan bagi para bangsawan yang memimpin 6 tingkatan kasta dibawah kasta Jing-geol (namun hanya tingkat 6, 5, dan 4 yang memiliki gelar), dan yang bukan berasal dari keturunan raja (secara paternal), baik dari klan Kim Silla, Park, Seok, atau dari klan Kim Gaya. Setinggi apapun posisi mereka dalam pemerintahan, mereka tidak memiliki hak atas tahta Silla.

-Ichan: Sebutan bagi bangsawan dengan level tertinggi di kasta level 6 atau kepala kasta level 6. Ichan merupakan ranking tertinggi dalam kasta bangsawan ke-6 di Silla yang menempatkannya berada dibawah langsung dari para bangsawan kelas Jing-geol. Posisi tertinggi dalam pemerintahan yang dapat mereka duduki adalah sebagai wakil menteri, namun mereka dapat diangkat menjadi seorang perdana-menteri jika raja/ratu sendiri yang menunjuknya atas kesepakatan dengan para bangsawan tinggi dan para menteri di Hwabaek.

-Achan: Sebutan bagi para bangsawan dengan level kedua tertinggi di kasta ke-6 (level dibawah Ichan).

-Jung-achan: Sebutan bagi para bangsawan dengan level ketiga tertinggi di kasta ke-6 (level dibawah Achan)

-Sajung-achan: Sebutan bagi para bangsawan dengan level ketiga tertinggi di kasta ke-6 (level dibawah Jung-achan)

-Galmunwang: Gelar bagi seorang bangsawan dari kasta tertinggi (Seong-geol) dengan posisi tertinggi dalam negara yang setara dengan raja namun tidak memiliki hak atas-tahta maupun kekuasaan di pemerintahan (jika mereka tidak menjabat sebagai salah-satu pejabat negara). Gelar ini biasanya diberikan pada para saudara kandung raja/ratu (para pangeran). Pemberian ini lalu dihilangkan sekitar masa pemerintahan Ratu Seondeok dan Ratu Jindeok akibat maraknya pemberontakan yang menentang kekuasaan ratu, meskipun pemberontakan itu tidak datang dari para galmunwang.

-Sangdaedung: Gelar yang berarti “menteri yang pertama” atau “menteri dari para menteri”. Kini gelar itu merujuk untuk menyebut “perdana-menteri”. Hanya bangsawan tinggi yang bisa menjabat sebagai Sangdaedung, dan mereka harus berasal minimal dari kelas Jing-geol (mulai diterapkan sejak Raja Beopheung berkuasa) dan pernah menjadi seorang hwarang (mulai diterapkan saat Raja Jinpyeong berkuasa). Pada kasus yang jarang terjadi, bangsawan dari kasta ke-6 di level Ichan dapat diangkat menjadi seorang perdana-menteri jika raja/ratu sendiri yang menunjuknya atas kesepakatan dengan para bangsawan tinggi dan para menteri di Hwabaek.

-Daedung: Sebutan bagi “menteri” di Silla yang berasal minimal dari kelas Jing-geol (mulai diterapkan sejak Raja Beopheung berkuasa) dan pernah menjadi seorang hwarang (mulai diterapkan saat Raja Jinpyeong berkuasa).

-Gyeong: Sebutan bagi “wakil-menteri” di Silla. Posisi ini minimal hanya boleh dijabat oleh seorang Ichan (mulai diterapkan sejak Raja Beopheung berkuasa) dan pernah menjadi seorang hwarang (mulai diterapkan saat Raja Jinpyeong berkuasa).

-Hwabaek: Dewan menteri Silla (di era modern disebut “kabinet”)

-Hwarang: Resimen pasukan khusus Silla yang terdiri dari para pemuda bangsawan yang menguasai ilmu beladiri, militer, agama, sastra, dan pemerintahan. 

-Komandan Hwarang: Jabatan bagi setiap kepala pasukan hwarang. Hanya para komandan hwarang yang dapat disebut “Hwarang”, sedangkan para anggota resimen hwarang yang dibawahi oleh seorang komandan hwarang disebut “Nangdo”. Setelah para Nangdo terpilih sebagai pemimpin pasukan, barulah dia dapat mendapat gelar “Hwarang”.

-Pungwolju: Pemimpin para Hwarang (orang yang jabatannya berada diatas para komandan Hwarang)

-Gukseon: Guru para Hwarang (orang yang jabatannya berada diatas Pungwolju)

-Komandan Hwarang Elit Seorabeol: Sebutan bagi para komandan Hwarang yang bertugas di Seorabeol (ibukota Silla) karena hanya para komandan hwarang terbaik yang dapat dipercaya untuk menjadi hwarang yang mengabdi di Seorabeol, dan jumlah normal mereka hanya sepuluh orang.

- -rang: Sebutan dibelakang nama bagi para komandan Hwarang dan Pungwolju (contoh: Seolwon-rang, Alcheon-rang, Yushin-rang, dst)

-Nangdo: Anggota resimen hwarang yang mengabdi pada seorang komandan hwarang, namun belum memperoleh gelar “Hwarang” karena belum menjadi komandan hwarang, tetapi mereka tetap memakai seragam hwarang dan diakui sebagai seorang hwarang (contohnya para sarjana tamatan program D-3 jurusan Ilmu Ekonomi atau Ilmu Keperawatan, dll, tetap akan diakui sebagai seorang sarjana Ilmu Ekonomi atau sarjana Ilmu Keparawatan, namun tidak dapat memperoleh gelar “Sarjana Ekonomi (S.E)” atau “Sarjana Keperawatan (S.Pr), karena gelar-gelar itu hanya bisa disandang oleh para sarjana tamatan S-1).

-Daenama: Level ke-10 dari sistem pegawai negeri sipil & militer Silla. Level ini adalah level tertinggi yang bisa dijabat oleh seorang bangsawan dari kasta ke-5

-Daesa: Level ke-12 dari sistem pegawai negeri sipil & militer Silla. Level ini adalah level tertinggi yang bisa dijabat oleh seorang bangsawan dari kasta ke-4

-Nama Era: Nama yang dipilih oleh para penguasa Silla untuk menyebut era pemerintahannya. Silla mulai memiliki nama era sejak masa pemerinthana Raja Beopheung, namun nama era secara resmi digunakan sejak masa pemerintahan Raja Jinpyeong, yaitu sejak tahun 584. Silla memiliki delapan nama era sepanjang kerajaan ini berdiri, yaitu: Geon-won (artinya “Penetapan Pertama”, yang merupakan nama era pemerintahan Raja Beopheung dan Raja Jinheung yang merujuk pada tahun 536 hingga 551), Gae-guk (artinya: “Pendirian Negara”, yang merupakan nama era pemerintahan Raja Jinheung yang merujuk pada tahun 551 hingga 567), Dae-chang (artinya “Cahaya Besar”, yang merupakan nama era pemerintahan Raja Jinheung yang merujuk pada tahun 568 hingga 572), Hongje (artinya “Pembebasan Besar”, yang merupakan nama era pemerintahan Raja Jinheung, Raja Jinji, dan Raja Jinpyeong yang merujuk pada tahun 572 hingga 583), Geonbeok (artinya “Permulaan Berkat”, yang merupakan nama era pemerintahan Raja Jinpyeong dan Ratu Seondeok yang merujuk pada tahun 584 hingga 634), Inpyeong (artinya “Kebajikan Yang Berimbang”, yang merupakan nama era pemerintahan Ratu Seondeok yang merujuk pada tahun 634 hingga 647), Taehwa (artinya “Harmoni Agung”, yang merupakan nama era pemerintahan Ratu Jindeok yang merujuk pada tahun 647 hingga 650), dan nama era terakhir adalah Gyeong-un (artinya “Perayaan Besar”, yang merupakan nama era pemerintahan Raja Heonchang yang diambil sejak tahun 822). Nama era Silla mulai dihilangkan pada masa pemerintahan Ratu Jindeok karena mengadopsi nama era dari Dinasti Tang, namun nama era ini dimunculkan kembali oleh Raja Heonchang.


------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ARTIKEL INI DISUSUN DAN DITERBITKAN PERTAMA KALI
OLEH DELEIGEVEN MEDIA

SETIAP ARTIKEL YANG MEMILIKI ISI, SUSUNAN, DAN GAYA PENULISAN
YANG MIRIP DENGAN ARTIKEL INI MAKA ARTIKEL-ARTIKEL TERSEBUT
MENYADUR ARTIKEL INI.

DILARANG KERAS MEMPLAGIAT ARTIKEL INI!

CANTUMKAN LINK LENGKAP ARTIKEL INI DISETIAP KALIMAT YANG ANDA DISADUR DARI ARTIKEL INI. SESUAI UNDANG-UNDANG HAK CIPTA, JIKA MENYADUR/MENG-COPY MINIMAL SEPULUH KATA TANPA MENCANTUMKAN SUMBER DARI KALIMAT ITU (BERBEDA DARI PENCANTUMAN SUMBER DI CATATAN KAKI (FOOTNOTE) MAKA ITU ADALAH TINDAKAN PLAGIARISME.

JIKA ANDA MENYADUR SEBAGIAN BESAR ARTIKEL INI MAKA ANDA HARUS MENCANTUMKAN KALIMAT:
"ARTIKEL INI DISADUR DARI....(LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA",
ATAU:"SUMBER UTAMA DARI SEBAGIAN BESAR INFORMASI ARTIKEL INI DIAMBIL DARI (LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA"  
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Notes (Catatan):

*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)

*Please open: Kingdom of Silla for short story about "Kingdom Of Silla" in ENGLISH
(Silahkan membuka link: Kingdom of Silla untuk membaca sejarah singkat Kerajaan Silla dalam bahasa Inggris).

*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account: @deleigevenhistory
(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Copyrights Story: Deleigeven Media
Copyrights Picture : MBC (drama "The Great Queen Seondeok", 2009), KBS (drama "The King's Dream", 2011)

Penyusun:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Desain : Deleigeven
Penerbit: Deleigeven Media


Daftar Pustaka:
-Byeon-won Lee; History
-Maurizio Riotto; The Place Of Hwarang Among The Special Military Corps Of Antiquity; The Journal of Northeast Asian History; Northeast Asian History Foundation; 2012
-Richard McBride; Silla Budhist & The Manuscript of Hwarang Segi
-Tae-hoong Ha; Samguk Yusa, Legends and History of the Three Kingdoms of Ancient Karea; Yonsei University Press; 1972; Seoul
-Wontak Hong; Baekche An Offshoot of the Buyeo-Koguryeo in Mahan Land; East Asian History, A Korean Perspective; 2005; Seoul
-Young-kwan Kim, Sook-ja Ahn; Homosexuality In Ancient Korea; Pyongtaek University, Hanyoung Theological University; 2006; Seoul
-Korean History For International Citizen; Northeast Asian History Foundation
-Korea's Flowering Manhood
-The History of Hwarang-do
-The Three Kingdoms of Ancient Korea in the History of Taekwon-Do


Daftar Website:

26 comments:

  1. Halo admin, saya kembali lagi.
    Wah sejarah Korea lagi ya, tapi tetap sangat menarik. Saya sudah baca2 tentang Silla tapi kok cuma sampai di periode klan kim ya? Setahu saya ada Ratu Seondeok yang ada dramanya, kok tidak ada dalam artikel2 Silla nya anda?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai sdr.Michael,
      terima kasih telah kembali berkunjung.
      Iya, saya dari dulu tertarik sekali dengan sejarah Silla tapi karena sejarah dinasti ini sangat panjang (maklum, hampir 1000 tahun) jadi saya menundanya dan menulis artikel tentang dinasti-dinasti lainnya.
      Ini adalah artikel berseri, dan setelah artikel tentang "Raja-raja Silla periode klan Kim", maka akan ada artikel-artikel selanjutnya. Di artikel berikutnya barulah saya menulis tentang Ratu Seondeok.

      Delete
  2. ooo gitu, pantesan orang orang busan cakep cakep ya. rupanya ada percampuran ras. tergolong eurasia gak y? tapi memang orang orang busan mirip orang jepang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai, terima kasih sudah berkunjung.
      Mereka sudah bukan Eurasia. Memang nenek moyang mereka ada yang Eurasia tapi sudah banyak bercampur dengan penduduk lokal. Orang Busan yang sekarang bukan Eurasia. Mungkin karena faktor genetik yang membuat rata-rata orang Busan mirip orang Jepang. Bangsa Jepang yang sekarang (bukan bangsa Ainu) adalah para pendatang yang mencapai Jepang melalui Korea, dan Busan adalah salah-satu bagian dari Semenanjung Korea yang paling dekat dengan Jepang. Demikian penjelasannya.

      Delete
  3. Admin...
    Mau nanya... ada 2 pertanyaan..

    Di masa " Three Kingdom" , ada kerajaan GAYA terselip diantara 3 kerajaan kuno korea..
    Kalo saya lihat umurnya, GAYA lahir jauuuh setelah Goguryeo Baekje Silla didirikan, tapi berakhir jauuuuuh Silla menyatukan semenanjung korea...
    Ini aneh nih...

    lau pertanyaan kedua , masa setelah "Three Kingdom" kan dikasi nama "North-South State".. Silla dan Balhae..
    Naaaah, balhae ini saya liat didirikan hampir bersamaan dengan mulainya Silla sebagai satu negara Semenanjung korea.. Artinya Balhae di masa "three kingdom" berkuasa masih jadi kerajaan lain dong yah? (atau dikuasai, atau provinsi dr suatu kerajaan, atau lainnya???)
    Begitu juga saat jaman "later Three Kingdom", Sepertinya Korea modern (republik atopun komunisnya) tidak memperhitungkan lagoi balhae sebagai bagian dr tanah airnya, kar hanya memasukkan Goguryeo baru, Baekje Baru, dan Silla skhir sebagai bagian dr masa "later three kingdom" (nama masa nya saja cuman 3 kerajaan padahal balhae luasnya ampun ampun ampe rusia sana.

    Tolong artikelnya tentang Balhae min, kalo bisa sebelum rilis Baekje dan Gugorye hehehehe... Balhae dulu laaaah...

    cuman pertanyaan biasa, jawab kalo ada waktu luang saja..

    Terimakasih...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo sadara Sugiarto,
      senang melihat saudara berkunjung kembali ke blog ini.

      Mengenai Kerajaan Gaya, kita harus tahu bahwa sumber sejarah era Three Kingdom dimana Kerajaan Gaya juga berada di era yang sama adalah melalui beberapa kitab yang menuliskan tentang sejarah Three Kingdom, yaitu Samguk Sagi, Samguk Yusa, dan Hwarang Sagi. Kitab Samguk Sagi dan Samguk Yusa ditulis di era Goryeo sedangkan kitab Hwarang Sagi tidak diketahui kapan penulisannya. Nah, pada masa penulisan kitab-kitab itu, semua catatan hanya berasal dari catatan-catatan kerajaan Three Kingdom (yang kini telah musnah). Jadi semua sejarah era itu ditulis dari sudut pandang Three Kingdom. Kerajaan Gaya adalah negeri taklukkan yang bahkan sudah takluk sebelum Silla menyatukan dua kerajaan lain sehingga catatan-catatan sejarahnya sudah tidak ada pada saat penulisan kitab-kitab sejarah Three Kingdom. Gaya juga lebih familiar dengan sebutan "Konfederasi Gaya" karena terdiri dari beberapa suku. Pada masa sebelum Three Kingdom, ada beberapa konfederasi (kumpulan suku yang membentuk daerah administrasi), dan yang terbesar adalah Konfederasi Mahan, Konfederasi Jinhan, dan KOnfederasi Gaya. Sampai mereka ditaklukkan, Gaya masih belum merupakan kerajaan besar sehingga mereka lebih sering disebut konfederasi. Mereka ditaklukkan karena wilayahnya lebih dekat dengan Silla. Karena masih serumpun dengan orang-orang Jinhan (Silla) maka orang Gaya lebih mudah berbaur dalam kehidupan masyarakat Silla ketimbang orang Baekje dan Goguryeo yang juga menjadi daerah taklukkan.

      Mengenai Balhae, kerajaan ini memang beda dari Three Kingdom dan berbeda dari kerajaan Silla bersatu. Balhae tetap diperhitungkan dan menjadi salah-satu kerajaan yang ditaklukkan oleh Goryeo (awal era "Later Three Kingdom") namun tidak semua wilayah Balhae mampu dikuasai oleh Goryeo.
      Sebenarnya, Wang Geon diapresiasi karena mampu mempersatukan semenanjung KOrea termasuk Balhae. Di Korea, Balhae tetap dianggap sebagai bagian dari "Later Three Kingdom" walaupun saling berebut klaim dengan China. Hanya saja, untuk orang luar KOrea, lebih mudah mengingat nama-nama "Hu-Baekje, Hu-Goguryeo, dan Silla Bersatu" yang mirip dengan nama-nama kerajaan era Three Kingdom.

      Setelah artikel tentang Silla dirilis secara lengkap, maka saya akan merilis artikel serial raja-raja Baekje dan Goguryeo.

      Semoga penjelasannya membantu ^^
      Salam.

      Delete
    2. UUuwwwwooowwww...
      Jarang-jarang ada blog yang fast respon...

      Terimakasih penjelasannya min...

      Jadi GAYA lebih kepada konfederasi ah, dr pada sebuah kerajaan bersatu...
      hmm...

      Lalu mengenai Balhae...
      Saya merasa aneh saja sih sebenarnya dengan Balhae, terutama di masa "Later three Kingdom"..
      Di wiki ane liat (di menu sebelah kanan halaman yg memanjang ke bawah) hanya "mengakui" 3 kerajaan saja... Seolah-olah Balhae dilupakan, padahal saat masa "later three kingdom" si Balhae masih eksis kerajaannya.
      Adilnya, masukkan juga dong sampai ditaklukan ama si Dinasti dari Cina itu... Liao dinasty kalo nga salah ingat yan taklukkan.
      Karena kalo dari peta, Goryeo cuman ngambil dikit aja dr wilayah balhae. Sebagian besar diambil Liao...
      Jikalau tarolah memang Balhae dianggap sejarah Cina, mengandai-mengandai saja, mengapa ada masa "North-South State" di penamaan pembagian era sejarah korea... Langsung aja ekspose Silla bersatunya, nama eranya mungkin "Silla Dinasty" aja... jadi timeline nya jadi jelas hahaha.


      pra sejarah --->Suku-suku ---> Three Kingdom ---. Silla Dinasty (alih-alih north - south state)---> Later three kingdom ---> Goryeo Dinasty ---> Joseon Dinasty ---> kolonial ---> dst dst

      Ngerti nga min keresahan saya? saya bingung saja tiba2 Balhae muncul entah dr mana di sebuh Era, tapi dihilangkan dengan tiba2 juga dari era setelahnya... kasian si Balhae...

      Mungkin begitu saja min, wong negara orang ko'.. hahaha
      Negri kita masih sibuk demo, jd saya terpaksa kepoin negara orang dr pada kurng kerjaan...

      Keep posting artikel min, dan jangan lupa backup yah ampe Q/A nya, biar kalo pindah alamat bisa tetap lanjooot berbagi pengetahuannya...

      Delete
    3. Sama-sama saudara Sugiarto,
      Terima kasih untuk perhatiannya, saya pasti memback-up semua artikel dan komentarnya.

      Mengenai Balhae, mungkin juga kurang diperhatikan oleh sarjana diluar Korea karena letaknya yang bukan di Semenanjung, dan ada klaim dari China kalau Balhae itu punya mereka. Sebenarnya, Balhae memang didirikan oleh orang Korea yang letak ibukotanya jauh dari Semenanjung untuk mencegah gempuran Silla. Nort-South State memang adalah istilah untuk membedakan Silla dan Balhae, tapi ini adalah istilah yang digunakan oleh orang-orang non-Korea/non-Silla pada masa itu untuk membedakan dua kerajaan Korea, yang pada masa sekarang justru tidak dikenal oleh sejarawan non-Korea dan ditolak oleh sejarawan China.
      Balhae berdiri lebih dulu dari Kerajaan Hu-Goguryeo apalagi Hu-Baekje. Jadi setelah Goguryeo runtuh, para jenderalnya langsung mendirikan Balhae.
      Mungkin karena letaknya yang diluar Semenanjung Korea, sejarawan asing tidak menganggapnya sebagai bagian dari Korea, tapi Balhae tetap diakui oleh Korea sebagai bagian dari sejarahnya dan masuk diera Later Three Kingdom.

      Btw, saya sudah memposting artikel baru tentang Hwarang. Semoga artikelnya nanti membantu.
      Salam ^^

      Delete
    4. Terimakasih penjelasannya min.. Lumayan

      Saya bakal baca Hwarang nya Pasti...

      ==========

      Ditunggu artikel-artikel tentang Balhae, three kingdom, dan later three kingdom nya...

      tks

      Delete
  4. Gan,, punya sumber rujukan atau website resmi yang berkaitan dengan Kerajaan Korea gakk? Kalo ada... please beritahu... karena ada mata kuliah saya tentang Asia Timur.
    Please Gan, bantu saya.
    Gomawo.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, terima kasih telah berkunjung ke blog ini.

      Batasan masalah atau fokus materi saudara mengenai kerajaan apa atau era apa? sebab kerajaan di Korea ada banyak sebelum era Joseon.
      Kalau mengenai website resmi sejarah Korea dari pemerintah Korea semuanya dalam bahasa Korea. Atau coba anda buka mengenai website pariwisata beberapa daerah di Korea, seperti: Revolutionarry Jeola Province

      Sebagian besar materi blog ini saya ambil melalui buku dan jurnal. Kalau anda tertarik mengambil data-data dalam blog ini, silahkan saja.
      Anda bisa mulai dari artikel mengenai kerajaan Silla, Goryeo, dan Joseon.
      Lebih mudah kalau anda memberi-tahu mengenai fokus pembahasan anda di era mana dan materi apa yang dibahas jadi saya bisa bantu mencarikan datanya.

      Delete
  5. Selmat siang admin. Saya mau tanya tahun kelahiran raja jinheung. Di artikel lain dia lahir tahun 534 M. Yang bener sebenarnya dia lahir thn berapa ya? Soalnya ada yg bilang dia jd raja umur 14 tahun ada jg yg bilang jadi raja umur 7 tahun. Mohon penjelasannya hehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Ayu,
      Pertanyaan saudari sudah saya jawab di kolom komentar saudari pada artikel tentang RAJA-RAJA SILLA ERA PENYATUAN SEMENANJUNG KOREA.
      Semoga penjelasannya membantu. Salam.

      Delete
  6. Good morning admin,persoalan ku msi sma kya yg kmrin..tentang sun woo yg di drama hwarang
    Dia mnjadi siapa si di zaman krajaan silla raja jinhueng....karna dia anak nya pengeran hwi kyung dan slah satu ketua wonhwa.

    ReplyDelete
    Replies
    1. coba jawab ya. menurut saya karakter sunwo itu fiksi. di awal drama jg sudh di sebutkan bahwa karakter dan cerita adalah fiksi. mungkin mmg ada yg nama2nya ada sesuai sejarah tp sbgian cuma tambahan aja.

      Delete
    2. Halo Apri, maaf ya baru dibalas.

      Mengenai Sunwoo, mungkin karakternya hanya fiktif.
      Awalnya saya pikir dia akan menjadi Kim Yihwa (pungwolju ke-4) yang nanti menikah dengan Putri Sukmyeong (setelah Sukmyeong bercerai dari Jinheung), tapi cerita nya di drama Hwarang beda dengan sejarahnya Kim Yihwa karena Kim Yihwa itu anaknya Wihwa (pungwolju pertama yang dalam drama jadi guru para hwarang). Kurang tahu ya kalau nanti mungkin dibikin jadi mirip.

      Kalau dia anak Pangeran Hwikyung (yang katanya salah-satu ketua Wonhwa) maka artinya tokohnya kemungkinan besar fiktif karena nama Pangeran Hwikyung tidak ada dalam sejarah. Kalau status Pangeran Hwikyung sebelumnya adalah "Putra Mahkota" maka artinya Pangeran Hwikyung adalah salah-satu putra Raja Beopheung.

      Jika tokoh Pangeran Hwikyung berusaha kita cocokkan dalam sejarah maka hanya ada satu putra Raja Beopheung yang pernah menjabat sebagai putra-mahkota tapi lalu dikeluarkan dari daftar calon pewaris karena sakit (atau meninggal karena sakit), jadi ceritanya mirip dengan Pangeran Hwikyung. Tapi nama pangeran itu adalah Putra Mahkota Bidae, bukan Hwikyung.

      Putra Mahkota Bidae ini menikahi seorang putri bangsawan dan memiliki seorang putra yang juga menjadi Hwarang, namanya Pangeran Kim Bibo (Pungwolju ke-9).
      Berhubung dalam drama, Sunwoo itu seumuran dengan Jidwi/Jinheung jadi tidak mungkin kalau Kim Bibo ini adalah Sunwoo karena Kim Bibo lahir tahun 549, sedangkan Jinheung sudah lahir tahun 526 atau 536.

      Sedangkan status sebagai ketua Wonhwa juga mustahil sebab Resimen Wonhwa berbeda dengan Resimen Hwarang. Kalau Resimen Hwarang adalah kumpulan ksatria PRIA cantik yang diketuai oleh seorang pria yang menjabat sebagai Pungwolju, maka Wonhwa adalah kumpulan ksatria WANITA cantik yang diketuai oleh dua orang wanita yang masing-masing menjabat sebagai Komandan Wonhwa.

      Nah, Wonhwa itu dibubarkan ditahun yang sama dengan tahun berdirinya Hwarang, jadi di era drama Hwarang seharusnya resimen Wonhwa tidak ada lagi. Wonhwa baru dibentuk lagi diera Lady Mishil tahun 568.

      Mengenai drama Hwarang, karena dari awal sudah disebutkan bahwa masa itu adalah tahun ke-11 sejak Jinheung menjadi raja maka seharusnya tahun itu adalah tahun 551 sebab Jinheung menjadi raja pada tahun 540. Jadi seharusnya Pungwolju (komandan Hwarang) yang menjabat adalah Kim Morang (paman Jinheung).

      Kesimpulan saya mengenai Sunwoo, tokohnya fiktif tapi kisah-kisahnya adalah gabungan kisah dari beberapa tokoh dalam sejarah Silla seperti kisah Pangeran Bidae, Yihwa, dll.
      Latar dramanya memang ada dalam sejarah tapi tokoh Sunwoo tidak.

      Sebagai artikel pembanding kisah-kisah Hwarang dan Pungwolju termasuk kisah putri Sukmyeong, coba buka artikel: PARA PUNGWOLJU PERIODE AWAL
      Artikel ini cukup lengkap membahas tentang pungwolju di era yang sama dengan era drama Hwarang.

      Delete
  7. Replies
    1. Sama-sama, semoga artikel dan jawabannya bisa membantu...
      Kami menantikan kunjungan saudari selanjutnya... Salam ^^

      Delete
  8. Tokoh Ah Ro itu apa fiktif juga?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo,
      Sudah saya cari2 info tentang Ah-ro tapi tidak ada sama sekali. Saya rasa tokohnya fiktif sama seperti tokoh Sun-woo

      Delete
  9. Himbauan bagi semua calon TKI dan calon Mahasiswa Indonesia yang ingin sekolah/kuliah dan bekerja di Korea Selatan.

    Bagi para calon Mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikan ke Korea Selatan, dihimbau agar mendaftar langsung di Kedubes Korea Selatan dengan mengikuti program penerimaan mahasiswa asing (KGSP) yang diselenggarakan oleh Pemerintah Korea Selatan melalui pengumuman resmi dari kedutaan-besarnya.
    Cara alternatif untuk kuliah di Korea Selatan adalah dengan mendaftar langsung ke Universitas tujuannya dengan mengakses website resmi universitas yang dituju dan mengikuti langkah-langkah yang diminta (jangan khawatir, universitas di Korea Selatan menyediakan pilihan Bahasa Inggris di website mereka).

    Bagi calon TKI, hubungilah BNPTKI untuk menjadi TKI. Tempat pelatihan bahasa bukan lembaga penyalur TKI di luar negeri

    HARAP DIPERHATIKAN:

    1.Hanya sertifikat TOPIK (sertifikat kemampuan bahasa Korea) yang diakui oleh seluruh lembaga pendidikan di Korea Selatan.
    Di Indonesia ujian TOPIK dilaksanakan sebanyak 2 kali (April dan Oktober) di JIKS (JAKARTA INDONESIA KOREAN SCHOOL). Selain sertifikat TOPIK, sertifikat dari tempat kursus manapun tidak akan diakui oleh universitas di Korea Selatan. Jadi jika ada lembaga pelatihan Bahasa Korea alias tempat kursus di Indonesia yang menyatakan bahwa sertifikat dari tempatnya di akui oleh universitas di Korea Selatan maka itu adalah PENIPUAN.

    2.Tidak ada lembaga pelatihan bahasa Korea di Indonesia yang diperbolehkan oleh undang-undang (undang-undang Korea dan Indonesia) untuk menjadi tempat penyaluran mahasiswa ke universitas di Korea.
    Tempat kursus bahasa Korea di Indonesia bisa bekerja-sama dengan universitas di Korea Selatan tapi perannya HANYA SEBAGAI LEMBAGA PELATIHAN BAHASA KOREA, dan bukan sebagai tempat penyalur mahasiswa.

    3.Setiap kegiatan suatu institusi pelatihan bahasa asing yang berusaha menyalurkan mahasiswa ke universitas di luar-negeri dan meminta biaya jasa penyaluran ke universitas dengan alasan bahwa mahasiswa tersebut diterima di universitas di Korea Selatan karena jasa lembaga pelatihan bahasa tersebut, maka lembaga pelatihan bahasa itu HARUS DIPIDANAKAN sesuai dengan undang-undang yang berlaku dan menipu orang lain sehingga orang itu mengalami kerugian.

    3.Setiap lembaga pelatihan bahasa hanya menjadi tempat pelatihan bahasa bagi calon TKI dan dilarang untuk menjadi penyalur TKI ke luar negeri termasuk Korea Selatan. Jika ada lembaga pelatihan bahasa yang mengklaim sebagai penyalur TKI Korea Selatan maka menurut undang-undang Tenaga Kerja, hal itu tidak benar dan 100% penipuan.
    Lembaga pelatihan hanya berwenang melatih kemampuan bahasa calon TKI, dan jika mereka melakukan lebih dari kewenangan mereka maka mereka terindikasi melakukan HUMAN TRAFFICKING atau PERDAGANGAN MANUSIA, yang sudah pasti memenuhi unsur PIDANA.

    3.Sertifikat bagi calon TKI ke Korea bernama EPS TOPIK yang ujiannya diselenggarakan oleh pemerintah Korea Selatan melalui institusi ketenaga-kerjaan resmi pemerintah Korea Selatan, dan bukan dari tempat kursus. Jika ada tempat kursus yang mengklaim bisa menerbitkan sertifikat EPS TOPIK maka dipastikan itu adalah PENIPUAN.

    Mengacu pada hal ini maka dihimbau pada CALON MAHASISWA ASAL INDONESIA dan pada CALON TKI YANG AKAN KE KOREA SELATAN agar berhati-hati pada lembaga kursus atau lembaga pelatihan bahasa Korea yang mengklaim menjadi penyalur mahasiswa atau TKI ke Korea Selatan.

    Karena itu harap diperhatikan bahwa:
    1.Berhati-hatilah pada lembaga pelatihan bahasa yang memungut biaya mahal dan mengklaim mampu menerbitkan sertifikat TOPIK dan EPS TOPIK.

    2.Jangan Percaya pada TESTIMONI POSITIF tentang lembaga yang terindikasi melakukan penipuan, baik yang di YOUTUBE, Facebook, Instagram, dan semua sosial media milik lembaga pelatihan bahasa Korea bermasalah itu dan juga di sosial media milik pribadi peserta dan mantan peserta, sebab semua itu sudah DIATUR.

    Harap Himbauan ini diperhatikan dan disebar-luaskan agar tidak ada lagi perdagangan manusia oleh oknum tidak bertanggung-jawab.

    ReplyDelete
  10. Hallo min!mau bertanya lagi?dari penjelasan diatas saya tertarik dengan wanita2 silla.mereka diizinkan untuk poliandri sebagai bentuk kesetaraan gender ataukah karna tidak ada hukum yang mengikat mengenai pernikahan bangsawan di silla? Kemudian ada beberapa selir raja terdahulu dinikahi oleh raja sesudahnya, sedangkan pada masa goryeo dan joseon seorang wanita bila sudah menjadi istri raja sudah tidak bisa menikah lagi dengan orang lain. Mohon penjelasannya.
    Satu lagi min mengenai konfederasi gaya mengapa tidak digolongkan sebagai sebuah kerajaan padahal wilayah kekuasaannya luas kemudian dari segi peradaban mereka juga punya sumbangsih terhadap peradaban korea.saya masih ingat walaupun samar di drama queen sendok gaya merupakan kerajaan yang menjadi bagian dari penyatuan 3 kerajaan.saat itu jendral kim yoshin yang merupakan cucu dari raja gaya dan pangeran cunchu yang menyelesaikan masalah penduduk gaya yang ingin mengangkat jendral kim yoshin sebagai raja mereka yang baru.juga tentang kemajuan mereka mengenai ilmu astronomi yang tetap di pakai pada masa queen sendeok.Mohon penjelasan kalo bisa sih dibuat satu artikel juga tentang gaya seperti silla dan goryeo. Makasih sebelumnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Batari Luwu,

      1.POLIANDRI WANITA SILLA
      Poliandri adalah kebiasaan yang awam di Silla. Silla adalah kerajaan Korea yang paling terakhir tersentuh agama Buddha dan juga paham Kongfusius sehingga budaya-budaya asli Korea banyak yang masih dipertahankan hingga kerajaan ini runtuh. Saat itu, kesetaraan gender adalah salah-satu ciri khas kerajaan Silla, dan merupakan satu-satunya kerajaan Korea yang pernah dipimpin oleh ratu.

      2.BUDAYA TURUN RANJANG KOREA
      Kebiasaan menikahi selir-selir raja terdahulu oleh raja penerusnya adalah hal yang biasa dimasa Silla termasuk juga dimasa-masa awal hingga pertengahan dua kerajaan lainnya (Goguryeo dan Baekje). Kebiasaan ini disebut budaya ‘Turun Ranjang’. Budaya ini bukan hal yang awam di Asia Timur termasuk China. Kalaupun ada yang melakukan hal ini di China tapi kebiasaan ini sudah lama sekali ditinggalkan berkat pengaruh paham Kongfusius. Kebiasaan ini adalah hal yang biasa di Mesir dan kerajaan-kerajaan kuno di Asia Barat. Entah bagaimana, budaya ini bisa sampai ke Korea. Ada kemungkinan karena leluhur-leluhur orang Korea di masa lalu memang pernah terpengaruh oleh budaya bangsa-bangsa kuno di Asia Barat karena pernah memiliki hubungan (dagang atau politik).

      3.KONFEDERASI GAYA
      Gaya masih disebut sebagai konfederasi karena suku ini tidak pernah diperintah oleh satu kerajaan melainkan beberapa kerajaan. Diantaranya yang terbesar adalah Geumgwan Gaya (kerajaan asal leluhur Jenderal Kim Yushin) dan Kerajaan Daegaya (kerajaan yang diceritakan dipimpin oleh Wolya dan akhirnya berbaur dengan Silla dalam drama ‘The Great Queen Seondeok’). Kerajaan-kerajaan di daerah Gaya ini lalu membentuk persekutuan wilayah (Konfederasi) untuk melindungi suku mereka. Oleh sebab ini, mereka tidak pernah dikatakan sebagai ‘Kerajaan Gaya’ karena kerajaan-kerajaan mereka lebih dari satu, dan lebih sering disebut ‘Konfederasi Gaya’.

      Demikian penjelasannya, semoga bisa membantu. Salam.

      Delete
  11. Min tau situs drama kings of dream yg sub indo gak ya.. maun nonton ni udah dicari dibeberapa situs gak ada.. mungkin karena ep nya panjang ya .. gak ada yg upload ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, maaf kami tidak bisa membantu perihal website drama & film.
      Salam.

      Delete
  12. Halo kak, salam kenal. Suka banget sama tulisannya kak, sangat informatif. Tapi masih penasaran banget kak sama tokoh Bidam di drama The Great Queen Seondeok. Apa tokoh Bidam itu fiktif atau memang benar ada namun dengan nama berbeda?

    Terima kasih sebelumnya.. ^.^

    ReplyDelete

CATATAN PADA PARA PEMBACA:

-Silahkan membaca, mengambil, dan menggunakan artikel ini dalam karya tulis anda tapi CANTUMKAN KREDIT LENGKAP ARTIKEL INI dalam daftar sumber anda dan JANGAN MENYADUR/MENGCOPY-PASTE apalagi MEM-PLAGIAT 100% isi tulisan ini. Kembangkanlah kreativitas dalam penulisan anda.

-Pembaca DAPAT memberikan komentar dengan akun TANPA NAMA (Annonymous).

-Gunakanlah kata-kata yang baku agar komentar tidak dikategorikan sebagai "komentar Spam" secara otomatis oleh google filter machine.

-Harap MEMBACA ARTIKEL INI dan komentar-komentar sebelum anda DENGAN TELITI sebelum berkomentar, karena mungkin pertanyaan anda TELAH DIJELASKAN secara langsung melalui artikel ini, dan juga agar pertanyaan-pertanyaan yang sama tidak ditanyakan secara berulang.

-DILARANG memberikan informasi dan komentar yang melecehkan Suku, Agama, Ras, dan golongan tertentu (SARA) dan mengandung unsur pornografi.

-Kami menerima setiap kritik dan masukan dari para pembaca melalui kolom komentar, namun Setiap komentar yang melecehkan pihak lain, baik pelecehan berbau SARA atau yang mencerminkan FANDOM WAR akan kami HAPUS.

-Setiap komentar dan iklan yang mengandung unsur PORNOGRAFI dan PERJUDIAN, dan ajakan untuk bergabung dalam usaha SIMPAN PINJAM, KREDIT USAHA dan sejenisnya akan KAMI HAPUS karena berpotensi terjadi PENIPUAN.

-Jika anda memiliki informasi tambahan yang berhubungan dengan artikel ini, kami sangat senang jika anda membagikannya pada pembaca yang lain melalui website ini dan kami sangat senang jika anda juga turut membagikan artikel ini pada orang lain.