Friday, 20 January 2017

PARA PUNGWOLJU ERA AWAL PEMERINTAHAN RAJA JINPYEONG






Raja Jinpyeong adalah raja ke-26 Silla. Beliau dilahirkan pada tahun 567 M. Raja Jinpyeong diangkat menjadi raja Silla pada tahun 579 M diusia yang masih sangat muda, 12 tahun. Beliau memerintah Silla pada periode yang sangat lama, yaitu selama 53 tahun (579 M–632 M) sehingga menjadikannya sebagai salah-satu raja dengan masa pemerintahan terlama sepanjang sejarah Korea.

Raja Jinpyeong diangkat menjadi raja melalui kudeta yang menggulingkan pamannya, sehingga pada awal pemerintahannya dia hampir tidak memiliki kekuasaan politik yang berarti. Meskipun demikian, Raja Jinpyeong tetap berusaha melanjutkan ekspansi militer yang sejak dulu telah dicanangkan oleh kakeknya. Kebijakan ekspansi militernya ini kembali ditentang oleh para bangsawan dan pejabat istana yang tidak menghendaki Silla berperang dan menganjurkan raja agar lebih mementingkan penguatan hubungan diplomatik. Namun, perang memang tidak bisa dihindari karena Silla kerap diserbu oleh Baekje. 

Selama periode pemerintahannya, Raja Jinpyeong melakukan banyak hal bagi negaranya. Dia berusaha memperkuat setiap wilayah Silla dengan benteng-benteng dan tembok-tembok pertahanan. Beliau juga berusaha menjalin hubungan diplomatik dengan Tiongkok untuk mengamankan posisi Silla saat mereka diserang oleh kedua kerajaannya. Raja Jinpyeong juga meletakan pondasi politik dalam negeri dan hubungan bilateral dengan Tiongkok yang kuat bagi kekuasaan putrinya dan cucunya kelak. Reformasi birokrasi yang dilakukan oleh beliau merupakan dasar-dasar admnistratif Silla yang bertahan selama ratusan tahun yang kemudian juga diadopsi oleh dinasti penerusnya dan bahkan oleh Dinasti Joseon.

Peninggalan-peninggalan Raja Jinpyeong bagi Silla dan Korea selain sistem birokrasi yang rapih adalah benteng-benteng pertahanan, bala-tentara yang besar, dan armada perang yang tangguh. Beliau dikenal sebagai raja yang berani menghadapi setiap musuhnya, baik itu musuh dari luar kerajaan maupun dari dalam kerajaan yang sebagian besar adalah para bangsawan Silla yang merupakan kerabatnya sendiri.

Seumur hidupnya, Raja Jinpyeong memiliki impian untuk meneruskan mimpi kakeknya mempersatukan Semenanjung Korea. Prinsipnya saat itu adalah Silla harus siap dari dalam untuk menyerang keluar sehingga beliau melakukan reformasi birokrasi dan restorasi kerajaan. Berbagai kementerian baru dibentuk, termasuk divisi-divisi khusus militer. Dia juga adalah raja pertama yang membentuk divisi khusus untuk menangani para veteran.

Restorasi Jinpyeong ini membuat beliau disamakan dengan Kaisar Meiji dari Jepang pada era modern. Sebagai seorang birokrat ulung, beliau menempatkan orang-orang yang ahli untuk menduduki jabatan yang sesuai dengan keahliannya, berasal dari kalangan yang berseberangan dengan raja. Dan untuk melewati masa transisi dan juga untuk mendukung reformasi dan restorasi yang dilakukannya ini maka Raja Jinpyeong selalu menunjuk panglima hwarang yang paling tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi pada saat itu. Dia adalah raja Silla yang berjasa mengubah dan melengkapi kurukulum hwarang sehingga menjadikan hwarang sebagai pasukan elit terbaik di Asia Timur pada masanya.

Inilah nama para pungwolju Silla di era pemerintahan Raja Jinpyeong (nomor urut disesuaikan dengan urutan saat mereka menjabat sebagai pungwolju):







8. MUNNO

Munno lahir tahun 538 pada masa pemerintahan Raja Beopheung. Beliau adalah pungwolju kedelapan dan riwayat para komandan Hwarang. Nama Munno menjadi judul bab kesembilan dalam kitab Hwarang Sagi. Munno adalah pungwolju pertama yang diangkat setelah resimen Hwarang resmi dibentuk.

Marga Munno adalah “Kim”. Ayah Munno bernama Bijobu, seorang bangsawan bermarga “Kim” dari klan Kim Gyeongsan, sedangkan ibunya adalah seorang putri kerajaan Daegaya, yang juga bermarga “Kim” tapi dari klan Kim Gimhae (wilayah Konfederasi Gaya). Ini menjadikan Munno sebagai Hwarang berdarah Gaya pertama yang menjabat sebagai pungwolju. Nenek paternal Munno adalah seorang putri kerajaan Silla, sedangkan kakek maternalnya adalah raja atau pangeran dari Gaya. Mungkin ibu Munno dibawa ke Silla dengan status tawanan yang diserahkan kepada Silla sebagai jaminan. Meskipun Munno masih keturunan raja tapi statusnya sebagai seorang keturunan Gaya membuat Munno berada di kasta yang lebih rendah dari Seolwon dan Sejong. Hal ini dikarenakan pada saat itu, Daegaya adalah kerajaan musuh, dan situasi ini tidak menguntungkan bagi Munno yang tinggal di Silla, suatu kerajaan yang menerapkan sistem aristokrasi yang sangat ketat. Mungkin inilah yang membuat Munno tidak dapat langsung menjadi pungwolju meskipun dia adalah seorang yang terampil. Baru pada masa Raja Jinpyeong yang terkenal sangat moderat, Munno bisa menjabat sebagai seorang pungwolju.

Munno adalah seorang bangsawan yang bersahaja. Beliau menikah dengan Lady Yun-gung dari klan Kim Gyeongsan, putri dari Pangeran Yoon dan Lady Malbo. Lady Malbo adalah adik kandung dari Mijinbu (putri dari Kim Asi dan Putri Samyeop), sehingga menjadikan Lady Malbo sebagai bibi dari Mishil, artinya istri Munno adalah saudara sepupu Mishil. Pangeran Yoon juga adalah sepupu Mishil. Mishil adalah orang yang merekomendasikan Munno pada Pangeran Yoon. Pada saat bekerja ditempat pangeran Yoon inilah Munno bertemu dengan calon istrinya. Perjalanan pasangan ini tidak begitu mulus, karena ditentang oleh keluarga sang istri. Selain karena keturunan Gaya, Munno juga hanya seorang hwarang yang mengabdi pada bangsawan lain. Hubungannya dengan istri Pangeran Yoon ini membuat Munno dikeluarkan dari rumah pangeran. Munno lalu diambil kembali oleh Mishil dan menjadi Hwarang yang mengabdi pada Sejong (Noribu) atas permintaan Sejong karena Sejong juga adalah seorang pangeran (yang dibolehkan memiliki setidaknya seorang Hwarang untuk menjadi teman didiknya). Namun, ditempat Sejong ini Munno justru diperlakukan seperti seorang pelayan. Mungkin kisah hidupnya ini yang membuat dia baru menjabat sebagai seorang pungwolju diusia tua. Melalui pernikahannya ini, Munno memperoleh tiga anak laki-laki yang bernama Daegang, Chunggang, dan Geumgang, dan juga tiga anak perempuan yang bernama Yun-gang, Heon-gang-nangju (kelak menikah dengan Bojong, pungwolju ke-16), dan Shin-gang.

Munno memiliki perjalanan panjang sebagai seorang Hwarang. Beliau mencurahkan hidupnya untuk mengabdi pada Hwarang, itulah sebabnya beliau diangkat sebagai Gukseon setelah dia pensiun sebagai Hwarang. Tidak diketahui dengan pasti kapan beliau menjadi seorang Hwarang, tapi jika usia penerimaan Hwarang adalah 14 tahun maka kemungkinan Munno menjadi Hwarang pada tahun 552, ketika Morang menjabat sebagai pungwolju. Munno merupakan angkatan yang sama dengan Yihwa. Artinya, Munno telah merasakan kepemimpinan lima orang pungwolju, dan tiga orang raja. Munno lalu menjabat sebagai seorang Pungwolju pada tahun 579 diusia 41 tahun menggantikan Seolwon. Munno pensiun sebagai pungwolju diusia 44 tahun pada tahun 582 setelah menjabat selama 3 tahun, dan digantikan oleh Bibo. Munno menjadi Hwarang dimasa pemerintahan Raja Jinheung dan menjabat sebagai pungwolju pada masa awal pemerintahan Raja Jinpyeong. Beliau adalah pungwolju pertama di era pemerintahan Raja Jinpyeong. 

Munno adalah pungwolju yang memegang tongkat estafet yang diberikan oleh Seolwon diperiode peralihan. Besar kemungkinan jika Munno adalah wakil dari Seolwon saat Seolwon masih menjabat sebagai pungwolju. Bersama dengan Seolwon, beliau memimpin dan mengawal resimen hwarang melalui era transisi kekuasaan yang sarat konflik ini. Memang Seolwon adalah tokoh kunci eksistensi hwarang diera transisi kekuasaan tersebut namun tanpa Munno, Seolwon seperti kehilangan satu tangannya saat memimpin Hwarang sebab Seolwon harus menjadi penghubung antara resimen Hwarang dan penguasa dan terus mengawal iklim politik istana yang pasti berpengaruh pada keberlangsungan resimen Hwarang. Untuk itulah Seolwon mempercayai Munno sebagai wakilnya yang bertugas untuk terus menjaga soliditas internal Hwarang, karena soliditas antar komandan Hwarang sangat penting untuk menghindari perpecahan akibat perbedaan dukungan pada penguasa. Andaikan ada perpecahan antar komandan Hwarang dan sejumlah besar komandan memilih mendukung Raja Jinji, maka sudah pasti saat Raja Jinheung berkuasa akan ada pembersihan besar-besaran dalam resimen Hwarang dan tidak menutup kemungkinan jika resimen Hwarang bisa dibubarkan.

Jika melihat latar-belakangnya, Munno mungkin adalah salah-satu Hwarang yang mendukung Mishil atau dekat dengan Mishil. Dia juga mungkin rival sekaligus teman dari Seolwon. Tentunya, banyak peristiwa yang mewarnai hidupnya namun Munno berhasil melalui semua itu dan menduduki pucuk pimpinan tertinggi yang mampu dijabat oleh seorang Hwarang.

Munno menjabat sebagai Gukseon yang membawahi para Hwarang lalu bergabung dengan pasukan Silla saat menghadapi rangkaian serbuan Baekje dan Goguryeo pada kurun tahun 602 hingga kematiannya ditahun 606. Bersama dengan Seolwon yang menjadi jenderal besar Silla, Munno menghadapi serbuan pasukan gabungan Baekje dan Goguryeo. Perang ini berhasil dimenangkan oleh pasukan Silla namun kedua Hwarang ini gugur dalam perang tersebut sebelum mereka mendengar berita kemenangan. Munno berhasil mengukirkan namanya sebagai salah-satu Hwarang yang disegani. Munno meninggal bersama dengan Seolwon di usia 68 tahun pada tahun 606. Beliau dikenang sebagai Gukseon yang paling terkenal.

Aktor yang memerankan Munno
(Copyrights: MBC)

Munno sempat diceritakan dalam drama “The Great Queen Seondeok” saat beliau menjabat sebagai Gukseon.






9. BIBO

Bibo lahir pada masa pemerintahan Raja Jinheung di tahun 549 sehingga membuat usia beliau sebaya dengan Seolwon. Bibo adalah pungwolju kesembilan dalam riwayat para komandan Hwarang. Nama Bibo menjadi judul bab kesepuluh dalam kitab Hwarang Sagi. Bibo adalah pungwolju kedua yang diangkat setelah resimen Hwarang resmi dibentuk. Marga Bibo adalah “Kim” dari klan Kim Gyeongsan. Bibo adalah sepupu dari Mishil dan Pangeran Yoon dan merupakan seorang anggota keluarga kerajaan. 

Pada awalnya, Bibo hanya tertarik pada kesenian. Dia sering bernyanyi dan memainkan semua istrumen musik saat itu termasuk seruling khas Silla. Namun, lambat laun dia menjadi bosan. Ditengah kebosanannya ini, Bibo bertemu dengan Munno, hwarang ternama dan pendekar pedang legendaris saat itu. Munno adalah orang yang mengajarkan Bibo mengenai ilmu pedang dan beladiri. Atas saran Munno, Bibo lalu mendaftar sebagai seorang hwarang dan diterima. Kecakapannya sebagai seorang seniman dan pendekar pedang mampu membuat Bibo dipercaya raja menjadi seorang pungwolju. Sambil mengabdi di resimen hwarang, Bibo terus menerus mengasah kemampuan berpedangnya hingga pada akhirnya dia hanya memikirkan tentang pedang dan kecanduan bertarung dengan pendekar lain demi mengembangkan ilmu pedangnya. Akibatnya, konsentrasi Bibo sebagai hwarang terbagi dan bahkan melukai orang lain dalam pertarungan-pertarungannya sehingga membuat Munno marah. Munno lalu meminta Bibo mundur sebagai hwarang sebagai bentuk pertanggung-jawabannya. Mungkin, permintaan atau paksaan Munno inilah yang membuat Bibo mengakhiri karirnya di Resimen Hwarang.

Tidak diketahui dengan pasti kapan beliau menjadi seorang Hwarang, tapi jika usia penerimaan Hwarang adalah 14 tahun maka kemungkinan Bibo menjadi Hwarang pada tahun 563. Bibo merupakan satu angkatan dengan Seolwon. Artinya, Bibo adalah hwarang yang memiliki beberapa pengalaman perang terutama perang dengan kerajaan Daegaya. Bibo lalu menjabat sebagai seorang Pungwolju pada tahun 582 diusia 33 tahun menggantikan Munno. Bibo pensiun sebagai pungwolju diusia 36 tahun pada tahun 585 setelah menjabat selama 3 tahun, dan digantikan oleh sepupunya, Misaeng. Bibo menjadi Hwarang dimasa pemerintahan Raja Jinheung dan menjabat sebagai pungwolju pada masa pemerintahan Raja Jinpyeong.

Tidak banyak catatan yang mencatat kisah yang menceritakan tentang Bibo, mungkin karena dia menjadi pungwolju dimasa yang relatif damai Pada saat Bibo menjabat sebagai pungwolju, Raja Jinpyeong sedang merestorasi kerajaan dengan membangun berbagai kementerian baru seperti kementerian per-kapal-an kerajaan, kementerian pajak dan pembayaran upah, dan kementerian kereta perang dan artileri. Bibo adalah pungwolju yang menjabat ketika Raja Jinpyeong membangun “Tiga Istana Utama Kerajaan”. Sudah pasti dia dan para Hwarang juga terlibat dalam proyek-proyek ini. Bibo juga adalah pungwolju yang menjabat saat kurikulum para Hwarang mulai dikembangkan oleh Raja Jinpyeong.

Bibo memiliki dua orang istri. Istri pertamanya bernama Sejin-nangju dari klan Park, salah-satu putri dari Selir Nori (salah-satu Selir Raja Jinheung), yang memberikannya seorang putra, yaitu Seho. Kelak Seho akan meneruskan jejak ayahnya sebagai seorang hwarang. Selain Sejo, Bibo juga memiliki dua orang putri dari pernikahan pertamanya ini, yang bernama Semi dan Seshin. Istri keduanya adalah Putri Deokmyeong (salah-satu putri Raja Jinheung), yang memberikannya lima orang putra, yaitu Bungbu, Bobu, Seokbu, Boju, dan Jinju, serta tiga orang putri yang bernama Hongju (menikah dengan pungwolju ke-13, Yongchun), Nokju, dan Myeongju. Bibo juga memiliki seorang selir yang bernama Yuji, yang memberikannya seorang putra, yaitu Yuo. Kelak Yuo bersama Seho juga menjadi seorang hwarang.

Pada masa kepemimpinannya sebagai pungwolju, Silla sedang menikmati era kedamaian yang singkat. Karena dia bukan seorang pungwolju yang ternama, tidak banyak tulisan yang mencatat tentang riwayat hidupnya. Tahun kematiannya pun tidak diketahui.






10. MISAENG

Misaeng lahir tahun 550, tahun kesepuluh pemerintahan Raja Jinheung. Beliau adalah pungwolju kesepuluh dalam kitab riwayat para komandan Hwarang. Marga Misaeng adalah “Kim” yang berasal dari klan Kim Gyeongsan. Nama Misaeng menjadi judul bab kesebelas dalam kitab “Hwarang Sagi”. Misaeng adalah Pungwolju ketiga setelah resimen Hwarang resmi diresmikan sebagai suatu resimen elit pada tahun 576 oleh Raja Jinheung.

Dalam sejarah Hwarang, Misaeng adalah salah-seorang Pungwolju yang paling pandai berdiplomasi. Dalam hal ini, dia hanya tidak bisa mengungguli kemampuan diplomasi Pangeran Chunchu (Pungwolju ke-18).

Misaeng adalah seorang keturunan raja walau tidak diakui sebagai anggota keluarga kerajaan. Ayah Misaeng adalah seorang bangsawan dan mantan pungwolju yang menjabat sebagai pungwolju kedua yaitu Mijinbu, sedangkan ibunya adalah Lady Myodo. Dia adalah adik kandung dari Mishil.

Tidak diketahui dengan pasti kapan beliau menjadi seorang Hwarang, tapi jika usia penerimaan Hwarang adalah 14 tahun maka kemungkinan Misaeng menjadi Hwarang pada tahun 564, ketika posisi pungwolju dijabat oleh kakak iparnya, Sejong. Ini membuat Misaeng menjadi junior atau mungkin juga seangkatan dengan Seolwon. Misaeng lalu menjabat sebagai seorang Pungwolju pada tahun 585 diusia 35 tahun. Saat itu dia menggantikan sepupunya, Bibo. Misaeng pensiun sebagai pungwolju diusia 38 tahun pada tahun 588 setelah menjabat selama 3 tahun, dan digantikan oleh keponakannya, Hajong. Misaeng menjadi seorang Hwarang pada masa pemerintahan Raja Jinheung dan menjabat sebagai pungwolju pada masa pemerintahan Raja Jinpyeong. 

Sejarah menggambarkan Misaeng sebagai seorang bangsawan yang memiliki karakter khas bangsawan Silla. Dia seorang bangsawan yang sangat tampan dan mempesona serta sangat flamboyan dan penuh dengan kemewahan. Jika para pungwolju terdahulunya unggul di bidang militer atau pemerintahan, maka mungkin Misaeng adalah satu-satunya pungwolju yang memilih kesenian sebagai bidang yang paling dibanggakannya. Saat itu, Misaeng adalah hwarang yang paling pandai menari, memainkan berbagai alat musik, dan menyanyi. Keterampilannya ini bukanlah sesuatu yang hina di Silla karena orang-orang Silla sangat menghargai kesenian dan memberikan penghormatan yang sangat tinggi bagi para seniman. Itulah mengapa kesenian adalah ilmu yang wajib dipelajari dan dikuasai oleh para hwarang. Mungkin kebiasaan di Silla ini mirip dengan kebiasaan bangsa Ibrani kuno (Israel kuno) yang memberikan penghormatan yang sangat tinggi pada raja dan keluarga kerajaan, para pemuka agama, dan para seniman. 

Istri-istri Misaeng yang tercatat dalam kitab Hwarang Sagi diantaranya adalah seorang putri Raja Jinheung yang tidak disebutkan namanya. Melalui istrinya ini Misaeng memperoleh tiga putra yang bernama Baeksaeng, Wolsaeng, dan Balsaeng. Istri keduanya adalah putri dari pungwolju ke-4, Morang, yang bernama Junmo. Istri ketiganya adalah adik dari istri atau adik ipar dari pungwolju ke-8, Munno, yang bernama Yoon-ok. Ketampanan Misaeng membuat banyak wanita terpikat padanya, dan sebagai seorang playboy sejati Misaeng memiliki banyak sekali selir disamping istri-istri sahnya. Dia mengambil seorang janda sebagai istrinya yang memberi dia tiga orang anak laki-laki. Misaeng juga menikahi adik iparnya sendiri, sedangkan selir-selir lainnya tidak terhitung banyaknya. Ini dapat dimaklumi karena tertulis dalam kitab Hwarang Sagi bahwa Misaeng memiliki seratus orang anak. Putranya yang paling terkenal bernama Daenambo (mertua dari pungwolju ke-13, Yongchun). Daenambo kelak juga akan menjadi seorang hwarang walaupun tidak menjabat sebagai pungwolju. Ada fakta yang mengejutkan Misaeng, kitab Hwarang Sagi mencatat bahwa diantara seratus anak Misaeng itu, seorang diantaranya adalah putra yang dilahirkan oleh Mishil. Tidak jelas apakah anak itu adalah anaknya dengan Mishil, namun hal ini sulit diterima sebab pada masa itu walaupun pernikahan antar saudara-tiri adalah hal yang lumrah namun tidak dengan pernikahan atau hubungan asmara antar saudara kandung (seibu dan seayah) seperti Misaeng dan Mishil. Mungkin anak yang terdaftar sebagai putranya itu memang adalah putra Mishil tetapi diadopsi oleh Misaeng karena alasan-alasan yang tidak ditulis.

Selain memuat kehidupan flamboyan-nya, kitab Hwarang Sagi mencatat bahwa Misaeng memiliki kelemahan yang unik, atau lebih tepatnya ‘aneh’. Dia tidak bisa berkuda! Entah mengapa Misaeng sangat membenci kuda dan tidak mampu naik kuda atau kereta kuda sehingga membuatnya memilih menggunakan tandu kemanapun dia pergi. Informasi ini mungkin membuat banyak orang menilai Misaeng bukanlah seorang yang cakap dan menjadi seorang pungwolju berkat pengaruh kakaknya, namun pendapat ini tidak sepenuhnya benar. Memang kemampuan beladiri Misaeng tidak sehebat Munno dan Seolwon tapi perlu diingat bahwa kemampuan beladiri bukan satu-satunya hal yang wajib dalam seleksi para hwarang. Memang para hwarang dituntut memiliki kemampuan beladiri yang baik, tapi syarat untuk memiliki “kemampuan beladiri yang baik” bukan berarti harus “memiliki kemampuan beladiri yang tinggi”, sehingga bagi Misaeng yang memiliki kemampuan beladiri yang sesuai standar hwarang sudah merupakan modal yang cukup untuk diterima sebagai anggota hwarang. Ada satu hal yang menjadi keunggulan Misaeng dibanding para hwarang lainnya yaitu kemampuan sebagai seorang “Ahli Strategi”. Misaeng adalah hwarang yang bertugas merancang strategi perang bagi pasukan-pasukan hwarang sekaligus sebagai seorang negosiator karena dia memiliki kemampuan diplomasi yang sangat baik. Dia juga diyakini sebagai salah-satu hwarang yang diterjunkan dalam perang penaklukan kerajaan Daegaya dibawah pimpinan Sadaham. Teori ini didasari oleh status Misaeng sebagai hwarang junior yang pasti akan diterjunkan di medan perang setelah mendapatkan pelatihan yang cukup. Misaeng juga dikatakan memiliki sifat yang sangat baik sehingga membuat banyak orang mau mengikuti. Sifatnya ini membuat dia mampu memiliki banyak sekali pengikut yang mencapai sepuluh ribu orang pengikut dan juga nangdo. 

Tentunya pada peristiwa kudeta terhadap Raja Jinji, Misaeng mendukung kakaknya. Bersama para Hwarang yang dipimpin Seolwon dan juga pasukan gabungan yang dipimpinnya, Misaeng memainkan peran sebagai salah-satu tokoh kunci tergulingnya Raja Jinji.

Banyak sekali peristiwa penting yang terjadi selama masa jabatannya yang singkat sebagai seorang pungwolju karena pada saat itu Raja Jinpyeong sedang gencar-gencarnya merestorasi birokrasi Silla. Pada saat itu Raja Jinpyeong membentuk kementerian baru yaitu Kementerian Upacara dan Ritual. Raja juga mulai membangun “Tiga Istana Utama Kerajaan”, dan menunjuk Sueulbu sebagai Sangdaedung (perdana-menteri) yang baru menggantikan ichan Hujik. Misaeng juga adalah pungwolju yang menjabat diera penyempurnaan kurikulum para Hwarang.

Misaeng pensiun sebagai pungwolju pada tahun 588 diusia 38 tahun. Setelah pensiun sebagai seorang pungwolju, Misaeng mengabdi pada Silla sebagai pejabat pemerintah. Karena kecakapannya, beliau sering dipercayai sebagai utusan raja untuk berdiplomasi dengan utusan dari negara lain.

Misaeng meninggal pada tahun 609 di usia 59 tahun, pada masa ketika Silla sibuk menghadapi serbuan dari pasukan gabungan Baekje dan Goguryeo.

Aktor yang memerankan Misaeng
(Copyrights: MBC)

Misaeng sempat diceritakan dalam drama “The Great Queen Seondeok” saat beliau menjabat sebagai seorang menteri.






11. HAJONG

Hajong lahir tahun 564 pada masa pemerintahan Raja Jinheung. Hajong adalah pungwolju kesebelas dalam riwayat para komandan Hwarang. Nama Hajong menjadi judul bab kedua-belas dalam kitab Hwarang Sagi. Hajong adalah pungwolju keempat yang diangkat setelah resimen Hwarang resmi dibentuk. Marga Bibo adalah “Kim” dari klan Kim Gyeongsan. Hajong adalah putra sulung Mishil dan Sejong (pungwolju keenam).

Hajong memiliki dua orang istri sah, yaitu Mimo-nangju (putri dari Seolwon, pungwolju ke-7) dan Putri Engryo (putri dari Raja Jinheung dengan Ratu Sado). Mimo-nangju memberikan Hajong dua orang putri yaitu Yumo-nangju dan Yeongmo-nangju, yang keduanya menikah dengan bangsawan-bangsawan tinggi Silla. Selain dua putri tadi, Mimo-nagju juga memberinya seorang putra yang bernama Mojong. Kelak putra dari Mojong yang bernama Yangdo akan menjadi pungwolju ke-22. Pernikahan Hajong dan Putri Eunryo juga memberikannya dua orang putri dan seorang putra. Putri pertamanya bernama Hahee-nangju, yang memberi Hajong seorang cucu laki-laki yang bernama Chunjang. Kelak Chunjang akan menjadi pungwolju ke-23. Putri kedua Hajong bernama Wolhee yang juga memberikan Hajong seorang cucu laki-laki yaitu Hyojong.

Tidak diketahui dengan pasti kapan beliau menjadi seorang Hwarang, tapi jika usia penerimaan Hwarang adalah 14 tahun maka kemungkinan Hajong menjadi Hwarang pada tahun 578 ketika posisi pungwolju dijabat oleh Seolwon atau Munno. Masa-masa awal Hajong menjadi Hwarang adalah periode transisi pemerintahan yang terjadi akibat kudeta yang dilakukan oleh ibunya. Hajong lalu menjabat sebagai seorang Pungwolju pada tahun 588 diusia 24 tahun menggantikan pamannya, Misaeng. Hajong pensiun sebagai pungwolju diusia 27 tahun pada tahun 591 setelah menjabat selama 3 tahun, dan digantikan oleh Bori. Hajong menjadi Hwarang dan menjabat sebagai pungwolju pada masa pemerintahan Raja Jinpyeong.

Hajong menjadi pungwolju ketika Suelbu baru saja ditunjuk sebagai Sangdaedung. Mungkin mereka berdua diangkat diwaktu yang sama. Tidak banyak catatan yang mencatat kisah yang menceritakan tentang Hajong, mungkin karena dia menjadi pungwolju dimasa yang relatif damai. Pada saat Hajong menjabat sebagai pungwolju, Raja Jinpyeong sedang merestorasi kerajaan dengan membangun berbagai kementerian baru. Pada era kepemimpinannya sebagai pungwolju, Kementerian Luar Negeri Silla baru dibentuk. Hajong adalah pungwolju yang menjabat ketika Raja Jinpyeong mengirim biksu Wongwang ke Sui untuk mendalami agama Buddha. 

Setelah pensiun sebagai pungwolju, Hajong bergabung dalam pemerintahan Silla bersama dengan ayahnya yang telah terlebih dahulu menjadi seorang menteri Silla.

Aktor yang memerankan Hajong
(Copyrights: MBC)

Pada masa kepemimpinannya sebagai pungwolju, Silla sedang menikmati era kedamaian yang singkat. Karena dia bukan seorang pungwolju yang ternama, tidak banyak tulisan yang mencatat tentang riwayat hidupnya. Sejarah hanya mengenangnya sebagai putra Mishil. Tahun kematiannya pun tidak diketahui. Meski demikian, sejarah mencatat bahwa salah-satu keturunannya yang bernama Kim Yangdo kelak akan menjadi seorang pungwolju (pungwolju ke-22).



Artikel yang berhubungan dengan Hwarang:
KERAJAAN SILLA
Para Jenderal Termasyur Pada Masa Korea Kuno

Artikel lainnya tentang Sejarah Korea:

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ARTIKEL INI DISUSUN DAN DITERBITKAN PERTAMA KALI
OLEH DELEIGEVEN MEDIA

SETIAP ARTIKEL YANG MEMILIKI ISI, SUSUNAN, DAN GAYA PENULISAN
YANG MIRIP DENGAN ARTIKEL INI MAKA ARTIKEL-ARTIKEL TERSEBUT
MENYADUR ARTIKEL INI.

DILARANG KERAS MEMPLAGIAT ARTIKEL INI!

CANTUMKAN LINK LENGKAP ARTIKEL INI DISETIAP KALIMAT YANG ANDA DISADUR DARI ARTIKEL INI. SESUAI UNDANG-UNDANG HAK CIPTA, JIKA MENYADUR/MENG-COPY MINIMAL SEPULUH KATA TANPA MENCANTUMKAN SUMBER DARI KALIMAT ITU (BERBEDA DARI PENCANTUMAN SUMBER DI CATATAN KAKI (FOOTNOTE) MAKA ITU ADALAH TINDAKAN PLAGIARISME.

JIKA ANDA MENYADUR SEBAGIAN BESAR ARTIKEL INI MAKA ANDA HARUS MENCANTUMKAN KALIMAT:
"ARTIKEL INI DISADUR DARI....(LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA",
ATAU:"SUMBER UTAMA DARI SEBAGIAN BESAR INFORMASI ARTIKEL INI DIAMBIL DARI (LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA"  
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Notes (Catatan):

*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)

*Please open: Kingdom of Silla for short story about "Kingdom Of Silla" in ENGLISH
(Silahkan membuka link: Kingdom of Silla untuk membaca sejarah singkat Kerajaan Silla dalam bahasa Inggris).

*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account: @deleigevenhistory
(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Copyrights Story: Deleigeven Media
Copyrights Picture : MBC (drama "The Great Queen Seondeok", 2009), KBS (drama "The King's Dream", 2011)

Penyusun:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Desain : Deleigeven
Penerbit: Deleigeven Media


Daftar Pustaka:
-Byeon-won Lee; History
-Maurizio Riotto; The Place Of Hwarang Among The Special Military Corps Of Antiquity; The Journal of Northeast Asian History; Northeast Asian History Foundation; 2012
-Richard McBride; Silla Budhist & The Manuscript of Hwarang Segi
-Tae-hoong Ha; Samguk Yusa, Legends and History of the Three Kingdoms of Ancient Karea; Yonsei University Press; 1972; Seoul
-Wontak Hong; Baekche An Offshoot of the Buyeo-Koguryeo in Mahan Land; East Asian History, A Korean Perspective; 2005; Seoul
-Young-kwan Kim, Sook-ja Ahn; Homosexuality In Ancient Korea; Pyongtaek University, Hanyoung Theological University; 2006; Seoul
-Korean History For International Citizen; Northeast Asian History Foundation
-Korea's Flowering Manhood
-The History of Hwarang-do
-The Three Kingdoms of Ancient Korea in the History of Taekwon-Do


Daftar Website:

No comments:

Post a Comment

CATATAN PADA PARA PEMBACA:

-Silahkan membaca, mengambil, dan menggunakan artikel ini dalam karya tulis anda tapi CANTUMKAN KREDIT LENGKAP ARTIKEL INI dalam daftar sumber anda dan JANGAN MENYADUR/MENGCOPY-PASTE apalagi MEM-PLAGIAT 100% isi tulisan ini. Kembangkanlah kreativitas dalam penulisan anda.

-Pembaca DAPAT memberikan komentar dengan akun TANPA NAMA (Annonymous).

-Gunakanlah kata-kata yang baku agar komentar tidak dikategorikan sebagai "komentar Spam" secara otomatis oleh google filter machine.

-Harap MEMBACA ARTIKEL INI dan komentar-komentar sebelum anda DENGAN TELITI sebelum berkomentar, karena mungkin pertanyaan anda TELAH DIJELASKAN secara langsung melalui artikel ini, dan juga agar pertanyaan-pertanyaan yang sama tidak ditanyakan secara berulang.

-DILARANG memberikan informasi dan komentar yang melecehkan Suku, Agama, Ras, dan golongan tertentu (SARA) dan mengandung unsur pornografi.

-Kami menerima setiap kritik dan masukan dari para pembaca melalui kolom komentar, namun Setiap komentar yang melecehkan pihak lain, baik pelecehan berbau SARA atau yang mencerminkan FANDOM WAR akan kami HAPUS.

-Setiap komentar dan iklan yang mengandung unsur PORNOGRAFI dan PERJUDIAN, dan ajakan untuk bergabung dalam usaha SIMPAN PINJAM, KREDIT USAHA dan sejenisnya akan KAMI HAPUS karena berpotensi terjadi PENIPUAN.

-Jika anda memiliki informasi tambahan yang berhubungan dengan artikel ini, kami sangat senang jika anda membagikannya pada pembaca yang lain melalui website ini dan kami sangat senang jika anda juga turut membagikan artikel ini pada orang lain.