Tuesday, 18 April 2017

KERAJAAN SILLA (PENYATUAN TIGA KERAJAAN)





Ide awal mempersatukan Semenanjung Korea disinyalir berawal dari Raja Jinheung (raja Silla ke-24), walaupun ide ini juga diutarakan oleh pendahulu-pendahulunya dan juga raja-raja Goguryeo dan Baekje. Tapi, Raja Jinheung adalah raja yang sangat serius dengan gagasan ini, dan mempersiapkan jalannya dan juga penerus-penerusnya untuk mempersatukan Korea.

Raja Jinheung adalah seorang politikus dan ahli strategi yang hebat. Dia mulai menunjukkan ambisinya untuk mempersatukan Korea saat dia dipercayakan untuk menjalankan roda pemerintahan dari ibunya karena telah cukup umur. Kebijakan ekspansi militernya ini awalnya ditentang oleh para bangsawan dan pejabat istana yang tidak menghendaki Silla berperang karena sejak awal kerajaan ini adalah kerajaan yang cinta damai sehingga bersikap pasif (hanya berperang saat diserang) dan lebih mementingkan penguatan hubungan diplomatik. Namun, Jinheung berpendapat bahwa semua hubungan diplomatik tidak akan selamanya menguntungkan Silla dan Silla akan kembali diserang. Mengacu pada era sebelumnya saat Goguryeo dipimpin oleh Raja Gwangaeto “Yang Agung” dimana kerajaan ini menunjukkan ambisi besar sebagai penguasa tunggal Semenanjung Korea, maka Raja Jinheung menganggap jika lebih tepat bila upaya penyatuan ini dimulai oleh Silla ketimbang kelak harus menerima kenyataan bahwa kerajaan Silla justru menjadi kerajaan yang dihancurkan oleh kerajaan lain yang melakukan upaya penyatuan semenanjung. Sebenarnya, alasan lain mengapa ide ekspansi Jinheung ini ditentang oleh oposannya adalah karena para bangsawan ini tidak mau jika kekuasaan raja semakin besar, karena sejak system monarki turun-temurun diterapkan maka otomatis pengangkatan raja berdasarkan musyawarah yang diterapkan sejak Silla berdiri dihilangkan. Namun, berkat dukungan kuat pejabat-pejabat militer, kebijakan Jinheung melakukan ekspansi militer bisa diwujudkan.

Semua pengganti Jinheung meneruskan kebijakan ekspansinya, namun putranya, Raja Jinji, dikudeta saat baru 2 tahun memimpin sehingga belum sempat melakukan banyak hal sepanjang masa pemerintahannya.

Di-masa pemerintahan cucu Jinheung, Raja Jinpyeong, Silla banyak berbenah. Beliau melakukan restorasi diseluruh lini pemerintahan Silla dan memperkuat angkatan perang Silla termasuk memperkuat armada perang Silla dengan membangun galangan-galangan kapal di kota-kota pesisir pantai sehingga pada saat itu angkatan perang Silla sudah sama kuat dengan Baekje dan lebih kuat dari Jepang.

Penerus-penerus Jinpyeong, Ratu Seondeok dan Ratu Jindeok, juga mengambil kebijakan jangka panjang yang mendukung ekspansi Silla ke dua kerajaan lain. Tapi, kebijakan kedua ratu Silla ini lebih condong ke penguatan hubungan diplomatik dengan Tang.

Upaya dari raja dan raja terdahulu Silla untuk mempersatukan Korea diwujudkan oleh Raja Muyeol, dan diselesaikan oleh putranya, Raja Munmu.

Inilah riwayat kedua raja pemersatu Korea tersebut (nomor urut disesuaikan dengan urutan masing-masing raja memerintah sebagai Raja Silla).






29. RAJA TAEJONG MUYEOL

Raja Taejong Muyeol adalah penguasa ke-29 Kerajaan Silla. Raja Taejong Muyeol lebih dikenal hanya dengan nama Raja Muyeol, untuk membedakannya dengan Raja Taejong Yi Bang-won dari Joseon. Raja Muyeol lahir pada tahun 604 dan diangkat menjadi raja Silla setelah kematian bibinya, Ratu Jindeok, pada tahun 654 ketika beliau berusia 50 tahun. Beliau memerintah Silla selama 7 tahun (654-661). Raja Muyeol menggunakan gelar “Wang” sebagai gelar raja Silla yang disematkan padanya. 

Nama lahir Raja Muyeol adalah Kim Chunchu. Beliau adalah putra tunggal dari Kim Yongsu (putra sulung Raja Jinji dan adik Kim Yongchun) dengan Putri Cheonmyeong (putri Raja Jinpyeong dan saudari kandung Ratu Seondeok). Artinya, Raja Muyeol adalah cucu Raja Jinpyeong (maternal) dan Raja Jinji (paternal), dan keponakan Ratu Seondeok dan Ratu Jindeok.

Dalam sejarah, Raja Muyeol adalah salah-satu dari dua raja di Korea yang dikenal paling pandai berdiplomasi. Seorang raja lainnya yang mendapatkan predikat ini adalah Raja Gwanghae dari Joseon. Berbeda dengan Raja Gwanghae yang kemahiran berdiplomasinya dibuktikan oleh kesuksesan beliau meluputkan Joseon dari serangan bangsa-bangsa asing, maka Raja Muyeol adalah raja yang sukses melibatkan bangsa asing untuk melawan musuh-musuhnya dan bahkan mengusir bangsa asing lainnya dari Korea.

Sebagai seorang diplomat yang pernah tinggal di luar-negeri, Raja Muyeol menjadi Raja Silla yang namanya paling banyak ditemukan didalam catatan-catatan kuno dari Tiongkok dan Jepang. Nama Muyeol ditemukan dalam catatan-catatan Tiongkok sejak masa pemerintahan Kaisar Taizong dari Kekaisaran Tang, sedangkan di Jepang, nama Muyeol dapat ditemukan dalam catatan klasik “Nihon Shoki” sebagai seorang diplomat Silla yang diutus ke Jepang pada tahun 647, dimasa pemerintahan Kaisar Gotoku. Catatan Nihon Shoki juga menggambarkan penampilan dan wajah Raja Muyeol (saat itu masih sebagai Pangeran Kim Chunchu) sebagai “seorang diplomat yang berwajah cantik dari Korea/Silla”. Gambaran mengenai wajah Muyeol ini cukup mengagumkan sebab saat itu Muyeol telah berusia 43 tahun.



Istri-istri Muyeol adalah:

1.Putri Bora

Putri Bora adalah cucu Mishil dan Seolwon, dan putri Sulung Bojong (Pungwolju ke-16) dengan Putri Yangmyeong (anak raja Jinpyeong).
Pernikahan kedua pasangan ini menghasilkan dua orang anak, sayangnya Putri Bora meninggal saat melahirkan anak kedua. Putri Bora meninggal diusia muda sebelum Muyeol menjadi raja sebab statusnya dalam Hwarang Sagi tertulis sebagai seorang “Gungju” atau putri, bukannya “Wang-hu” yang artinya ratu.

Dalam catatan Samguk Sagi Putri Bora tidak ditulis memiliki anak (yang hidup hingga dewasa), tapi dalam catatan Hwarang Sagi Putri Bora ditulis memberikan Raja Muyeol anak perempuan yang bernama Putri Gotaso. Dalam catatan Samguk Sagi, Putri Gataso disebutkan sebagai anak Raja Muyeol dengan Ratu Munmyeong, bukan dengan Putri Bora. 

Putri Gotaso adalah putri kesayangan Raja MuyeolPutri Gotaso memiliki kisah hidup yang menyedihkan namun mengagumkan. Putri Gotaso adalah putri pertama dan putri kesayangan Chunchu. Beliau menikah dengan seorang jenderal keturunan Gaya yang bernama Kim Phum-seok (putra dari Jenderal Kim Pheum-il). Pada tahun 642, pasukan Kerajaan Baekje kembali menyerang wilayah Silla dan mengepung benteng Daeyaseong (wilayah Hapcheon, bekas wilayah Daegaya) padahal saat itu Silla dan Baekje sedang dalam perjanjian damai. Disaat yang sama, Putri Gotaso juga sedang berada disana. Pasukan Kim Phum-seok sudah terkepung disegala penjuru oleh tentara Baekje, tapi bukan itu membuat Kim Phum-seok tersudut melainkan berita bahwa sekutu-sekutu mereka, yang seharusnya datang membantu mereka, menyerah pada musuh. Berita ini menjatuhkan mental pasukannya. Ajudannya lalu meminta Kim Phum-seok untuk menyerah agar tentaranya tidak dibantai tapi Kim Phum-seok menolak. Diluar dugaan, Kim Phum-seok membuka pintu gerbang benteng. Rupanya dia menyuruh prajuritnya agar keluar dari benteng dan menyelamatkan diri. Setelah itu, Kim Phum-seok masuk kembali kedalam benteng, mencari istrinya dan bunuh diri dengan istrinya agar tidak ditawan musuh. Benteng Daejeong pun jatuh ke pasukan Baekje. Pasukan Baekje tidak mengembalikan tubuh Kim Phum-seok dan Putri Gotaso ke Silla melainkan memenggal dan membawa kepala mereka ke istana Sabi untuk dipersembahkan kepada raja sekaligus dipertontonkan ke khayalak umum.

Muyeol sangat syok mendengar kematian putrinya dan menangis sambil bersandar di sebuah pilar di benteng Daeyangseong yang ramai dilewati orang-orang. Orang-orang bahkan tidak mengetahui bahwa itu adalah Muyeol. 

Benteng Daeyangseong berhasil direbut kembali oleh Jenderal Kim Yushin tidak lama setelah peristiwa itu, namun Muyeol harus menunggu selama 5 tahun untuk memperoleh kembali dan menguburkan jenasah putri kesayangan dan menantunya itu karena baru pada tahun 647 pihak Baekje mau menukar delapan jenderal Baekje yang ditawan oleh Silla dengan kepala Putri Gotaso dan Kim Phum-seok.

Muyeol lalu berjanji akan menghancurkan Baekje hingga tidak bersisa apa-apa dari kerajaan itu. Janji Muyeol ini lalu di-tunaikan olehnya 13 tahun kemudian ketika dia menjadi Raja Silla yang kemudian menghancurkan dan meruntuhkan kerajaan Baekje.




2. Ratu Munmyeong

Ratu Munmyeong adalah adik Kim Yushin. Nama lahir Ratu Munmyeong adalah Kim Mun-hee. Pernikahan Raja Muyeol dan Ratu Munmyeong diawali oleh kisah cinta yang hampir berakhir dengan tragedi.

Dikisahkan bahwa awalnya Munhee-lah yang jatuh cinta pada Muyeol namun Muyeol tidak tertarik menikahinya sebab hanya menganggapnya sebagai seorang adik. Pada saat itu, Muyeol sering bertandang ke rumah Yushin untuk berlatih pedang dan dalam suatu kesempatan Yushin yang selalu mengalahkan Muyeol merobek baju Muyeol saat bertarung. Munhee dan adiknya, Bohee lalu menjahitkan baju Chunchu. Sang adik pun berusaha mendekatkan Munhee dengan Muyeol. Muyeol lalu jatuh cinta pada Munhee dan sering mengajak bertemu. Tak lama kemudian, Munhee hamil.

Kim Yushin marah besar mendengar kehamilan ini. Ia lalu menyusun kayu dihalaman rumahnya dan menarik Munhee kedekat tumpukan kayu yang telah dibakar itu sambil memaksa Munhee mengatakan siapa yang menghamilinya namun Munhee menyangkalnya. Rupanya, asap yang muncul dari kayu yang dibakar Yushin ini terlihat oleh Ratu Seondeok yang sedang berjalan-jalan ke bukit yang letaknya lebih tinggi dari rumah Kim Yushin. Ratu Seondeok pun bertanya-tanya ada apa gerangan. Setelah mengatehui bahwa asap itu dari rumah Yushin, ratu pun bertanya pada para pengawalnya perihal Kim Yushin. Para pengawalnya menceritakan tentang gosip mengenai kehamilan Muhee.

Ratu yang cerdas ini mendengar dan mempelajari semua informasi yang baru diperolehnya dan tiba pada kesimpulan bahwa “Kim Yushin akan membunuh Munhee sebab adiknya itu hamil tanpa memiliki suami”. 

Ratu lalu melihat ke sekelilingnya, ke orang-orang yang berada bersama dengannya saat itu untuk mencari 'tersangka'-nya, dan ratu pun melihat Muyeol yang wajahnya sepucat orang mati. Ratu lalu dengan cepat mengambil kesimpulan bahwa Muyeol lah yang menghamili Munhee dan berkata pada Muyeol, "Kau rupanya. Cepat pergi dan selamatkan gadis itu!"

Muyeol lalu memacu kudanya menuju kediaman Kim Yushin, dan belum lagi tiba di rumah Yushin, Muyeol pun berteriak, "Perintah Ratu, perintah ratu!! Jangan bunuh gadis itu!!"

Nyawa Munhee akhirnya bisa diselamatkan dan Ratu Seondeok lalu memerintahkan Muyeol segera menikahi Munhee. Tak lama kemudian upacara pernikahan keduanya pun dilangsungkan.

Munhee kemudian diberi gelar Ratu Munmyeong setelah Muyeol naik tahta dan memberinya seorang putri, yaitu Putri Jiso (kelak menikah dengan Kim Yushin), dan enam putra, yaitu:

- Kim Beopmin (Raja Munmu), putra pertama Muyeol.
Dia adalah putra yang paling sering menemani Muyeol selama karir Muyeol sebagai diplomat Silla. Dia juga adalah putra Muyeol bersama dengan ayahnya itu selama berada di Chang’an (ibukota Kekaisaran Tang) dan di Jepang.

- Kim Inmun, putra kedua Muyeol.
Pangeran Inmun adalah putra Muyeol yang paling terkenal selain Raja Munmu. Mengikuti jejak ayahnya, Pangeran Inmun juga menjadi seorang diplomat. Dia adalah utusan yang diutus Ratu Jindeok ke istana Tang untuk melobi pihak Tang agar menekan Baekje. Negosiasi Pangeran Inmun berhasil sehingga selama masa pemerintahan Ratu Jindeok, Silla bisa dengan tenang memulihkan keadaan pasca pemberontakan Bidam. Pada masa perang penyatuan Tiga Kerajaan, Pangeran Inmun lebih sering berada di Chang’an sebagai penghubung antara pihak Silla dengan istana Tang. Setelah Muyeol meninggal dan digantikan oleh Kim Beopmin sebagai Raja Munmu, Pangeran Inmun diutus oleh kakaknya untuk berada di Tang. Peran Pangeran Inmun sangat besar. Dia adalah orang yang berjasa saat meyakinkan Kaisar Gaozong untuk kembali menyerbu Goguryeo pada tahun 667 padahal Tang sudah dua kali kalah secara memalukan dari Goguryeo. Setelah Tiga Kerajaan Korea bersatu, Pangeran Inmun terlibat dalam pusaran perselisihan antara Tang dengan Silla yang membuatnya berada dalam situasi terjepit. Saat itu, Kaisar Gaozong mengangkat Kim Inmun sebagai raja Silla dan mengirimnya ke Silla bersama dengan sepasukan besar tentara Tang sebagai respon kaisar atas keputusan Munmu yang mengusir pasukan Tang dari Korea. Pangeran Inmun tidak bisa menolak sebab nyawanya terancam. Dia terpaksa menuruti kemauan kaisar. Jauh di Silla, rupanya sang kakak memahami keadaan Pangeran Inmun, sehingga Raja Munmu menarik keputusannya. Tapi, Kaisar Gaozong kembali berulah dengan mengirim sepasukan tentara Tang yang berkoalisi dengan bangsa Mohe untuk menaklukan Silla dan merebut Semenanjung Korea. Pangeran Inmun, yang mengetahui hal ini, mengirim pesan rahasia pada kakaknya mengenai rencana kaisar. Upaya-upaya Pangeran Inmun dalam menyelamatkan negerinya berhasil. Pesan yang dikirimnya tiba sebelum terlambat sehingga kakaknya bisa memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan pasukan. Pasukan Silla memenangkan pertempuran. Kemenangan ini membuat tidak ada lagi pasukan Tiongkok yang menyerbu ke wilayah Korea. Korea memang ditaklukan oleh Kekaisaran Yuan, tapi saat itu Yuan bukanlah berasal dari Tiongkok melainkan dari Mongol. Selain itu, Kekaisaran Ming juga tidak sempat memasuki Korea pada masa pemerintahan Raja Woo dari Goryeo. Korea baru bisa ditaklukan oleh Tiongkok saat Joseon menjadi negara bawahan Kekaisaran Qing akibat kalah perang pada hampir seribu tahun setelah kekalahan balatentara Tang dari Silla.
Pangeran Inmun tinggal di Tang hingga hari kematiannya. Setelah dia meninggal, dia dianugerahi gelar-gelar kehormatan oleh istana Tang dan juga Silla. Jenasahnya dikirim ke Silla dan disambut oleh keponakannya, Raja Sinmun, yang lalu memakamkannya dengan upacara kerajaan.

- Kim Munwang, putra ketiga Muyeol.
Namanya cukup banyak ditemukan dalam catatan-catatan sejarah yang menuliskan tentang Silla. Sama seperti kakaknya, Kim Inmun, Pangeran Munwang juga sempat menjalani hidup sebagai seorang diplomat. Mungkin selain Kim Inmun, Pangeran Munwang adalah adik yang paling dekat dengan Raja Munmu.
Dia diutus Ratu Jindeok pada tahun 648 ke Tang saat menjabat sebagai Jenderal Pasukan Kiri (dimasa modern tugas Pangeran Munwang ini seperti Atase Militer di luar-negeri). Beliau baru kembali ke Silla pada tahun 655 dan status kebangsawanannya dinaikkan menjadi Ichan dan kemudian pada tahun 658 beliau diangkat sebagai Sijung (setingkat dengan perdana menteri tetapi wewenangnya dibawah Sangdaedung). Pangeran Munwang turut bertempur dalam perang penyatuan Tiga Kerajaan. Dia terlibat dalam pertempuran melawan Baekje termasuk dalam Perang Hwangsanbeol yang legendaris itu, dan juga saat dia mendampingi kakaknya, Kim Beopmin (Raja Munmu) saat merebut dan memasuki Istana Sabi. Pangeran Munwang meninggal pada tahun 665 ketika Silla diserbu dengan intens oleh Goguryeo. Mungkin saat itu dia meninggal dalam salah-satu serangan Goguryeo. Pangeran Munwang adalah luluhur dari klan Gangreung Kim.

- Kim Nocha, putra kelima

- Kim Ji-gyeong, putra keenam

- Kim Gaewon, putra ketujuh




3. Selir Yeongchang

Selir Yeongchang adalah adik Kim Yushin dan Ratu Munmyeong. Nama lahirnya adalah Kim Bo-hee. Selir Yeongchang dinikahi Muyeol diduga untuk semakin mempererat hubungan kekeluargaan Muyeol dan Kim Yushin. Selir Yeongchang memberikan Muyeol empat putra dan seorang putri. Anak-anaknya bernama:

- Kim Gaejimun, putra keempat Muyeol.
Dalam kitab Hwarang Sagi, sosok Kim Gaejimun disebutkan. Beliau digambarkan sebagai “Kim Sohyeon yang bangkit melalui adik dari Ratu Munmyeong)”. Kim Sohyeon adalah jenderal ternama Silla dan ayah dari Kim Yushin dan Selir Yeongchang. Mungkin ini menjelaskan bahwa Kim Gaejimun memiliki wajah atau sifat yang mirip dengan kakeknya.

- Putri Yoseok, putri kedua Muyeol.
Beliau menikah dengan biksu terkenal Silla, Wonhyo, yang lalu menjadi ibu dari salah-satu sastrawan terbesar Silla, Suljong. Suljong adalah satu dari Tiga Sastrawan terbesar Silla. Dua lainnya adalah Kang Su dan Choi Chi-won.

- Kim Chadeuk, putra kedelapan Muyeol.
Dalam kitab Hwarang Sagi, nama Kim Chadeuk disebutkan dan ditulis sebagai suami dari salah-satu anak perempuan Kim Yongchun (paman dari Muyeol). Namanya juga ditemukan dalam kitab Samguk Yusa yang menceritakan perjalanan-perjalanannya keluar istana dan ibukota.

- Kim Madeuk, putra kesembilan Muyeol.
Dalam kitab Hwarang Sagi, nama Kim Madeuk disebutkan dan ditulis sebagai suami dari salah-satu anak perempuan Kim Yongchun (paman dari Muyeol).

- Kim Intae, putra kesepuluh dan anak bungsu Raja Muyeol.
Kim Intae adalah putra Muyeol yang mendedikasikan dirinya untuk mengabdi sebagai prajurit. Dia menjadi salah-satu jenderal Silla yang hebat dimasanya. Kehebatannya membuat status kebangsawanannya dinaikkan menjadi Gakchan (hampir setara dengan status kebangsawanan Kim Yushin, Gakkan).
Kemampuan Pangeran Intae membuatnya menjadi jenderal Silla yang ditunjuk sebagai Wakil Jenderal Yoo Inwon dari Balatentara Tang dan mendampingi pasukan Tang dalam perang penaklukan Goguryeo. Bersama dengan pasukan Silla-Tang, Pangeran Intae bertempur dalam perang melawan Goguryeo pada tahun 667. Satu tahun kemudian, Goguryeo berhasil direbut. Setelah keruntuhan Goguryeo, Pangeran Intae dikirim ke ibukota Tang sebagai wakil Silla (atase militer Silla di Tang). Dia berangkat bersama dengan pasukan Tang.
Meskipun mengabdi sebagai seorang jenderal, Pangeran Intae tetap diperlakukan sebagai seorang putra bungsu raja. Dia menjadi putra kesayangan Muyeol dan selalu menjadi adik kesayangan kakak-kakaknya. 



Melalui penjelasan diatas, bisa diketahui bahwa Raja Muyeol memiliki 10 orang anak laki-laki. Semua putranya ini diketahui turut berperang dalam perang penyatuan Tiga Kerajaan. Raja Muyeol sendiri adalah putra tunggal dan merupakan salah-satu anggota dari sedikit sekali anggota keluarga kerajaan yang berasal dari golongan campuran Seong-geol dan Jing-geol. Pada saat sebelum pengangkatan Raja Muyeol, terjadi perdebatan di istana mengenai siapakah pengganti Ratu Jindeok yang paling pantas. Mayoritas bangsawan Silla lebih mendukung Kim Alcheon sebagai calon raja karena status kebangsawanan beliau yang merupakan keturunan raja dari kelas campuran (jing-eol dan seong-geol), pengalaman beliau dalam pemerintahan, dan statusnya sebagai perdana-menteri, namun Jenderal Kim Yushin lebih mendukung Pangeran Chunchu. Alasan Kim Yushin adalah karena sebelumnya Ratu Seondeok telah menunjuk Kim Chunchu sebagai pewaris namun terbentur oleh peraturan kasta kebangsawanan yang membuat Kim Chunchu dan Kim Alcheon masih berada dibawah Ratu Jindeok dalam daftar suksesi. Rupanya, pandangan Kim Yushin ini justru ikut didukung oleh Ratu Jindeok dan Kim Alcheon. Kim Alcheon, yang memang salah seorang abdi Ratu Seondeok yang paling setia dan sahabat Kim Yushin, lalu menyatakan dukungannya pada Pangeran Chunchu dan secara sukarela melepaskan haknya atas tahta Silla, lalu mengganti marganya dari “Kim” menjadi “So” agar luput dari kisruh suksesi dimasa mendatang, baik yang berpotensi menimpa dirinya maupun keluarga dan keturunannya. Dengan demikian, resmilah Pangeran Chunchu diangkat sebagai pewaris tahta Silla, dan kemudian menjadi raja Silla dengan nama Raja Muyeol.

Kebijakan politik utama Raja Muyeol adalah melakukan penguatan otoritas kerajaan dan memperkuat kubu pendukungnya. Prioritas berikutnya adalah memperkuat hubungan diplomatik dengan Dinasti Tang. Hal ini sangat penting karena kebijakan Raja Muyeol selanjutnya adalah memulai ekspansi untuk menyerang dua kerajaan lain di semenanjung, yaitu kerajaan Baekje dan Goguryeo. Dalam sejarah Silla, selain dikenal sebagai tokoh utama penyatuan Tiga Kerajaan, Raja Muyeol juga dikenal sebagai seorang diplomat yang ulung. Diplomasinya semakin mudah karena Raja Muyeol merupakan sahabat dari Kaisar Gaozong saat Raja Muyeol berada di Tiongkok. Raja Muyeol menghabiskan masa-kecilnya di Tiongkok ketika Dinasti Sui masih berkuasa, dan baru kembali ke Silla saat beliau telah remaja. Semasa itulah Raja Muyeol bertemu dan bersahabat dengan Kaisar Gaozong, jauh sebelum sang kaisar naik tahta bahkan sebelum Dinasti Tang stabil berdiri. Ketika Kaisar Gaozong menjadi penguasa Tiongkok, posisi Silla di semenanjung semakin aman karena melalui negosiasinya, Raja Muyeol berhasil menyakinkan Tiongkok bahwa penyatuan Korea justru akan lebih menguntungkan bagi Dinasti Tang. Akhirnya, dimasa pemerintahan Raja Muyeol impian para pendahulunya untuk menyatukan Semenanjung Korea mulai mendekati kenyataan. 

Raja Muyeol berhasil menerapkan kebijakan-kebijakan prioritasnya. Karena telah mendapat dukungan penuh dari para bangsawan yang berkuasa, Raja Muyeol bisa dengan leluasa menerapkan kebijakan luar-negeri dan melakukan invasi ke Baekje. Diantara para bangsawan pendukungnya, Jenderal Kim Yushin dan Perdana Menteri So Alcheon merupakan pendukung utama Raja Muyeol dan orang-orang kepercayaannya. Diantara mereka semua, Raja Muyeol paling dekat dengan Kim Yushin. Selain karena merupakan teman seperjuangan, Kim Yushin juga merupakan mentornya dan senior Raja Muyeol di resimen hwarang. Dibandingkan dengan So Alcheon yang usianya terpaut jauh dengan Raja Muyeol (usia So Alcheon sebaya dengan Ratu Seondeok), usia Raja Muyeol dan Kim Yushin hanya terpaut 10 tahun. Raja Muyeol bahkan mempererat tali kekeluargaan dengan Kim Yushin dengan menikahi adik kandung Kim Yushin.

Bersama dengan Kim Yushin, Raja Muyeol memulai serangkaian invasi dikawasan semenanjung dengan menjadi Kerajaan Baekje sebagai target pertama mereka. Serangkaian peristiwa-peristiwa penting di Silla yang terjadi dimasa pemerintahannya diantaranya adalah:

- Rangkaian penyerbuan ke Baekje

- Jabatan Kim Alcheon kembai diperpanjang sebagai Sangdaedung (perdana-menteri)

- Penguatan hubungan diplomatik dengan Dinasti Tang

- Pada tahun 654, paman raja, Kim Yongchun, diberikan gelar kehormatan “Raja Munheung” untuk menghormati jasa-jasanya pada kerajaan, dimana beliau telah mengabdi pada 5 orang raja dan ratu, yaitu Raja Jinji, Raja Jinpyeong, Ratu Seondeok, Ratu Jindeok, dan Raja Muyeol.

- Kim Heumdol diangkat sebagai Pungwolju ke-27 menggantikan Kim Jin-gong yang pensiun. Kim Heumdol (keponakan Jenderal Kim Yushin) diangkat sebagai pungwolju diusia 29 tahun sedangkan Kim Jin-gong pensiun diusia 34 tahun. Kim Heumdol adalah pungwolju yang memimpin Resimen Hwarang menaklukan Baekje.

- Kerajaan Baekje runtuh dan takluk pada Silla pada tahun 660


Selama periode singkat pemerintahannya, Raja Muyeol melakukan banyak hal bagi negaranya. Kontribusi Raja Muyeol bahkan telah terasa sebelum beliau naik tahta, yaitu sejak masa pemerintahan kakeknya dan bibi-bibinya. Raja Muyeol sangat fokus pada kebijakan ekspansi di kawasan semenanjung Korea. Beliau juga memperkuat hubungan diplomatik dengan Tiongkok yang merupakan modal politik dan menjadi bantuan militer besar bagi Silla dalam upaya mempersatukan Korea.

Raja Muyeol wafat pada bulan Juni 661, sebelum penaklukkan ke Goguryeo. Saat itu beliau berusia 57 tahun. Tugas beliau sebagai pemersatu Tiga Kerajaan dilanjutkan oleh sahabatnya, Kim Yushin, dan putra-mahkotanya, Kim Beopmin, yang kemudian diangkat menjadi Raja Munmu. 

Aktor-aktor Yang memerankan Raja Muyeol


Raja Muyeol diceritakan dalam drama-drama yang mengambil latar era Silla terutama diera penyatuan Tiga Kerajaan. Beliau sering muncul dalam drama-drama tentang Raja Jinpyeong, Ratu Seondeok, dan Raja Munmu. Drama-drama yang menceritakan tentang dirinya adalah drama “The Great Quee Seondeok” dan drama “Gyebaek”. Sedangkan drama yang fokus mengambil latar cerita tentang masa pemerintahannya adalah drama “The King’s Dream”.









30. RAJA MUNMU

Raja Munmu adalah raja ke-30 Silla. Beliau dilahirkan pada masa pemerintahan kakek-buyutnya, Raja Jinpyeong yaitu pada tahun 626 M, dengan nama Kim Beopmin. Kim Beopmin diangkat menjadi raja Silla pada tahun 661 M diusia 35 tahun, setelah kematian ayahnya, Raja Muyeol. Beliau mendapat nama gelar Raja Munmu. Beliau memerintah Silla selama 20 tahun (661 M–681 M). Raja Munmu menggunakan gelar “Wang” sebagai gelar raja Silla yang disematkan padanya namun sejarah Silla menghormatinya dengan menyebut namanya “Munmu Daewang” yang artinya “Raja Munmu Yang Agung” (Munmu The Great). Raja Munmu adalah raja pertama dari Kerajaan Silla Bersatu sehingga beliau dikenang sebagai salah-satu raja terbesar dalam sejarah Silla. Munmu adalah cucu Raja Jipyeong.

Kiprah Munmu dalam percaturan politik Silla tidak lepas dari dua sosok penting dalam hidupnya yaitu ayahnya dan Jenderal Kim Yushin. Munmu telah mengikuti ayahnya, Kim Chunchu, sejak masih remaja. Mereka berdua bahkan mengunjungi ibukota Tang dan juga Jepang. Munmu juga menjalin hubungan yang sangat baik dengan sahabat-sahabat dan relasi-relasi ayahnya. Kubu pendukung ayahnya sangat menyadari bahwa Kim Chunchu telah dipersiapkan oleh Raja Jinpyeong dan Ratu Seondeok untuk menjadi raja Silla. Oleh karena itu berbagai bangsawan-pun merapat pada Kim Chunchu.

Akhirnya, setelah kematian bibi-bibinya, Kim Chunchu pun diangkat sebagai raja Silla dengan nama Raja Muyeol. Raja Muyeol inilah yang memulai ekspansi Silla dan Perang Penyatuan Tiga Kerajaan. Pada tahun 658, koalisi Silla-Tang mulai menyerbu Goguryeo. Sayangnya, Goguryeo masih sangat kuat sehingga mereka mengalihkan penyerbuan mereka ke Baekje. Saat penyerbuan ke Baekje, Raja Munmu masih menjadi putra mahkota dan dikenal dengan nama Pangeran Beopmin. Beliau dan adik-adiknya ikut berperang melawan Baekje. Perang Hwangsanbeol berhasil dimenangkan Silla sehingga dendam Munmu atas kematian saudarinya, Putri Gataso terbalas.

Sayangnya, ayahnya, Raja Muyeol, meninggal (661) satu-tahun setelah penaklukan Baekje. Kematian ayahnya ini membuat Pangeran Beopmin diangkat menjadi raja dengan nama Raja Munmu.

Kebijakan utama Raja Munmu tentu adalah melanjutkan kebijakan ayahnya, Penyatuan Korea.

Banyak sekali yang dilakukan oleh Raja Munmu selama 20 tahun masa pemerintahannya, diantaranya:

- Invasi kedua ke Goguryeo pada tahun 662

- Penyerbuan dan penaklukan Benteng Juryu (663) yang menjadi basis koalisi pasukan restorasi Baekje dan Jepang

- Penyerbuan ketiga ke Goguryeo pada tahun 667

- Penaklukan Goguryeo pada tahun 668

- Pengusiran pasukan Tang dari seluruh Korea pada tahun 675


Setelah berhasil menaklukan Goguryeo dan juga mengusir pasukan Tang dari seluruh Korea maka secara resmi Raja Munmu menjadi raja pertama Silla di-era Silla Bersatu (Unifikasi Silla) dan juga raja pertama seluruh Korea.

Selain peristiwa-peristiwa diatas, masih banyak peristiwa lainnya yang terjadi pada masa pemerintahan Munmu, antara lain:

- Agustus 661, bala bantuan pertama dari Jepang yang dikirim oleh Kaisarina Semei untuk Baekje tiba di wilayah Baekje. Balabantuan pertama ini terdiri dari 170 kapal dan 5.000 prajurit dibawah pimpinan Jenderal Abe no Hirafu.

- Tahun 661, pasukan Tang kembali menyerang Goguryeo dan berhasil mengepung Pyeongyang, sedangkan pasukan Silla menjadi penyedia logistik perang.

- Tahun 662, Jenderal Kim Yushin dan Pungwolju Kim Ohgi mengantar logistik perang bagi pasukan Tang di Goguryeo, namun mereka disergap oleh pejuang-pejuang Goguryeo sehingga banyak prajurit Silla yang tewas. Logistik akhirnya bisa diterima oleh pasukan Tang berkat perjuangan Kim Yushin.

- Tahun 662, gelombang kedua pasukan Jepang yang lebih besar tiba di wilayah Baekje, yang terdiri dari dua pasukan, pasukan pertama terdiri dari 27.000 prajurit pimpinan Jenderal Kamitsukeno no Kimi Wakako dan pasukan kedua terdiri dari 10.000 prajurit pimpinan Jenderal Iohara no Kimi.

- Tahun 662, Putra Raja Uija (raja terakhir Baekje), Pangeran Buyeo Pung, yang sudah tinggal selama 30 tahun di Jepang tiba di Korea sebagai calon raja Baekje.

- Tahu 662, Kim Ohgi (putra Kim Yewon dan cucu Raja Jinpyeong) diangkat menjadi Pungwolju Hwarang ke-28 menggantikan Kim Heumdol (keponakan Kim Yushin) dan menjabat selama 2 tahun.

- Agustus 663, ibukota restorasi Baekje di Benteng Juryu yang terletak di bagian selatan wilayah Baekje dikepung oleh pasukan Silla dan pasukan Hwarang pimpinan Kim Ohgi. Pasukan restorasi Baekje dipimpin oleh Gwisil Boksin (sepupu Raja Uija). Selain Gwisil Boksin, ada Pangeran Buyeo Pung dan Biksu Dochim (Biksu Kerajaan Baekje).

- 27 Agustus 663, Perang Baekgang (Perang Hakusukinoe) meletus di Sungai Geum. Saat itu, armada utama Jepang di Korea yang berada di wilayah pantai terluar dikirim menyusuri sungai Geum untuk membantu menghalau pengepungan pasukan Silla di Benteng Juryu. Tapi Tang memblokade pasukan bantuan Jepang itu sehingga meletuslah pertempuran sengit di Sungai Geum.

- 7 September 663, Pasukan Silla berhasil memenangkan perang di Benteng Juryu setelah mengepung Benteng Juryu selama berminggu-minggu. Penyebab utama kekalahan pasukan restorasi Baekje ini adalah karena kekalahan armada Jepang mengakibatkan pasukan Baekje terisolasi di Benteng Juryu. Sebelumnya, Gwisil Boksin berusaha untuk membunuh Pangeran Pung setelah sebelumnya Biksu Dochil tewas ditangannya. Namun, pada perkelahian itu Pangeran Pung berhasil membunuh Gwisil Boksin.

- Tahun 664, Kim Wonseon (putra Kim Heumsun dan keponakan Kim Yushin) menggantikan Kim Ohgi sebagai Pungwolju Hwarang ke-29, dan menjabat selama 3 tahun.

- Serbuan koalisi Goguryeo-Malgal di Benteng Hansan. Pasukan Goguryeo-Malgal mengepung selama 40 hari, dan membuat Seorabeol (ibukota Silla) dalam bahaya andaikan Benteng Hansan jatuh ke tangan Goguryeo. Tapi, pasukan koalisi Goguryeo-Malgal ini berhasil dikalahkan.

- Tahun 665, Pangeran Kim Munwang (adik kandung Raja Munmu) meninggal dunia.

- Tahun 665, Sinmun (penerus Munmu) ditunjuk sebagai putra mahkota.

- Tahun 666, Yeon Gaeseomun (diktator Goguryeo) meninggal.

- Tahun 667, Kim Cheon-gwan (putra Kim Gun-gwan/pungwolju ke-23) menggantikan Kim Wonseon sebagai Pungwolju Hwarang ke-30, dan menjabat selama 7 tahun.

- Tahun 667, Jenderal Su Dinfang (Jenderal Utama Tang di Perang Penyatuan Korea) meninggal sebelum sempat kembali memimpin pasukannya menyerbu Goguryeo.

- Tahun 667, Penyerbuan ke Goguryeo.

- Tahun 668, pasukan Silla berhasil menaklukan Goguryeo.

- Para hwarang pimpinan Kim Cheon-gwan menyerbu basis pemerintahan proktetorat Tang di Sabi (bekas istana dan ibukota Baekje). Penyerbuan ini mengawali perang Silla-Tang. Akar dari perang ini adalah ulah pemerintah Tang yang selalu mengambil alih kontrol atas bekas wilayah Baekje dan Goguryeo, dan saat Silla menyampaikan protes, Kaisar Tang justru memerintahkan pemerintahan proktetorat-nya juga mengatur wilayah utama Silla sehingga membuat seluruh pejabat Silla dan para hwarang murka.

- Agustus 672, pasukan Silla kalah perang melawan pasukan Tang di dekat benteng Baeksu. Perang ini membuat Silla kehilangan banyak tentara dan 7 jenderal terbunuh, bahkan putra kedua Kim Yushin, Jenderal Kim Wonsul terpaksa melarikan diri sehingga membuat ayahnya hampir membunuhnya. Pasukan Tang kembali menguasai Sabi. Karena malu, Kim Wonsul mengasingkan diri di pegunungan.

- Raja Munmu kembali mengirim para hwarang untuk menyerbu bekas wilayah Baekje dan berhasil kembali menguasai istana Sabi. Para Hwarang juga berhasil mengusir bala-tentara Tang dari seluruh wilayah Silla dan bekas wilayah Baekje.

- Para Hwarang dibawah pimpinan Kim Cheon-gwan bergabung dengan Pasukan Silla menyerbu basis pemerintahan proktetorat Tang di Pyeongyang.

- Tahun 673, Jenderal Kim Yushin meninggal. Kematian Kim Yushin membuat gempar seluruh Silla dan membuat Raja Munmu panik.

- Juni 674, Pangeran Kim Inmun (adik Raja Munmu) diangkat menjadi raja Silla oleh Kaisar Gaozong karena Raja Munmu terus menyerang Tang.

- Tahun 674, Kaisar Gaozong mengirim Kim Inmun ke Silla bersama dengan pasukan besar untuk menaklukan Seorabeol.

- Tahun 674, Raja Munmu menghentikan perang dengan Tang demi keselamatan adiknya, Kim Inmun.

- Tahun 674, Kim Cheon-gwan pensiun diusia 35 tahun dan digantikan oleh Kim Heum-on sebagai Pungwolju Hwarang ke-31.

- Akhir tahun 674 atau awal tahun 675, Raja Munmu menerima surat rahasia dari adiknya, Pangeran Kim Inmun, yang memberitahukan rencana invasi Tang ke Silla, juga terjalinnya koalisi Tang dan bangsa Mohe untuk merebut Seorabeol.

- Tahun 675, Kaisar Gaozong mengirimkan pasukan dalam jumlah besar dibawah pimpinan Jenderal Li Jinxing dan berhasil menerobos teritori tradisional Silla, dan juga berkoalisi dengan bangsa Mohe untuk menaklukan Seorabeol.

- Tahun 675, Munmu memberikan perintah untuk menyerbu pasukan Tang. Pasukan Utama Silla bersama dengan Resimen Hwarang diterjunkan dalam perang ini. Kim Cheon-gwan dan Kim Wonsul bergabung dengan pasukan Silla memerangi pasukan Tang.

- Tahun 675, pasukan Silla memenangkan perang melawan Tang-Mohe di Benteng Mosan. Pasukan Silla terdesak hingga harus bertahan di Benteng Mosan dan menjadi pertempuran penghabisan pasukan Silla melawan pasukan Tang-Mohe. Pertempuran di Benteng Mosan ini berjalan alot, tidak ada pihak yang mau mengalah dan mundur, tapi, para Hwarang dan pasukan Silla mampu mengalahkan pasukan koalisi Tang-Mohe. Dalam perang ini, Kim Cheon-gwan gugur.

- Tahun 675, Kaisar Gaozong menarik seluruh pasukannya dari wilayah-wilayah di Semenanjung Korea termasuk dibekas wilayah Baekje. Kekalahan di Benteng Mosan sangat memalukan bagi Tang sampai-sampai mereka menulis dalam laporan pemerintahannya bahwa perang ini dimenangkan oleh pasukan Tang. Tapi catatan Silla mencatatkan yang sebaliknya, dan juga kenyataan yang terjadi setelahnya menunjukan bahwa Tang tidak memenangkan perang itu. Kaisar juga memindahkan pemerintahan proktetorat Tang dari Pyeongyang ke Liaodong yang berada diseberang Sungai Taedong. Pihak istana Tang membiarkan pasukan Silla menguasai seluruh wilayah Semenanjung Korea dibagian selatan Sungai Taedong. Semua itu tidak mungkin dilakukan Tang jika mereka adalah pemenang perang.

- Tahun 678, Kim Heum-on pensiun diusia 33 tahun dan digantikan oleh Kim Sin-gong (putra Kim Jin-gong/pungwolju ke-26) yang menjadi Pungwolju Hwarang ke-32.

- Tahun 678-681, terjadi perselisihan tajam antara Raja Munmu dengan perdana-menterinya, Kim Gun-gwan (pungwolju ke-23), dan menteri-menterinya terutama Kim Heumdol (pungwolju ke-27, pemimpin para hwarang saat perang Hwangsanbeol). Perselisihan ini mengenai penunjukan putera mahkota (calon Raja Sinmun) yang dianggap tidak pantas menjadi raja Silla.


Raja Munmu wafat pada tahun 681 setelah memerintah Silla selama 20 tahun. Beliau digantikan oleh putra-nya, Raja Sinmun.


Aktor-aktor Yang memerankan Raja Munmu


Raja Munmu diceritakan dalam drama-drama yang mengambil latar era Silla terutama diera penyatuan Tiga Kerajaan. Beliau muncul dalam drama-drama tentang Ratu Seondeok dan Raja Muyeol. Drama yang memunculkan tokohnya adalah drama dokumenter “Samguk” dan drama “The King’s Dream”.



------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ARTIKEL INI DISUSUN DAN DITERBITKAN PERTAMA KALI
OLEH DELEIGEVEN MEDIA

SETIAP ARTIKEL YANG MEMILIKI ISI, SUSUNAN, DAN GAYA PENULISAN
YANG MIRIP DENGAN ARTIKEL INI MAKA ARTIKEL-ARTIKEL TERSEBUT
MENYADUR ARTIKEL INI.

DILARANG KERAS MEMPLAGIAT ARTIKEL INI!

CANTUMKAN LINK LENGKAP ARTIKEL INI DISETIAP KALIMAT YANG ANDA DISADUR DARI ARTIKEL INI. SESUAI UNDANG-UNDANG HAK CIPTA, JIKA MENYADUR/MENG-COPY MINIMAL SEPULUH KATA TANPA MENCANTUMKAN SUMBER DARI KALIMAT ITU (BERBEDA DARI PENCANTUMAN SUMBER DI CATATAN KAKI (FOOTNOTE) MAKA ITU ADALAH TINDAKAN PLAGIARISME.

JIKA ANDA MENYADUR SEBAGIAN BESAR ARTIKEL INI MAKA ANDA HARUS MENCANTUMKAN KALIMAT:
"ARTIKEL INI DISADUR DARI....(LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA",
ATAU:"SUMBER UTAMA DARI SEBAGIAN BESAR INFORMASI ARTIKEL INI DIAMBIL DARI (LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA"  
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Notes (Catatan):

*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)

*Please open: Kingdom of Silla for short story about "Kingdom Of Silla" in ENGLISH
(Silahkan membuka link: Kingdom of Silla untuk membaca sejarah singkat Kerajaan Silla dalam bahasa Inggris).

*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account: @deleigevenhistory
(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)




Didahului oleh:


Artikel yang berhubungan dengan Hwarang:
KERAJAAN SILLA
Para Jenderal Termasyur Pada Masa Korea Kuno


Artikel lainnya tentang Sejarah Korea:


------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Copyrights Story: Deleigeven Media
Copyrights Picture : MBC (drama "The Great Queen Seondeok", 2009), KBS (drama "The King's Dream", 2011)

Penyusun:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Desain : Deleigeven
Penerbit: Deleigeven Media


Daftar Pustaka:
-Byeon-won Lee; History
-Maurizio Riotto; The Place Of Hwarang Among The Special Military Corps Of Antiquity; The Journal of Northeast Asian History; Northeast Asian History Foundation; 2012
-Richard McBride; Silla Budhist & The Manuscript of Hwarang Segi
-Tae-hoong Ha; Samguk Yusa, Legends and History of the Three Kingdoms of Ancient Karea; Yonsei University Press; 1972; Seoul
-Wontak Hong; Baekche An Offshoot of the Buyeo-Koguryeo in Mahan Land; East Asian History, A Korean Perspective; 2005; Seoul
-Young-kwan Kim, Sook-ja Ahn; Homosexuality In Ancient Korea; Pyongtaek University, Hanyoung Theological University; 2006; Seoul
-Korean History For International Citizen; Northeast Asian History Foundation
-Korea's Flowering Manhood
-The History of Hwarang-do
-The Three Kingdoms of Ancient Korea in the History of Taekwon-Do


Daftar Website:

No comments:

Post a Comment

CATATAN PADA PARA PEMBACA:

-Silahkan membaca, mengambil, dan menggunakan artikel ini dalam karya tulis anda tapi CANTUMKAN KREDIT LENGKAP ARTIKEL INI dalam daftar sumber anda dan JANGAN MENYADUR/MENGCOPY-PASTE apalagi MEM-PLAGIAT 100% isi tulisan ini. Kembangkanlah kreativitas dalam penulisan anda.

-Pembaca DAPAT memberikan komentar dengan akun TANPA NAMA (Annonymous).

-Gunakanlah kata-kata yang baku agar komentar tidak dikategorikan sebagai "komentar Spam" secara otomatis oleh google filter machine.

-Harap MEMBACA ARTIKEL INI dan komentar-komentar sebelum anda DENGAN TELITI sebelum berkomentar, karena mungkin pertanyaan anda TELAH DIJELASKAN secara langsung melalui artikel ini, dan juga agar pertanyaan-pertanyaan yang sama tidak ditanyakan secara berulang.

-DILARANG memberikan informasi dan komentar yang melecehkan Suku, Agama, Ras, dan golongan tertentu (SARA) dan mengandung unsur pornografi.

-Kami menerima setiap kritik dan masukan dari para pembaca melalui kolom komentar, namun Setiap komentar yang melecehkan pihak lain, baik pelecehan berbau SARA atau yang mencerminkan FANDOM WAR akan kami HAPUS.

-Setiap komentar dan iklan yang mengandung unsur PORNOGRAFI dan PERJUDIAN, dan ajakan untuk bergabung dalam usaha SIMPAN PINJAM, KREDIT USAHA dan sejenisnya akan KAMI HAPUS karena berpotensi terjadi PENIPUAN.

-Jika anda memiliki informasi tambahan yang berhubungan dengan artikel ini, kami sangat senang jika anda membagikannya pada pembaca yang lain melalui website ini dan kami sangat senang jika anda juga turut membagikan artikel ini pada orang lain.