Saturday, 20 January 2018

LEGENDA PUTRI RAJA BATUBARA DAN EMPAT PEMUDA





Alkisah pada jaman dahulu, disuatu pulau besar yang dahulu dikenal dengan nama Suwarna Dwipa berdirilah sebuah kerajaan kecil yang bernama Kerajaan Batubara. Raja sekaligus pendiri kerajaan dahulunya adalah seorang pangeran dari sebuah kerajaan besar penerus Kemaharajaan Sriwijaya, yaitu Kerajaan Pagaruyung, yang bernama Pangeran Belambangan.

Pangeran Belambangan mendirikan Kerajaan Batubara setelah sebelumnya beliau tinggal di wilayah Kerajaan Simalungun, negeri yang berhasil dicapainya setelah melalui hutan belantara akibat kehilangan arah ketika hendak berburu rusa. Oleh kebaikan hati Raja Simalungun, Pangeran Belambangan tinggal diistana raja layaknya anak sendiri. Setelah tinggal di istana Raja Simalungun, jatuh-hatilah Pangeran Belambangan pada sang putri raja. Rupanya, sang putri-pun telah jatuh cinta pada Pangeran Belambangan sejak pandangan pertama. Sang pangeran lalu melamar pujaan hatinya yang lalu disambut dengan restu dari Raja Simalungun. Akhirnya, kedua insan ini menikah dan menjadi pasangan yang serasi dan sepenanggungan.

Tidak lama kemudian, pihak istana Simalungun mengumumkan kepada rakyatnya bahwa sang putri telah hamil. Seluruh kerajaan-pun bersukacita mendengar berita itu. Sang putri mengutarakan kepada suaminya perihal keinginannya untuk melihat laut. Atas restu Raja Simalungun, Pangeran Belambangan dan istrinya bersama serombongan besar pengiring, mereka pun berangkat menuju pantai yang agak jauh letaknya. Setelah menempuh perjalanan berhari-hari lamanya, tibalah mereka didaerah pesisir pantai yang memiliki pemandangan yang indah. Sang putri dan sang pangeran lalu berkeliling daerah itu untuk melihat-lihat, maka jatuh hatilah mereka pada tempat itu. Mereka lalu bermaksud untuk membuat pemukiman ditempat itu sebagai tempat tinggal tetapnya dan juga ingin membangun daerah itu menjadi sebuah negeri yang beradab. Raja Simalungun merestui keinginan mereka dan negeri baru pun didirikan di pantai nan indah itu yang kemudian diberi-nama “Negeri Batubara”, dan Pangeran Belambangan diangkat menjadi raja pertama sehingga beliau dikenal dengan nama “Datuk Batubara”.

Tidak begitu lama setelah negeri baru itu dinamakan Negeri Batubara, tibalah waktunya bagi Permaisuri Negeri Batubara untuk bersalin. Berkat rahmat Tuhan, Sang permaisuri-pun berhasil melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik dengan selamat. 

Kini, lengkaplah sudah kebahagiaan dari Datuk Batubara. Beliau menjadi raja dinegeri yang kaya dan juga makmur. Beliau juga memperistri seorang permaisuri yang cantik, dan juga telah memiliki keturunan yaitu seorang putri yang cantik jelita yang menjadi bayi pertama yang lahir di kerajaannya.

Putrinya tumbuh besar dan dididik dengan berbagai macam ilmu pengetahuan dan ilmu agama agar dia dapat tumbuh menjadi putri yang cantik, anggun, cerdas, bertaqwa.

Sang putri yang telah menjadi seorang gadis yang cantik ini selalu tertarik jika diceritakan mengenai kisah tentang petualang ayahnya dan kisah permulaan negerinya, dan dia meminta untuk diceritakan berulang-ulang sehingga dia hafal betul mengenai kisah ayahnya dan negerinya. Namun, semakin hari dia semakin bertanya-tanya, dimanakah kakek dan neneknya yang menjadi ayah dan ibu dari ayahnya?

Datuk Batubara tidak langsung menjawab pertanyaan putrinya. Beliau hanya terdiam dan bersedih. Beliau benar-benar rindu pada kedua orang-tuanya. Pertanyaan putrinya itu mengingatkan beliau bahwa sudah lama benar dia terpisah dari kedua orang-tuanya.

Tiba-tiba, salah-seorang hulubalangnya datang menghadap dan mendesak raja untuk segera keluar karena ada perihal yang begitu penting. Datuk Batubara begitu khawatir mengenai perihal yang dimaksudkan oleh hulubalangnya.

Ada apakah gerangan?

Datuk Batubara segera berjalan menuju halaman istananya dan alangkah terkejutnya beliau ketika melihat serombongan orang yang sebagian besar wajah mereka dikenali oleh beliau, yaitu orang-orang dari Negeri Pagaruyung. Rupanya mereka diutus oleh ayahanda Datuk Batubara, Baginda Raja Pagaruyung. Raja Batu Bara begitu gembira dan langsung menghampiri tetua-tetua rombongan itu dan memeluk mereka.

Sang raja mengajak rombongan yang dikirimkan oleh ayahandanya kedalam istananya, lalu memperkenalkan permaisurinya dan juga putrinya. Datuk Batubara segera menanyakan kabar dari kedua orang-tuanya. Pemimpin rombongan dari Pagaruyung itu memberi-tahukan bahwa kedua orang-tuanya sehat, demikian juga dengan saudara-saudaranya, bahwa kedua orang-tuanya begitu merindukan dan mengkhawatirkan dirinya sehingga Baginda Raja Pagaruyung mengirim rombongan itu khusus untuk mencari dan membawa pulang Datuk Batubara yang telah dianggap hilang ketika pergi berburu. Datuk Batubara lalu menyampaikan bahwa dirinya baik-baik saja. Beliau juga memberikan alasan mengapa dia memutuskan tidak kembali, yaitu karena beliau sedang membangun negeri barunya.

Setelah rombongan dari Pagaruyung itu tinggal untuk beberapa waktu lamanya di istana Negeri Batubara, menghadaplah pemimpin rombongan kepada Datuk Batubara untuk pamit untuk kembali ke Pagaruyung dan memohon restu dari Datuk Batubara. Datuk Batubara memberi restunya pada rombongan itu tapi beliau meminta agar beberapa dari mereka bisa tinggal untuk ikut membangun Negeri Batubara. Sang pemimpin rombongan lalu menyanggupi dengan meninggalkan beberapa orang termasuk ada empat orang pemuda yang masih merupakan keponakan Datuk Batubara untuk tinggal di Negeri Batubara. Sang Datuk Batubara senang mendengarnya. Setelah semua persiapan telah siap berangkatlah rombongan itu untuk kembali ke Negeri Pagaruyung.

Keempat pemuda dari Pagaruyung yang tinggal di Negeri Batubara mulai melakukan tugas-tugas mereka sebagai abdi raja. Karena mereka adalah orang-orang kepercayaan raja dan juga kerabat dekat Datuk Batubara, maka mereka seringkali mengunjungi istana. Hampir pada tiap kunjungan mereka ke istana, mereka bertemu dengan putri raja dan berbagi cerita dengan putri raja itu. Mereka berempat sangat kagum akan kecantikan dan juga kecerdasan sang putri. 

Diam-diam, keempat pemuda ini menaruh hati pada putri raja, tetapi mereka saling tidak memberitahukan perasaan mereka satu sama lain.

Setelah sekian lama menyukai putri raja, maka menghadaplah keempat pemuda ini secara terpisah kepada ayahanda sang putri, yaitu Datuk Batubara. Mereka mengutarakan perasaan mereka secara terpisah. Datuk Batubara sangat terkejut mendengar pengakuan mereka berempat. Sebenarnya, beliau sangat menyukai keempat pemuda ini karena selain elok parasnya mereka juga memiliki pengetahuan yang baik tentang ilmu dunia dan ilmu agama. Sang raja memang berharap sekiranya salah seorang dari mereka kelak dapat menjadi menantunya yang juga sebagai penerus takhtanya, namun dia tidak pernah menyangka bahwa keempat pemuda itu menyukai putrinya. 

Setelah menimbang-nimbang dan bermusyawarah dengan permaisurinya dan para penasehatnya, akhirnya sang raja memanggil keempat pemuda itu secara terpisah. Raja pun memberitahukan pada masing-masing pemuda itu bahwa beliau akan memberi jawaban asalkan mereka menunggu selama empat puluh hari. 

Datuk Batubara-pun mulai mencari-cari jalan keluar mengenai permasalahan ini. Beliau tidak ingin jika masalah putrinya ini akan menciptakan pertengkaran diantara keempat pemuda itu yang mungkin akan menimbulkan perang diantara saudara. Raja juga tidak mau merusak tali silaturahmi dengan orang-tua para pemuda yang juga masih merupakan kerabat dekatnya sehingga kelak akan menyusahkan ayahandanya di Pagaruyung. Setelah tidak ada lagi jalan keluar yang bisa ditemukan olehnya, maka rajapun memasrahkan masalah itu kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Masa empat puluh hari yang dijanjikan oleh raja semakin dekat. Raja, permaisuri, dan para penasehatnya semakin gugup menyongsong hari yang telah ditentukan. Pada saat itu, datanglah salah seorang pegawai istana yang melapor pada sang raja bahwa entah bagaimana petir menyambar kandang-kandang ternak peliharaan raja, termasuk kandang kuda istana dan membuat pintu-pintu kandang terbuka sehingga hewan-hewan telah berlarian keluar. Raja menanggapi laporan itu dengan dingin karena beliau tidak begitu menganggap hal itu adalah masalah yang penting. Raja lalu memerintahkan seorang hulubalang untuk memimpin prajuritnya mencari ternak-ternak itu. Tak beberapa lama kemudian, hulubalang yang ditugaskan oleh raja kembali menghadap baginda raja. Mereka melaporkan bahwa hampir semua ternak berhasil dikembalikan kekandang karena rupanya ternak-ternak itu tidak hilang melainkan hanya berkumpul disatu tempat dihutan. Hanya tiga hewan saja tidak bisa ditemukan, yaitu anjing penjaga, kuda kesayangan putri raja, dan seekor monyet peliharaan permaisuri. Hulubalangnya juga melaporkan bahwa dia melihat ada banyak kunang-kunang yang begitu cantik dan membentuk tiga kelompok besar, dan terbang menuju keistana. Raja tidak begitu terkesan mengenai laporan itu. Beliau lebih khawatir memikirkan permasalahan putrinya dan empat pemuda itu. 

Hari telah malam dan sang rajapun telah sangat letih. Beliau lalu membubarkan pertemuannya dengan para penasehatnya dan bermaksud untuk pergi tidur. Namun, sang raja begitu terkejut ketika mendengar teriakan permaisurinya. Rajapun berlari menghampiri permaisurinya yang sedang berdiri didepan kamar putri mereka. Ketika sang raja bertanya penyebab permaisurinya berteriak, sang permaisuri menjawab dengan menunjuk kedalam kamar putrinya. Sang rajapun melangkah masuk kedalam kamar putrinya dan terkejutlah sang raja karena beliau melihat ada empat orang gadis yang memiliki wajah, tubuh, suara, dan pembawaan yang sama persis dengan putrinya. Ketika sang raja dan permaisuri bertanya, siapakah mereka, keempat gadis itu menjawab bahwa mereka adalah putri raja. Sang rajapun segera kembali mengumpulkan penasehat-penasehatnya dan juga rohaniawan dinegerinya dan menceritakan kejadian yang baru saja dialami olehnya. 

Setelah mendengar penuturan raja, maka para rohaniawan berkata bahwa Tuhan telah menjawab doa sang raja, yaitu agar pernikahan putrinya tidak menimbulkan pertengkaran diantara keempat pemuda itu, sehingga Tuhan mengirimkan tiga orang gadis yang sama persis dengan sang putri agar jumlah putri raja menjadi empat orang. Rajapun teringat tentang petir yang menyambar kandang-kandang ternak dan kuda peliharaannya sehingga beliau kehilangan tiga hewan yang disukai olehnya dan putrinya. Beliau juga teringat pada cerita hulubalangnya yang melihat ada sekelompok besar kunang-kunang yang cantik yang membentuk tiga kelompok dan terbang kearah istana. Mungkinkah itu adalah kunang-kunang yang sama yang telah menuntunnya dulu ke Negeri Simalungun? Raja tidak mampu menebak hal itu. Beliau hanya berpendapat bahwa ketiga hewan peliharaannya telah diubah oleh Yang Maha Kuasa menjadi kunang-kunang dan terbang menuju kekamar putrinya diistana agar dapat menjelma menjadi serupa dengan putrinya. Sang raja dan juga permaisuri menjadi sangat terharu akan kebesaran dan rahmat Tuhan, dan mereka lalu menemui keempat gadis itu, yang adalah juga putri-putri mereka lalu bertanya apakah mereka bersedia untuk dipersunting oleh keempat pemuda itu, dan keempat putri ini menjawab bahwa mereka bersedia menjadi istri dari pemuda-pemuda itu. 

Raja begitu bahagia mendengar keputusan putri-putrinya. Ketika masa penantian empat puluh hari telah genap, sang raja lalu memanggil keempat pemuda itu untuk menghadapnya secara bersamaan. Raja Batu Bara menyatakan bahwa beliau menerima pinangan putrinya oleh keempat pemuda itu. Keempat pemuda itu begitu terkejut mengetahuinya karena mereka saling tidak mengetahui bahwa tiga pemuda lainnya juga menyukai sang putri dan telah meminangnya. Keempat pemuda ini juga terlihat bingung dan heran karena raja menyatakan menerima pinangan mereka berempat, sedangkan yang mereka berempat ketahui adalah Baginda Raja Batu Bara hanya memiliki seorang putri. Namun, sang raja meminta agar mereka tenang. Beliau mensyaratkan pada keempat pemuda itu agar mereka memperlakukan putrinya dengan baik, dan tidak mempermasalahkan kenyataan yang mereka lihat mengenai putri raja, dan juga agar tidak penasaran mengenai apa yang telah terjadi pada putri raja. Keempat pemuda yang masih heran ini menyanggupi persyaratan dari sang raja. Sang rajapun mempersilahkan keempat putrinya itu memasuki Balairung Istana tempat raja berada. Terkejutlah keempat pemuda itu bersama dengan para penghulu dan pegawai kerajaan yang memang tidak mengetahui tentang keberadaan keempat gadis yang sama rupa, sama suara, dan sama lagaknya dengan sang putri raja. Namun, keempat pemuda ini lalu bergembira melihat kenyataan itu. Raja bersama permaisuri dan juga keempat pemuda itu serta segenap penghulu kerajaan dan para alim ulama segera bermusyawarah menentukan waktu pernikahan. Maka, waktu pernikahan-pun disepakati yaitu tujuh setelah hari itu. Waktu pernikahan segera diumumkan kepada segenap rakyat yang menyambutnya dengan penuh sukacita. 

Setelah waktu penantian pernikahan telah genap, maka dilangsungkanlah pernikahan empat putri Baginda Raja Batubara dengan keempat pemuda dari Pagaruyung itu. Pesta pernikahan berlangsung dengan sangat meriah. Baginda Raja Batubara dan permaisurinya menjadi orang-orang yang paling berbahagia atas pernikahan itu. Bagi mereka, lengkaplah sudah rahmat yang Tuhan berikan pada mereka. Tuhan telah menganugerahkan pada mereka negeri yang makmur dan beradab, putri-putri yang cantik, dan menantu-menantu yang berparas elok, berhikmat, dan bertaqwa.

Baginda Raja Batu Bara terkenang tentang petualangannya berburu rusa yang begitu berat namun justru membuatnya tiba di Negeri Simalungun dan bertemu dengan istrinya serta bersama-sama menemukan dan membangun Negeri Batubara. Beliau mengucap syukur pada Tuhan karena mengijinkannya melalui begitu banyak petualangan dan mendapatkan banyak pengalaman dalam hidupnya.


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Legenda ini merupakan cerita rakyat Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, yang diceritakan secara turun-temurun.

Kerajaan Batubara adalah pendahulu dari kedatuan-kedatuan yang lalu muncul di wilayah Batubara. Batubara adalah sebuah kabupaten di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kerajaan Batubara berdiri sekitar tahun 1676-1680 setelah jaman Hindu-Buddha sudah berakhir dan pada masa Islam sudah menjadi agama utama di Sumatera. Wilayah Batubara mulanya adalah salah-satu wilayah kekuasaan Kerajaan Simalungun yang menjadi bagian dari Kesultanan Asahan dan dibawahi oleh Kesultanan Aceh.

Inti cerita dalam kisah ini juga tokoh-tokoh utamanya adalah nyata.

Datuk Batubara adalah benar-benar putra raja Kerajaan Alam Minangkabau. Kerajaan Alam Minangkabau yang kemudian mendirikan kedatuan di wilayah Batubara setelah menikahi seorang putri raja dari Simalungun. Ayah Datuk Batubara adalah Raja Bujang. Raja Bujang adalah putra Yang Dipertuan Pagaruyung (penguasa utama Kerajaan Alam Minangkabau) saat itu, yaitu Raja Gamuyang. Raja Bujang dan ayahnya, Raja Gamuyang, adalah salah satu dari Tiga Raja Minangkabau (Rajo Tiga Selo) saat itu. Kisah perburuan Datuk Batubara yang gagal juga nyata namun memiliki selipan-selipan mitos.

_________________________________________________________________________________

Copyrights (Hak Cipta):
Legenda ini ditulis kembali berdasarkan cerita-cerita rakyat Batubara dan juga kisah yang dimuat dari buku “Sejarah Kabupaten Batubara Dari Masa ke Masa” yang ditulis oleh M.Yusuf Morna dan diterbitkan pertama-kali oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Batubara (2010). Kisah ini disusun kembali oleh Deleigeven Media.


TIM PENYUSUN:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Penerbit : Deleigeven Media


Wednesday, 10 January 2018

HUBUNGAN JEPANG-KOREA DARI MASA KE MASA: SEJARAH HUBUNGAN JEPANG DAN KOREA PADA MASA MODERN





Hubungan Jepang dan Korea memiliki sejarah yang sangat panjang. Sejarah panjang kedua bangsa ini didominasi oleh berbagai perselisihan yang kerap menghasilkan perang. Perang-perang antara Jepang dan Korea selalu perang berskala besar yang menimbulkan kehancuran yang luar biasa. Pada masa kini, sengketa Pulau Dokdo seakan menegaskan kembali hubungan buruk kedua bangsa ini sejak masa lalu.

Pada masa kolonial Jepang di Korea, warga Korea dikategorikan sebagai warga kelas dua (bagi para bangsawan kaya) dan bahkan kelas tiga yang posisinya dibawah warga Jepang tentunya, dan juga lebih rendah dari warga Tiongkok dan Manchu. Sama seperti nasib penduduk di wilayah jajahannya, orang Korea juga dikerahkan untuk menjadi romusha (pekerja paksa) dan wanita-wanita mereka juga harus menghadapi teror perekrutan Jugun Ianfu. Sedangkan, kaum intelektualnya harus mengabdi pada Jepang sebagai pejabat pemerintah atau prajurit Dai Nippon yang kedua profesi ini akan memperhadapkan mereka dengan bangsa mereka sendiri.

Pendudukan Jepang ini sangat traumatis bagi orang Korea hingga saat ini sebab Korea kehilangan banyak hal akibat penjajahan Jepang. Runtuhnya Kerajaan Korea (Kekaisaran Han Raya), raibnya harta negara dalam jumlah besar, dan banyak sekali peninggalan-peninggalan leluhur mereka yang dibawa ke Jepang. Jepang juga merekayasa babad Raja Gojong dan Raja Sunjong dan berusaha memusnahkan catatan-catatan sejarah kuno Korea, termasuk Sillok.

Pendudukan ini mengakibatkan hilangnya martabat orang Korea selama lebih dari empat dekade, dan juga menjadi indikator perpecahan di Korea sebab era revolusi itu menghasilkan berbagai ideologi dikalangan masyarakat Korea yang mengerucut menjadi dua kubu, liberalis dan komunis. Ini membuat masyarakat Korea kembali menyalahkan pendudukan Jepang ketika meletusnya Perang Korea (1950-1953) yang meluluh-lantakan seluruh Semenanjung Korea. Pada saat itu, selama bertahun-tahun Indonesia di era Soekarno menjadi negara yang jauh lebih maju dan makmur daripada Korea, baik Korea Selatan maupun Korea Utara.

Tapi, tidak selamanya hubungan kedua bangsa dan negara ini berjalan buruk.

Walau tercoreng oleh masa-masa pendudukan Jepang di Korea, tapi pergantian masa ke masa dan usaha berkat berbagai pihak akhirnya ubungan kedua negara ini bisa dipererat.

Menurut catatan sejarah, ada banyak sekali faktor dan berbagai upaya yang mendukung perbaikan hubungan kedua bangsa, salah-satunya adalah upaya pihak Jepang mengembalikan beberapa barang pusaka Korea di-tahun-tahun terakhir ini yang membuat hubungan kedua bangsa ini menjadi lebih baik, walaupun tensi politik Korea Selatan dan Jepang tetap naik-turun.



PENGARUH PERKEMBANGAN KEKRISTENAN DALAM HUBUNGAN BILATERAL
JEPANG DAN KOREA

Perkembangan agama Kristen di kedua negara juga cukup membantu mempererat hubungan mereka sejak sebelum perang dunia kedua. Saat itu, para misionaris yang berada di Korea dan di Jepang menjadi jembatan yang mempertemukan sekian banyak perbedaan dari kedua bangsa, sebab para misionaris, apakah misionaris barat atau juga misionaris Jepang adalah salah satu ujung tombak bagi perlindungan warga Korea dari tindakan Jepang, sebab Jepang tidak bisa mengintervensi gereja-gereja Protestan sebelum peristiwa penyerbuan di Pearl Harbour karena dimasa itu gereja-gereja Protestan mendapat perlindungan dari perwakilan diplomatik Amerika Serikat, yang sebelum peristiwa Pearl Harbour, masih memiliki hubungan diplomatik dengan Jepang. Selain dengan Amerika Serikat, beberapa Gereja Protestan juga dilindungi langsung oleh pemerintah Jerman yang adalah sekutu Jepang semasa Perang Dunia I dan II. Jepang juga tentunya tidak bisa mengintervensi Gereja Katolik sebab gereja-gereja Katolik diseluruh dunia, menurut hukum gereja, adalah perwakilan langsung negara Vatikan, yang mana Vatikan dan Jepang juga memiliki hubungan diplomatik. Hal ini sangat berbeda dari jaman Edo ketika Kekristenan menjadi hal yang tabu dan bahkan dibasmi di Jepang, jauh sebelum persekusi umat Kristen pertama di Korea yang terjadi pada masa pemerintahan Raja Yeongjo.

Aktifitas gereja-gereja di Korea memang mendapatkan pengawasan ketat pihak Jepang, tapi otoritas gereja mampu menyelamatkan banyak orang. Hubungan antara gereja-gereja Korea dan gereja-gereja Jepang juga menjadi faktor yang sedikit mampu memperbaiki citra Jepang dimata orang Korea sebab umat Kristen di Jepang cukup gencar menyorot pelanggaran HAM yang dilakukan oleh tentara Jepang diberbagai wilayah yang diduduki Jepang, teruatama Korea dan Tiongkok. Pihak gereja-gereja Jepang juga sangat mengkritisi pendudukan Jepang di Korea.

Peristiwa Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki secara ironi juga menjadi faktor yang mengikat hubungan antara Korea dan Jepang. Ketika peristiwa Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki (Agustus 1945) itu terjadi, hanya ada dua bangsa yang menangisi peristiwa itu, tentunya yang pertama adalah Jepang, dan yang kedua adalah Korea.

Peristiwa Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki ini memang menjadi momentum bangsa-bangsa jajahan Jepang untuk memerdekakan diri termasuk Korea, Tiongkok, dan juga Indonesia. Tapi, bagi orang-orang Kristen Korea dimasa itu, peristiwa Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki adalah juga salah-satu tragedi bagi mereka sebab Hiroshima dan Nagasaki adalah kota di Jepang yang paling banyak dihuni oleh orang-orang Korea di Jepang. Selain itu, kota Nagasaki adalah pusat kekristenan di Jepang sehingga bagi orang Kristen Korea, peristiwa Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki ini membuat mereka kehilangan saudara-saudara seiman mereka yang sebelumnya juga mendukung perjuangan mereka. Bom di Nagasaki juga menewaskan salah-satu pewaris tahta Korea, Pangeran Gon, yang merupakan pewaris yang paling diharapkan oleh klan Yi untuk menduduki tahta warisan Yi Seong-gye.




PENGARUH BUDAYA POPULER DALAM HUBUNGAN BILATERAL
JEPANG DAN KOREA

Saat ini, sebagian besar kalangan tua Korea masih antipati pada apapun yang berbau Jepang, tapi berbagai event yang melibatkan kedua-negara ini membuat sikap itu tidak bertahan lama dan mulai memudar dikalangan muda yang mulai selektif dan objektif.

Momen Piala Dunia Korea Selatan-Jepang (2002) merupakan peristiwa di masa modern yang membuahkan hubungan baik kedua negara ini dititik tertinggi. Berbagai upaya positif kedua negara berhasil mencairkan suasana yang kaku, termasuk pembuatan mini-seri drama “Friends” yang hasil kerja-sama kedua negara. Drama ini dibintangi oleh bintang-bintang Korea dan Jepang paling terkenal pada masa itu, aktor Wonbin dan aktris Kyoko Fukada.

Budaya populer merupakan alat perekat utama bagi naik-turunnya hubungan kedua bangsa ini. Industri perfilman Korea Selatan memang menjadikan Hongkong dan Hollywood sebagai acuan pendidikan perfilman dan serial televisi mereka tapi industri musik Korea dan juga sistem pelatihan (kurikulum) talent agent mereka mengacu pada sistematisasi pelatihan yang diterapkan oleh Jepang.

Pada tahun 70an, pihak Korea Selatan mulai mengirim seniman-seniman mereka ke Jepang untuk belajar. Korea Selatan tidak langsung mengirim artis-artis mereka ke Jepang melainkan mengirim pelatih-pelatih artis dan juga mahasiswa/i seni. Mereka mengirim pelatih mereka ke tempat terbaik saat itu. Saat para pelatih itu pulang, mereka mendidik bibit-bibit baru di Korea. Demikian juga saat mahasiswa-mahasiswi itu pulang, sebagian dari mereka menjadi pelatih, dan juga menjadi artis. Selain mengirim mahasiswa/i dan pelatih seni, Korea juga mengadopsi kurikulum pelatihan artis milik Jepang dan memodifikasinya agar bisa diterapkan di Korea sesuai dengan situasi dan kondisi di Korea. Proses ini berlangsung terus-menerus hingga kemudian Korea sudah memiliki tenaga-tenaga pengajar yang handal. Korea pun akhirnya mampu mengembangkan industri kreatifnya tahun demi tahun. Melalui proses yang sistemik ini lahir-lah K-pop sebagai bagian dari Korean Wave. Korean Wave sendiri diawali oleh popularitas drama “Winter Sonata” dan “Endless Love”. Setelah era kedua drama ini selesai, solois Rain menjadi sangat terkenal setelah drama sukses “Full House”. Era Rain inilah yang mengawali popularitas K-pop secara global termasuk juga di Jepang. Di masa yang sama, boyband DBSK muncul dan menjadi boyband abadi bagi penggemar musik Korea. Inilah momentum kedua yang menjadi pencair hubungan Korea-Jepang setelah event Piala Dunia Korea Selatan-Jepang (2002).

Walaupun tingginya nasionalisme antar kedua bangsa dan negara, tentu saja budaya populer bisa menjadi salah-satu penyebab naiknya sentimen negatif masing-masing negara. Tapi, selain perkembangan agama Kristen dikedua negara, bidang ini tetap menjadi salah-satu titik temu terbaik antara orang-orang Korea dan Jepang ditengah-tengah tingginya persaingan produk-produk elektronik dan teknologi kedua negara yang juga melibatkan unsur pendukung utama dalam budaya populer tersebut, yaitu para selebritas mereka.

Kini, upaya-upaya rekonsiliasi hubungan kedua bangsa yang dilakukan oleh banyak pihak semakin membuahkan hasil yang baik. Kedua bangsa memang tidak mau melupakan sejarah sebagai bagian dari masa lalu mereka, tapi kesadaran akan ketergantungan masing-masing sebagai negara-negara yang berada di satu kawasan membuat kedua bangsa ini mulai berdamai dengan masa lalu masing-masing.



PENGARUH KOREA TERHADAP JEPANG TEMPO DULU

Pada masa kini, banyak sekali yang beranggapan bahwa budaya Korea dipengaruhi oleh budaya Jepang, atau teknologi klasik Korea dipengaruhi oleh Jepang. Hanya segelintir orang yang mengetahui bahwa anggapan ini salah besar.

Korea justru adalah sumber dari perkembangan budaya dan teknologi Jepang di-masa-lalu. Pada periode Tiga Kerajaan, budaya dan teknologi Korea menjadi acuan bagi bangsa Jepang. Saat itu, Jepang mengadopsi banyak hal dari Korea, baik itu kesenian, ilmu pedang, astronomi, pakaian, dan bahkan sistem bangsawan militer (samurai).

Secara luas, bangsa Korea diakui sebagai bangsa yang serumpun dengan bangsa Jepang. Bangsa Jepang adalah bangsa yang datang ke kepulauan Jepang melalui daratan bagian selatan Semenanjung Korea. Letak mereka di kepulauan yang jauh dari daratan Tiongkok membuat Jepang menjadi sangat bergantung pada Korea sebagai penyalur budaya dan teknologi mereka.

Pengaruh Korea dapat dilihat dari tembikar-tembikar Jepang. Tembikar Jepang sangat dipengaruhi oleh pengrajin Korea. Pengaruh pengrajin-pengrajin tembikar Korea di Jepang sudah dimulai sekitar abad ke-6 hingga abad ke-7 oleh para pengrajin tembikar Baekje yang pergi ke Jepang, terutama setelah Perang Baekgang. Pakaian khas para pengrajin keramik Jepang beserta ikat kepala mereka yang khas juga adalah pakaian para pengrajin tembikar dari Baekje. Inilah mengapa pakaian khas yang kerap dipakai para pengrajin keramik oleh Jepang itu juga dipakai oleh pengrajin-pengrajin keramik di wilayah Jeolla (wilayah asal Baekje).

Pengaruh pengrajin Korea pada seni tembikar Jepang ini terus berlanjut hingga era Joseon, terutama ketika “Perang Tujuh Tahun” meletus. Saat itu, Jepang ingin merampas teknologi pembuatan keramik terunggul yang hanya dimiliki oleh Kerajaan Joseon dan Kekaisaran Ming, sehingga saat menginvasi Joseon, mereka menangkap dan menculik banyak pengrajin keramik Joseon termasuk Yi Sam-pyeong. Yi Sam-pyeong adalah pengrajin keramik Joseon yang diculik oleh Nabeshima Naoshige, utusan yang dikirim ke Joseon (1598). Gubernur Nabeshima sangat terpesona pada hasil karya Yi Sam-pyeong sehingga beliau mendukung penuh Yi Sam-pyeong. Gaya keramik Yi Sam-pyeong menjadi role model pengrajin keramik di Arita. Inilah yang membuat Yi Sam-pyeong dihormati sebagai ‘dewa keramik’ bagi masyarakat Jepang. Keramik yang berasal dari Arita yang didasari pada gaya Yi Sam-pyeong dijadikan sebagai gaya keramik yang mewakili Jepang ke seluruh dunia dan menjadi ciri utama keramik Jepang sejak tahun 1660. Keramik Arita yang memiliki pola halus, warna mewah dan bentuk indah semakin terkenal di Eropa, dan menjadikan keramik Jepang mendapat gengsi yang tinggi.

Selain budaya dan teknologi, Korea jugalah yang membawa masuk agama Buddha ke Jepang. Buddhisme Korea lalu menjadi sumber utama bagi ajaran-ajaran Buddha di Jepang sebab Buddhisme Korea mampu mendapatkan sumber langsung dari Tiongkok dan India, sedangkan biksu-biksu Jepang tidak bisa mencapai Tiongkok sesering biksu-biksu Korea, dan juga dalam catatan sejarah tidak ada biksu Jepang yang mampu mencapai India.

Korea juga menginspirasi pembentukan bangsawan militer Jepang, atau yang kita kenal dengan sebutan “Samurai”.

Awal mula sistem bangsawan militer ini berawal pada tahun 663 M, ketika pasukan gabungan Jepang dan Baekje kalah melawan pasukan gabungan Silla dan Dinasti Tang yang menandai keruntuhan Kerajaan Baekje, Jepang yang sadar akan kekurangan militernya lalu melakukan reformasi yang sangat terkenal di Jepang yaitu Reformasi Taika yang dicetuskan oleh Pangeran Naka-no-Oe (kelak menjadi Kaisar Tenji). Reformasi ini mereformasi sistem birokrasi dan sistem militer Jepang yang lama menjadi sistem ala dinasti Tang. Imbas dari reformasi ini, pada tahun 702, penerus Kaisar Tenji, yaitu Kaisar Monmoku menerapkan sistem militer yang berlaku di Silla yaitu sistem “Bangsawan Militer” yang mewajibkan 3-4 anggota keluarga laki-laki tiap bangsawan untuk mengabdi kepada kekaisaran sebagai perwira militer. Sistem ini mengacu pada perekrutan para Hwarang dan pasukan Hwarang yang mengabdi di Silla. Sistem bangsawan militer inilah yang menjadi cikal-bakal Samurai Jepang.

Selain kelompok Samurai, konon teknik berpedang para Hwarang menjadi asal mula teknik berpedang para Samurai Jepang. Teori ini diterima oleh sejarawan Korea dan sebagian sejarawan Jepang, tapi ditolak oleh banyak sejarawan Jepang. Teori bahwa teknik berpedang para Samurai berasal dari teknik berpedang para Hwarang dianggap masuk akal karena sistem bangsawan militer yang menjadi cikal-bakal Samurai mulai diterapkan di Jepang pada tahun 702 M, setelah kekalahan mereka dari pasukan Silla-Tang dalam Perang Baekgang. Setelah Perang Baekgang, Jepang kembali membangun hubungan diplomatik dengan Silla. Secara diam-diam, para utusan Jepang mempelajari sistem militer Silla dan juga ilmu beladiri dan ilmu berpedang para Hwarang yang berbeda dari ilmu beladiri dan ilmu pedang Tiongkok. Periode inilah yang diklaim awal mula para samurai Jepang mendalami ilmu berpedang yang mencontoh teknik berpedang para Korea, sehingga para sejarawan ini beranggapan bahwa ilmu pedang para Samurai asalnya adalah dari Korea, tepatnya dari teknik pedang para Hwarang.

Jauh sebelum para Hwarang lahir, seorang pangeran Silla dikirim ke Jepang dan mengabdi pada istana Jepang. Cerita legenda tentang kisah kehidupan pangeran Silla ini tetap dilestarikan hingga sekarang.





PENGARUH JEPANG TERHADAP KOREA TEMPO DULU

Sejak Kekaisaran Jepang pertama kali berdiri, mereka banyak mengadopsi banyak hal dari Korea, tapi itu tidak berarti Korea tidak mengadopsi apa-apa dari Jepang. Jepang adalah distributor utama berbagai komoditi dari bangsa-bangsa Eropa dan produk-produk dari Asia Tenggara ke Korea.

Pada masa Tiga Kerajaan, Kerajaan Silla Bersatu, dan Kerajaan Goryeo, Korea menerapkan sistem perdagangan terbuka. Tetapi, setelah Kekaisaran Yuan menaklukan Goryeo, Korea mulai diisolasi oleh Yuan. Untunglah Raja Gongmin berhasil mengusir Yuan. Tapi, tidak lama setelah kematian Raja Gongmin, Kerajaan Goryeo runtuh dan digantikan oleh dinasti baru yang sangat tertutup, Joseon.

Mula-mula Kerajaan Joseon masih membuka diri, tapi serbuan-serbuan asing termasuk dari Jepang dan diperparah invasi Bangsa Manchu (Kekaisaran Qing) membuat Raja Injo (raja ke-16 Joseon) menerapkan politik isolasi. Politik isolasi ini membuat Korea dijuluki sebagai “Kerajaan Pertapa”.

Pada periode isolasi ini, pemasok berbagai komoditi di Joseon hanyalah Tiongkok dan Jepang. Saat itu, Jepang sudah membuka hubungan dagang dengan Belanda melalui Perusahaan Dagang Hindia Timur (VOC) yang basis utamanya adalah di Pulau Jawa, Indonesia. Melalui perusahaan dagang Belanda ini Jepang berdagang berbagai komoditi dari Asia Tenggara khususnya Indonesia seperti buah-buahan, rempah-rempah, berbagai produk atsiri, dan sebagainya. Jepang lalu memperkenalkan komoditi-komoditi tersebut ke Korea melalui pusat perdagangan Korea-Jepang di Pulau Tsukushima. Contoh terbaik adalah buah pisang yang masuk ke Jepang (abad ke-17). Buah yang tercatat didatangkan dari Jakarta oleh kapal-kapal VOC ini lalu dibawa ke Korea oleh pedagang-pedagang Jepang. Tanpa Jepang, mustahil berbagai komoditi dari Indonesia bisa masuk ke Korea dalam kurun waktu itu karena Belanda memonopoli perdagangan beberapa komoditi penting di Indonesia, dan satu-satunya bangsa Eropa yang menjalin kerja-sama perdagangan dengan Jepang hanyalah Belanda.

Jauh sebelum itu, pengaruh Jepang sudah dirasakan di-era awal Tiga Kerajaan ketika raja pertama Silla, Raja Hyeokgeose berkuasa. Saat itu Silla memeliki seorang menteri yang berasal dari Jepang yang bernama Hogong. Hogong merupakan orang yang menemukan Kim Alji (pada 65 M), luluhur klan Kim yang nanti menjadi penguasa Silla. Hogong hidup hingga masa pemerintahan Raja Talhae (raja ke-4 Silla). Raja Talhae juga adalah orang Jepang. Beliau adalah menantu dari Raja Namhae dan ipar Raja Yuri (raja ke-3 Silla). Raja Talhae adalah seorang pangeran yang berasal dari sebuah kerajaan kecil di Timur Laut Jepang yang bernama Kerajaan Dapana. Menurut legenda, ayah Talhae yang bernama Raja Hamdalpa menganggap kelahiran Talhae akan menjadi malapetaka bagi kerajaannya. Bayi Talhae lalu dimasukkan kedalam kotak dan dibuang ke laut hingga sampai ke Silla dan ditemukan oleh seorang nelayan. Talhae lalu diasuh oleh keluarga Seok yang saat itu adalah seorang pejabat tinggi di Silla. Talhae dinikahkan dengan putri Raja Namhae. Setelah Raja Yuri meninggal, Talhae lalu diangkat menjadi raja Silla. Ini artinya, dalam diri para anggota keluarga kerajaan Silla juga mengalir darah Jepang.

Pada era awal ini juga, Korea melalui Silla sering mendapat serbuan dari Jepang, terutama saat Kaisar Suinin berkuasa. Tapi, saat Kaisarina Himiko berkuasa, situasi mulai membaik. Saat itu, Kaisarina Himiko mengirimkan rombongan utusan (158 M) pada Raja Adalla (raja ke-8 Silla) dan memberikan banyak hadiah pada Raja Adalla sebagai tanda persahabatan. Kaisarina Himiko kembali mengirimkan rombongan utusan pada Raja Adalla (173 M) beserta banyak hadiah sebagai tanda persahabatan. Sebagai hasilnya, ada transfer budaya dari Korea ke Jepang dengan lebih mudah saat itu sebab Silla adalah wilayah daratan Korea yang paling dekat dengan Kepulauan Jepang.

Hubungan baik kerajaan-kerajaan di Korea (terutama Baekje) dengan Jepang mulai terjalin erat berkat sikap Kaisarina Himiko yang sangat bersahabat.

Hubungan Jepang naik turun setelah kematian Kaisarina Himiko. Berbagai peristiwa mewarnai periode itu. Tapi, kehadiran bajak laut Wokou dari Jepang pada abad ke-13 yang seharusnya memperburuk keadaan justru membantu memperbaiki hubungan kedua negara. Walau bajak laut ini berasal dari Jepang tapi Semenanjung Korea adalah wilayah yang paling sering diserang oleh para bajak laut. Meskipun pasukan Korea sangat tangguh memerangi mereka tapi bantuan yang diberikan oleh Jepang sangat berarti. Tanpa bantuan Jepang, Korea hanya memenangkan perang tapi tidak akan mampu mengembalikan rampasan-rampasan yang dibawa oleh para perompak, termasuk warga Korea yang diculik. Kerjasama Korea dan Jepang mengatasi bajak laut cukup memperbaiki hubungan kedua negara yang sempat tercoreng oleh invasi pasukan Mongol ke Jepang yang justru diangkut oleh armada perang Korea.




PERSAHABATAN JEPANG DAN BAEKJE

Kerajaan Baekje merupakan sumber perkembangan teknologi, agama Buddha, dan peningkatan budaya bagi Jepang. Jepang mengadopsi budaya dan teknologi dari Korea sejak dulu, dan sumber paling awal mereka adalah Baekje. Mereka mengadopsi banyak teknologi dan budaya dari Baekje, bahkan agama Buddha dibawa ke Jepang oleh biksu dari Baekje.

Tapi, Baekje yang telah berdiri selama 678 tahun runtuh pada 18 Juli 660 akibat serbuan Kerajaan Silla. Runtuhnya Kerajaan Baekje ini sangat mengejutkan seluruh penjuru Jepang.

Rupanya Baekje belum sepenuhnya menyerah. Pasukan Baekje bergerilya melawan pasukan Tang yang membuat pemerintahan proktetorat di Sabi. Mereka berhasil menguasai sejumlah kecil wilayah yang tidak terjangkau oleh pasukan Tang. Begitu Raja Uija menyerah, para bangsawan Baekje yang dipimpin oleh Gwisil Boksin melarikan diri ke Jepang meminta bantuan sekutu abadi mereka itu. Jepang yang sejak dulu dibantu oleh Baekje merespons positif permintaan Baekje. Agustus 661 bala bantuan pertama dari Jepang yang dikirim oleh Kaisarina Semei untuk Baekje tiba di wilayah Baekje dibawah pimpinan Jenderal Abe no Hirafu. Pasukan gelombang kedua yang lebih besar tiba juga di Baekje (662) yang dipimpin Jenderal Kamitsukeno no Kimi Wakako dan Jenderal Iohara no Kimi. Putra Raja Uija, Pangeran Buyeo Pung yang sudah tingga selama 30 tahun di Jepang ikut dalam rombongan ini sebagai calon raja Baekje. Tapi, pasukan Jepang ini tidak mampu mengalahkan koalisi Silla-Tang dan harus menyerah dalam Perang Baekgang.

Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Baekgang, kapal-kapal Jepang yang berhasil selamat kembali ke Jepang dan dipenuhi oleh pengungsi-pengungsi dari Baekje.

Para pengungsi dari Baekje yang tiba di Jepang membaur dengan masyarakat Jepang walau awalnya mereka mendapatkan diskriminasi. Para bangsawan Baekje lalu dijadikan sebagai bangsawan Jepang dan mampu bertahan dalam berbagai perang sipil yang kerap berkecamuk di Jepang. Pernikahan para bangsawan Baekje dengan bangsawan-bangsawan Jepang juga akhirnya menyentuh bangsawan-bangsawan istana dan keluarga raja. Percampuran darah Baekje dalam keluarga kerajaan juga diakui oleh Kaisar Akhihito, yang mengakui bahwa dalam dirinya juga mengalir darah Korea. Pengakuan Kaisar Akhihito ini menjadi salah-satu poin dan momentum penting dalam memperbaiki hubungan antar kedua bangsa. 


Kini, hubungan kedua bangsa ini masih seperti air laut yang pasang surut. Namun, semakin bertambahnya waktu semakin banyak juga pencapaian-pencapaian positif antar kedua bangsa demi memperbaiki hubungan kedua negara dan juga mengurangi trauma yang masa-lalu.



Daftar Pustaka:
-Byeon-won Lee; History
-Maurizio Riotto; The Place Of Hwarang Among The Special Military Corps Of Antiquity; The Journal of Northeast Asian History; Northeast Asian History Foundation; 2012
-Richard McBride; Silla Budhist & The Manuscript of Hwarang Segi
-Tae-hoong Ha; Samguk Yusa, Legends and History of the Three Kingdoms of Ancient Karea; Yonsei University Press; 1972; Seoul
-Wontak Hong; Baekche An Offshoot of the Buyeo-Koguryeo in Mahan Land; East Asian History, A Korean Perspective; 2005; Seoul
-Young-kwan Kim, Sook-ja Ahn; Homosexuality In Ancient Korea; Pyongtaek University, Hanyoung Theological University; 2006; Seoul
-Korean History For International Citizen; Northeast Asian History Foundation
-Koreana (Korean Culture & Art) Vol.25.No.1; 2011; National Museum Of Korea
-Korea's Flowering Manhood
-The History of Hwarang-do
-The Three Kingdoms of Ancient Korea in the History of Taekwon-Do


Daftar Website:
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ARTIKEL INI DISUSUN DAN DITERBITKAN PERTAMA KALI
OLEH DELEIGEVEN MEDIA

SETIAP ARTIKEL YANG MEMILIKI ISI, SUSUNAN, DAN GAYA PENULISAN
YANG MIRIP DENGAN ARTIKEL INI MAKA ARTIKEL-ARTIKEL TERSEBUT
MENYADUR ARTIKEL INI.

DILARANG KERAS MEMPLAGIAT ARTIKEL INI!

CANTUMKAN LINK LENGKAP ARTIKEL INI DISETIAP KALIMAT YANG ANDA DISADUR DARI ARTIKEL INI. SESUAI UNDANG-UNDANG HAK CIPTA, JIKA MENYADUR/MENG-COPY MINIMAL SEPULUH KATA TANPA MENCANTUMKAN SUMBER DARI KALIMAT ITU (BERBEDA DARI PENCANTUMAN SUMBER DI CATATAN KAKI (FOOTNOTE) MAKA ITU ADALAH TINDAKAN PLAGIARISME.

JIKA ANDA MENYADUR SEBAGIAN BESAR ARTIKEL INI MAKA ANDA HARUS MENCANTUMKAN KALIMAT:
"ARTIKEL INI DISADUR DARI....(LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA",
ATAU:"SUMBER UTAMA DARI SEBAGIAN BESAR INFORMASI ARTIKEL INI DIAMBIL DARI (LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA"  
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Notes (Catatan):

*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)

*Please open: Kingdom of Silla for short story about "Kingdom Of Silla" in ENGLISH
(Silahkan membuka link: Kingdom of Silla untuk membaca sejarah singkat Kerajaan Silla dalam bahasa Inggris).

*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account: @deleigevenhistory
(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Copyrights Story: Deleigeven Media

Penyusun:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Desain : Deleigeven
Penerbit: Deleigeven Media


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------