Monday, 20 February 2017

PARA PUNGWOLJU (PERSIAPAN PERANG PENYATUAN TIGA KERAJAAN)






Periode persiapan "Perang Penyatuan Tiga Kerajan" berlangsung selama era pemerintahan Ratu Jindeok dan pada awal masa pemerintahan Raja Muyeol yang di-dominasi oleh kegiatan infilitarasi (penyusupan, mata-mata) ke wilayah musuh dan kontra-spionase. Tidak ada perang pada periode ini.

Begitu pemberontakan Bidam berhasil dipadamkan dan Ratu Seondeok meninggal, tahta Silla tidak diwariskan kepada Pangeran Chunchu sebagaimana keinginan Raja Jinpyeong dan Ratu Seondeok melainkan kepada Putri Seungman yang lalu diangkat menjadi Ratu Jindeok. 

Ratu Jindeok adalah penguasa ke-28 Kerajaan Silla yang diangkat menjadi ratu Silla setelah kematian saudara-sepupunya, Ratu Seondeok pada tahun 647. Beliau memerintah Silla selama 7 tahun, hingga tahun 654. Beliau diangkat menjadi ratu karena hanya dialah keturunan raja dari kelas Seong-geol yang masih tersisa. Selama masa pemerintahannya, Ratu Jindeok mempercayakan berbagai keputusan penting negara berdasarkan pertimbangan dari Jenderal Kim Yushin dan Pangeran Kim Chunchu sehingga terkesan Ratu Jindeok hanyalah boneka dari kedua bangsawan tadi. Namun, Ratu Jindeok juga menerapkan banyak kebijakan baru atas inisiatif dirinya yang sangat menolong Silla kelak pada periode penyatuan Semenanjung. 

Selain memperhatikan teknologi pertanian dan kesejahteraan petani dan juga peningkatan kebudayaan, pemerintahannya juga menikmati masa kedamaian yang singkat karena Ratu Jindeok mengambil kebijakan untuk melakukan gencatan senjata dengan Kerajaan Baekje dan berhasil bernegosiasi dengan Jepang agar menahan bantuan militer mereka pada Baekje. Perundingan-perundingan ini sangat penting sebab jika saat itu saat itu Baekje menyerang Silla maka sudah pasti Silla akan sulit memenangkan perang karena Silla belum pulih sepenuhnya dari dampak Pemberontakan Bidam.

Ratu Jindeok sangat menyayangi Pangeran Chunchu dan ingin meneruskan wasiat Raja Jinpyeong dan Ratu Seondeok untuk mengangkat Pangeran Chunchu sebagai raja tapi niatnya ini terkendala peraturan istana sebab Pangeran Chunchu bukanlah keturunan murni kelas Seong-geol melainkan keturunan campuran. Pangeran Chunchu juga kalah dukungan dari Pangeran Alcheon. Untunglah Pangeran Alcheon melepas haknya atas tahta sehingga Pangeran Chunchu lalu diangkat sebagai putra-mahkota oleh Ratu Jindeok.

Setelah Ratu Jindeok meninggal, Pangeran Chunchu dengan mulus melangkah ke tahta Silla dan bergelar “Raja Muyeol”. Raja Muyeol adalah cucu Raja Jinpyeong (maternal) dan Raja Jinji (paternal), dan keponakan Ratu Seondeok dan Ratu Jindeok, serta keponakan Pangeran Yongchun (Pungwolju ke-13). Kebijakan politik utama Raja Muyeol adalah melakukan penguatan otoritas kerajaan dan memperkuat kubu pendukungnya. Prioritas berikutnya adalah memperkuat hubungan diplomatik dengan Dinasti Tang dan kebijakan Raja Muyeol selanjutnya adalah memulai ekspansi untuk menyerang dua kerajaan lain di semenanjung, yaitu kerajaan Baekje dan Goguryeo. Dia adalah raja Korea pertama yang mempersatukan Semenanjung Korea. Usahanya mempersatukan Semenanjung Korea lalu di-sempurnakan oleh Raja Wang Geon dari Goryeo.

Namun, sebelum perang penyatuan ini dilakukan, ada periode sekitar 7-8 tahun dimana terjadi gencatan antara Silla dengan Baekje dan Goguryeo. Periode ini dimulai begitu Ratu Jindeok menjadi ratu dan pada beberapa bulan di tahun pemerintahan Raja Muyeol menjelang penyerbuan ke Baekje. Terciptanya gencatan senjata dengan Baekje merupakan suatu kelegaan bagi Silla namun hal ini bukan jalan keluar yang bersifat ‘final’ sebab hal ini ibarat ‘perang dingin’ era dunia kuno tapi waktu berlangsung-nya lebih singkat dari perang dingin era modern antara Amerika Serikat dan Rusia. 

Selama periode ini, kedua kerajaan saling memata-matai satu sama lain. Meskipun tidak ada perang yang meletus pada periode namun periode adalah salah-satu periode terpenting dalam proses penyatuan Semenanjung Korea sebab ini adalah masa-masa dimana Silla mengkonsolidasi kekuatannya dan mengukur kekuatan lawan.

Inilah nama para pungwolju di periode persiapan perang Penyatuan Tiga Kerajaan (nomor urut disesuaikan dengan urutan saat mereka menjabat sebagai Pungwolju):






25. CHUNJANG

Chunjang adalah pungwolju ke 25. Tidak jelas kapan Chunjang lahir namun pastinya dia lahir pada akhir masa pemerintahan Raja Jinpyeong dan seumuran dengan Cheon-gwang. Nama Chunjang sebagai Pungwolju ditemukan dalam kitab-kitab sejarah Silla seperti Samguk Sagi dan Samguk Yusa. Marga Chunjang adalah “Kim” dari klan Kim Gyeongsang. Chunjang adalah Pungwolju pertama di-era Ratu Jindeok.

Ayah Chunjang adalah Yeomjang (pungwolju ke-17). Beliau adalah putra ke-3 Yeomjang. Kakek dan nenek Paternal Chunjang adalah Pangeran Cheonju (putra Raja Jinheung dengan Putri Wolhwa) dan Lady Jido dari klan Park (adik-tiri dari pungwolju ke-14, Yongchun). Sedangkan, Kakek dan nenek maternal Chunjang adalah Hajong (pungwolju ke-11) dan Putri Engryo (putri dari Raja Jinheung dengan Ratu Sado), yang artinya Chunjang adalah cicit Raja Jinheung secara paternal dan cucu Raja Jinheung secara maternal. Inilah mengapa Chunjang dikategorikan sebagai pangeran Silla. Sisilah keluarganya juga membuat Chunjang memiliki darah Gaya dari ayahnya sebab nenek-buyut Chunjang adalah putri dari seorang bangsawan Gaya, dan juga menandakan bahwa dia adalah salah-satu keturunan Mishil. Chunjang juga adalah saudara sepupu Cheon-gwang karena ayah Chunjang dan ibu Cheon-gwang kakak-beradik.

Chunjang adalah putra bungsu yang memiliki dua orang kakak laki-laki (Hajang dan Yunjang) dan tiga orang kakak perempuan (Chunhwa, Yunhwa, dan Gyeonghwa). Kakak-kakak laki-laki Chunjang juga bergabung dalam Resimen Hwarang, namun hanya Chunjang yang mampu menjadi Pungwolju.

Kakak-kakak perempuan Chunjang memiliki kisah cinta yang rumit. Kakak perempuan tertuanya yang bernama Chunhwa menikah dengan Yangdo (Pungwolju ke-22), namun saudari-tiri Yangdo yang bernama Putri Boryang (selir Raja Jinpyeong) mengacaukan pernikahan mereka dengan berusaha menikahi Yangdo. Pernikahan sedarah ini membuat Chunhwa berpisah dengan Yangdo. Chunhwa lalu dijodohkan ayahnya dengan Gun-gwan (Pungwolju ke-23). Dua kakak perempuan Chunjang lainnya (Yunhwa dan Gyeonghwa) justru menikahi sepupu mereka, Cheon-gwang (Pungwolju ke-24).

Kehidupan pribadi Chunjang juga cukup menarik. Istri pertama Chunjang bernama Lady Cheonbong. Entah apa yang apa yang membuat ayahnya, Yeomjang menikahkan Chunjang dengan Lady Cheonbong sebab istri Chunjang itu adalah bibi-nya sendiri (adik Yeomjang). Selain menikahi Lady Cheonbong, Chunjang juga mengambil Onhee (putri dari Yewon, Pungwolju ke-20) dan Yangshi (putri dari Yangdo, Pungwolju ke-22). Chunjang menikahi putri-putri seniornya itu atas permintaan para Pungwolju itu pada ayah Chunjang dan Chunjang tidak berusaha untuk menolak permintaan mereka. Chunjang juga menikahi sepupunya, Cheonbu (adik dari Cheon-gwang).

Catatan dalam kitab sejarah Silla memang menggambarkan Chunjang sebagai seorang Hwarang yang sangat penurut dan tidak mengutamakan keinginannya melainkan melakukan apa yang diminta oleh seniornya dan juga atasannya. Ini dapat dilihat dari penunjukan Cheon-gwang sebagai Pungwolju ke-24.

Sebenarnya, saat Yangdo pensiun sebagai Pungwolju dan digantikan oleh Gun-gwan, Chunjang adalah kandidat terkuat wakil Pungwolju. Namun, Yangdo secara khusus meminta pada Gun-gwan untuk mengangkat Cheon-gwang sebagai wakilnya. Padahal, Yangdo adalah mertua Chunjang. Pada akhirnya, Gun-gwan mengabulkan permintaan Yangdo, yang adalah mantan suami dari istrinya itu, Cheon-gwang pun diangkat sebagai wakil Pungwolju sehingga membuat Cheon-gwang menjadi calon terkuat pengganti Gun-gwan. Setelah Gun-gwang pensiun sebagai Pungwolju (tahun 643), Cheon-gwang diangkat sebagai Pungwolju, jabatan yang seharusnya dijabat oleh Chunjang saat itu.

Meskipun terlihat sebagai seorang pria dan Hwarang penurut namun Chunjang bukanlah pria yang memiliki fisik dan berkepribadian lemah. Catatan sejarah menggambarkan Chunjang sebagai pria yang sangat kuat dan sangat pandai beladiri. Meskipun demikian, tubuh dan wajahnya tetap berperawakan yang identik sebagai seorang Hwarang yaitu memiliki tubuh yang tidak terlalu besar dan garis wajahnya khas Hwarang Silla, berwajah oval dan dikategorikan sebagai pria cantik.

Saat itu, Chunjang adalah hwarang terkuat di-masanya. Namun, Chunjang dikenal sangat saleh dan merupakan seorang bangsawan yang murah-hati. Bersama-sama dengan Cheon-gwang, Chunjang sering diam-diam membantu rakyat miskin dan menghukum para pejabat korup dan para bangsawan jahat dengan melawan penidasan mereka pada rakyat miskin, menggagalkan transak-transaksi mereka, dan juga melaporkan mereka kepada petugas kerajaan.

Tidak diketahui dengan pasti kapan Chunjang menjadi seorang Hwarang namun yang pasti dia bergabung dalam resimen hwarang pada usia 14 atau 15 tahun. Kuat dugaan Chunjang seumuran dengan Cheon-gwang sehingga diperkirakan beliau menjadi Hwarang sekitar tahun 629 hingga 632 pada saat Kim Heumsun menjabat sebagai Pungwolju. Chunjang ditunjuk sebagai wakil Pungwolju ketika Cheon-gwang diangkat sebagai pungwolju. Setelah Cheon-gwang gugur dalam pemberontakan Bidam pada tahun 647, Chunjang yang mampu mampu bertahan hidup dalam perang-saudara itu lalu diangkat sebagai Pungwolju. Chunjang menjabat sebagai pungwolju selama 6 tahun dan pensiun pada tahun 652. Chunjang menjadi Hwarang dimasa pemerintahan Raja Jinpyeong dan menjabat sebagai Pungwolju pada masa pemerintahan Ratu Jindeok. Beliau merupakan Pungwolju pertama di-era Ratu Jindeok. Chunjang adalah salah-satu komandan Hwarang yang berperang di-kubu Ratu Seondeok pemberontakan yang dipimpin Bidam meletus. 

Sebagai Hwarang yang sebaya dengan Cheon-gwang, Chunjang cukup dekat dengan ipar sekaligus atasannya itu. Namun, gaya kepemimpinan Chunjang sangat berbeda dengan Cheon-gwang. Jika Cheon-gwang adalah Hwarang yang sangat mempesona maka Chunjang adalah Hwarang yang terkesan ‘urakan’. Dan, jika Cheon-gwang bekerja secara terang-terangan maka Chunjang bekerja secara diam-diam.

Berbeda dengan Cheon-gwang yang sangat menjaga citranya sebagai seorang Hwarang dan Pungwolju, Chunjang justru melakukan hal-hal yang menurunkan citranya sebagai bagian dari Resimen Hwarang. 

Awalnya, Chunjang sering bersantai-santai dan mabuk-mabukan sepanjang hari. Istrinya, Cheonbu (adik dari Cheon-gwang) lalu menegur dia dengan berkata,

Ketika kakak-ku menjadi pungwolju, dia begitu sibuk dari pagi hingga malam, apakah tidak ada yang bisa engkau kerjakan sebagai Pungwolju?”.

Namun, Chunjang tidak menghiraukan apa yang dikatakan oleh istrinya. Ketika itu, tidak banyak yang tahu bahwa Chunjang sedang melakukan tugas penyamaran.

Tugas penyamaran yang dibebani pada Chunjang sangat penting sebab dia memimpin resimen Hwarang pada salah-satu masa tersulit karena era-nya adalah era transisi yang diawali oleh konflik internal istana yang berujung pada peristiwa “Pemberontakan Bidam”. Pemberontakan ini membuat Chunjang kehilangan banyak rekan-rekannya di Resimen Hwarang dan bahkan teman dan atasannya, Cheon-gwang, yang gugur dalam perang saudara itu.

Awal kepemimpinan Chunjang diawali dengan peristiwa eksekusi mati pada Bidam dan 30 pendukungnya atas perintah Ratu Jindeok pada 26 Februari 647. Dia juga adalah Pungwolju yang memimpin Resimen Hwarang melakukan pembersihan atas seluruh kubu dan kerabat para pendukung Bidam. Pemberontakan Bidam membuat pihak istana Silla harus bergerak cepat membereskan rentetan masalah internal Silla dan juga harus bergerak memperkokoh pertahanan Silla. Para Hwarang pun bekerja-keras terutama Chunjang. Para Hwarang pun dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberikan tugas yang beragam. Ada yang bertugas mengawal Pangeran Chunchu (pungwolju ke-18, calon Raja Muyeol) sebagai utusan ratu ke Jepang (tahun 647) dan ke istana Tang (tahun 648) untuk melobi kaisar Jepang dan Kaisar Tang agar tidak menyerang Silla dan tidak bekerjasama dengan Baekje. Perundingan-perundingan ini sangat penting sebab jika saat itu saat itu Baekje menyerang Silla maka sudah pasti Silla akan sulit memenangkan perang. Negosiasi Pangeran Chunchu berhasil. Pihak Jepang berjanji akan menahan bantuan militer mereka pada Baekje dan pihak istana Tang berjanji akan mengirimkan pasukan mereka jika Silla diserang. Sekembalinya rombongan Pangeran Chunchu dari Tang, kapal mereka disergap oleh kapal perang Goguryeo. Untung saja Pangeran Chunchu dan putranya serta para Hwarang pengawalnya berhasil kabur. Hasil lain dari diplomasi Pangeran Chunchu adalah terciptanya gencatan senjata dengan Baekje.

Terciptanya gencatan senjata dengan Baekje merupakan suatu kelegaan bagi Silla namun hal ini bukan jalan keluar yang bersifat ‘final’ sebab hal ini ibarat ‘perang dingin’ yang waktu berlangsung-nya lebih singkat dari perang dingin era modern. Selama periode ini, kedua kerajaan saling memata-matai satu sama lain. Sementara para Hwarang lain diberi tugas untuk urusan diplomasi dan pengawalan perbatasan, maka Chunjang secara langsung menangani urusan mata-mata dan kontra-spionase.

Chunjang dipercayai menangani tugas-tugas rahasia oleh Jenderal Yushin dan Pangeran Chunchu. Chunjang ditugaskan mencari sisa-sisa pendukung Bidam yang tidak tertangkap karena mendukung pemberontakan secara sembunyi-sembunyi. Hal ini sangat penting sebab Bidam dan pemberontakannya sangat erat hubungannya dengan kelompok rahasia yang kelak di-era Goryeo dan Joseon dikenal dengan sebutan “Maemyeong”. Karena mata-mata Maemyeong sangat banyak maka Chunjang dan para Hwarang kepercayaannya harus menutupi aksi mereka dengan cara berpura-pura mabuk dan selalu terlihat tidak bekerja.

Tugas lain dari Chunjang dalam memata-matai para pejabat adalah juga untuk mengawasi pemberlakuan sistem pajak “Umju” yang baru diterapkan oleh Ratu Jindeok agar tidak disalah-gunakan oleh para pejabat.

Chunjang juga diperintahkan melakukan infiltrasi (memata-matai) wilayah musuh. Beliau menyamar dan mengunjungi Hanseong (Seoul) yang saat itu merupakan wilayah Baekje.

Penunjukan Chunjang sebagai Pungwolju bukan saja karena status terdahulunya sebagai wakil Pungwolju melainkan juga karena mengacu pada kecenderungan raja dan ratu Silla yang menunjuk Pungwolju sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi. Karena saat itu Silla sedang menghadapi perang dingin dengan Baekje maka Pungwolju yang harus menjabat adalah Pungwolju yang sangat paham dengan sistem spionase. 

Lama kepemimpinan Chunjang selama 7 tahun menandakan kemampuannya sangat dibutuhkan saat itu. Selama tujuh tahun kepemimpinannya, Chunjang menjadi tangan kanan Yushin dalam menghadapi musuh yang berusaha menerobos wilayah Silla. Dia juga menjadi tangan kanan Pangeran Chunchu dengan memberikan berbagai informasi yang diperoleh kegiatan spionase-nya untuk membantu aktifitas diplomasi Pangeran Chunchu. Informasi dari Chunjang sangat dibutuhkan oleh Pangeran Chunchu sebab kelak setelah menjadi raja Silla, kebijakan utama Chunchu adalah memulai ekspansi untuk menyerang kerajaan Baekje dan Goguryeo. 

Mengacu pada hal ini, bisa disimpulkan bahwa Chunjang adalah salah-satu panglima Hwarang yang paling berbakat dalam sejarah para Hwarang. Chunjang pensiun sebagai pungwolju pada tahun 652 setelah beliau menjabat sebagai pungwolju selama 7 tahun dan digantikan oleh Jin-gong. Chunjang pensiun dua tahun sebelum kematian Ratu Jindeok.

Begitu pensiun, Chunjang langsung ditarik masuk dalam militer dengan menjadi perwira Silla. Tugas utamanya adalah mengumpulkan informasi mengenai pergerakan pasukan Baekje. 

Untuk urusan mata-mata, Chunjang adalah salah-satu guru dari Gwan-chang. Gwan-chang adalah Hwarang mata-mata paling legendaris dalam sejarah Silla yang berhasil menyamar di tengah-tengah pasukan Baekje dengan selamat. Gwan-chang juga menyamar ditengah-tengah penduduk Baekje sebagai seorang penari dan memukau banyak orang akan tariannya sehingga Raja Uija (raja terakhir Baekje) pun tertarik untuk mengundangnya ke-istana. Gwan-chang yang berhasil masuk di-istana dan menari di-hadapan raja lalu membunuh salah-satu jenderal utama Baekje dan berhasil melarikan diri kembali ke Silla. Orang yang mengajar Gwan-chang mengenai teknik penyamaran adalah Chunjang.

Karir Chunjang di militer menanjak karena memang dia adalah perwira berbakat. Dia adalah salah-satu jenderal Silla yang bertempur melawan Baekje dan meruntuhkan Goguryeo. Chunjang juga merupakan jenderal yang membantu Yushin dan Raja Munmu melawan pendudukan Balatentara Tang. Perang itu akhirnya dimenangkan oleh pasukan Silla dan sejak saat itu tidak ada kerajaan-kerajaan Tiongkok yang menduduki Silla dan Semenanjung Korea selama lebih dari lima-ratus tahun. Kemenangan dalam perang ini merupakan salah-satu prestasi kebanggaan Silla dan Korea karena kemenangan Silla ini membuat Korea menjadi satu-satunya kerajaan di Asia yang mampu mengusir balatentara-balatentara besar dari Tiongkok. Setelah sebelumnya Goguryeo berhasil mengalahkan balatentara Dinasti Han dan Sui yang menyerang mereka dengan kekuatan pasukan lebih dari 1 juta tentara, dan kini Silla menambah daftar itu dengan mengusir balatentara Tang yang juga terdiri dari ratusan-ribu prajurit hanya dengan mengerahkan kurang dari 70.000 prajurit Silla.

Tidak diketahui kapan beliau meninggal. Kemungkinan besar beliau meninggal di-era pemerintahan putra Munmu, Raja Sinmun.

Chunjang sempat muncul dalam drama “The King’s Dream”.







26. JIN-GONG

Jin-gong adalah pungwolju ke 26. Jin-gong lahir pada masa pemerintahan Raja Jinpyeong di tahun 622. Nama Jin-gong sebagai pungwolju ditemukan dalam kitab-kitab sejarah Silla seperti Samguk Sagi dan Samguk Yusa. Marga Jin-gong adalah “Kim”. Jin-gong adalah pungwolju terakhir di-era Ratu Jindeok dan pungwolju pertama era Raja Muyeol.

Ayah Jin-gong bernama Kim Sarin, sedangkan ibunya bernama Homyeong. Jin-gong adalah adik ipar Cheon-gwang karena Cheon-gwang menikah dengan kakak Jin-gong yang bernama Jinsu. Nama “-gong” dalam klausa namanya adalah bagian dari namanya, bukan gelar pangeran.

Tidak banyak yang diketahui tentang kehidupan pribadi Jin-gong. Tidak diketahui dengan pasti kapan Jin-gong menjadi seorang Hwarang namun jika usia penerimaan Hwarang adalah 14 tahun maka artinya beliau bergabung dengan resimen Hwarang pada tahun 636 dimasa pemerintahan Ratu Seondeok dan ketika resimen Hwarang dipimpin oleh Seonphum. Jin-gong ditunjuk sebagai wakil Pungwolju ketika Chunjang diangkat sebagai Pungwolju. Setelah Chujang pensiun pada tahun 652 maka Jin-gong diangkat sebagai Pungwolju. Jin-gong berusia 30 tahun saat diangkat sebagai pungwolju dan menjabat sebagai Pungwolju selama 4 tahun. Beliau pensiun pada tahun 656. Jin-gong menjadi Hwarang dimasa pemerintahan Ratu Seondeok dan menjabat sebagai Pungwolju pada masa pemerintahan Ratu Jindeok. Jin-gong adalah salah-satu komandan Hwarang yang berperang membela kubu Ratu Seondeok ketika terjadi pemberontakan yang dipimpin Bidam. Jin-gong berusia 24 tahun ketika Pemberontakan Bidam meletus.

Jin-gong mungkin bisa lebih cepat menjabat sebagai Hwarang jika saja seniornya, Gun-gwan tidak menunjuk Cheon-gwang sebagai wakilnya sehingga membuat Hwarang fenomenal itu mulus menjadi Pungwolju padahal seharusnya Chunjang-lah yang menjadi wakil Pungwolju saat itu. Karena Cheon-gwang menjadi Pungwolju maka Chunjang terpaksa menunggu sebagai wakil Pungwolju dan baru menjadi pungwolju 4 tahun kemudian, sehingga memperpanjang antrian Jin-gong yang harus menanti selama 6 tahun untuk menjadi wakil Pungwolju.

Namun, pada kedua orang ini justru memberi Jin-gong banyak ilmu sebagai bekalnya kelak memimpin pasukan saat perang penyatuan semenanjung sebab Cheon-gwang adalah gurunya yang mengajarinya seni perang termasuk taktik dan kepemimpinan serta ilmu beladiri, sedangkan Chunjang adalah gurunya yang mengajarkan Jin-gong ilmu infiltrasi dan kontra-spionase. Kedua orang ini juga mengajarkan pada Jin-gong untuk menolong rakyat kecil dan bagaimana cara menangkap para pejabat korup.

Bersama dengan Chunjang, Jin-gong memimpin Resimen Hwarang melakukan pembersihan atas seluruh kubu dan kerabat para pendukung Bidam. Pemberontakan Bidam membuat pihak istana Silla harus bergerak cepat membereskan rentetan masalah internal Silla dan juga harus bergerak memperkokoh pertahanan Silla. Para hwarang pun bekerja-keras dan dibagi menjadi beberapa kelompok yang diberikan tugas beragam. Ada yang bertugas mengawal Pangeran Chunchu (pungwolju ke-18, calon Raja Muyeol) sebagai utusan Ratu Jindeok untuk melobi kaisar Jepang dan Kaisar Tang agar tidak menyerang Silla dan tidak bekerjasama dengan Baekje. Pihak Jepang berjanji akan menahan bantuan militer mereka pada Baekje dan pihak istana Tang berjanji akan mengirimkan pasukan mereka jika Silla diserang. Hasil lain dari diplomasi Pangeran Chunchu adalah terciptanya gencatan senjata dengan Baekje.

Terciptanya gencatan senjata dengan Baekje juga melanjutkan masalah klasik antar dua negara, ‘perang mata-mata’. Selama periode ini, kedua kerajaan saling memata-matai satu sama lain. Sementara Chunjang sibuk menangani urusan spionase, Jin-gong memimpin para Hwarang untuk pengawalan perbatasan dan keamanan dalam negeri.

Tugas lain dari Jin-gong adalah mengawasi pemberlakuan sistem pajak “Umju” yang baru diterapkan oleh Ratu Jindeok agar tidak disalah-gunakan oleh para pejabat.

Peran sebagai Jin-gong sebagai Pungwolju sangat penting sebab beliau adalah pungwolju di-masa persiapan perang penyatuan Tiga Kerajaan. Begitu pensiun, Jin-gong langsung ditarik masuk dalam militer dengan menjadi perwira Silla, namun beliau lalu lebih terlibat dalam birokrasi. Sayangnya, pada akhir pemerintahan Raja Munmu terjadi konflik pelik di istana mengenai kelayakan putra-mahkota (calon Raja Sinmun) menduduki tahta sebab putra Munmu itu dianggap tidak kompeten dan anti-aristokrat. Konflik ini memuncak di-tahun pertama pemerintahan Sinmun. 

Sinmun yang tidak turut serta dalam perang penyatuan Tiga Kerajaan seperti ayah dan kakeknya dianggap bersikap tidak menghormati para veteran perang termasuk para Hwarang. Konflik menghasilkan pemberontakan sebagai protes pada otoritas keluarga kerajaan. Dalam pemberontakan ini, Jin-gong berada dikubu yang menentang raja. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan dan para pemberontak termasuk Jin-gong di-eksekusi mati. 

Sayangnya, karena Jin-gong dan pemimpin utama pemberontak adalah mantan Hwarang dan mantan Pungwolju, Resimen Hwarang pun terkena imbasnya, terlebih lagi dua pungwolju terakhir (Heumon dan Sin-gong) adalah putra-putra Heumdol dan Jin-gong. Fungsi Resimen Hwarang sebagai resimen militer dianggap tamat oleh para sejarawan pada tahun 681 tepat setelah kematian Jin-gong. Beliau menjadi salah-satu Pungwolju yang di-eksekusi oleh Raja Sinmun pada tahun 681. Jasa-jasanya dalam perang Penyatuan Semenanjung seakan-akan dilupakan begitu saja oleh Raja Sinmun. Jin-gong akhirnya harus tewas di-usia tua, 59 tahun atas perintah raja Silla.

Belum ada drama atau film yang memunculkan tokoh Jin-gong sebab drama dan film tentang Kerajaan Silla masih sangat minim.



DITERUSKAN OLEH:
HWARANG-HWARANG PENAKLUK BAEKJE


Didahului oleh:




------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ARTIKEL INI DISUSUN DAN DITERBITKAN PERTAMA KALI
OLEH DELEIGEVEN MEDIA

SETIAP ARTIKEL YANG MEMILIKI ISI, SUSUNAN, DAN GAYA PENULISAN
YANG MIRIP DENGAN ARTIKEL INI MAKA ARTIKEL-ARTIKEL TERSEBUT
MENYADUR ARTIKEL INI.

DILARANG KERAS MEMPLAGIAT ARTIKEL INI!

CANTUMKAN LINK LENGKAP ARTIKEL INI DISETIAP KALIMAT YANG ANDA DISADUR DARI ARTIKEL INI. SESUAI UNDANG-UNDANG HAK CIPTA, JIKA MENYADUR/MENG-COPY MINIMAL SEPULUH KATA TANPA MENCANTUMKAN SUMBER DARI KALIMAT ITU (BERBEDA DARI PENCANTUMAN SUMBER DI CATATAN KAKI (FOOTNOTE) MAKA ITU ADALAH TINDAKAN PLAGIARISME.

JIKA ANDA MENYADUR SEBAGIAN BESAR ARTIKEL INI MAKA ANDA HARUS MENCANTUMKAN KALIMAT:
"ARTIKEL INI DISADUR DARI....(LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA",
ATAU:"SUMBER UTAMA DARI SEBAGIAN BESAR INFORMASI ARTIKEL INI DIAMBIL DARI (LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA"  
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Notes (Catatan):

*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)

*Please open: Kingdom of Silla for short story about "Kingdom Of Silla" in ENGLISH
(Silahkan membuka link: Kingdom of Silla untuk membaca sejarah singkat Kerajaan Silla dalam bahasa Inggris).

*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account: @deleigevenhistory
(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Copyrights Story: Deleigeven Media
Copyrights Picture : MBC (drama "The Great Queen Seondeok", 2009), KBS (drama "The King's Dream", 2011)

Penyusun:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Desain : Deleigeven
Penerbit: Deleigeven Media


Daftar Pustaka:
-Byeon-won Lee; History
-Maurizio Riotto; The Place Of Hwarang Among The Special Military Corps Of Antiquity; The Journal of Northeast Asian History; Northeast Asian History Foundation; 2012
-Richard McBride; Silla Budhist & The Manuscript of Hwarang Segi
-Tae-hoong Ha; Samguk Yusa, Legends and History of the Three Kingdoms of Ancient Karea; Yonsei University Press; 1972; Seoul
-Wontak Hong; Baekche An Offshoot of the Buyeo-Koguryeo in Mahan Land; East Asian History, A Korean Perspective; 2005; Seoul
-Young-kwan Kim, Sook-ja Ahn; Homosexuality In Ancient Korea; Pyongtaek University, Hanyoung Theological University; 2006; Seoul
-Korean History For International Citizen; Northeast Asian History Foundation
-Korea's Flowering Manhood
-The History of Hwarang-do
-The Three Kingdoms of Ancient Korea in the History of Taekwon-Do


Daftar Website:

No comments:

Post a Comment

CATATAN PADA PARA PEMBACA:

-Silahkan membaca, mengambil, dan menggunakan artikel ini dalam karya tulis anda tapi CANTUMKAN KREDIT LENGKAP ARTIKEL INI dalam daftar sumber anda dan JANGAN MENYADUR/MENGCOPY-PASTE apalagi MEM-PLAGIAT 100% isi tulisan ini. Kembangkanlah kreativitas dalam penulisan anda.

-Pembaca DAPAT memberikan komentar dengan akun TANPA NAMA (Annonymous).

-Gunakanlah kata-kata yang baku agar komentar tidak dikategorikan sebagai "komentar Spam" secara otomatis oleh google filter machine.

-Harap MEMBACA ARTIKEL INI dan komentar-komentar sebelum anda DENGAN TELITI sebelum berkomentar, karena mungkin pertanyaan anda TELAH DIJELASKAN secara langsung melalui artikel ini, dan juga agar pertanyaan-pertanyaan yang sama tidak ditanyakan secara berulang.

-DILARANG memberikan informasi dan komentar yang melecehkan Suku, Agama, Ras, dan golongan tertentu (SARA) dan mengandung unsur pornografi.

-Kami menerima setiap kritik dan masukan dari para pembaca melalui kolom komentar, namun Setiap komentar yang melecehkan pihak lain, baik pelecehan berbau SARA atau yang mencerminkan FANDOM WAR akan kami HAPUS.

-Setiap komentar dan iklan yang mengandung unsur PORNOGRAFI dan PERJUDIAN, dan ajakan untuk bergabung dalam usaha SIMPAN PINJAM, KREDIT USAHA dan sejenisnya akan KAMI HAPUS karena berpotensi terjadi PENIPUAN.

-Jika anda memiliki informasi tambahan yang berhubungan dengan artikel ini, kami sangat senang jika anda membagikannya pada pembaca yang lain melalui website ini dan kami sangat senang jika anda juga turut membagikan artikel ini pada orang lain.