Abad ke-18 dan ke-19 adalah era revolusi industri. Imbas dari revolusi ini adalah pencarian sumber daya besar-besaran untuk mendukung aktivitas produksi masing-masing negara. Pencarian sumber daya ini kemudian menyebabkan sebagian besar negara kapitalis menerapkan kebijakan luar negerinya demi kepentingan negaranya semata terutama kepentingan politik dan ekonomi, dan bila kepentingan-kepentingan itu tidak terpenuhi maka berbagai cara pun digunakan, mulai dari upaya diplomasi yang menghasilkan kebijakan bilateral dan multilateral, penyebaran agama, dan sebagainya, namun yang paling sering dilakukan adalah ekspansi militer.
Joseon pun tidak bisa luput gejolak dunia di abad-abad tersebut yang menyebabkan kerajaan ini runtuh dan negaranya hancur akibat perang. Hal yang menarik adalah Joseon tidak memiliki sumber-daya alam yang cukup memadai, Joseon juga tidak memiliki penduduk dalam jumlah yang besar. Lalu apa yang menyebabkan Joseon menjadi target invasi dari beberapa negara?
Berdasarkan letak geografi, Joseon adalah satu-satunya daratan penghubung dan jalur terdekat antara kepulauan Jepang dan wilayah Kekaisaran China, selain itu Joseon memiliki infrastruktur yang baik untuk memobilisasi sejumlah besar orang untuk menuju ke Cina dengan menggunakan jalur darat. Hal ini lah yang diincar oleh Jepang. Hal lain yang menjadi alasan Joseon di serang adalah faktor agama. Saat itu Joseon membantai ribuan umat Katholik, termasuk beberapa pastor asal Prancis, sehingga mengakibatkan Prancis menyerang pulau Ganghwa.
Namun, penyebab utama kejatuhan dinasti ini adalah konflik internal kerajaan yang mempengaruhi pengambilan kebijakan negara, juga kekuasaan raja-raja yang kian melemah, terjadinya beberapa pemberontakan, dan juga keputusan Joseon pada era sebelumnya untuk mengisolasi diri dari pengaruh asing menyebabkan Joseon tidak tersentuh oleh modernisasi terutama angkatan perangnya.
Berikut ini adalah para Kaisar Han Raya yang memerintah Korea di akhir era monarki (nomor urut berdasarkan uratan raja tersebut memerintah sebagai penguasa Joseon yang digabung dengan era Han Raya)
Gojong adalah raja ke-26 dari Dinasti Joseon dan Kaisar pertama dari Kekaisaran Han Raya.
Beliau lahir pada 8 September 1852. Pada tahun 1864, Raja Cheoljong wafat dan Joseon tidak memiliki penerus tahta laki-laki. Wangsa Kim Andong perlahan merebut pengaruh istana dengan perkawinan anggota keluarga mereka dengan wangsa Yi. Ratu Cheolin, istri dari Raja Cheoljong dan juga putri dari wangsa Kim Andong, mengklaim punya hak untuk memilih raja yang baru, walaupun sebenarnya yang paling berhak adalah ibu suri. Saudara sepupu Cheoljong, Ibu Suri Sinjeong (janda dari ayah Heonjong) dari wangsa Jo Pungyang (yang bersaing dengan wangsa Kim) juga menyatakan diri berhak memilih raja pengganti yang baru.
Beliau lahir pada 8 September 1852. Pada tahun 1864, Raja Cheoljong wafat dan Joseon tidak memiliki penerus tahta laki-laki. Wangsa Kim Andong perlahan merebut pengaruh istana dengan perkawinan anggota keluarga mereka dengan wangsa Yi. Ratu Cheolin, istri dari Raja Cheoljong dan juga putri dari wangsa Kim Andong, mengklaim punya hak untuk memilih raja yang baru, walaupun sebenarnya yang paling berhak adalah ibu suri. Saudara sepupu Cheoljong, Ibu Suri Sinjeong (janda dari ayah Heonjong) dari wangsa Jo Pungyang (yang bersaing dengan wangsa Kim) juga menyatakan diri berhak memilih raja pengganti yang baru.
Sinjeong melihat peluang ini untuk menancapkan pengaruh wangsa Jo Pungyang dalam perpolitikan Joseon di atas wangsa Kim Andong. Saat Cheoljong semakin tak berdaya akibat penyakit yang dialaminya, Ibu Suri dikunjungi oleh Yi Ha-eung, keturunan dari langsung dari Raja Injo (dan juga katanya adalah keturunan Putra Mahkota Sado).
Keluarga Yi Ha-eung memiliki darah raja-raja Joseon namun mereka merupakan garis keturunan raja yang sangat jauh. Saat itu hanya merekalah anggota wangsa Yi yang masih tersisa saat itu. Yi Ha-eung adalah keturunan Raja Injo dari garis Pangeran Besar Inpyeong. Oleh karena itu pihak istana menjatuhkan pilihan pada Yi Myeong-bok, putra kedua Yi Ha-eung yang dianggap paling pantas untuk naik tahta sebagai raja baru.
Klan Jo melihat Yi Myeong-bok hanyalah seorang remaja 12 tahun dan tidak mungkin dapat memerintah sendiri sampai ia dewasa. Wangsa Jo juga dapat dengan mudah memengaruhi Yi Ha-eung untuk berperan sebagai pengendali putranya. Saat berita kematian Cheoljong terdengar oleh Yi Ha-eung, Ibu Suri Sinjeong memerintahkannya untuk mengambil stempel resmi kerajaan (yang dianggap sebagai benda penting untuk melegitimasi pemerintahan yang baru). Dengan memiliki benda itu Ibu Suri mempunyai hak penuh untuk memilih calon raja dan memperlemah posisi wangsa Kim.
Pada musim gugur tahun 1864, Yi Myeong-bok dinobatkan menjadi Raja Gojong dan Yi Ha-eung diangkat menjadi Daewon-gun (Pangeran Internal Agung) yang bergelar Heungseon Daewon-gun. Heungseon Daewon-gun adalah penganut fanatik Konfusianisme. Ia merupakan sosok yang bijak dan cermat pada masa-masa awal pemerintahan Gojong. Ia menghapuskan peraturan-peraturan lama yang tidak lagi berguna karena disalahgunakan oleh wangsa-wangsa tertentu, juga merivisi undang-undang dan peraturan rumah tangga kerajaan serta tatacara upacara ritual kemudian mereformasikan militer. Dalam waktu yang cukup pendek, ia sudah dapat mengendalikan istana secara penuh. Ia memberikan hak-hak istimewa terhadap wangsa Jo Pungyang dan menyingkirkan anggota-anggota wangsa Kim Andong yang ia yakini bertanggung jawab atas korupsi yang merugikan negara.
Putra Yi Ha-eung, Raja Gojong, adalah seorang raja yang bijak. Pada tahun 1877, Raja Gojong dan Ratu Min menugaskan Kim Gwang-jip untuk belajar tentang westernisasi Jepang dan tujuan Jepang pada Korea. Saat itu Kim dan juga tim-nya terkaget-kaget ketika melihat keadaan Jepang sekarang, dulu Busan dan Seoul adalah kota metropolitan di asia timur, namun kini Tokyo dan Osaka benar-benar berubah setelah menerapkan budaya barat. Di sini pun, Kim bertemu dengan duta besar Cina di Tokyo Ho Ju-chang dan penasehatnya Huang Tsun-hsien. Mereka membicarakan tentang hubungan diplomatik Qing dan Jeoson, dan Huang Tsun-hsien memberikan sebuah buku pada Kim yang berjudul,‘Strategi Korea’. Saat itu, Cina tidak lagi mendominasi asia timur, dan Korea tidak lagi menikmati kecanggihan teknik militer yang terkalahkan oleh Jepang. Ditambah lagi, Rusia memulai perluasan daerah kekuasaannya hingga ke asia. Huang menasehatkan agar Korea bergabung dengan Cina mengambil kebijakan pro-cina, sedangkan perjanjian dengan Jepang untuk sementara waktu dipertahankan. Ia memberitahukan padanya agar mencoba bersekutu dengan Amerika Serikat untuk melindungi dari invasi Rusia, mencoba membuka hubungan perdagangan dengan bangsa barat dan mengambil teknologi barat. Huang menyadari bahwa Cina pernah mencoba namun gagal karena tempatnya yang luas, tetapi Korea lebih kecil daripada Jepang. Huang juga mengusulkan agar pemuda-pemuda Korea belajar di Cina dan Jepang, dan guru-guru ilmu teknik dan ilmiah dari negara barat diundang ke Korea untuk mengajar. Saat Kim kembali ke Korea, ia membicarakan ide-ide itu pada raja Gojong dan Min. Meskipun banyak kelompok yang menentang usul membuka jalur perdagangan denga negara-negara barat, hal itu tetap dilakukan oleh Min dengan mengubah tatanan pemerintahan dengan membentuk biro-biro yang menangani hubungan luar negeri dengan Cina, Jepang dan Barat, yaitu biro perdagangan, dan juga biro yang menangani teknologi militer. Pada tahun yang sama, Min menandatangani perjanjian tentang mengirim tentara lulusan terbaik untuk belajar di Qing, Cina. Dengan penuh semangat pihak Jepang pun menyuplai peralatan perang untuk dipakai oleh mereka di sana. Ratu Min menyetujui, namun ia mengingatkan pada pihak Jepang bahwa mereka tetap akan dikirim ke Cina untuk mengikuti latihan.
Modernisasi ini terlebih lagi militernya, mendapat kecaman dari berbagai pihak. Karena perlakuan khusus para tentara yang mendapatkan kesempatan belajar itu membuat iri yang lain. Pada tahun 1881, sebuah plot politik dimulai untuk menjatuhkan Min, menggeser Gojong yang duduk sebagai Raja dengan memberikan posisi raja kepada anak ke tiganya Yi Jae-son oleh Heungson Daewangun. Mendengar hal itu, Min marah tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena Heungson Daewangun adalah ayah sang raja. Pemberontakan para bangsawan dan perwira militer dibawah pimpinan Pangeran Besar Heungseon pada tahun 1882 membuat pengaruh Jepang di Joseon kian kuat. Tanpa sepengetahuan ratu Min, pihak Jepang secara rahasia menyuruh Gojong menandatangani perjanjian tentang penyerahan uang ganti rugi yang dialamai oleh tentara Jepang sebesar 550.000 yen pada saat pemberontakan berlangsung, dan memperbolehkan pasukan Jepang menjaga kedutaan Jepang di Seoul. Ketika Min mengetahui tentang perjanjian itu, ia segera bertindak dengan memperbaharui perjanjian dengan Cina, dengan memberikan hak istimewa, menutup pelabuhan-pelabuhan agar tidak dapat diakses oleh orang Jepang. Mengambil panglima-panglima besar Cina untuk mengontrol kesatuan perang Korea, dan mengambil penasehat kelautan yang berasal dari Jerman yang bernama Paul George Von Moellendorff. Dua partai besar saat itu, Saedaedang dan partai progresif sedang marak-maraknya dengan kegiatan pro-barat tetapi sang ratu harus berbalik melawan partai progresif yang dinilai anti-cina, menurut mereka jika ingin mempercepat westernisasi di Korea, Korea harus memutuskan ikatan apapun yang terjalin dengan Cina. Sang ratu tidak mau itu terjadi, beliau ingin Korea maju secara perlahan agar tidak syok dengan kultur asing yang akan mereka terapkan, terlebih lagi sang ratu adalah anggota partai Saedaedang yang pro-cina dan juga pro-westernisasi
Setelah berbagai konflik yang timbul demi merealisasikan pembaharuan di Korea, akhirnya mereka menikmati ketenangan. Dengan pasukan Jepang berada di luar Jeoseon dan pasukan Cina turut menjaga keamanan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Oleh karena itu perubahan tatanan kehidupan masyarakat ke arah westernisasi tetap dilanjutkan, rencana-rencana itu salah satunya adalah membangun sekolah untuk kalangan elit yang telah direncanakan sejak tahun 1880 tetapi baru dilaksanakan tahun 1885 setelah mendapat ijin dari ratu Min. Kemudian Yugyong Kung-won didirikan, dengan bantuan misionaris dari Amerika Dr. Homer B. Hulbert dan tiga orang misionaris lainnya yang mengatur kurikulum sekolah. Mereka belajar dengan menggunakan bahasa Inggris dan buku pelajaran yang ditulis dengan bahasa Inggris. Pada bulan Mei, ratu Min juga membangun sekolah khusus untuk wanita dan diberi nama Euwha Akademi, kini menjadi Universitas Ewha yang dinilai sangat prestigius dan elit di Asia. lalu sekolah-sekolah lain bermunculan seperti Baekje Akademi, dan sekolah khusus laki-laki Kyeongshin Akademi. Bukan hanya itu saja yang dilakukan oleh sang ratu, dengan banyaknya misionaris asing datang ke Korea, agama Kristen pun mulai masuk dan berkembang sangat pesat. Tidak seperti yang dilakukan oleh Heungseon Daewangun yang menekan/tidak memperbolehkan penyebaran agama baru, beliau tidak melihat ancaman dari doktrin Kristen yang mengganggu ajaran moral konfusianisme tersebut.
Ratu memanggil Dr. Horace N.Allen dan dia meminta agar para misionaris lainnya bisa dipekerjakan sebagai pegawai pemerintah. Dia jugalah yang memperkenalkan ilmu pengobatan modern pada ratu dan membuka klinik modern pertama bernama Gwanghyewon pada bulan februari. Karena semakin banyak misionaris yang datang dan menyebarkan agama Kristen, semakin banyak pula orang Korea yang menganut ajaran tersebut, kemudian dibangunlah gereja-gereja di Seoul. Bangsa barat ini juga membuat kontribusi lainnya tentang faham kesejajaran, kemerdekaan, dan juga hak asasi manusia. Begitupula dengan musik, alat musik barat diperkenalkan pada masyarakat, dan konsep belajar musik barat diambil untuk diajarkan di sekolah-sekolah. Perubahan lainnya diterapkan dibidang militer dan juga ekonominya. Tak terasa perkembangan militer Korea menjadi sangat kuat bahkan Jepang sendiri takut dengan keadaan seperti itu.
Banyak sekali peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Raja Gojong, yang termasuk peristiwa-peristiwa besar yang kelak akan mengubah sejarah Joseon. Berikut ini adalah peristiwa-peristiwa yang dicatat sejarah:
- Pembantaian umat Katholik, pada tahun 1864 oleh Pangeran Besar Heungseon.
Pada masa ini sebanyak 8000 orang Katolik tewas terbunuh termasuk beberapa misionaris Perancis.
- Perang antara Joseon dan Perancis pada tahun 1866.
Perancis meng-invasi Pulau Ganghwa untuk membalas penghukuman mati pastur Perancis yang menyebarkan agama Katolik di Korea. Perang yang berlangsung selama hampir enam minggu ini merupakan perang pertama antara Korea dengan Dunia Barat. Perancis kalah perang dan terpaksa mundur.
- Joseon membuka pelabuhan-pelabuhan dan memperbaharui hubungan dagang dengan Jepang pada tahun 1876.
Pemerintah Jepang yang terobsesi menyaingi kekaisaran Eropa dengan memakai tradisi perjanjian-timpang mengirin kapal perang Unyo ke Busan dan kapal perang lainnya ke teluk Yonghung dengan alasan alih perjalanan. Karena itu Korea terpaksa membuka pintu masuk jalur laut untuk Jepang. Kapal perang Unyo mengadu untung di perairan kepulauan Ganhwa yang sengaja dibatasi membangkitkan serangan dari tepi pantai Korea dan terjadi kerusuhan. Unyo langsung melarikan diri, tapi insiden ini dipakai oleh orang Jepang untuk membuka paksa perjanjian dengan pihak Korea. Pada tahun 1876, kapal angkatan perang Jepang dan seorang utusannya didatangkan untuk mengurusi perjanjian ini. Berbagai pelabuhan dibuka untuk melayani jalur perdagangan Jepang, yang mengakibatkan pedagang-pedagang Korea rugi, dan Jepang meraup untung besar.
- Pembukaan hubungan diplomatik dengan Rusia untuk pertama kali, bahkan konsul Rusia di Seoul, Karl Ivanovich Weber, mengembangkan hubungan persahabatan dengan Raja Gojong secara pribadi.
- Pemberontakan Pangeran Besar Heungseung pada tahun 1882. Anggota militer dan bangsawan senior tidak senang dengan reformasi teknologi militer terbaru. Mereka marah dan menyerang rumah Min Kyeong-ho yang masih kerabat ratu dan juga pimpinan pasukan khusus tersebut. Kemudian pemberontak itu mencari bantuan pada Heungseon Daewangun, lalu ia mengambil alih kesatuan militer lama yang datang padanya. Ia memerintahkan untuk menyerang daerah administratif Seoul yang terletak di istana Gyeongbuk, markas hubungan diplomatik, pusat kajian militer, dan lembaga ilmu pengetahuan. Tentara menyerang kantor polisi untuk membebaskan kawan yang sudah ditangkap dan lalu memulai mengobrak-abrik perkebunan dan rumah besar pribadi keluarga Ratu. Kesatuan-kesatuan pemberontak ini mencuri senapan dan alat-alat perang lainnya dan mulai membunuh satu-persatu staff pengajar militer Jepang, hampir saja mereka membunuh sang utusan Jepang yang akan datang ke Seoul dan kabur ke Incheon. Pemberontak itu juga menyerang masuk ke dalam kerajaan, untungnya ratu dan raja menyamar dan mereka bisa melarikan diri ke Jeongju, dirumah salah satu kerabatnya untuk bersembunyi sementara waktu. Banyak pendukung ratu Min dihukum mati ketika Heungseon Daewangun mengambil alih kekuasaan dari istana Gyeongbuk. Ia membubarkan apa saja yang telah dibentuk oleh sang ratu, mengisolasi Korea, mengusir Cina dan Jepang keluar dengan paksa dari ibukota. Li Hung-chang dengan izin utusan Korea di Beijing mengirimkan 4.500 orang tentara Cina untuk membantu mengamankan Korea dan menangkap Heungseon Daewangun lalu dibawa ke Cina dengan tuduhan pengkhianatan. Min dan suaminya raja Gojong kembali ke istana dan melakukan pemulihan kekuasaan dan menghapus peraturan-peraturan yang dibuat oleh Heungseon Daewangun.
- Pemberontakan Donghak pada 1894 yang dipimpin oleh Jeon Bong-joon. Pemberontakan ini adalah buntut kekecewaan kepada pemerintah serta pergolakan sosial. Pemberontakan dimulai pada 8 Januari 1984 saat Joen Bong-jun bersama dengan seribu petani dan penganut agama Donghak menyerang kantor pemerintahan Gobu. Mereka berhasil menduduki kota Jeonju dalam waktu 1 bulan. Pemberontakan dapat dipadamkan oleh Jepang yang saat itu telah mulai mencampuri urusan dalam negeri Joseon. Jeon Bong-joon berhasil ditangkap dan dieksekusi pada tahun 1895.
- Pembunuhan Ratu Min (Permaisuri Raja Gojong) pada tahun 1895. Ini adalah pembunuhan anggota keluarga kerajaan paling terkenal dan tragis di era Joseon setelah peristiwa kematian Pangeran Sado. Prajurit Jepang menyerbu istana dan membunuh para pengawal, kasim, dan dayang-dayang istana. Para dayang Ratu Min berbaris dengan anggun dan mempertahankan kehormatan mereka sebagai dayang istana, dan kemudian dieksekusi satu persatu dengan pedang oleh para prajurit Jepang. Kemudian Ratu Min juga dibunuh. Saat mendengar kekacauan, ratu yang telah siap dengan semua kemungkinannya kemudian segera mengenakan pakaian kebesaran sebagai Ratu Joseon. Saat bertemu dengan para pembunuh Jepang, sang ratu menghardik dan menuntut hormat sebagai seorang Ratu Joseon dari mereka. Semua yang tertulis dalam buku sejarah Korea adalah ratu dibunuh, dan mayatnya dibakar. Tapi kejadian yang sesungguhnya bukan seperti itu. Setelah diselidiki, ratu Min sebelum ajalnya ditelanjangi, dianiaya, dan diperkosa. Kemudian dalam keadaan masih hidup tubuhnya di siram minyak sebelum akhinya dibakar hidup-hidup. Jepang membunuh Ratu Min karena ratu Min berniat untuk mendepak kolonialisasi Jepang di Korea.
Sebuah dokumen penting tentang peristiwa ini akhirnya ditemukan oleh Amabe Gentaro, seorang ahli sejarah Jepang. Dari sinilah diketahui tentang kekejaman pembunuhan sang ratu, dokumen ini dikenal sebagai Eijoh Report (Laporan Eijoh). Sekitar jam 5:30 sore, pada bulan Oktober tanggal 18 tahun 1895. Sekumpulan prajurit Jepang diperlengkapi dengan peralatan perang bertugas dalam operasi khusus untuk membunuh ratu Min. Para pembunuh tersebut memasuki istana Gyeongbuk dengan sedikit mengalami kesulitan karena pada saat itu istana dalam penjagaan prajurit. Mereka membunuh Hong Gae-hoon, komandan satuan unit penjagaan beserta anak buahnya yang berusaha membarikade para pembunuh itu masuk ke dalam istana. Raja Gojong pada saat itu menolak interupsi yang datang secara mendadak menyerang kediamannya, namun dia dikalahkan oleh para prajurit Jepang tersebut. Pakaian sang raja terkoyak. Putera Gojong, sang pangeran yang berlari ke pangkuan ayahnya ditarik rambunya dan dilemparkan ke latai kemudian dipukuli. Kelompok yang lainnya mulai menyusup masuk ke kediaman sang ratu. Menteri kerajaan Lee Gyung-Shik yang juga berusaha menghentikan aksi pembunuh-pembunuh itu malah ditebak ditempat, lalu mayatnya dimutilasi dihadapan raja Gojong. Sang ratu pun di seret dan dibawa kehalaman istana Gyeongbuk, ditelanjangi, diperlakukan tidak senonoh dibagian kemaluannya, diperkosa, dan kemudian dibakar hidup-hidup.
Peristiwa ini menyebabkan Raja dan Putra Mahkota harus mengungsi ke kedutaan besar Rusia di Seoul. Di katakan kalau raja Gojong tetap setia pada ratu Min, malah setelah kematian istrinya itu sang raja mengurung diri di kamarnya selama berminggu-minggu, menolak untuk melaksanakan tugas-tugasnya, hingga menyebabkan Jepang punya kekuasaan lebih untuk mengatur Korea. Heungseon Daewangun yang mulai mendapatkan kekuasaannya lagi mendekati Gojong untuk menandatangani perjanjian untuk membantu pihak Jepang untuk menurunkan status ratu Min menjadi warga biasa. Tapi menurut para pelajar, saat itu Gojong mengatakan, “Lebih baik aku mengiris lenganku dan membiarkan darahnya mengalir daripada mempermalukan seorang wanita yang telah menyelamatkan kerajaan ini.” Dengan kesal, Raja Gojong menolak menandatangani surat tersebut dan mengusir mereka.
- Gojong memproklamirkan berdirinya Kekaisaran Han Raya pada tahun 1897 atas lepasnya Joseon dari pengaruh kekuasaan Qing. Ratu Myeongseong, yang oleh raja dijadikan simbol kedaulatan Joseon, berhasil memicu keinginan masyarakat akan kebebasan dan kemerdekaan.
- Perang Sino-Jepang (1904-1905)
- Perjanjian Protektorat antara Korea dan Jepang pada tahun 1905, yang membuat Korea menjadi protektorat Jepang dan dilucuti haknya sebagai bangsa merdeka.
Raja Gojong mengirimkan perwakilannya ke Konvensi Perdamaian 1907 di Den Haag, Belanda, untuk kembali menegaskan kedaulatannya atas Korea. Meskipun perwakilan Korea ditahan oleh delegasi Jepang, mereka tidak menyerah, dan kemudian mereka diwawancara oleh media surat kabar. Salah satu delegasi AS mengkritik ambisi Jepang di Asia: "Amerika Serikat tidak menyadari kebijakan Jepang di Timur Jauh dan apa yang akan ia lakukan terhadap orang Amerika. Jepang mengadopsi kebijakan yang pada akhirnya akan memberikannya penguasaan penuh atas perdagangan dan industri di Timur Jauh. Jepang menantang Amerika dan Inggris. Jika Amerika tidak memperhatikan Jepang dengan seksama, maka Jepang akan memaksa Amerika dan Inggris keluar dari Timur Jauh." Gojong lalu dipaksa melepaskan tahtanya kepada putranya, Sunjong.
Setelah turun tahta, Kaisar Gojong dijadikan tahanan rumah di Istana Deoksu oleh Jepang. Kaisar Gojong wafat pada tanggal 21 Januari 1919 di istana itu. Ada banyak spekulasi bahwa ia diracuni pejabat militer Jepang.
Raja Gojong memerintah Joseon saat Raja Edward VII telah memerintah Inggris. Gojong juga memerintah sebagai raja Joseon ketika Czar Nicholas II Romanov memerintah sebagai kaisar Rusia. Ia juga hidup saat revolusi Bolzhevic melanda Rusia yang melengserkan monarki Rusia. Gojong hidup dimasa yang sama saat wangsa Savoia sempat menguasai Spanyol namun takhta Spanyol dapat direbut kembali oleh wangsa Bourbon. Ia juga memerintah saat Raja Chulalangkorn menjadi raja Thailand. Ia juga memerintah Joseon saat Raja Manuel II memerintah Portugal sebagai raja Portugal yang terakhir sebagai akibat dari revolusi Portugal. Gojong hidup dimasa yang sama dengan masa-masa awal Soekarno menentang Belanda. Gojong merupakan penguasa Joseon saat Theodore Roosevelt menjadi presiden Amerika. Gojong juga hidup dimasa yang sama dengan R.A.Kartini, dan saat terjadinya Perang Aceh.
Kisah tentang Raja Gojong sempat diceritakan dalam serial drama "Jejoongwon", dan "Time Slip Dr.Jin" (ketika dia masih kecil, dan dibintangi oleh Song Seung Hoon, Lee Beom Soo, dan Kim Jae Joong). Drama atau film lainnya yang berlatarkan era Gojong adalah "Empress Myeongsung", film "Korean Peninsula", film "Ga Bi" (Dibintangi oleh aktor Kim Hee Soon dan aktor Jo Sang Mo), drama "Gunman Of Joseon" (dibintangi oleh aktor Lee Joon-ki), drama "The Merchant: Gaekju" (dibintangi oleh aktor Janghyuk), film "Kundo: The Age Of Rampant" (dibintangi oleh aktor Kang Dong-won), dan film fenomenal "The Sword With No Name".
2. RAJA SUNJONG (KAISAR YUNGHUI)
Beliau lahir pada 25 Maret 1874 dengan nama Yi-cheok, ia merupakan kaisar terakhir dari Dinasti Joseon dan Kekaisaran Han Raya di Korea. Beliau memerintah dari tahun 1907-1910. Ia merupakan putra keempat Raja Gojong (Kaisar Gwangmu). Ia wafat pada tanggal 24 April 1926 di Changdeokgung. Ia dimakamkan dengan kedua istrinya di pemakaman kerajaan Yureung (유릉) di kota Namyangju.
Putra Mahkota Yi Cheok diangkat menjadi Kaisar Yung-hui ketika Jepang memaksa abdikasi Kaisar Gwangmu dan pemerintahannya berakhir dengan Perjanjian Aneksasi Jepang-Korea pada tahun 1910. Setelah Perjanjian Aneksasi, Kaisar Sunjong menjadi tahanan di Changdeokgung oleh Jepang, dan dimulailah era pendudukan Jepang.
Raja Sunjong memerintah Joseon saat Raja Edward VII masih memerintah Inggris. Sunjong juga memerintah sebagai raja Joseon ketika Czar Nicholas II Romanov memerintah sebagai kaisar Rusia. Ia juga hidup saat revolusi Bolzhevic melanda Rusia yang melengserkan monarki Rusia. Gojong hidup dimasa yang sama saat wangsa Savoia sempat menguasai Spanyol namun takhta Spanyol dapat direbut kembali oleh wangsa Bourbon. Ia juga memerintah saat Raja Chulalangkorn menjadi raja Thailand. Ia juga memerintah Joseon saat Raja Manuel II memerintah Portugal sebagai raja Portugal yang terakhir sebagai akibat dari revolusi Portugal.
Tidak banyak drama atau film yang menceritakan tentang dirinya, namun beliau sering muncul dalam drama yang menceritakan tentang ayahnya, Raja Gojong, atau tentang Maharani Min. Dia sempat muncul dalam film Korean Peninsula, dan juga dala film Ga Bi. Dia selalu diceritakan sebagai putra mahkta yang bernasib buruk karena karena harus menyaksikan ayahnya menandatangani perjanjian sebagai negara bawahan.
AKHIR DINASTI
Ratusan tahun yang lalu, saat Joseon didirikan oleh Yi Seong-gye, atau pada masa Raja Taejong yang brilian dalam banyak hal dan Raja Sejong Yang Agung, atau pada saat Raja Sejo mengambil alih tahta melalui kudeta berdarah, terlebih lagi pada saat Raja Sukjong yang kuat itu berkuasa, sepertinya tidak ada satupun dari mereka yang pernah berpikir bahwa Joseon akan jatuh secara menyakitkan, bukan oleh dinasti Yuan yang besar, bukan oleh dinasti Ming yang kaya, bukan juga oleh dinasti Qing yang kuat, melainkan oleh Jepang yang sejak awal Joseon berdiri dan bahkan sejak ratusan tahun sebelum Joseon dibentuk, merupakan negara yang selalu mengadopsi teknologi dari Korea.
Didahului oleh:
Postingan lain tentang Joseon:
Artikel lainnya tentang Sejarah Korea:
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ARTIKEL INI DISUSUN DAN DITERBITKAN PERTAMA KALI
OLEH DELEIGEVEN MEDIA
SETIAP ARTIKEL YANG MEMILIKI ISI, SUSUNAN, DAN GAYA PENULISAN
YANG MIRIP DENGAN ARTIKEL INI MAKA ARTIKEL-ARTIKEL TERSEBUT
MENYADUR ARTIKEL INI.
DILARANG KERAS MEMPLAGIAT ARTIKEL INI!
CANTUMKAN LINK LENGKAP ARTIKEL INI DISETIAP KALIMAT YANG ANDA DISADUR DARI ARTIKEL INI. SESUAI UNDANG-UNDANG HAK CIPTA, JIKA MENYADUR/MENG-COPY MINIMAL SEPULUH KATA TANPA MENCANTUMKAN SUMBER DARI KALIMAT ITU (BERBEDA DARI PENCANTUMAN SUMBER DI CATATAN KAKI (FOOTNOTE) MAKA ITU ADALAH TINDAKAN PLAGIARISME.
JIKA ANDA MENYADUR SEBAGIAN BESAR ARTIKEL INI MAKA ANDA HARUS MENCANTUMKAN KALIMAT:
"ARTIKEL INI DISADUR DARI....(LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA",
ATAU:"SUMBER UTAMA DARI SEBAGIAN BESAR INFORMASI ARTIKEL INI DIAMBIL DARI (LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA"
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Notes (Catatan):
*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)
*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account: @deleigevenhistory(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)
Notes (Catatan):
*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)
*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account: @deleigevenhistory(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Copyrights Story: Deleigeven Media
Penyusun:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Desain : Deleigeven
Penerbit: Deleigeven Media
Daftar Pustaka:
- Hanok, Where Science Meets Art; Jung Dong-muk; Korea (magazine) Edisi Maret, 2011
- Gyeongbuk Palace; Korea Tourist & Culture Department
- Chandeok Palace; Korea Tourist & Culture Department
- Korea Travel Guide; Korea Be Inspired
- Shaping Korea For 21st Century; Tariq Hussein
- Design Seoul Story
- Korea Food & Stories; Korea Tourist & Culture Department
- East Asia And 15th-19th Century Joseon; Kang Sung-ho; Sunchon National University
- Unexpected Treasures From Asia; National Library Of Australia; Edisi Juni 2011
- Joseon King's Personal Belief in Buddhism And Its Political Significance; Pu Nam Chul; Youngsan University
- Jongmyo (Royal Shrine): Iconography Of Korea; Han Eun-ri
- Joseon's Royal Heritage (500 Year of Splendor); Korea Essential No.7; Korea Foundation
- Marginalization Of Joseon Buddhism And Methods Of Research; Thomas Kim Sung-eun
- Verivication Of The Calender Days Of The Joseon Dynasti; Lee Ki-won, Ahn Young-sook, Min Byeong-hee; Journal Of Korean Astronomical Society; 2012
- Portrait Of The Joseon Dynasti; Journal Of Korean Art Vol.5; 2011
Sumber Website:
www.inisajamo.blogspot.com
www.kbs.co.kr
Beberapa paragraf disadur dari:
wikipedia.com
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------