Pantai di daerah Samabusa, Nabire, Papua
(sumber foto: koleksi pribadi penulis)
(sumber foto: koleksi pribadi penulis)
Saya adalah seorang pendatang dari Sulawesi Utara yang lama menetap di Papua. Orang tua saya sudah berada di Papua jauh-jauh hari sebelum mereka menikah.
Saya sangat mencintai tanah ini, dengan semua kelebihan dan kekurangannya. Dibalik rasa syukur saya karena dibesarkan di Papua, saya harus akui masih banyak hal yang harus dibenahi di Papua, terutama SDM-nya dan pemanfaatan peluang usaha, hal lainnya adalah meningkatnya gelombang pendatang yang tidak memiliki skill yang datang ke Papua.
Walaupun saya sendiri adalah pendatang disana namun saya juga kurang setuju dengan cara para pendatang yang baru, yang kini membludak, dan dengan sengaja membuat masyarakat pribumi Papua semakin terpinggirkan. Berdasarkan pengamatan saya, ada perbedaan yang sangat besar antara pendatang lama dan pendatang baru. Para pendatang baru kurang memiliki tanggung jawab moral untuk membangun Papua karena sebagian besar dari mereka datang hanya karena alasan ekonomi. Hal ini membuat terjadinya semakin lebarnya jarak antara pendatang dan masyarakat asli Papua, juga terciptanya sentimen negatif terhadap para pendatang oleh masyarakat Papua. Padahal sumbangsih para pendatang di Papua sangat tinggi berkat digalakannya program transmigrasi pada masa lalu. Masyarakat Papua akhirnya mengenal budaya bercocok-tanam dan menetap, dan mulai meninggalkan kebiasaan nomaden dan berburu.
Masyarakat Papua sebenarnya terbuka dan sangat toleran. Mereka hanya menuntut para pendatang, yang datang untuk mencari hidup di Papua, harusnya berpikir, bersedia, dan serius untuk membangun Papua, serta mau ikut merasakan kekurangan-kekurangan masyarakat Papua dengan berbelas-kasih, membagi keuntungan bisnis mereka dengan masyarakat Papua yang kekurangan, serta memberi pengetahuan dan pendidikan yang benar, terutama pendidikan moral.
Bagi saya, tuntutan-tuntutan itu adalah tuntutan yang sederhana dan manusiawi, namun kurang ditanggapi oleh banyak pihak. Ironisnya pada saat masyarakat Papua bereaksi negatif terhadap para pendatang maka pihak-pihak ini justru mengatakan bahwa masyarakat Papua-lah tidak manusiawi.
Masyarakat Papua sebenarnya terbuka dan sangat toleran. Mereka hanya menuntut para pendatang, yang datang untuk mencari hidup di Papua, harusnya berpikir, bersedia, dan serius untuk membangun Papua, serta mau ikut merasakan kekurangan-kekurangan masyarakat Papua dengan berbelas-kasih, membagi keuntungan bisnis mereka dengan masyarakat Papua yang kekurangan, serta memberi pengetahuan dan pendidikan yang benar, terutama pendidikan moral.
Bagi saya, tuntutan-tuntutan itu adalah tuntutan yang sederhana dan manusiawi, namun kurang ditanggapi oleh banyak pihak. Ironisnya pada saat masyarakat Papua bereaksi negatif terhadap para pendatang maka pihak-pihak ini justru mengatakan bahwa masyarakat Papua-lah tidak manusiawi.
Terlepas dari hal-hal negatif dari membludaknya pendatang baru, masyarakat Papua-pun harus berbenah dengan memperbaiki SDM dan menciptakan keadaan yang aman dan nyaman untuk orang-orang yang ingin berinvestasi di Papua, karena hal ini membantu mengembangkan perekonomian Papua dan mencegah masyarakat pribumi Papua menjadi terpinggirkan jika memiliki SDM yang melebihi masyarakat pendatang. Masyarakat Papua juga harus menjauhi budaya pungutan liar dengan beralasan 'adat', padahal seharusnya peraturan adat asli Papua tidak demikian.
Banyak unsur yang harus ikut berperan dan bertanggung-jawab terhadap keadaan sosial di Papua, terutama unsur pemerintah (daerah dan pusat), komunitas-komunitas pendatang, dan unsur-unsur rohaniawan.
Banyak unsur yang harus ikut berperan dan bertanggung-jawab terhadap keadaan sosial di Papua, terutama unsur pemerintah (daerah dan pusat), komunitas-komunitas pendatang, dan unsur-unsur rohaniawan.
Semoga masalah ini dapat segera diatasi dengan bijak dan dimasa depan semua sentimen negatif serta kesenjangan antara masyarakat pendatang dan orang asli Papua dapat berkurang sehingga lama-kelamaan sentimen-sentimen negatif itu menghilang.
Penyusun:
Sumber Penyusunan Artikel:
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ARTIKEL INI DISUSUN DAN DITERBITKAN PERTAMA KALI
OLEH DELEIGEVEN MEDIA
SETIAP ARTIKEL YANG MEMILIKI ISI, SUSUNAN, DAN GAYA PENULISAN
YANG MIRIP DENGAN ARTIKEL INI MAKA ARTIKEL-ARTIKEL TERSEBUT
MENYADUR ARTIKEL INI.
DILARANG KERAS MEMPLAGIAT ARTIKEL INI!
CANTUMKAN LINK LENGKAP ARTIKEL INI DISETIAP KALIMAT YANG ANDA DISADUR DARI ARTIKEL INI. SESUAI UNDANG-UNDANG HAK CIPTA, JIKA MENYADUR/MENG-COPY MINIMAL SEPULUH KATA TANPA MENCANTUMKAN SUMBER DARI KALIMAT ITU (BERBEDA DARI PENCANTUMAN SUMBER DI CATATAN KAKI (FOOTNOTE) MAKA ITU ADALAH TINDAKAN PLAGIARISME.
JIKA ANDA MENYADUR SEBAGIAN BESAR ARTIKEL INI MAKA ANDA HARUS MENCANTUMKAN KALIMAT:
"ARTIKEL INI DISADUR DARI....(LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA",
ATAU:"SUMBER UTAMA DARI SEBAGIAN BESAR INFORMASI ARTIKEL INI DIAMBIL DARI (LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA"
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Notes (Catatan):
*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)
*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account: @deleigevenhistory(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)
*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)
*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account: @deleigevenhistory(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Copyrights Story: Deleigeven Media
Copyrights Picture: Deleigeven Media
Copyrights Picture: Deleigeven Media
Penyusun:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Desain : Deleigeven
Penerbit: Deleigeven Media
Sumber Penyusunan Artikel:
Observasi Langsung
Wawancara
Wawancara