DELEIGEVEN HISTORICULTURAM

HISTORY IS ONE OF THE BEST INFORMATION FOR OUR CURRENT & FUTURE

Translate

Thursday, 21 January 2016

RAJA-RAJA PERTAMA SILLA (ERA KEKUASAAN KLAN PARK)




Pemerintahan Kerajaan Silla pada periode awal dipimpin oleh klan Park, namun salah seorang rajanya pada masa ini berasal dari klan Seok yaitu Raja Talhae. Inilah nama raja-raja yang memerintah pada masa-masa awal kerajaan yang dijuluki “kerajaan seribu tahun” ini (nomor urut para raja dan ratu disesuaikan dengan urutan raja-raja itu berkuasa sebagai raja dan ratu Silla):





1. RAJA HYEOKGEOSE

Raja Hyeokgeose adalah raja pertama Silla dan berasal dari klan Park (Bak, dalam pengucapan bahasa Korea). Park Hyeokgeose merupakan leluhur seluruh klan Park di Korea. Gelarnya adalah Geoseogan (diucapkan: Goso-gan) sehingga rakyat Silla pada masa itu mengenalnya dengan sebutan “Hyeokgeose Geoseogan”. Hyeokgeose sendiri sering menyebut dirinya sendiri dengan sebutan “Alji Gaeseogan” yang artinya “Raja yang bersifat emas”, yang menandakan bahwa dia adalah raja besar yang bijaksana, baik, dan pemimpin yang saleh. Selama masa pemerintahannya hingga pemerintahan Raja Namhae, Kerajaan Silla menggunakan nama “Negeri Saro”, atau “Kerajaan Saro”, atau “Saro-guk”.

Menurut legenda, Hyeokgeose lahir dari sebuah telur yang dibawakan oleh seekor kuda putih yang muncul dari langit setelah sebelumnya ada cahaya yang sangat terang dari langit. Peristiwa ini terjadi ketika enam pemimpin desa (atau klan) di negeri Saro yang terdiri dari desa Yangsan, desa Goheo, desa Jinji, desa Daesu, desa Gari, dan desa Goya berkumpul di daerah Najeong di wilayah desa Yangsan yang diklaim terjadi pada tahun 69 SM untuk berunding mengenai penunjukkan seorang pemimpin atas negeri mereka. Hyeokgeose lalu dirawat oleh kepala desa Goheo yang bernama Seobeolgong dan keenam desa itu lalu memujanya seperti dewa. Saat Hyeokgeose berumur 13 tahun (57 SM), keenam pemimpin desa lalu mengangkatnya sebagai raja mereka, dan menamakan kerajaan mereka dengan nama Seorabeol. Hyeokgeose lalu menikahi Lady Aryeong yang lalu menjadi ratunya. 

Para sejarawan berusaha menerjemahkan legenda ini kedalam logika dan mengambil kesimpulan bahwa munculnya Hyeokgeose secara ajaib merupakan cerita tentang awal-mula klan Park mendapatkan dukungan dan memperoleh kekuasaan diatas klan lainnya yang lebih tua dan lebih banyak kaumnya, dan ada kemungkinan bahwa Hyeokgeose dilahirkan dari perkawinan campuran antara orang pribumi dan seorang pendatang. 

Pada masa Hyeokgeose, Silla masih merupakan kerajaan yang sangat kecil. Namun, Silla telah menjadi kerajaan yang dihormati oleh kerajaan lain bahkan oleh negeri Tiongkok. Ibukota Seorabeol di wilayah Geumseon (sekarang disebut Gyeongju) mulai dibangun oleh Hyeokgeose pada tahun 37 SM, dan pada tahun 32 SM dia membangun istana kerajaan di Seorabeol. Adapun beberapa peristiwa-peristiwa lainnya yang terjadi pada pemerintahan Hyeokgeose adalah:

-Kunjungan Hyeokgeose dan Ratu-nya ke seluruh daerah kekuasaan Silla (yang saat itu hanya sebatas di Negeri Saro) pada tahun 41 SM untuk memantau dan mengajari rakyatnya berbagai pengetahuan khususnya pengetahuan dibidang pertanian.

-Silla diserang oleh Balatentara Lelang pada tahun 28 SM. Balatentara Lelang merupakan satu dari 4 Balatentara Dinasti Han.

-Menteri Hogong mengunjungi Konfederasi Mahan sebagai utusan Silla pada tahun 20 SM. Namun, raja Konfederasi Mahan sangat marah karena yang diinginkannya adalah Raja Hyeokgeose sendiri yang datang padanya memberikan penghormatan karena Silla adalah negara yang lebih kecil. Hogong lalu menegur sang raja dengan kata-kata yang bijak namun menyebut raja itu sebagai raja yang minim etika. Raja Konfederasi Mahan lalu menjadi sangat murka dan hampir saja membunuh menteri Hogong, namun para bawahannya menahannya, dan menteri Hogong diijinkan untuk kembali ke Silla.

-Hyeokgeose kembali mengirim utusan sekaligus duta besarnya ke Konfederasi Mahan pada tahun 19 SM untuk menyampaikan ucapan belasungkawa atas wafatnya raja Konfederasi Mahan terdahulu (yang hampir membunuh menteri Hogong). 

-Negeri Okjeo (kelak menjadi wilayah Goguryeo) mengirimkan utusan ke Silla pada tahun 5 SM, yang lalu disambut oleh Hyeokgeose dengan menghadiahkan 20 ekor kuda pada pemimpin negeri Okjeo.


Adapun tokoh-tokoh dalam sejarah Korea yang tercatat berasal dimasa yang sama dengannya adalah:
-Seobolgong, kepala desa Goheo. Seobolgong merupakan orang-tua angkat dari Hyeokgeose.
-Hogong, seorang menteri Silla. Hogong sebenarnya berasal dari negeri Wa (sebutan orang Korea kuno untuk Jepang). Nama Jepang-nya tidak diketahui, dan nama marga Korea-nya juga tidak dicatat dalam Samguk Sagi padahal biasanya orang asing pada masa kuno di Korea akan diberikan marga Korea jika dia menduduki jabatan yang penting. Hogong merupakan orang yang menemukan Kim Alji pada tahun 65 M, luluhur klan Kim yang nanti menjadi penguasa Silla. Hogong hidup hingga masa pemerintahan Raja Talhae (raja keempat Silla). 


Hyeokgeose memerintah sebagai raja Silla dimasa yang sama dengan era Raja Dongmyeongseong atau Jumong (raja pertama Goguryeo). Hyeokgeose memerintah sebagai raja Silla dimasa yang sama dengan saat Raja Onjo (raja pertama Baekje) mulai mendirikan kerajaannya. Era Hyeokgeose merupakan era ketika Julius Caesar dibunuh, dan juga merupakan era Triumvirat kedua di kekaisaran Romawi. Triumvirat kedua adalah sebutan bagi tiga pemimpin Romawi yang terdiri dari Oktavianus, Markus Antonius, dan Markus Lepidus. Hyeokgeose juga menjadi penguasa Silla ketika terjadi perang antara Romawi dan Mesir, yang melahirkan kisah cinta yang terkenal antara Jenderal Mark Anthony dan Ratu Cleopatra. Era Hyeokgeose juga adalah era yang sama ketika Kaisar Oktavianus diangkat sebagai kaisar pertama dalam sejarah Romawi. Dia juga merupakan raja yang memimpin Silla saat Yesus Kristus lahir di Betlehem. 

Hyeokgeose memerintah sebagai raja Silla selama 60 tahun (57 SM – 4 Masehi). Beliau wafat pada usia 73 tahun dan dimakamkan di Sareung, disebelah utara Dameomsa (bagian selatan Namcheon). Hyeokgeose dihormati sepanjang sejarah Silla, dan bahkan sampai sekarang. Beliau digantikan oleh putra tertuanya, Raja Namhae.






2. RAJA  NAMHAE

Raja Namhae adalah raja kedua kerajaan Silla. Beliau adalah raja kedua Silla yang memerintah selama 20 tahun, yaitu dari tahun 4 masehi hingga tahun 24 masehi. Raja Namhae adalah putra tertua dari Raja Hyeokgeose dan Ratu Aryeong, dengan demikian Namhae adalah raja Silla yang berasal dari klan Park. Ratunya bernama Ratu Unje. Pada masa pemerintahannya, Silla masih bernama “Kerajaan Saro” atau “Saro-guk”.

Raja Namhae adalah satu-satunya raja Silla yang mengambil gelar “Chachaung” sebagai gelar raja, sehingga beliau dikenal dengan nama “Namhae Chachaung”. Chachaung berarti “Shaman”, yaitu seorang yang sakti. Kini, shaman lebih diartikan sebagai dukun. Namhae memilih gelar “Chachaung” untuk menyatakan bahwa dia adalah raja yang sakti, perkasa, dan kuat. Era pemerintahan Namhae memang diwarnai berbagai invasi yang sebagian besar dimenangkan oleh Silla.

Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa pemerintahan Raja Namhae adalah:

-Silla kembali diserang Balatentara Lelang (Pasukan Nangnang) dari dinasti Han pada tahun 4 masehi. Pada saat itu, Balatentara Lelang berhasil menguasai menguasai daerah Geumseong, wilayah yang juga mencakupi ibukota Silla. Pasukan Nangnang itu hampir dapat memasuki ibukota Sorabol namun dapat dikalahkan oleh pasukan Silla.

-Silla diserang oleh Kerajaan Wa (Jepang) pada tahun 14 masehi. Pada saat itu, negeri Wa yang dipimpin oleh Kaisar Suinin sedang berusaha menguasai Semenanjung Korea untuk menuju Tiongkok. 

-Silla kembali diserang Balatentara Lelang (Pasukan Nangnang) pada tahun 14 masehi. Balatentara Lelang memanfaatkan situasi Silla yang saat itu sedang berperang dengan negeri Wa di bagian timur dengan melakukan serangan tiba-tiba dari utara. Pada saat balatentara Lelang menyerbu Silla, mereka melihat cahaya terang dari komet yang saat itu melintasi bumi. Karena menganggap hal itu adalah pertanda buruk, pasukan Lelang pun melarikan diri dari pertempuran dengan pasukan Silla sehingga pasukan Silla memenangkan pertempuran.


Raja Namhae memerintah sebagai raja Silla dimasa yang sama dengan era Raja Yuri dari Goguryeo, dan saat putra Yuri, Raja Daemusin naik takhta sebagai Raja Goguryeo. Namhae memerintah sebagai raja Silla dimasa yang sama dengan saat Raja Onjo (raja pertama Baekje) mengembangkan kerajaannya, dan saat Kaisar Suinin memimpin Jepang. Namhae berkuasa dimasa yang sama dengan masa pemerintahan Kaisar Tiberius dari Romawi. Namhae juga merupakan raja yang memimpin Silla pada masa remaja Yesus Kristus dan saat Yesus berusia 20an. Raja Namhae juga adalah Raja yang memimpin Silla saat Yesus melakukan kegiatan yang dikenal dengan “Khotbah di Bait Suci” ketika dia masih berusia 12 tahun.

Raja Namhae wafat pada tahun 24 dan dimakamkan di Sareung-won. Beliau digantikan oleh putranya yang bernama Yuri. 






3. YURI  ISAGEUM

Raja Yuri adalah raja ketiga Silla. Beliau adalah putra dari Raja Namhae dan Ratu Unje, dengan demikian Yuri adalah raja Silla yang berasal dari klan Park. Beliau memerintah Silla selama 33 tahun, yaitu dari tahun 24 masehi hingga tahun 57 masehi. Yuri memiliki setidaknya dua saudara. Saudara laki-laki Yuri bernama Pangeran Naero, sedangkan adik perempuan Yuri menikahi seorang bangsawan dari Jepang yang kelak menjadi Raja Talhae.

Raja Yuri adalah raja pertama Silla yang mengambil gelar “Isageum” sebagai gelar raja, sehingga beliau dikenal dengan nama “Yuri Isageum”. Gelar “Isageum” berasal dari kata dalam bahasa Korea kuno yaitu “Itgeum” yang artinya “raja”. Kata “Itgeum” merupakan asal kata dari kata “Imgeum” yaitu salah-satu kata dalam bahasa Korea modern untuk menyebut “Raja”. Gelar Isageum inilah yang membedakan penyebutan Raja Yuri dari Silla (Yuri Isageum) dengan Raja Yuri dari Goguryeo (Yuri Wang). Yuri sebenarnya bukanlah putra mahkota dan bukan pewaris Namhae. Saat itu, Silla belum menerapkan kebijakan monarki turun-temurun. Ayahnya, Raja Namhae telah mempersiapkan menantunya yang bernama Talhae (saudara ipar Yuri) sebagai pewaris tahta, dan hal ini adalah wasiat raja yang telah diumumkan. Namun, saat raja Namhae meninggal Talhae memilih mundur karena menganggap Yuri-lah yang harus menduduki takhta. Yuri pun dimahkotai sebagai raja Silla pada tahun 24 masehi. Pada masa pemerintahannya, Silla masih bernama “Kerajaan Saro” atau “Saro-guk”.

Yuri adalah raja pertama Silla yang menerapkan kebijakan sentralisasi dan mulai memberlakukan hukum mengenai strata kebangsawanan Silla. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa pemerintahan Raja Namhae adalah:

-Penetapan enam daerah administratif sebagai pengganti sistem desa.

-Pemberian nama marga resmi pada enam klan asli negeri Saro (negeri asal Silla), yaitu Yi (Lee), Choe (Choi), Son (berbeda dengan “Song”), Jeong (Jung), Bae, Seol.

-Penetapan 17 tingkatan dalam sistem birokrasi kerajaan.

-Perayaan pertama Chuseok di Korea, yaitu Tahun Baru Lunar (seperti Imlek). Era Yuri adalah pertama kali orang Korea menikmati perayaan yang pada masa modern dikenal dengan nama Chuseok. Perayaan itu dirayakan dengan gembira dan juga identik dengan berbagai hidangan seperti kue beras, Songpyeon, daging, dan buah-buahan dimana orang-orang saling berbagi makanan. 

Pada masa pemerintahan Yuri, Silla terus berhadapan dengan Baekje yang selalu ingin memperluas wilayah mereka. Selain itu, Kerajaan Gaya dengan raja mereka yang sangat terkenal yang bernama Kim Suro menjadi ancaman laten bagi Silla. Namun, Yuri berhasil meloloskan Silla dari invasi-invasi kerajaan lain. 

Yuri Isageum memerintah sebagai raja Silla dimasa yang sama dengan era Raja Daemusin, Raja Minjung, dan Raja Mobon dari Goguryeo. Yuri juga memerintah pada tahun-tahun awal Raja Taejo sebagai Raja Goguryeo. Yuri memerintah sebagai raja Silla pada tahun-tahun awal Raja Daru sebagai raja Baekje. Yuri merupakan penguasa Silla saat Kaisar Tiberius masih menjabat sebagai Kaisar Romawi. Yuri juga adalah Raja Silla saat Yesus Kristus mulai melakukan aktivitas keagamaan di Palestina, hingga Yesus wafat karena disalibkan di bukit Golgota, di luar kota Yerusalem pada sekitar tahun 30-33 masehi. Ia juga adalah penguasa Silla ketika terjadi pembunuhan terhadap Stefanus di Yerusalem dan pada masa Paulus berkeliling wilayah Asia Kecil dan Eropa Selatan untuk menyebarkan agama Kristen. Yuri juga merupakan raja Silla saat Kaisar Kaligula yang tiran menjadi Kaisar Romawi dan ketika Kaisar Kaligula digantikan oleh Kaisar Klaudius. Ia juga masih menjadi penguasa Silla pada tahun-tahun awal Kaisar Nero sebagai Kaisar Romawi. 

Yuri wafat pada tahun 57 masehi setelah memerintah Silla selama 33 tahun. Sebelum kematiannya, Yuri mewasiatkan agar tahta Silla diwariskan pada saudara ipar Yuri yang bernama Seok Talhae, agar wasiat ayahnya (Raja Namhae) terpenuhi.






4. RAJA TALHAE

Raja Talhae (Talhae Isageum) adalah raja keempat Silla. Beliau adalah menantu dari Raja Namhae dan saudara ipar Raja Yuri (Yuri Isageum). Raja Talhae yang memeritah Silla selama 23 tahun, yaitu dari tahun 57 masehi hingga tahun 80 masehi, dan merupakan raja pertama Silla yang berasal dari klan Seok.

Raja Talhae sebenarnya adalah seorang pangeran yang berasal dari sebuah kerajaan kecil di Timur Laut Jepang yang bernama Kerajaan Dapana. Menurut legenda beliau lahir dari sebuah telur. Ayah kandung Talhae yang bernama Raja Hamdalpa menganggap kelahiran Talhae akan menjadi malapetaka bagi kerajaannya. Bayi Talhae lalu dimasukkan kedalam kotak dan dibuang ke laut. Kotak tersebut lalu sampai ke Gyerim (dekat dengan Gyeongju) dan ditemukan oleh seorang nelayan. Kelahiran Talhae melalui telur menandakan bahwa Talhae merupakan seorang yang memiliki darah campuran atau berasal dari luar Silla/Semenanjung Korea. Legenda kelahirannya yang dilambangkan berasal telur yang pada masa Korea kuno merupakan lambang dari persatuan unsur asli Korea dan luar Korea sebenarnya menceritakan tentang dirinya yang berasal dari luar Silla/Korea (pendatang) yang tiba di Silla dan mampu berbaur dengan masyarakat Silla. Talhae lalu diasuh oleh keluarga Seok yang saat itu adalah seorang pejabat tinggi di Silla. Talhae dinikahkan dengan putri Raja Namhae saat Talhae berusia 8 tahun. 

Talhae sebenarnya adalah pewaris Raja Namhae sesuai dengan wasiat raja yang telah diumumkan. Namun, saat Raja Namhae meninggal Talhae memilih mundur karena menganggap putra Namhae, Yuri yang harus menduduki takhta. Yuri pun dimahkotai sebagai raja Silla pada tahun 24 masehi. Meskipun telah menjadi raja dan memiliki putra, namun Yuri memilih Talhae sebagai penggantinya, sehingga tahta tidak diwariskan pada putra Yuri (kelak menjadi Raja Pasa) atau saudara laki-laki Yuri (Pangeran Naero) melainkan pada saudara iparnya, Seok Talhae. Talhae pun dimahkotai sebagai raja Silla pada tahun 57 masehi. Raja Talhae lalu mengubah nama resmi Silla dari Saro-guk (atau mungkin juga Seorabeol) menjadi Gyerim. Seorabeol lalu ditetapkan sebagai nama ibukota kerajaan Silla. Dengan demikian, Silla dikenal dengan nama “Kerajaan Gyerim” sejak era Raja Talhae hingga era Raja Bopheung. 

Tidak banyak yang diketahui mengenai keluarga Raja Talhae, namun Talhae sangat mungkin memiliki putra. Kemungkinan besar salah seorang putra Talhae adalah Pangeran Amenohiboko. Pangeran Amenohiboko adalah seorang pangeran dari negeri Silla yang dikirim oleh raja Silla ke Jepang pada era Kaisar Suinin sebagai tanda persahabatan atau juga sebagai tawanan. Kaisar Suinin adalah penguasa Jepang di era yang sama dengan ketika Talhae berkuasa sebagai raja Silla. 

Talhae kemungkinan menjadi raja Silla diusia 50-an dan wafat diusia 70-an, karena usianya yang tidak berbeda jauh dari usia Raja Yuri.

Beberapa peristiwa penting yang terjadi pada masa pemerintahan Raja Talhae adalah:

-Hogong, seorang menteri Silla yang berasal dari Jepang diangkat menjadi perdana menteri Silla pada tahun 58.

-Raja Daru dari Baekje mengirimkan duta besar mereka ke Silla untuk pertama kalinya pada tahun 63.

-Raja Daru dari Baekje menyerang Benteng Jusan, satu tahun setelah dia mengirim duta besar ke Silla yaitu pada tahun 64.

-Kim Alji (leluhur raja-raj Silla dari klan Kim) ditemukan oleh menteri Hogong di hutan Gyerim pada tahun 64. Menurut legenda, menteri Hogong menemukan sebuah kotak emas yang tertambat didahan pohon. Kotak itu memancarkan cahaya terang dan terlihat ada ayam jantan putih yang berkokok dengan suara nyaring. Saat kotak itu dibuka, ada seorang bayi didalamnya. Raja sangat takjub melihat anak itu dan menamainya “Kim Alji” yang berarti emas. Legenda kelahiran Kim Alji menunjukkan bahwa dia berasal dari luar Silla karena kotak menunjukkan hadiah, dan kotak emas berarti hadiah yang berharga yang bisa berupa harta benda dan juga manusia (orang-orang berilmu/cendekiawan, budak, selir, dsb), dalam hal ini “hadiah berharga” itu adalah manusia, yaitu seorang yang cerdas yang mungkin diberikan oleh raja dari kerajaan lain. Namun, Baekje dan Konfederasi Gaya sedang berperang dengan Silla, Goguryeo juga saat itu sedang tidak bersahabat dengan Silla. Kim Alji juga bukan berasal dari Jepang, sehingga kemungkinan besar Kim Alji dikirim oleh negeri dari utara semenanjung (Manchuria atau negeri-negeri kawasan Soviet) yang jarang ditemui oleh orang dari Silla dan Jepang namun telah menjalin kontak dengan Silla pada masa raja sebelumnya. Kemungkinan Kim Alji dikirimkan ke Silla saat dia telah remaja atau pemuda yang berusia awal 20-an karena dia diceritakan sebagai seorang anak yang sangat pandai (yang tidak mungkin dimiliki oleh seorang bayi) sehingga membuat raja dan menterinya sangat takjub yang artinya bahwa dia memiliki pengetahuan yang asing bagi raja dan menterinya (yang menegaskan bahwa dia tidak berasal dari Jepang, negeri asal Raja Talhae dan menteri Hogong) sehingga memperkuat kemungkinan bahwa dia memang seorang putra bangsawan atau bahkan putra pemimpin negeri yang mengirimnya. Kemungkinan dia datang bersama dengan banyak hadiah yang berharga sehingga dia dijuluki “emas” oleh raja Silla. Namun, mungkin juga Kim Alji memiliki perawakan fisik yang bagi raja dan menteri Hogong layaknya emas, seperti warna kulit atau warna rambut yang berbeda dengan perawakan fisik Raja Talhae dan menteri Hogong yang berasal dari negeri Jepang.

-Penetapan nama Seorabeol sebagai nama ibukota kerajaan Silla.

-Nama "Kerajaan Saro" sebagai nama Silla diganti menjadi “Kerajaan Gyerim” oleh Raja Talhae dan tidak berubah hingga era Raja Bopheung.


Raja Talhae memerintah sebagai raja Silla saat Raja Taejo diangkat sebagai Raja Goguryeo. Talhae memerintah sebagai raja Silla dimasa yang sama dengan saat Raja Daru menjadi raja Baekje. Talhae juga adalah raja Silla ketika Kaisar Nero dari Romawi membakar kota Roma dan melakukan penganiayaan terhadap umat Kristen. Talhae merupakan raja Silla ketika Kekaisaran Romawi mengalami tahun-tahun kekacauan politik dan perebutan tahta yang dikenal dengan “Era Empat Kaisar”, karena hanya dalam kurun waktu 1 tahun Romawi diperintah oleh empat kaisar, yaitu Kaisar Galba, Kaisar Otho, Kaisar Vitelius, dan Kaisar Vespasianus. Ia juga merupakan penguasa Silla saat terjadi pemberontakan di Yudea dan ketika Yerusalem dihancurkan oleh pasukan Romawi pimpinan Jendral Titus pada tahun 70 masehi. Talha juga masih menguasai Silla saat putra Kaisar Vespasianus, yaitu Kaisar Titus diangkat menjadi kaisar Romawi.

Raja Talhae wafat pada tahun 80 masehi setelah memerintah Silla selama 23 tahun, dan dimakamkan di Gyeongju. Beliau digantikan oleh keponakannya dan juga keponakan Yuri Isageum, Raja Pasa. Dengan diangkatnya Pasa sebagai Raja Silla, maka tahta Silla kembali dikuasai klan Park.



Sejauh ini, baru drama "Kim Suro, The Iron King" yang memunculkan tokoh Seok Talhae. Drama ini menceritakan tentang raja pertama Kerajaan Geumgwan Gaya, Kim Suro (diperankan oleh aktor Jisung).








5. RAJA PASA

Raja Pasa (Pasa Isageum) adalah raja kelima Silla. Jika mengacu pada Samguk Sagi, maka kemungkinan beliau adalah dari putra kedua dari Raja Yuri, namun kemungkinan besar beliau adalah putra dari Pangeran Naero (adik Raja Yuri). Artinya, Raja Pasa adalah keponakan dari Raja Talhae dan Raja Yuri serta cucu dari Raja Namhae, dan berasal dari klan Park. Raja Pasa memeritah Silla selama 32 tahun, yaitu dari tahun 80 masehi hingga tahun 112 masehi. Pengangkatan Raja Pasa sebagai Raja Silla menandakan kembalinya tahta Silla kepada klan Park. Raja Talhae kemungkinan besar memiliki putra, namun Talhae lebih memilih Pasa sebagai penggantinya, bukan putranya maupun kerabatnya. Pengangkatan Pasa menandakan dukungan yang kuat dari klan Seok pada dirinya dan juga sebagai pertanda hubungan kekerabatan yang sangat erat antara klan Seok dan para keturunan Park Hyeokgeose. Raja Pasa memiliki ratu yang bernama Ratu Saseong.

Pada era Raja Pasa, Silla masih dikenal dengan nama “Kerajaan Gyerim”. Era Raja Pasa adalah era dimana Silla mulai memperluas wilayahnya dengan menguasai beberapa wilayah disekitar Silla, dan juga membangun beberapa benteng diluar wilayah Gyeongju, namun Pasa berusaha menjalin persahabatan dengan negeri-negeri tetangganya seperti Baekje dan Gaya dengan mengirimkan duta besar ke negeri-negeri tersebut namun Raja Pasa tetap terus memperkuat militer Silla untuk menghadapi negeri-negeri tersebut. Peristiwa-peristiwa terkenal yang terjadi pada masa pemerintahan Raja Pasa adalah:

-Pembangunan kastil pertama diluar wilayah Gwangju pada tahun 85 masehi.

-Silla diserang oleh Kerajaan Baekje pada tahun 85 masehi.

-Silla diserang oleh Kerajaan Gaya pada tahun 94 masehi, yang dihadapi oleh pasukan Silla dengan menggunakan 1000 pasukan kaveleri.

-Pasukan Kerajaan Gaya kembali menyerbu Silla pada tahun 96 masehi, namun dapat dimenangkan oleh Silla dengan menggunakan 5000 pasukan kaveleri dibawah pimpinan Raja Pasa.

-Pembangunan Benteng Wolseong pada tahun 101 masehi.

-Silla berhasil menguasai beberapa negeri yang independen pada tahun 102, yaitu Siljikgok (wilayah Samcheok modern), Eomjipbeol (wilayah utara Gyeongju modern), dan Apdok (wilayah Gyeongsan modern).

-Raja Pasa membuat perjanjian perdamaian dengan Raja Giru dari Baekje pada 105 masehi, dan perjanjian damai kedua kerajaan itu terus berlangsung hingga Silla dipimpin oleh Raja Adala. 

-Silla kembali menguasai beberapa negeri pada tahun 108, yaitu Biji (wilayah Hamcheon modern), Dabeol (wilayah Pohang modern), dan Chopal (wilayah Changwon modern).


Raja Pasa memerintah sebagai raja Silla saat Raja Taejo masih memerintah sebagai Raja Goguryeo. Pasa memerintah sebagai raja Silla dimasa yang sama dengan saat Raja Giru menjadi raja Baekje dan saat Kim Suro masih menjadi Raja Gaya. Periode awal Raja Pasa sebagai raja Silla juga merupakan periode awal dari Kaisar Domitianus sebagai Kaisar Romawi. Era pemerintahan Raja Pasa juga berlangsung di era awal Romawi dipimpin oleh para kaisar yang bijak yang dikenal dengan nama “Lima Kaisar Baik”. Raja Pasa memerintah bersamaan dengan ketika Romawi dipimpin oleh dua dari lima kaisar baik tersebut, yaitu Kaisar Nerva dan Kaisar Trajanus.

Raja Pasa wafat pada tahun 112 masehi setelah memerintah Silla selama 32 tahun, dan dimakamkan di Gyeongju. Beliau digantikan oleh putra tertuanya, Raja Jima.





6. RAJA JIMA

Raja Jima (Jima Isageum) adalah raja keenam Silla. Beliau adalah dari putra tertua dari Raja Pasa dengan Ratu Saseong. Raja Jima adalah cicit dari Raja Namhae, dan berasal dari klan Park. Raja Jima memeritah Silla selama 22 tahun, yaitu dari tahun 112 masehi hingga tahun 134 masehi. Pengangkatan Raja Jima sebagai Raja Silla menandakan bahwa Silla telah mulai menerapkan sistem monarki turun-temurun meskipun tidak secara resmi. Ratu dari Raja Jima bernama Ratu Aerye dari klan Kim. Pada masa pemerintahannya, Silla masih dikenal dengan nama “Kerajaan Gyerim”.

Era Raja Jima adalah era yang sangat damai bagi Silla karena Raja Jima mempererat persahabatan dengan negeri-negeri tetangganya seperti Baekje, negeri Wa (Jepang) dan Gaya. Peran Raja Jima dalam menjaga perdamaian di wilayah Semenanjung Korea membuat Tiga Kerajaan di Korea mampu bersatu untuk menghadapi serbuan dari luar khususnya serbuan bangsa Magal. Bangsa Magal (juga disebut Bangsa Moge atau Mohe) adalah bangsa yang menghuni wilayah Manchuria pada masa kuno. Bangsa Magal adalah bangsa yang gemar berperang, yang juga merupakan leluhur dari bangsa Jurchen (pendahulu bangsa Manchu). 

Peristiwa-peristiwa terkenal yang terjadi pada masa pemerintahan Raja Jima adalah:

-Raja Jima mempererat persahabatan dengan Raja Giru dari Baekje.

-Kekalahan Silla melawan Kerajaan Gaya pada pertempuran di Sungai Nakdong pada tahun 115 masehi saat Silla hendak menyerbu ke wilayah Kerajaan Gaya.

-Kekalahan Silla untuk kedua kalinya saat melawan Kerajaan Gaya pada masa pemerintahan Raja Jima pada tahun 116 masehi saat Silla hendak menyerbu ke wilayah Kerajaan Gaya namun tertahan di Sungai Nakdong.

-Raja Jima mengadakan perjanjian persahabatan untuk pertama kalinya dengan Raja Suro dari Gaya.

-Raja Jima mempererat persahabatan dengan negeri Wa (Jepang) pada tahun 123 masehi.

-Silla diserbu oleh Bangsa Magal pada tahun 125.

-Raja Giru dari Baekje mengirim pasukan untuk membantu Silla mengusir bangsa Magal pada tahun 125. Pasukan Silla dan Baekje berhasil mengalahkan Bangsa Magal.


Raja Jima memerintah sebagai raja Silla saat Raja Taejo masih memerintah sebagai Raja Goguryeo. Raja Jima memerintah sebagai raja Silla pada saat Raja Giru menjadi raja Baekje, dan pada tahun-tahun awal Raja Gaeru memerintah sebagai Raja Baekje. Raja Jima juga memerintah Silla saat Kim Suro masih menjadi Raja Gaya. Era pemerintahan Raja Jima juga berlangsung di era pertengahan Romawi dipimpin oleh para kaisar yang bijak yang dikenal dengan nama “Lima Kaisar Baik”. Raja Jima memerintah bersamaan dengan ketika Romawi dipimpin oleh dua dari lima kaisar baik tersebut, yaitu Kaisar Trajanus dan penggantinya, Kaisar Hadrianus.

Raja Jima wafat pada tahun 134 masehi setelah memerintah Silla selama 22 tahun, dan dimakamkan di Gyeongju. Beliau meninggal tanpa memiliki seorang pewaris laki-laki, sehingga digantikan oleh saudara sepupunya, Raja Ilseong.





7. RAJA ILSEONG

Raja Ilseong (Ilseong Isageum) adalah raja ketujuh Silla. Raja Ilseong adalah keturunan Raja Yuri. Meskipun ada catatan yang menyebutkan beliau adalah putra Raja Yuri namun kemungkinan adalah dari cucu dari Raja Yuri, yang artinya beliau adalah saudara sepupu Raja Jima. Raja Ilseong adalah cicit dari Raja Namhae, dan berasal dari klan Park. Ada kemungkinan beliau naik tahta diusia awal 40an. Raja Ilseong memeritah Silla selama 20 tahun, yaitu dari tahun 134 masehi hingga tahun 154 masehi. Raja Ilseong memiliki ratu dari klan Park. Pada masa pemerintahannya, Silla masih dikenal dengan nama “Kerajaan Gyerim”.

Era Raja Ilseong mengakhiri masa-masa perdamaian yang dibangun pada masa pemerintahan Raja Jima karena masa pemerintahannya diwarnai oleh serbuan bangsa asing dan juga pemberontakan. Peristiwa-peristiwa terkenal yang terjadi pada masa pemerintahan Raja Ilseong adalah:

-Raja Ilseong mengumumkan 144 dekrit tentang larangan penggunaan perhiasan dan barang-barang mewah lainnya oleh rakyat.

-Pembangunan kantor-kantor pemerintah seperti kantor-kantor birokrasi dan kantor pusat administrasi.

-Serbuan Bangsa Magal. Bangsa Magal (Malgal atau Mohe) adalah bangsa yang menduduki wilayah Manchuria. Mereka adalah leluhur Bangsa Jurchen yang kemudian menjadi leluhur Bangsa Manchu.

-Pemberontakan oleh negeri bawahan Silla di Gyeongsan pada tahun 146.


Raja Ilseong memerintah sebagai raja Silla pada tahun-tahun terakhir Raja Taejo dan ketika Raja Chadae diangkat menggantikan Taejo sebagai Raja Goguryeo. Raja Ilseong memerintah sebagai raja Silla pada saat Raja Gaeru masih memerintah sebagai Raja Baekje. Raja Ilseong juga memerintah Silla saat Kim Suro masih menjadi Raja Gaya. Era pemerintahan Raja Ilseong juga berlangsung di era pertengahan Romawi dipimpin oleh para kaisar yang bijak yang dikenal dengan nama “Lima Kaisar Baik”. Raja Ilseong memerintah bersamaan dengan ketika Romawi dipimpin oleh dua dari lima kaisar baik tersebut, yaitu pada periode akhir pemerintahan Kaisar Hadrianus dan pada periode awal penggantinya, Kaisar Antonius Pius.

Raja Ilseong wafat pada tahun 154 setelah memerintah Silla selama memeritah Silla selama 20 tahun. Beliau dimakamkan di Tap-dong, Gyeongju. Ilseong digantikan oleh putranya, Raja Adala.





8. RAJA ADALLA

Raja Adalla (Adalla Isageum) adalah raja kedelapan Silla. Raja Adalla adalah putra tertua Raja Ilseong, dan berasal dari klan Park. Beliau adalah raja Silla terakhir yang berasal dari klan Park. Raja Adalla memeritah Silla selama 30 tahun, yaitu dari tahun 154 masehi hingga tahun 184 masehi. Raja Adalla menikahi saudari sepupunya, putri dari Raja Jima. Pada masa pemerintahannya, Silla masih dikenal dengan nama “Kerajaan Gyerim”.

Pemerintahan Adalla adalah masa-masa kekacauan pada periode awal Silla karena Silla sering diserbu oleh bangsa asing dan juga mengalami konflik internal di istana. Pada masa pemerintahannya, terjadi persaingan sengit antara klan keluarga raja yaitu Park dan para bangsawan dari klan Seok. Pemerintahannya juga diwarnai dengan percobaan kudeta. Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada pemerintahan Raja Adalla diantaranya:

-Hubungan persahabatan Silla dan Jepang kembali diperkuat oleh Raja Adalla dan Ratu Himiko.

-Ratu Himiko dari negeri Wa (Jepang) mengirimkan rombongan utusan pada Raja Adalla pada tahun 158 dan memberikan banyak hadiah sebagai tanda persahabatan.

-Pembangunan Jalan Haneuljae (Gyerim-nyeong) pada tahun 159. Jalan Haneuljae adalah jalan yang melintasi Gunung Sobaek kearah utara. Jalan ini membentang dari Gunung Sobaek hingga ke kota Mungyeong. Jalan ini menghubungkan kota Chungju (bagian utara provinsi Chungjeong) dan kota Mungyeong (bagian utara provinsi Gyeongsan). Jalan Haneuljae dibangun pada ±530 meter (1.740 kaki) di atas permukaan laut, dan terbentang antara puncak Gunung Poam (963 m) dan Gunung Juheul (1106 m). Jalan ini juga menjadi jalan penghubung antara Silla dan Goguryeo dan merupakan jalur pasukan Silla saat menyerbu Goguryeo. Jalan Haneuljae terus digunakan pada masa Dinasti Goryeo dan Dinasti Joseon.

-Pembangunan Jalan Jungnyeong pada tahun 159. Jalan Jungnyeong dibangun bersamaan dengan Jalan Haneuljae dan merupakan jalan yang melintasi Gunung Sobaek kearah barat. Jalan ini menghubungkan wilayah Yeongju, Provinsi Gyeongsan dan wilayah Danyang di provinsi Chungcheong. Jalan Jungnyeong dibangun pada ±689 meter (2.260 kaki) di atas permukaan laut. Jalan ini juga menjadi jalan penghubung antara Silla dan wilayah yang dikuasai Baekje dan merupakan jalur pasukan Silla saat menyerbu Baekje. Jalan Haneuljae terus digunakan pada masa Dinasti Goryeo dan Dinasti Joseon.

-Pemberontakan yang dilakukan oleh seorang menteri Silla yang bernama Gilseong pada tahun 165. Pemberontakan ini gagal dan Gilseong pun melarikan diri ke Baekje dan diterima oleh Raja Gaeru.

-Kerajaan Silla menyerbu Baekje sebagai respon Silla pada Raja Gaeru dari Baekje yang menampung pengkhianat Silla, Gilseong. Pertempuran ini terjadi di sekitar Gunung Sobaek.

-Raja Chogo (putra Raja Gaeru) menyerbu Silla pada tahun 167 sebagai aksi balasan terhadap Silla. Raja Chogo berhasil menguasai dua benteng milik Silla namun pasukan Baekje berhasil dikalahkan oleh pasukan Silla yang terdiri dari 20.000 prajurit infantri dan 8000 pasukan berkuda.

-Ratu Himiko dari negeri Wa (Jepang) kembali mengirimkan rombongan utusan pada Raja Adalla pada tahun 173 dan memberikan banyak hadiah sebagai tanda persahabatan.


Raja Adalla memerintah sebagai raja Silla melewati masa kekuasaan tiga raja di Kerajaan Goguryeo, yaitu Raja Chadae, Raja Sindae, dan Raja Gogukcheon. Raja Adalla memerintah sebagai raja Silla pada tahun-tahun terakhir Raja Gaeru dan ketika Raja Chogo diangkat sebagai Raja Baekje. Raja Adalla juga memerintah Silla saat Kim Suro masih menjadi Raja Gaya. Era pemerintahan Raja Adalla juga berlangsung di era akhir Romawi dipimpin oleh para kaisar yang bijak yang dikenal dengan nama “Lima Kaisar Baik”. Raja Adalla memerintah bersamaan dengan ketika Romawi dipimpin oleh dua dari lima kaisar baik tersebut, yaitu pada periode akhir pemerintahan Kaisar Antonius Pius dan seluruh periode pemerintahan Kaisar Markus Aurelius. Periode akhir pemerintahan Raja Adalla juga merupakan periode awal putra Markus Aurelius, Kaisar Comodus yang tiran memerintah sebagai Kaisar Romawi.

Raja Adalla wafat pada tahun 184 tanpa memiliki putra pewaris. Oleh karena itu, Raja Beolhyu dari klan Seok menjadi raja Silla menggantikan Raja Adalla. Kematian Raja Adalla merupakan tanda berakhirnya kekuasaan klan Park sebagai penguasa tahta Silla dan mengawali kekuasaan klan Seok. Klan Park kembali menguasai Silla menjelang keruntuhan kerajaan ini namun hanya sebagai bangsawan yang berkuasa, bukan sebagai raja Silla.


Didahului oleh:
Kerajaan Silla

Dilanjutkan Oleh:
Raja-raja Silla pada periode kekuasaan Klan Seok
Kerajaan Silla (Periode Awal Kekuasaan Klan Kim)
RAJA DAN RATU SILLA PADA PERIODE PENYATUAN TIGA KERAJAAN

Artikel yang berhubungan dengan Kerajaan Silla:
Para Jenderal Termasyur Pada Masa Korea Kuno
PANDUAN SEJARAH: DRAMA "HWARANG: POET OF YOUT" ATAU "HWARANG, THE BEGINING" (KBS 2017)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ARTIKEL INI DISUSUN DAN DITERBITKAN PERTAMA KALI
OLEH DELEIGEVEN MEDIA

SETIAP ARTIKEL YANG MEMILIKI ISI, SUSUNAN, DAN GAYA PENULISAN
YANG MIRIP DENGAN ARTIKEL INI MAKA ARTIKEL-ARTIKEL TERSEBUT
MENYADUR ARTIKEL INI.

DILARANG KERAS MEMPLAGIAT ARTIKEL INI!

CANTUMKAN LINK LENGKAP ARTIKEL INI DISETIAP KALIMAT YANG ANDA DISADUR DARI ARTIKEL INI. SESUAI UNDANG-UNDANG HAK CIPTA, JIKA MENYADUR/MENG-COPY MINIMAL SEPULUH KATA TANPA MENCANTUMKAN SUMBER DARI KALIMAT ITU (BERBEDA DARI PENCANTUMAN SUMBER DI CATATAN KAKI (FOOTNOTE) MAKA ITU ADALAH TINDAKAN PLAGIARISME.

JIKA ANDA MENYADUR SEBAGIAN BESAR ARTIKEL INI MAKA ANDA HARUS MENCANTUMKAN KALIMAT:
"ARTIKEL INI DISADUR DARI....(LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA",
ATAU:"SUMBER UTAMA DARI SEBAGIAN BESAR INFORMASI ARTIKEL INI DIAMBIL DARI (LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA"  
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Notes (Catatan):

*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)

*Please open: Kingdom of Silla for short story about "Kingdom Of Silla" in ENGLISH
(Silahkan membuka link: Kingdom of Silla untuk membaca sejarah singkat Kerajaan Silla dalam bahasa Inggris).

*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account: @deleigevenhistory
(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Copyrights Story: Deleigeven Media
Copyrights Picture : MBC (drama "The Great Queen Seondeok", 2009), KBS (drama "The King's Dream", 2011)

Penyusun:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Desain : Deleigeven
Penerbit: Deleigeven Media


Daftar Pustaka:
-Byeon-won Lee; History
-Maurizio Riotto; The Place Of Hwarang Among The Special Military Corps Of Antiquity; The Journal of Northeast Asian History; Northeast Asian History Foundation; 2012
-Richard McBride; Silla Budhist & The Manuscript of Hwarang Segi
-Tae-hoong Ha; Samguk Yusa, Legends and History of the Three Kingdoms of Ancient Karea; Yonsei University Press; 1972; Seoul
-Wontak Hong; Baekche An Offshoot of the Buyeo-Koguryeo in Mahan Land; East Asian History, A Korean Perspective; 2005; Seoul
-Young-kwan Kim, Sook-ja Ahn; Homosexuality In Ancient Korea; Pyongtaek University, Hanyoung Theological University; 2006; Seoul
-Korean History For International Citizen; Northeast Asian History Foundation
-Korea's Flowering Manhood
-The History of Hwarang-do
-The Three Kingdoms of Ancient Korea in the History of Taekwon-Do


Daftar Website:

Wednesday, 13 January 2016

KERAJAAN SILLA

*Various information about history is available in ENGLISH





Awal-mula Berdirinya Kerajaan Silla

Kerajaan Silla adalah kerajaan yang terletak dibagian tenggara negara Korea Selatan. Penduduk Silla terdiri dari penduduk asli Korea dan pendatang dari dinasti Jin (Tiongkok). Wilayah awal Silla merupakan bagian dari Konfederasi Jinhan (satu dari Konfederasi di bagian timur dan Selatan semenanjung Korea sebelum era tiga kerajaan). Konfederasi lainnya adalah Konfederasi Mahan (wilayah yang akan dikuasai oleh Baekje), dan Konfederasi Byeonhan (wilayah yang menjadi kekuasaan Gaya). Menurut kisah yang tertulis dalam kitab Samguk Yusa, pada masa pertikaian antara Dinasti Qin (setelah meninggalnya Kaisar Qin Shi Huang Di) dengan Dinasti Han yang dimenangkan oleh dinasti Han, sekelompok bangsawan dari Dinasti Qin berhasil melarikan diri dari negeri Tiongkok dan tiba di wilayah Konfederasi Manhan. Pemimpin wilayah Mahan memberikan pada para pengungsi itu daerah Jinhan. Para pengungsi itu lalu tiba di Jinhan dan menetap disana turun-temurun dan berbaur dengan penduduk asli Jinhan. Nama “Jin” juga diambil dari “Qin” (dibaca “Chin” atau “Jin”), dan nama “Jinhan” dibentuk dari menggabungkan kata “Jin” dari nama Dinasti Qin dan kata “han” dalam bahasa Korea yang artinya “negeri”. 

Konfederasi Jinhan terdiri dari 12 wilayah, dan salah-satu wilayahnya bernama negeri Saro atau yang dikenal dengan nama “Saro-guk” yang memiliki 6 klan (atau desa). Negeri Saro yang terletak didekat wilayah Busan modern inilah yang merupakan asal-mula kerajaan Silla. Kerajaan Silla dibangun dan berkembang karena terciptanya keharmonisan antara masyarakat pribumi dan para pendatang yang memiliki kebudayaan yang lebih maju dari masyarakat pribumi. Park Hyeokgeose lalu berhasil menyatukan 6 klan di negeri Saro dan mendirikan kerajaan Silla.

Kerajaan Silla dikenal dengan nama “Shinluo” oleh orang Tiongkok, dan orang Jurchen (leluhur bangsa Manchu) menyebut Silla dengan sebutan “Sholgo” atau “Solho”. Sedangkan bangsa Jepang kuno menyebut Silla dengan nama “Shiragi” dalam catatan-catatan kerajaan Yamato (nama kerajaan kuno di Jepang). Ibukota Kerajaan Silla berada di kota Gyeongju pada masa kini, yang pada masa Silla kuno bernama “Seorabeol”. Nama Seorabeol (diucapkan: Sorabol) diambil dari bahasa Silla kuno, yaitu “syeo-beul” yang artinya “ibukota kerajaan”. Kata ini kalau diucapkan dengan cepat dapat disingkat menjadi “syeo-ul”, yang menjadi akar kata dari “Seo-ul” atau “Seoul”, ibukota Korea Selatan saat ini.




Silla Sebagai Bagian Dari Tiga Kerajaan

Kerajaan Silla adalah salah satu dari tiga kerajaan kuno yang pernah berkuasa di Semenanjung Korea. Tiga kerajaan kuno tersebut adalah Kerajaan Goguryeo di utara sebagai kerajaan yang paling tua dari tiga kerajaan kuno tersebut, kemudian ada Kerajaan Baekje di barat daya semenanjung sebagai “kerajaan saudara” dari kerajaan Goguryeo karena memiliki leluhur yang sama (pendiri Kerajaan Baekje adalah putra dari Jumong, raja pertama kerajaan Goguryeo), dan kerajaan ketiga adalah Kerajaan Silla. Letak kerajaan Silla berada di sisi tenggara Semenanjung Korea

Kerajaan Goguryeo dikenal sebagai “kerajaan perang” karena kerajaan ini selalu berperang terutama dengan negeri Tiongkok karena ingin memperluas wilayahnya ke bagian utara, dan dengan Kerajaan Baekje yang sering mengganggunya dari selatan. Kerajaan Baekje sering disebut sebagai “Kerajaan Cendekia” karena kerajaan ini sering menghasilkan mahakarya seni dan penemuan yang mengagumkan dan tergolong sangat maju pada jamannya. Sedangkan, Kerajaan Silla dijuluki sebagai “Kerajaan Bangsawan” karena Silla merupakan kerajaan yang memiliki kaum aristokrat (bangsawan) yang sangat banyak dan menguasai banyak lini kerajaan karena kaum bangsawan juga merupakan orang-orang yang menguasai ilmu militer (seluruh putra bangsawan tinggi termasuk putra raja diwajibkan mengabdi sebagai Hwarang) juga berperan sebagai cendekiawan. Silla juga memiliki pengaturan strata kebangsawanan yang sangat ketat dibandingkan dua kerajaan lainnya. 

Periode tiga kerajaan dinamakan “Masa Tiga Kerajaan” atau “Samguk”. Diantara tiga kerajaan lainnya, Silla adalah kerajaan dengan luas wilayah yang paling kecil dan terletak di wilayah yang lebih terpencil dari kerajaan lain, juga memiliki bahasa yang berbeda dengan dua kerajaan lainnya sehingga tidak ada satupun dari kerajaan-kerajaan disekitarnya yang menyangka bahwa Silla akan menjadi kerajaan tunggal di Semenanjung Korea.

Silla lalu menjadi kerajaan yang pelan-pelan bertumbuh menjadi besar dan lebih besar, kuat dan semakin kuat, dan secara tiba-tiba menghancurkan kerajaan-kerajaan yang lainnya.





Kebudayaan Silla

Kebudayaan Silla merupakan kebudayaan yang berasal dari Konfederasi Jinhan yang sangat berbeda dari kebudayaan Kerajaan Baekje dan Goguryeo yang berasal dari kebudayaan Buyeo. Buyeo adalah kerajaan pecahan dari kerajaan kuno Gojoseon yang wilayahnya mencakupi sebagian besar Manchuria, sedangkan Konfederasi Jinhan letaknya di bagian tenggara Semenanjung Korea. Buyeo menjadi kerajaan bawahan Tiongkok (dinasti Han) dan mendapat intervensi ketat dari Tiongkok, namun negeri-negeri kecil Konfederasi Jinhan sangat jauh untuk mendapat intervensi baik secara budaya maupun politik dari istana Han. Selain itu, rakyat Jinhan juga membenci dinasti Han.

Silla sangat mungkin menggabungkan kebudayaan asli Gojoseon dengan kebiasaan masyarakat Dinasti Jin karena Jinhan adalah wilayah yang dihuni oleh para pengungsi dari dinasti Jin, oleh sebab itu budaya dan kebiasaan mereka sangat berbeda dengan dua kerajaan lainnya di semenanjung. Silla memang sangat lambat mendapatkan pengaruh dari utara sehingga baru mengenal dengan agama Buddha pada sekitar abad ke-3 dan baru menjadi agama resmi pada masa pemerintahan Raja Bopheung di-abad ke-5, padahal dua negara lainnya telah menerima agama Buddha jauh sebelumnya. Silla juga baru mulai memiliki hubungan bilateral yang stabil dengan Tiongkok setelah runtuhnya dinasti Han. 

Setelah agama Buddha menjadi agama negara, maka Buddhisme sangat mempengaruhi setiap lini kehidupan di Silla yang dapat dilihat dari berbagai peninggalan era Silla. Hasil seni dan kerajinan Silla sangat dipengaruhi unsur-unsur Buddhisme yang kental. Yang paling terkenal adalah Bulguksa, Seokkuram, dan Hwangyongsa (Kuil Kaisar Naga) yang dibangun dengan 9 tingkat pagoda kayu, melambangkan 9 buah negeri yang bersatu dalam Silla. Sayangnya, Hwangyongsa terbakar dalam invasi Mongol ke Goryeo abad ke-12. Kuil-kuil Buddha Silla melambang kekuatan kerajaan dan peran Buddhisme dalam ekspansi dan proteksi negara. Setelah era Silla Bersatu, Buddhisme tidak lagi memiliki pengaruh yang sebesar dengan era sebelumnya. 

Silla bukanlah negara dengan banyak cendekiawan seperti Baekje namun periode Silla mewariskan banyak peninggalan sejarah yang menunjukkan bahwa mereka telah memiliki kebudayaan yang sangat tinggi. Silla adalah kerajaan pertama di Asia Timur yang memiliki observatorium. Silla juga telah menggunakan alat cetak berupa cetakan blok kayu yang dipergunakan untuk menyebarkan pengajaran Buddhisme dan karya-karya Konfusianisme. Saat perekonstruksian kembali Pagoda Tanpa Bayangan, sebuah cetakan kuno dari sutra Buddha ditemukan dan bertarikh 751 M. Itu berarti material cetak tertua di dunia berasal dari era Silla. 





Perbauran Budaya Lokal dan Asing pada masa Silla kuno

Semua legenda mengenai kemunculan para leluhur raja-raja Silla menunjukkan bahwa Silla adalah negeri yang terdiri dari percampuran antara orang pribumi Korea dan kaum pendatang, baik yang berasal dari negeri Wa (Jepang), Manchuria, Tiongkok (Dinasti Jin) maupun dari bangsa lain bahkan bangsa-bangsa dari kawasan Asia Barat. Bangsa Korea memang disinyalir merupakan percampuran antara ras Mongoloid (Mongolia dan China) dan ras Kaukasoid (Asia Barat dan bangsa-bangsa dikawasan Soviet). DNA pria Korea menunjukkan bahwa 40% nenek moyang pria Korea berasal dari Manchuria yang datang dari Siberia. Selain itu bahasa Korea kuno juga memiliki beberapa persamaan dengan bahasa Sumeria. 

Percampuran ras, suku, dan budaya di Korea bisa disimak dari cerita mitologi kelahiran Dangun (sesuai kitab Samguk Yusa). Dalam mitologi tersebut, diceritakan bahwa putra dari Dewa Langit (Hwanim) yang bernama Hwanung turun ke bumi dan mendirikan 'kota Dewa' di gunung Taebaek (Gunung Myohang di Korea Utara) untuk memimpin dunia bersama dengan Dewa Angin, Dewa Awan, dan Dewa Hujan. Melihat hal ini, beruang dan harimau meminta pada Hwanung untuk mengubah mereka menjadi manusia. Hwanung menyanggupi dengan memberikan persyaratan yang berat. Harimau gagal sedangkan beruang berhasil dan berubah menjadi wanita yang dinamakan Wungnyeo. Wungnyeo dan Hwanung lalu menikah dan mendapatkan anak laki-laki yang bernama 'Dangun'. Dangun lalu mendirikan kerajaan yang dinamakan 'Gojoseon'.

Sejarawan modern lalu menyimpulkan bahwa proses kelahiran Dangun sebenarnya menjelaskan proses bagaimana nenek moyang bangsa Korea menguasai Semenanjung Korea. Adanya beberapa Dewa menandakan negeri ini telah memiliki teknologi maju termasuk dibidang pertanian. Wungnyeo (inkarnasi dari beruang yang artinya makhluk bumi) merupakan penghuni asli semenanjung, sedangkan Hwanung (putra langit atau berasal dari luar bumi) adalah pendatang dari luar Korea. Perkawinan Hwanung dan Wungnyeo menunjukkan adanya kekuatan baru (dari luar semenanjung) yang datang dan kekuatan lama (pribumi) yang berbaur dengan harmonis yang lalu membentuk bangsa baru. Dangun merupakan pemimpin pertama dari yang bangsa baru terbentuk ini dan mendirikan kerajaan yang bernama Gojoseon, namun kemudian runtuh karena diserang oleh Dinasti Han dari Tiongkok. Gojoseon yang telah runtuh lalu terpecah-pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil di utara yang mendapat pengaruh kuat dari budaya Tiongkok, dan konfederasi-konfederasi dibagian barat dan Selatan yang tetap mempertahankan budaya asli Gojoseon karena wilayah mereka yang terlalu jauh untuk dicapai oleh pengaruh Tiongkok. Negeri-negeri dibagian barat dan selatan seperti Kerajaan Silla dan Konfederasi Gaya lebih menyambut budaya dari Manchuria dan mungkin budaya lain yang lebih jauh (sangat mungkin dari Asia Barat dan negeri-negeri pecahan Uni Soviet) ketimbang budaya Tiongkok karena menganggap Tiongkok (Dinasti Han) sebagai penjajah yang meruntuhkan kerajaan nenek moyang mereka.







Orang-orang Silla

Penduduk Silla berasimilasi dengan budaya Tiongkok dari dinasti Chin, bukan Han (yang mempengaruhi budaya Baekje dan Goguryeo). Menurut kisah yang tertulis dalam kitab Samguk Yusa, pada masa pertikaian antara Dinasti Chin (setelah meninggalnya Kaisar Chin Shi Huang Di) dengan Dinasti Han yang dimenangkan oleh dinasti Han, sekelompok bangsawan dan orang-orang dari Dinasti Chin berhasil melarikan diri dari negeri Tiongkok dan tiba di wilayah Konfederasi Manhan. Pemimpin wilayah Mahan memberikan pada para pengungsi itu daerah Jinhan. Para pengungsi itu lalu tiba di Jinhan dan menetap disana turun-temurun. Hal inilah yang membuat rakyat Jinhan sangat membenci pengaruh apapun dari Dinasti Han. Nama “Jin” juga diambil dari “Chin”, dan nama “Jinhan” dibentuk dari menggabungkan kata “Jin” dari nama Dinasti Jin dan kata “Han” dalam bahasa Korea yang artinya “negara”. Selain itu, ada kemungkinan jika orang-orang Silla adalah keturunan generasi awal dari Siberia yang mendatangi wilayah Korea sebelum kedatangan orang-orang dari Manchuria dan China (yang menurunkan orang-orang Baekje).

Pengaruh luar Korea di Silla dapat dilihat dari penyebutan gelar "raja" di Kerajaan Silla. Silla adalah satu-satunya kerajaan di Korea yang pernah menggunakan nama yang berbeda-beda untuk menyebut rajanya, yaitu: Geoseogan, Chachaung, Isageum, Maripgan, dan Wang (Daewang untuk raja besar). Gelar “Isageum” berasal dari kata dalam bahasa Korea kuno yaitu “Itgeum” yang artinya “raja”. Kata “Itgeum” merupakan asal kata dari gelar “Imgeum” yaitu salah-satu kata dalam bahasa Korea modern untuk menyebut “Raja”. Gelar “Chachaung” yang berarti “Shaman” atau dukun dalam bahasa Kore kuno menandakan bahwa raja yang menggunakan gelar ini adalah raja yang sakti atau sangat kuat. Kata “Gan” dari gelar “Geoseogan” dan “Maripgan” berasal dari akar kata yang sama dengan gelar “Gan” atau gelar “Khan” yang digunakan oleh suku bangsa Turkik dan Mongol untuk menyebut pemimpin mereka. Gelar “wang” juga berarti raja namun gelar ini berasal dari Tiongkok. Gelar “Geoseogan”, “Maripgan”, dan “Isageum” digunakan pada masa-masa awal dinasti sehingga dapat disimpulkan bahwa pada masa-masa awal gelar-gelar tersebut digunakan, Silla masih menggunakan bahasa Korea kuno namun mendapat pengaruh kuat dari unsur bahasa asing terutama dari Asia Barat. Ini menegaskan bahwa masyarakat Silla adalah percampuran dari pribumi Korea dan bangsa pendatang yang sangat mungkin berasal dari Manchuria dan Asia Barat. Percampuran-percampuran ini membuat Silla memiliki bahasa yang berbeda dengan bahasa dua kerajaan lain karena budaya Goguryeo dan Baekje berasal dari Buyeo sedangkan budaya Silla berasal dari Konfederasi Jinhan. Bahasa Korea memang digolongkan dalam rumpun bahasa altaic yang berasal dari kawasan Turki dan Asia Barat. 

Perbedaan etnis dan budaya antara Silla dan dua kerajaan lainnya diperkuat oleh penemuan para ahli genetik. Para ahli genetik yang melakukan penelitian atas gen orang-orang Korea memperoleh hasil yang menarik, yaitu meskipun sebagian besar gen orang Korea memiliki kemiripan dengan orang-orang Jepang dan Tiongkok (khususnya dari Beijing dan Jilin) namun orang-orang Korea yang menghuni daerah Gyeongsang (yang meliputi daerah Daegu, Ulsan, dan Busan modern) yang merupakan wilayah asli Silla memiliki asal dan percampuran ras yang berbeda dengan orang-orang Korea dari wilayah lain, karena sebagian besar penduduk wilayah Gyeongsan justru membawa DNA yang berasal dari Siberia.

Postur dan perawakan (khususnya wajah) penduduk Silla (struktur tulang rahang dan wajah, bukan warna kulit) juga dapat dibedakan dari perawakan rakyat dua kerajaan lainnya karena secara genetik penduduk Silla tidak murni ras Mongoloid namun lebih mirip seperti bangsa-bangsa yang berasal dari Siberia (seperti bangsa Kozak dan bangsa-bangsa dibekas kawasan Soviet). Dua kerajaan lain memang juga memiliki percampuran karena dua kerajaan itu berada diwilayah yang lebih mudah dijangkau dari utara, dibandingkan dengan Silla yang tergolong terpencil sehingga dua kerajaan tadi sangat mungkin mendapat pengaruh dari kerajaan-kerajaan utara khususnya Tiongkok. Silla juga mendapat pengaruh dari Tiongkok namun itu terjadi pada masa-masa selanjutnya. Gelar “wang“ dari Tiongkok digunakan pada masa-masa pertengahan dan akhir Kerajaan Silla saat Silla telah menjalin relasi yang erat dengan Tiongkok dan mulai menerapkan sistem birokrasi Tiongkok dalam pemerintahannya sehingga dalam hal ini Tiongkok sangat mempengaruhi sistem aristokrasi dan birokrasi Silla pada masa-masa pertengahan hingga periode akhir dinasti namun tidak mempengaruhi budaya Silla.

Ada satu hal yang menjadi pembeda antara orang Silla dan orang Korea lainnya, wajah oval.

Wajah oval para penduduk Silla ini membuat hampir semua orang Silla termasuk pria-prianya dikenal memiliki wajah yang sangat cantik. Hal ini dibuktikan oleh lukisan-lukisan kuno dari Tiongkok dan juga catatan-catatan kuno dari Jepang. Dalam lukisan-lukisan Tiongkok, utusan-utusan Silla digambarkan sebagai pemuda yang bertubuh lebih tinggi dari utusan dari Jepang, Baekje, dan Goguryeo. Wajah pemuda itu berbentuk oval dan terlihat cantik, dengan hidung yang mancung dan memiliki mata yang tidak terlalu sipit. Pemuda itu juga tampak menggunakan riasan wajah dan perhiasan. Sedangkan, dalam catatan Nihon Shoki, ada catatan yang mencantumkan kedatangan Pangeran Chunchu (Raja Muyeol) pada tahun 647/648 ke Jepang. Pangeran Kim Chunchu ini digambarkan sebagai.
"...seorang diplomat dari Korea yang berwajah sangat cantik...." (Kitab Nihon Shoki, Babad Kaisar Gotoku)

Gambaran-gambaran ini membuat klaim sejarawan Korea bahwa para Hwarang (ksatria Silla) yang dikabarkan terdiri dari pemuda-pemuda yang sangat cantik adalah benar, sebab Pangeran Kim Chunchu juga adalah mantan Hwarang dan bahkan pernah menjabat sebagai seorang Pungwolju (komandan Hwarang). Dan lagi, klaim bahwa para Hwarang itu tetap berwajah sangat cantik (syarat utama menjadi Hwarang) meskipun mereka sudah berusia diatas 30 tahun juga bisa dibenarkan, sebab Pangeran Chunchu tetap digambarkan sebagai seorang pria yang berwajah sangat cantik padahal saat itu dia telah berusia 43 tahun (Pangeran Chunchu lahir pada tahun 654).







Legenda lahirnya Para Leluhur klan Park, Seok, dan Kim


Silla merupakan satu-satunya Kerajaan di Korea yang pernah dipimpin oleh 3 klan yang berbeda, yaitu klan Park, klan Seok, dan klan Kim. Lahirnya para leluhur dari ketiga klan ini, yaitu Park Hyeokgeose (raja pertama Silla dan leluhur klan Park), Seok Talhae (raja keempat Silla dan leluhur klan Seok), dan Kim Alji (leluhur klan Kim) dikisahkan melalui cerita-cerita mitologi.

Menurut legenda, Hyeokgeose lahir dari sebuah telur yang dibawakan oleh seekor kuda putih yang muncul dari langit setelah sebelumnya ada cahaya yang sangat terang dari langit ketika enam pemimpin desa di negeri Saro berkumpul untuk berunding mengenai penunjukkan seorang raja atas negeri mereka. Pada saat telur tersebut pecah, maka terlihatlah seorang bayi laki-laki yang memiliki wajah yang sangat rupawan dan layaknya seorang bangsawan. 

Para sejarawan berusaha menerjemahkan legenda ini kedalam logika dan mengambil kesimpulan bahwa munculnya Hyeokgeose secara ajaib merupakan cerita tentang awal-mula klan Park mendapatkan dukungan dan memperoleh kekuasaan diatas klan lainnya yang justru lebih tua dan lebih banyak kaumnya. Telur yang diceritakan sebagai asal dari Park Hyeokgeose merupakan tanda bahwa Silla didirikan diatas keharmonisan dari rakyat pribumi Korea dan kaum pendatang, dan mungkin juga Hyeokgeose sejatinya dilahirkan dari perkawinan campuran antara orang pribumi dan seorang pendatang karena pada masa Korea kuno telur merupakan lambang dari persatuan unsur asli Korea dan luar Korea. Mungkin juga Hyeokgeose adalah bangsawan yang berasal dari luar Jinhan. Cahaya dari langit dalam legenda tersebut menunjukkan pemujaan pada dewa matahari (dan mungkin juga dewi Bulan), sedangkan kuda dalam legenda tersebut menandakan orang-orang pada masa itu sangat memuja kuda sebagai hewan yang disucikan, seperti rakyat India yang mensucikan sapi dan rakyat Thailand yang mensucikan gajah. 

Raja Talhae yang merupakan raja keempat Silla yang berasal dari sebuah negeri di Jepang, juga diceritakan lahir dari sebuah telur. Ayah Talhae adalah seorang penguasa atau raja kecil suatu wilayah yang bernama kerajaan Dapana di Timur Laut Jepang. Ayahnya yang takut karena menganggap kelahiran Talhae menandakan malapetaka bagi kerajaannya lalu meletakkan Talhae kedalam kotak dan membuangnya ke laut. Kotak tersebut lalu sampai ke Gyerim (dekat dengan Gyeongju) dan ditemukan oleh seorang nelayan. 

Sama seperti kelahiran Hyeokgeose, kelahiran Talhae melalui telur menandakan bahwa Talhae merupakan seorang yang memiliki darah campuran atau berasal dari luar Silla/Semenanjung Korea. Legenda kelahirannya yang dilambangkan berasal telur yang pada masa Korea kuno merupakan lambang dari persatuan unsur asli Korea dan luar Korea sebenarnya menceritakan tentang dirinya yang berasal dari luar Silla/Korea (pendatang) yang tiba di Silla dan mampu berbaur dengan masyarakat Silla. Talhae dan keluarganya diangkat sebagai bangsawan tinggi oleh penguasa Silla karena memiliki keahlian mengolah logam (pandai besi atau pembuat senjata dan peralatan).

Kim Alji yang merupakan leluhur para raja dan ratu Silla dari klan Kim juga diceritakan lahir secara ajaib. Menurut legenda, pada masa pemerintahan Raja Talhae, Kim Alji ditemukan oleh menteri Hogong disebuah hutan di Gyerim. Menurut legenda, Raja Talhae mendengar suara seekor ayam jantan berkokok dengan suara yang nyaring. Suara itu berasal dari arah Sirim (sebelah barat Gyeongju). Raja pun memerintahkan menteri Hogong untuk menyelidikinya. Hogong lalu tiba di hutan di Sirim dan menemukan sebuah kotak emas yang tertambat didahan pohon. Kotak itu memancarkan cahaya terang dan terlihat ada ayam jantan putih yang berkokok dengan suara nyaring. Hogong lalu melaporkan hal itu pada raja dan raja pun memerintahkan agar kotak emas itu dibawa kehadapannya. Saat raja membuka kotak itu, ada seorang bayi didalamnya. Raja sangat takjub dan menyayangi anak tersebut. Karena dia dilahirkan dari kotak emas dan sangat pandai, raja menamainya “Kim Alji”. Kim artinya “emas” (dalam arti sebenarnya), dan Alji juga berarti emas (lebih condong ke arti “emas” sebagai sifat/bersifat emas) dalam bahasa asli Korea.

Legenda kelahiran Kim Alji menunjukkan bahwa dia berasal dari luar Korea karena dia ditemukan didalam kotak. Kotak menunjukkan suatu pemberian atau hadiah, dan kotak emas berarti hadiah yang berharga. Hadiah yang berharga yang diberikan pada raja bisa berupa harta benda dan juga manusia (orang-orang berilmu/cendekiawan, budak, selir, dsb), dalam hal ini “hadiah berharga” itu adalah manusia, yaitu seorang yang cerdas (yang membuat negeri asalnya sangat bangga dan ilmunya dapat membantu kerajaan Silla). Pada masa itu, hadiah-hadiah berharga yang diberikan pada seorang raja sangat mungkin diberikan oleh raja dari kerajaan lain. Namun, Baekje dan Konfederasi Gaya sedang berperang dengan Silla pada masa pemerintahan Raja Talhae sehingga tidak mungkin “hadiah berharga” tersebut berasal dari mereka. Goguryeo juga saat itu sedang tidak bersahabat dengan Silla. Ada kemungkinan juga Kim Alji berasal dari negeri Wa (Jepang), namun adalah hal yang aneh jika Raja Talhae dan menteri Hogong yang keduanya juga berasal dari negeri Wa sangat takjub saat pertama kali melihat sosok Kim Alji, sehingga kemungkinan besar Kim Alji dikirim oleh negeri dari utara semenanjung (kemungkinan Manchuria atau bahkan negeri yang lebih jauh lagi) yang mungkin telah menjalin kontak dengan Silla. 

Para sejarawan mempertimbangkan kemungkinan bahwa Kim Alji mendapat nama “Kim” yang artinya emas (dalam arti sesungguhnya) karena dia adalah seorang pemimpin klan “emas” (mungkin klan yang kaya akan emas atau klan yang orang-orangnya berperawakan berbeda) yang datang dari utara Korea ke Silla. Namun, kemungkinan besar dia adalah putra salah seorang pemimpin negeri dari luar Korea yang diserahkan pada raja Talhae sebagai tanda persahabatan karena legenda tersebut menyebutkan bahwa Kim Alji ditemukan sebagai seorang bayi, yang diartikan bahwa dia adalah putra seseorang (orang yang mengirimnya). Kemungkinan Kim Alji dikirimkan ke Silla saat dia telah remaja atau pemuda yang berusia awal 20-an karena dia diceritakan sebagai seorang anak yang sangat pandai (yang tidak mungkin dimiliki oleh seorang bayi) sehingga membuat raja dan menterinya sangat takjub yang artinya bahwa dia memiliki pengetahuan yang asing bagi raja dan menterinya (yang menegaskan bahwa dia tidak berasal dari negeri Wa/Jepang, negeri asal Raja Talhae dan menteri Hogong) sehingga memperkuat kemungkinan bahwa dia memang seorang putra bangsawan atau bahkan putra pemimpin negeri yang mengirimnya. Kemungkinan dia datang bersama dengan banyak hadiah yang berharga sehingga dia dijuluki “emas” oleh raja Silla. Namun, mungkin juga Kim Alji memiliki perawakan fisik yang pada masa itu digambarkan bersinar layaknya emas, seperti warna kulit atau warna rambutnya yang berbeda dengan perawakan fisik Raja Talhae dan menteri Hogong yang berasal dari negeri Jepang. Sedangkan nama “Alji” (“emas” sebagai kata sifat/bersifat emas) diberikan padanya untuk menggambarkan kepandaiannya, karena legenda menyebutkan dia adalah seorang yang sangat pandai.





Sistem Pemerintahan Silla

Silla menganut sistem pemerintahan monarki yang dijalankan secara turun-temurun. Sama seperti kerajaan-kerajaan di Korea pada umumnya, Silla menjalankan pemerintahan monarki yang dibatasi oleh konstitusi (monarki konstitusional). Meskipun ada masanya seorang raja memiliki kekuasaan yang besar dan kuat namun raja tetap tidak diperbolehkan untuk melanggar undang-undang yang mengatur kekuasaannya. 

Roda pemerintahan dijalankan oleh para menteri yang dipimpin oleh seorang perdana menteri (Sangdaedung). Perdana menteri harus tunduk pada raja dan juga undang-undang. Para bangsawan juga memiliki peran dan kekuasaan yang cukup besar dalam pemerintahan, hal yang sama juga berlaku bagi kaum cendekiawan karena setiap kerajaan dan dinasti di Korea sangat menghormati para sarjana. Pada periode akhir dinasti, keluarga bangsawan menjadi kekuatan utama dalam pemerintahan dan juga istana sedangkan raja hanya berperan sebagai kepala negara.

Pada mulanya, Silla terbagi dalam 3 provinsi, yaitu Yangju, Gangju, dan Sangju yang masing-masing provinsi dipimpin oleh seorang gubernur. Setelah Silla berhasil mempersatukan Semenanjung Korea, maka Silla membentuk provinsi-provinsi di wilayah Baekje dan Goguryeo. Provinsi-provinsi itu adalah Muju, Jeonju, dan Ungju di bekas wilayah Baekje, dan provinsin Hanju, Sakju, dan Myeongju dibekas wilayah Goguryeo. Selain itu, setiap kota-kota di wilayah Silla dipimpin oleh seorang hakim wilayah yang bertanggung-jawab mengirimkan laporan rutin pada raja. Di masa Silla Bersatu, pemerintah mengadakan sensus untuk mengetahui jumlah populasi, luas wilayah, jumlah ternak dan produk-produk hasil bumi. Hal itu dicatat dalam buku Minjeongmunseo, dimana pemimpin tiap wilayah melakukan pelaporannya.

Setelah raja menerapkan kebijakan sentralisasi, Silla mulai mengadopsi sistem birokrasi Tiongkok untuk mengurus wilayah yang sangat luas juga untuk mengekang kekuasaan keluarga bangsawan. Pada periode awal, para pejabat mendapat bayaran dan juga penghargaan (bonus) berupa pemberian tanah (sistem no-geup), namun pada akhir abad ke-7 sampai akhir abad ke-8, raja mengganti sistem penggajian itu dengan sistem pembayaran gaji (jikjeon). Sebelum unifikasi, Silla mengurangi pajak hasil pertanian sampai 1/10 dan memerintahkan rakyat setiap kota membayar upeti berupa produk-produk lokal.





Kekuatan Militer Silla

Silla pada awalnya merupakan kerajaan yang paling lemah diantara tiga kerajaan di Semenanjung Korea. Hal ini dikarenakan oleh wilayah Silla yang lebih kecil dari wilayah kerajaan lainnya, juga letak Silla yang dikepung oleh berbagai negara yang justru berusaha memperluas wilayah mereka masing-masing dengan mencaplok wilayah Silla. Saat Silla berhasil menguasai seluruh wilayah di Konfederasi Jinhan, Silla langsung mulai mendapat gangguan dari selatan yaitu dari Konfederasi Gaya yang telah semakin kuat. Silla juga sering berhadapan dengan Kerajaan Baekje dibagian barat yang selalu ingin memperluas wilayah mereka. Selain itu, Kerajaan Goguryeo dibagian utara dan negeri Wa diseberang lautan juga cukup menjadi ancaman serius bagi Silla. Silla selalu berperang dengan para tetangganya dimasa-masa awal kerajaan ini berdiri karena Silla selalu diserang oleh tetangga-tetangganya.

Silla lalu menerapkan kebijakan diplomasi dan berusaha menjalin persahabatan dengan tetangga-tetangganya, sambil terus memperkuat angkatan perangnya. Silla lalu memperkuat pasukan infantrinya dan berhasil memenangkan banyak pertempuran terutama dengan Konfederasi Gaya dan Kerajaan Baekje. Selain itu, Silla juga berusaha memperkuat armada perangnya untuk menghadapi Baekje di Sungai Han dan juga untuk berjaga-jaga dari serbuan Kerajaan Yamato (Jepang).

Silla menerapkan sistem strata militer yang sangat rapih dan mendidik para calon komandan sejak mereka masih sangat muda. Sistem militer itu berhasil. Silla berhasil memiliki pasukan infanteri dalam jumlah besar yang semuanya adalah tentara yang sangat terlatih dan bukan tentara bayaran. Silla juga berhasil memiliki armada perang yang sangat kuat, dan bahkan menjadi satu-satunya kerajaan di Semenanjung Korea yang pernah memiliki pasukan khusus wanita yang dikenal dengan nama “Wonhwa”.

Militer Silla juga melahirkan pasukan khusus yang sangat disegani yang bernama “Hwarang”. Pasukan Hwarang adalah pasukan khusus Silla yang terdiri dari para ksatria muda yang tersebar diberbagai wilayah Silla. Seluruh bangsawan Silla diwajibkan untuk mendaftarkan anaknya sebagai Hwarang. Keharusan ini juga berlaku bagi para keturunan raja, dan bahkan putra-putra raja. Para Hwarang dan resimen yang dipimpinnya dilatih untuk bertempur didarat dan dilaut. Mereka juga dilatih untuk mampu membuat artileri dan infrastruktur militer seperti jembatan dan peralatan perang, dan bahkan sebagai mata-mata dan kontra-spionase. Para Hwarang juga diwajibkan memiliki moral yang tinggi sehingga mereka mampu berperang tanpa mempedulikan harta rampasan. Karena para Hwarang direkrut sejak usia belia, itu artinya Silla telah memiliki komandan-komandan perang yang berusia sangat muda.

Para Hwarang yang dikenal sangat disiplin dan unggul diberbagai aspek (khususnya kemampuan militer dan beladiri, moral, ilmu pengetahuan, dan ilmu agama) terus membawa semua kemampuan itu hingga mereka dewasa dan mengabdi pada negara. Saat seorang Hwarang melepas tugas sebagai Hwarang dan mengabdi dipemerintahan dan militer, maka artinya Silla telah menambah kekuatan militernya karena bergabungnya seorang komandan muda yang terlatih secara fisik dan mental sebagai prajurit yang memiliki naluri bertempur yang tinggi. Pasukan Hwarang yang terlibat disetiap pertempuran menjadi pasukan mematikan bagi semua lawan-lawan Silla dan menjadi salah satu pasukan yang paling mematikan di kawasan Asia Timur dan dunia pada masa kuno bahkan sepanjang masa. Di Asia Timur, kesuksesan resimen khusus ini hanya bisa disaingi oleh: Bala-tentara Dinasti Qin dibawah pimpinan Kaisar Qin Shi Huang Di, Balatentara Lelang (tentara khusus Dinasti Han), dan pasukan Samurai Jepang. Kekuatan dan kesuksesan resimen ini juga bersanding dengan resimen-resimen pasukan khusus terbaik dimasa kuno, yaitu: Laskar Janissari dari Kesultanan Ottoman, Pasukan Abadi dari Kerajaan Persia, Pasukan Sparta dari Yunani, Resimen Legiun dari Romawi, Pasukan Jaguar dari Kerajaan Indian Aztec, dan Resimen Bhayangkara dari Kerajaan Majapahit. Meskipun banyak resimen pasukan khusus didunia pada masa itu, namun Hwarang diakui sebagai pasukan elit terbaik di Asia pada masanya.

Kekuatan militer Silla juga merupakan satu-satunya kekuatan militer di Asia Timur yang mampu mengalahkan balatentara Tang. Keberhasilan Silla mempersatukan Semenanjung Korea menjadi bukti dari kedigdayaan militernya. Silla mampu mengamankan wilayahnya yang luas dari serbuan kerajaan-kerajaan dibagian utara, khususnya Kerajaan Balhae, juga serbuan dari Manchuria dan negeri-negeri di Asia Barat serta bangsa barbar yang saat itu menguasai beberapa wilayah Rusia. Silla bahkan mampu mengusir balatentara Dinasti Tang beserta seluruh koloni-koloninya dari Semenanjung Korea. Selain itu, Silla juga memiliki armada perang yang besar dan sangat ditakuti dikawasan Asia Timur.





Kehidupan Sosial Masyarakat Silla

Masyarakat Silla sejak masa-masa awal kerajaan ini berdiri dikenal sebagai masyarakat bermoral yang cinta damai dan memiliki peradaban yang tinggi. Saat Balatentara Lelang dari Tiongkok menembus wilayah Silla, mereka melaporkan pada Kaisar Dinasti Han bahwa rakyat Silla adalah rakyat yang hidup dengan menanam padi dan tidak mengunci pintu rumah mereka disaat malam sehingga dalam catatan-catatan Tiongkok disebutkan bahwa Silla adalah kerajaan yang menjunjung nilai moral yang tinggi dan bersahabat.

Namun, Silla lalu menerapkan kebijakan aristokrasi yang ketat. Setelah penaklukan-penaklukan berbagai daerah baru, pihak istana Silla mulai menetapkan kebijakan-kebijakan sosial, birokrasi, dan hukum yang sangat ketat untuk melindungi klan-klan asli Silla. Saat itu, pangkat dan status sosial para pejabat ditentukan oleh sistem “ranking tulang”. Sistem ini juga diterapkan terhadap anggota keluarga kerajaan. Sistem “ranking tulang” anggota keluarga kerajaan terdiri dari kelas “Seon-geol” (Tulang Suci) yaitu para keturunan raja yang kedua orang-tuanya juga adalah murni keturunan raja, dan kelas “Jin-geol” (Tulang Murni) yaitu para keturunan raja yang hanya salah-satu dari kedua orang-tuanya adalah murni keturunan raja. 

Calon raja atau ratu hanya boleh berasal dari keturunan yang kedua orang tuanya berasal dari kelas “Seon-geol” (Tulang Suci), karena jika seorang anak raja atau keturunan raja dari kelas “Seon-geol” (Tulang Suci) menikah dengan bangsawan atau bahkan juga dengan keturunan raja lainnya namun berasal dari kelas “Jin-geol” (Tulang Murni) maka keturunannya akan digolongkan sebagai kelas “Jin-geol” (Tulang Murni), namun anak-anak mereka akan menikmati status yang disebut keturunan campuran (tidak murni dari kelas Seon-geol maupun kelas Jin-geol) yang lebih tinggi dari kelas “Jin-geol” (Tulang Murni), tapi tidak bisa lebih tinggi dari kelas “Seon-geol” (Tulang Suci). Uniknya, ada banyak bangsawan Silla yang masuk ke “golongan campuran” ini, seperti Raja Taejong Muyeol (ayahnya diturunkan ke kelas “Jin-geol” sedangkan ibunya dari kelas “Seon-geol”), Jenderal Kim Yushin (ayahnya adalah bangsawan yang berasal dari Konfederasi Gaya, dan ibunya adalah kelas “Seon-geol”), dan Perdana Menteri Alcheon (ayahnya dari kelas “Seon-geol” dan ibunya dari kelas “Jin-geol”). Sistem kelas “Seon-geol” dan “Jin-geol” ini lalu berakhir setelah semua keturunan raja dari kelas “Seon-geol” wafat. 

Sistem sosial Silla juga mengatur cara berpakaian (model pakaian), bentuk rumah, dan jumlah perkawinan yang diperbolehkan bagi rakyat dan pejabatnya.





Kesetaraan Gender di Kerajaan Silla

Silla merupakan satu-satunya kerajaan di Korea yang pernah dipimpin oleh ratu. Ada tiga ratu yang pernah memimpin Silla, dan hal ini merupakan salah satu rekor di kawasan Asia Timur dan sebuah fenomena sepanjang sejarah panjang Korea. Hal ini mungkin terjadi karena rakyat Silla lebih menjunjung tinggi kesetaraan gender dibandingkan rakyat kerajaan lain di Semenanjung Korea. Kesetaraan gender ini telah terlihat dari legenda pendirian kerajaan Silla, yang menyebutkan bahwa istri Park Hyeokgeose (raja pertama Silla) berasal dari tulang rusuk seekor naga. Naga bisa diartikan sebagai Park Hyeokgeose, karena naga sangat diagungkan sebagai raja atau dewa yang perkasa dalam mitologi Asia Timur. Lahir dari tulang rusuk naga memiliki arti bahwa yang dilahirkan tersebut setara dengan sang naga, karena tidak dilahirkan dari rambut (yang artinya lebih tinggi dari sang naga) atau tulang kaki (yang artinya lebih rendah dari sang naga) meskipun sang naga tetaplah raja atau pemimpinnya. Hal ini mirip dengan proses penciptaan Hawa dalam Alkitab yang diciptakan dari tulang rusuk Adam (dalam filsafat Kristen, tulang rusuk artinya setara, karena letaknya ditengah tubuh) yang dalam filsafat Kristen diartikan bahwa setiap perempuan (yang digambarkan oleh Hawa) diciptakan setara dengan pria meskipun seorang pria tetaplah menjadi kepala dalam keluarga. Faktor kesetaraan gender jugalah yang membuat Silla pernah memiliki satu-satunya pasukan khusus wanita dalam sejarah Korea yang bernama “Wonhwa”. Kesetaraan gender ini hanyalah satu dari banyak kelebihan yang dimiliki oleh kerajaan Silla, yang tidak dimiliki oleh dua kerajaan lainnya.




Perekonomian Silla

Silla adalah negara agraris yang mengandalkan hasil pertanian sebagai produk utamanya. Silla melakukan perdagangan dengan Tiongkok dan Jepang karena wilayah Silla adalah daratan yang menghubungkan Jepang dengan Tiongkok. Melalui Tiongkok, Silla melakukan perdagangan dengan para pedagang dari jazirah Arab dan mungkin juga dengan para pedagang dari kerajaan-kerajaan yang lebih jauh lagi seperti India dan Byzantium. Oleh kerajaan-kerajaan Arab, Silla dikenal sebagai negeri yang sangat kaya dan makmur. Hal ini dapat ditelusuri dari catatan-catatan yang ditulis oleh Ahli geografi dari Arab dan Persia seperti Ibn Khuradhih, Al-Masudi, Dimashiki, Al-Nawairi dan Al-Maqrizi tentang Silla. Melalui Jepang, ada kemungkinan Silla melakukan perdagangan dengan negeri-negeri di Asia Tenggara melalui jalur laut.





Hubungan Bilateral Kerajaan Silla Dengan Kerajaan Lain

Silla menerapkan kebijakan diplomasi aktif dan menjalin persahabatan dengan tetangga-tetangganya. Silla berhasil menjalin persahabatan dengan Goguryeo untuk menekan Baekje, sementara itu Silla juga menjalin persahabatan dengan Baekje untuk mengamankan posisi mereka dan mencegah negerinya diserang dari barat. Silla juga berhasil menjalin persahabatan dengan dinasti-dinasti di Tiongkok dan dengan Kerajaan Yamato. Silla juga berhasil diperkenalkan ke India oleh Biksu Hyecho yang mengunjungi India melalui Tiongkok untuk mencari dan menulis catatan-catatan ajaran Budhha. 




Keruntuhan Kerajaan Silla

Kedigdayaan Silla setelah mempersatukan Semenanjung Korea justru dihancurkan oleh konflik istana. Setelah pembunuhan Raja Hyegyeong (keturunan terakhir Raja Taejong Muyeol) maka wibawa raja telah hilang dan Silla kehilangan pemimpin yang mampu memimpin wilayah yang luas. Negeri-negeri yang dulu ditaklukkan Silla mulai berusaha melepaskan diri dan merdeka. Selain itu, Silla juga mulai diserang oleh kerajaan-kerajaan merdeka yang menaruh dendam pada Silla, seperti Kerajaan Hu-Baekje dan Kerajaan Balhae. Pada masa-masa ini, muncullah seorang jenderal yang kharismatik yang bernama Wang Geon. Wang Geon lalu menyerang Silla dan mengakhiri riwayat kerajaan seribu tahun ini. Raja terakhir Silla yang kehilangan harapan untuk memerintah negerinya lalu menyerahkan diri dan mendapat nasib baik karena dia dan keluarganya tidak dieksekusi oleh Wang Geon melainkan diangkat sebagai gubernur yang membawahi wilayah lama Silla.






Warisan Silla

Banyak hal yang diwariskan Silla bagi kerajaan-kerajaan penerusnya. Selain peninggalan-peninggalan sejarah dan Buddhisme, Silla mewariskan sistem pemerintahan dan birokrasi yang mapan dan rapih bagi kerajaan penerusnya. Birokrasi ala Silla ini diadopsi oleh putra-putra dan cucu-cucu Wang Geon yang bergantian menjadi raja-raja Goryeo. Selain sistem pemerintahan, Silla juga mewariskan etos kemiliteran termasuk sumpah hwarangyang kembali digaungkan disaat-saat Korea mengalami peperangan dengan lawan-lawannya. Selain itu, walaupun diruntuhkan oleh Goryeo namun pada kenyataannya keturunan-keturunan Silla lah yang menduduki tahta di Semenanjung Korea hingga kerajaan terakhir di Semenanjung Korea diruntuhkan, sebab raja-raja Goryeo bukan diturunkan oleh putra pertama Wang Geon, Wang Mu yang berasal dari Naju, atau bahkan raja terkuat Goryeo, Wang So yang berasal dari Hwanghae, melainkan oleh Ahnjong Wook yang dikenal sebagai Pangeran Gyeongju atau Pangeran Silla (pangeran keturunan Silla). Selain itu, wangsa Yi (Lee) yang menjadi penguasa-penguasa Joseon sejatinya merupakan klan asli Silla yang nama marga mereka (marga Yi) diberikan sendiri oleh Raja Yuri pada abad pertama masehi.






Kerajaan Silla dalam budaya populer

Kerajaan Silla diceritakan dalam beberapa drama dan film. Drama “The Great Queen Seondeok” adalah drama pertama yang mengambil cerita dengan latar sejarah Kerajaan Silla. Drama lainnya adalah “The King’s Dream” yang menceritakan bagaimana Raja Taejong Muyeol mempersatukan Semenanjung Korea. Cerita tentang Kerajaan Silla juga muncul dalam drama atau film yang mengambil latar tentang Kerajaan Baekje, Kerajaan Goguryeo, dan juga periode awal Goryeo. Oleh karena itu, Kerajaan Silla diceritakan dalam drama “Gyebaek” yang menceritakan tentang seorang jenderal Baekje yang bertempur habis-habisan melawan pasukan Jendral Kim Yushin dari Silla, dalam drama yang mengambil latar sejarah Kerajaan Baekje lainnya seperti drama “The Ballad Of Seo Dong Yo”,  drama "Wang-geon" tentang pendirian Kerajaan Goryeo, juga drama “Gwanggaeto The Great” dan “Sword Flower” yang merupakan drama berlatarkan Kerajaan Goguryeo. Era Kerajaan Silla juga menjadi latar cerita dalam drama “Hwarang, The Flower Man” yang dibintangi oleh aktor Park Seojoon, V (member BTS), dan Park Hyunshik (member grup ZE:A).





Daftar istilah penting yang sering muncul dalam catatan Kerajaan Silla:

-Gaeseogan: Sebutan gelar bagi raja Silla yang pertama kali digunakan (gelar ini digunakan oleh Park Heokgeose).

-Chachaung: Sebutan gelar bagi raja Silla yang menggantikan sebutan Gaeseogan (gelar ini digunakan oleh Raja Namhae). Arti dari gelar ini adalah "Shaman" dalam bahasa Silla.

-Isageum: Sebutan gelar bagi raja Silla yang menggantikan sebutan Chachaeung (gelar ini mulai digunakan oleh Raja Yuri)

-Maripgan: Sebutan gelar bagi raja Silla yang menggantikan sebutan Isageum (gelar ini digunakan mulai oleh Raja Naemul)

-Wang: Sebutan gelar bagi raja Silla yang menggantikan sebutan Maripgan (gelar ini digunakan mulai oleh Raja Jijeung). Gelar ini diadopsi dari sebutan gelar raja di Tiongkok

-Daewang (atau Taewang): Sama artinya dengan gelar "Wang" hanya saja sebutan "Daewang" khusus diperuntukkan bagi "Raja Besar" dalam sejarah Silla. Raja Silla yang menyandang gelar "Daewang" adalah Raja Jinheung dan Raja Munmu.

-Ranking Tulang: Sistem kasta kebangsawanan Silla yang diterapkan sejak era Raja Bopheung. Sistem kasta ini diterapkan untuk memperkuat otoritas keluarga kerajaan yang berasal dari klan Kim, terutama keturunan langsung raja-raja Silla dari klan Kim agar tidak bercampur dengan bangsawan lain untuk menjaga keistimewaan keluarga raja.

-Seong-geol (tulang suci): Kasta tertinggi dalam sistem aristokrasi (Ranking Tulang) Silla. Kasta ini hanya boleh terdiri dari keluarga kerajaan yang berasal dari klan Kim, dan harus seorang bangsawan yang berasal dari keturunan raja baik dari ayahnya maupun dari ibunya. Jika salah-satu orang-tuanya bukan merupakan keturunan langsung (secara paternal) raja-raja Silla maka orang itu tidak dapat digolongkan kedalam kasta Seong-geol dan akan kehilangan hak atas tahta, kecuali jika seluruh keturunan raja dari kelas Seong-geol telah punah maka para bangsawan keturunan campuran (memiliki salah-satu orang-tua dari kelas Seong-geol dan orang-tua lainnya dari kelas Jing-geol) akan dipertimbangkan sebagai pewaris tahta, karena darah seong-geol nya.

-Jing-geol (Tulang Murni): Kasta tertinggi kedua dalam sistem aristokrasi (Ranking Tulang) Silla. Kasta ini terdiri dari para bangsawan keturunan para raja Silla dari klan Park dan Seok, dan para keturunan raja namun salah-satu orang-tuanya bukan keturunan raja (memiliki darah keturunan raja hanya disatu pihak), dan juga klan Kim (klan Gimhae) yang bukan berasal dari raja-raja Silla klan (Kim Gyeongsang) melainkan berasal dari raja-raja Kerajaan Gaya yang telah ditaklukkan Silla yang memang bermarga Kim. Jika seorang keturunan raja memiliki salah-satu orang-tua bukan keturunan langsung (secara paternal) raja-raja Silla maka orang itu otomatis langsung digolongkan kedalam kelas Jing-geol. Sedangkan, jika seorang bangsawan memiliki salah-satu orang-tua dari kelas Seong-geol dan orang-tua lainnya dari kelas Jing-geol maka dia akan disebut keturunan campuran, dan jika seluruh keturunan raja dari kelas Seong-geol telah punah maka bangsawan tersebut akan dipertimbangkan sebagai pewaris tahta, karena darah seong-geol nya.

-Kepala Kasta (Head Ranking): Sebutan bagi para bangsawan yang memimpin 6 tingkatan kasta dibawah kasta Jing-geol (namun hanya tingkat 6, 5, dan 4 yang memiliki gelar), dan yang bukan berasal dari keturunan raja (secara paternal), baik dari klan Kim Silla, Park, Seok, atau dari klan Kim Gaya. Setinggi apapun posisi mereka dalam pemerintahan, mereka tidak memiliki hak atas tahta Silla.

-Ichan: Sebutan bagi bangsawan dengan level tertinggi di kasta level 6 atau kepala kasta level 6. Ichan merupakan ranking tertinggi dalam kasta bangsawan ke-6 di Silla yang menempatkannya berada dibawah langsung dari para bangsawan kelas Jing-geol. Posisi tertinggi dalam pemerintahan yang dapat mereka duduki adalah sebagai wakil menteri, namun mereka dapat diangkat menjadi seorang perdana-menteri jika raja/ratu sendiri yang menunjuknya atas kesepakatan dengan para bangsawan tinggi dan para menteri di Hwabaek.

-Achan: Sebutan bagi para bangsawan dengan level kedua tertinggi di kasta ke-6 (level dibawah Ichan).

-Jung-achan: Sebutan bagi para bangsawan dengan level ketiga tertinggi di kasta ke-6 (level dibawah Achan)

-Sajung-achan: Sebutan bagi para bangsawan dengan level ketiga tertinggi di kasta ke-6 (level dibawah Jung-achan)

-Galmunwang: Gelar bagi seorang bangsawan dari kasta tertinggi (Seong-geol) dengan posisi tertinggi dalam negara yang setara dengan raja namun tidak memiliki hak atas-tahta maupun kekuasaan di pemerintahan (jika mereka tidak menjabat sebagai salah-satu pejabat negara). Gelar ini biasanya diberikan pada para saudara kandung raja/ratu (para pangeran). Pemberian ini lalu dihilangkan sekitar masa pemerintahan Ratu Seondeok dan Ratu Jindeok akibat maraknya pemberontakan yang menentang kekuasaan ratu, meskipun pemberontakan itu tidak datang dari para galmunwang.

-Sangdaedung: Gelar yang berarti “menteri yang pertama” atau “menteri dari para menteri”. Kini gelar itu merujuk untuk menyebut “perdana-menteri”. Hanya bangsawan tinggi yang bisa menjabat sebagai Sangdaedung, dan mereka harus berasal minimal dari kelas Jing-geol (mulai diterapkan sejak Raja Beopheung berkuasa) dan pernah menjadi seorang hwarang (mulai diterapkan saat Raja Jinpyeong berkuasa). Pada kasus yang jarang terjadi, bangsawan dari kasta ke-6 di level Ichan dapat diangkat menjadi seorang perdana-menteri jika raja/ratu sendiri yang menunjuknya atas kesepakatan dengan para bangsawan tinggi dan para menteri di Hwabaek.

-Daedung: Sebutan bagi “menteri” di Silla yang berasal minimal dari kelas Jing-geol (mulai diterapkan sejak Raja Beopheung berkuasa) dan pernah menjadi seorang hwarang (mulai diterapkan saat Raja Jinpyeong berkuasa).

-Gyeong: Sebutan bagi “wakil-menteri” di Silla. Posisi ini minimal hanya boleh dijabat oleh seorang Ichan (mulai diterapkan sejak Raja Beopheung berkuasa) dan pernah menjadi seorang hwarang (mulai diterapkan saat Raja Jinpyeong berkuasa).

-Hwabaek: Dewan menteri Silla (di era modern disebut “kabinet”)

-Hwarang: Resimen pasukan khusus Silla yang terdiri dari para pemuda bangsawan yang menguasai ilmu beladiri, militer, agama, sastra, dan pemerintahan. 

-Komandan Hwarang: Jabatan bagi setiap kepala pasukan hwarang. Hanya para komandan hwarang yang dapat disebut “Hwarang”, sedangkan para anggota resimen hwarang yang dibawahi oleh seorang komandan hwarang disebut “Nangdo”. Setelah para Nangdo terpilih sebagai pemimpin pasukan, barulah dia dapat mendapat gelar “Hwarang”.

-Pungwolju: Pemimpin para Hwarang (orang yang jabatannya berada diatas para komandan Hwarang)

-Gukseon: Guru para Hwarang (orang yang jabatannya berada diatas Pungwolju)

-Komandan Hwarang Elit Seorabeol: Sebutan bagi para komandan Hwarang yang bertugas di Seorabeol (ibukota Silla) karena hanya para komandan hwarang terbaik yang dapat dipercaya untuk menjadi hwarang yang mengabdi di Seorabeol, dan jumlah normal mereka hanya sepuluh orang.

- -rang: Sebutan dibelakang nama bagi para komandan Hwarang dan Pungwolju (contoh: Seolwon-rang, Alcheon-rang, Yushin-rang, dst)

-Nangdo: Anggota resimen hwarang yang mengabdi pada seorang komandan hwarang, namun belum memperoleh gelar “Hwarang” karena belum menjadi komandan hwarang, tetapi mereka tetap memakai seragam hwarang dan diakui sebagai seorang hwarang (contohnya para sarjana tamatan program D-3 jurusan Ilmu Ekonomi atau Ilmu Keperawatan, dll, tetap akan diakui sebagai seorang sarjana Ilmu Ekonomi atau sarjana Ilmu Keparawatan, namun tidak dapat memperoleh gelar “Sarjana Ekonomi (S.E)” atau “Sarjana Keperawatan (S.Pr), karena gelar-gelar itu hanya bisa disandang oleh para sarjana tamatan S-1).

-Daenama: Level ke-10 dari sistem pegawai negeri sipil & militer Silla. Level ini adalah level tertinggi yang bisa dijabat oleh seorang bangsawan dari kasta ke-5

-Daesa: Level ke-12 dari sistem pegawai negeri sipil & militer Silla. Level ini adalah level tertinggi yang bisa dijabat oleh seorang bangsawan dari kasta ke-4

-Nama Era: Nama yang dipilih oleh para penguasa Silla untuk menyebut era pemerintahannya. Silla mulai memiliki nama era sejak masa pemerinthana Raja Beopheung, namun nama era secara resmi digunakan sejak masa pemerintahan Raja Jinpyeong, yaitu sejak tahun 584. Silla memiliki delapan nama era sepanjang kerajaan ini berdiri, yaitu: Geon-won (artinya “Penetapan Pertama”, yang merupakan nama era pemerintahan Raja Beopheung dan Raja Jinheung yang merujuk pada tahun 536 hingga 551), Gae-guk (artinya: “Pendirian Negara”, yang merupakan nama era pemerintahan Raja Jinheung yang merujuk pada tahun 551 hingga 567), Dae-chang (artinya “Cahaya Besar”, yang merupakan nama era pemerintahan Raja Jinheung yang merujuk pada tahun 568 hingga 572), Hongje (artinya “Pembebasan Besar”, yang merupakan nama era pemerintahan Raja Jinheung, Raja Jinji, dan Raja Jinpyeong yang merujuk pada tahun 572 hingga 583), Geonbeok (artinya “Permulaan Berkat”, yang merupakan nama era pemerintahan Raja Jinpyeong dan Ratu Seondeok yang merujuk pada tahun 584 hingga 634), Inpyeong (artinya “Kebajikan Yang Berimbang”, yang merupakan nama era pemerintahan Ratu Seondeok yang merujuk pada tahun 634 hingga 647), Taehwa (artinya “Harmoni Agung”, yang merupakan nama era pemerintahan Ratu Jindeok yang merujuk pada tahun 647 hingga 650), dan nama era terakhir adalah Gyeong-un (artinya “Perayaan Besar”, yang merupakan nama era pemerintahan Raja Heonchang yang diambil sejak tahun 822). Nama era Silla mulai dihilangkan pada masa pemerintahan Ratu Jindeok karena mengadopsi nama era dari Dinasti Tang, namun nama era ini dimunculkan kembali oleh Raja Heonchang.


------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ARTIKEL INI DISUSUN DAN DITERBITKAN PERTAMA KALI
OLEH DELEIGEVEN MEDIA

SETIAP ARTIKEL YANG MEMILIKI ISI, SUSUNAN, DAN GAYA PENULISAN
YANG MIRIP DENGAN ARTIKEL INI MAKA ARTIKEL-ARTIKEL TERSEBUT
MENYADUR ARTIKEL INI.

DILARANG KERAS MEMPLAGIAT ARTIKEL INI!

CANTUMKAN LINK LENGKAP ARTIKEL INI DISETIAP KALIMAT YANG ANDA DISADUR DARI ARTIKEL INI. SESUAI UNDANG-UNDANG HAK CIPTA, JIKA MENYADUR/MENG-COPY MINIMAL SEPULUH KATA TANPA MENCANTUMKAN SUMBER DARI KALIMAT ITU (BERBEDA DARI PENCANTUMAN SUMBER DI CATATAN KAKI (FOOTNOTE) MAKA ITU ADALAH TINDAKAN PLAGIARISME.

JIKA ANDA MENYADUR SEBAGIAN BESAR ARTIKEL INI MAKA ANDA HARUS MENCANTUMKAN KALIMAT:
"ARTIKEL INI DISADUR DARI....(LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA",
ATAU:"SUMBER UTAMA DARI SEBAGIAN BESAR INFORMASI ARTIKEL INI DIAMBIL DARI (LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA"  
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Notes (Catatan):

*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)

*Please open: Kingdom of Silla for short story about "Kingdom Of Silla" in ENGLISH
(Silahkan membuka link: Kingdom of Silla untuk membaca sejarah singkat Kerajaan Silla dalam bahasa Inggris).

*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account: @deleigevenhistory
(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Copyrights Story: Deleigeven Media
Copyrights Picture : MBC (drama "The Great Queen Seondeok", 2009), KBS (drama "The King's Dream", 2011)

Penyusun:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Desain : Deleigeven
Penerbit: Deleigeven Media


Daftar Pustaka:
-Byeon-won Lee; History
-Maurizio Riotto; The Place Of Hwarang Among The Special Military Corps Of Antiquity; The Journal of Northeast Asian History; Northeast Asian History Foundation; 2012
-Richard McBride; Silla Budhist & The Manuscript of Hwarang Segi
-Tae-hoong Ha; Samguk Yusa, Legends and History of the Three Kingdoms of Ancient Karea; Yonsei University Press; 1972; Seoul
-Wontak Hong; Baekche An Offshoot of the Buyeo-Koguryeo in Mahan Land; East Asian History, A Korean Perspective; 2005; Seoul
-Young-kwan Kim, Sook-ja Ahn; Homosexuality In Ancient Korea; Pyongtaek University, Hanyoung Theological University; 2006; Seoul
-Korean History For International Citizen; Northeast Asian History Foundation
-Korea's Flowering Manhood
-The History of Hwarang-do
-The Three Kingdoms of Ancient Korea in the History of Taekwon-Do


Daftar Website: