DELEIGEVEN HISTORICULTURAM

HISTORY IS ONE OF THE BEST INFORMATION FOR OUR CURRENT & FUTURE

Translate

Wednesday 23 April 2014

PERPUSTAKAAN ALEXANDRIA, KEMEGAHAN ILMU PENGETAHUAN DI MASA LAMPAU

Sudah lama saya membaca tentang sejarah Perpustakaan Alexandria, walaupun hanya sepotong-sepotong. Namun saat saya membaca novel fiksi sejarah yang berjudul "The Alexandria Link" karya Steve Berry, saya benar-benar tertarik untuk lebih mengetahui lebih lanjut tentang Perpustakaan Alexandria.

(The Alexandria Link, karya Steve Berry)

The Alexandria Link adalah novel yang bercerita tentang Cotton Malone, seorang mantan agen lapangan elit Departemen Luar Negeri Amerika Serikat yang beralih profesi sebagai pemilik toko buku langka di Kopenhagen, Denmark. Ketentramannya terusik saat dia diberitahu bahwa putranya yang tinggal bersama mantan istrinya diculik. Para penculik meledakkan toko bukunya sebagai peringatan bahwa mereka tidak akan berhenti mengganggunya sehingga mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan: Perpustakaan Alexandria yang hilang.

Berbagai pendapat sejarah, filsafat, literatur, sains, dan agama memberikan data yang sama bahwa Perpustakaan Alexandria pernah ada didunia ini namun musnah berabad-abad yang lalu dan menjadi kabut misteri yang melegenda.

Alur novel ini sebenarnya lebih menonjolkan aksi petualangan dari Malone dan intrik politik yang menyelubungi pencarian perpustakaan tersebut ketimbang pengkajian logika dan fakta sejarah seperti yang biasa kita temui dalam novel-novel karya Dan Brown. Meskipun demikian, novel ini mampu menggambarkan tentang betapa berharganya Perpustakaan Alexandria yang digali dari beberapa sudut pandang.

(Perpustakaan Alexandria Modern di Iskadariah, tampak dari atas)


AWAL PENDIRIAN PERPUSTAKAAN

Kejayaan sebuah bangsa pada masa kuno tidak hanya diukur dari kemegahan bangunannya, namun juga dari seberapa lengkap dan megahnya perpustakaan kerajaan yang mereka miliki, karena perpustakaan negara itulah yang menyimpan semua kemegahan bangsa tersebut jikalau bangunan-bangunan megah mereka runtuh suatu saat kelak. Perpustakaan seperti itu jugalah yang merupakan ajang unjuk gengsi, karena membuktikan ilmu pengetahuan bangsa mereka berada diatas bangsa-bangsa lain. Perpustakaan juga merupakan rujukan penting bagi raja dan para pejabat negara untuk mengambil keputusan dan kebijakan, serta tempat berkumpulnya para cendekiawan kerajaan maupun dari luar kerajaan untuk bertukar pengetahuan. Alasan-alasan itupun mendasari pendirian Perpustakan Alexandria. Perpustakaan ini dibangun untuk menarik orang-orang bijak dari berbagai belahan dunia agar datang ke Mesir.

Keberadaan Perpustakaan Alexandria diketahui dan mulai dicatat pertama kali dalam sejarah modern justru melalui penemuan inkripsi kuno yang ditulis Tiberius Claudius Balbius dari Roma, Italia pada tahun 56 SM. Dia menyebutkan sebuah perpustakaan yang sangat besar telah dibangun di Alexandria, Mesir. Alexandria dibawah pemerintahan Dinasti Ptolemy, menurut Atlas Of The Greek World, merupakan pusat perdagangan dan budaya dunia. Keluarga Ptolemy adalah kalangan intelektual. Ptolemy I Soter adalah ahli sejarah, Ptolemy II Philadelphus  adalah ahli hewan, Ptolemy III Eurgetes adalah ahli literatur, sedangkan Ptolemy IV adalah penulis naskah drama. Masing-masing memilih ilmuwan terkemuka sebagai pembimbing anak-anaknya dan memberi dorongan kepada para cendekiawan untuk tinggal di Alexandria.

Ptolemy I Soter mendirikan kuil untuk para musai, dan mendirikan tempat belajar didalam kuil tersebut yang disebut musaeum (cikal bakal kata museum), dimana itu adalah tempat orang-orang terpelajar melakukan pertemuan kelompok dan berbagi pengetahuan mereka, sehingga banyak yang menganggap Perpustakaan Alexandria dibangun oleh Ptolemy I Soter. Pendapat ini tidak salah karena Musaeum menjadi Perpustakaan Utama Kerajaan.

Perpustakaan-perpustakaan kerajaan diperkirakan dibangun sempurna pada awal abad ke-3 SM oleh Ptolemy II Philadelphus, yang dikabarkan membeli seluruh perpustakaan Aristoteles, namun di masa Ptolemy III Eurgetes-lah perpustakaan berkembang pesat. Ptolemy III Eurgetes merupakan putra dari Ptolemy II Philadelphus yang naik takhta setelah ayahnya meninggal pada tahun 246 SM. Dibawah kendali Ptolemy III Eurgetes, koleksi Perpustakaan Alexandria meningkat pesat. Seluruh warga pendatang Alexandria diwajibkan memberikan beberapa buku pada perpustakaan. Ptolemy III Eurgetes juga memerintahkan mencari perangkat untuk untuk mendukung aktivitas perpustakaan. Agar mendapat kualitas terbaik, Ptolemy III Eurgetes mencarinya keseluruh wilayah Mediterania, Rhodes, hingga Athena. Pada masa Ptolemy III Eurgetes di tahun 246 SM, terdapat beberapa lokasi perpustakaan. Perpustakaan utama yaitu Musaeum yang dibangun oleh Ptolemy I yang berada di dekat istana kerajaan dan yang satu lagi, perpustakaan yang lebih kecil berada di tempat pemujaan Dewa Serapis, yang dikenal dengan nama Serapeum yang dibangun oleh Ptolemy II Philadelphus. Perpustakaan Serapeum inilah yang bertahan berabad-abad lamanya hingga peristiwa yang dinamakan Penghancuran Perpustakaan Alexandria itu benar-benar terjadi. Selain itu ada juga perpustakaan lain yang bernama perpustakaan Cesarion.



PROSES PENGUMPULAN BUKU

Pada puncak kejayaannya Alexandria berpenduduk sekitar 600.000 jiwa. Pada masa itu, pelabuhan Alexandria sangat ramai dikunjungi berbagai kapal. Ptolemy III memerintahkan agar semua kapal di pelabuhan Alexandria harus diperiksa, jika ditemukan buku-buku, maka buku-buku itu akan disalin, dan salinan-salinan itu dikembalikan kepada pemiliknya sedangkan buku yang asli disimpan dalam perpustakaan. Umumnya awak-awak kapal itu selalu membawa buku untuk menemani perjalanan. Ketika kapal berlabuh, para pemuka kota mengunjungi awak kapal, mengambil buku mereka dan menyalin isinya. Salinan ini ditulis diatas gulungan kertas papirus, lalu diletakkan di perpustakaan. Jenisnya bermacam-macam dari mulai puisi dan sejarah hingga retorika, filsafat, agama, pengobatan, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu hukum. Sang raja konon sangat ingin membawa Mesir menuju peradaban yang tinggi. Alasan ia memerintahkan agar menyalin seluruh buku di dunia untuk menjadi koleksi perpustakaan ini agar seluruh masyarakat bisa belajar berbagai pengetahuan dan hikmah.



KOLEKSI BUKU

Sebanyak 43.000 manuskrip gulung yang berada di Serapeum dapat diakses oleh khalayak umum, sedangkan 500.000 manuskrip lainnya yang di simpan di musaeum terbatas hanya untuk kalangan pengajar, cendekiawan, dan keluarga raja. Manuskrip-manuskrip ini kian bertambah jumlahnya sehingga menembus angka 700.000 manuskrip. Sebagai  perbandingan, Perpustakaan Sorbonne pada abad 14 yang merupakan perpustakaan terbesar pada masanya hanya memiliki koleksi 1700 buku. Semua buku di perpustakaan disusun menurut temanya. Beberapa catatan sejarah menyebutkan beberapa koleksi Perpustakaan Alexandria yang berharga antara lain koleksi syair-syair terkenal seperti Homer, Hesiod, Sappho, Appolonius, Theocritus, dan Aratos. Koleksi drama terkenal antara lain berasal dari Sophocles, Euripedes, dan Aristophanes. Khusus koleksi filsafat terdapat buku-buku karangan Plato, Aristoteles, dan Philon. Sedangkan untuk kategori sejarah, perpustakaan ini memiliki koleksi Hecataeus dari Abdera dan Herodotus. Juga ada buku-buku fisika seperti buku karya Archimedes, Hipparchus, dan Hypatia. Perpustakaan ini juga memiliki koleksi buku-buku kedokteran diantaranya Medicine Corpus karya Hippocrates, dan Anatomi karya Herophilus. Satu-satunya salinan Undang-undang Roma Purba yang ditulis 700 tahun sebelum kelahiran Yesus Kristus juga dikoleksi disini. Di perpustakaan inilah, pada masa pemerintahan Ptolemy II Philadelphus, 72 cendekiawan Yahudi menerjemahkan kitab-kitab bahasa Ibrani kedalam bahasa Yunani dan menghasilkan karya Septuaginta yang termasyur itu. Septuaginta adalah terjemahan Perjanjian Lama kedalam bahasa Yunani, yang lalu disalin dan disebarkan ke berbagai negara. Hingga kini salinan-salinannya tetap menjadi rujukan.

Selain mengoleksi buku-buku, perpustakaan ini juga bekerja keras untuk membuat sejarah Mesir lengkap. Bahkan, upaya ini melibatkan banyak sejarawan dari berbagai negara. Diodorus, sejarawan terkenal pada masa tersebut merekam usaha tersebut dalam laporannya yang berbunyi, “Bukan hanya pemuka Mesir saja yang bekerja keras menyusun sejarah Mesir, tapi juga orang-orang Yunani yang berasal dari tempat-tempat yang jauh seperti Thebes. Dibawa pengarahan Ptolemy dari Lagos, mereka bekerja sangat cermat.” Diketahui beberapa di antara sejarawan Yunani yang dimaksud adalah Manethon dan Hecateaus dari Abdera.



TOKOH-TOKOH YANG PERNAH BELAJAR DAN MENGABDI

Perpustakaan Alexandria sangat berpengaruh pada munculnya tokoh-tokoh penting di bidang sejarah, sastra, astronomi, dan kedokteran pada masa itu yang tulisan-tulisan mereka sangat berpengaruh hingga di era modern. 

Archimedes, ilmuwan ternama dunia itu adalah salah-satu dari begitu banyak ilmuwan dimasanya yang belajar di Perpustakaan Aleandria. Selain Archimedes, ada Aristarchus dari Samos (Astronom abad ketiga SM. Orang pertama yang berspekulasi bahwa planet-planet mengitari matahari. Menggunakan trigonometri untuk menghitung jarak dan ukuran matahari dan bulan), Claudius Ptolemaeus (Astronom abad kedua yang tulisannya tentang geografi dan astronomi diakui sebagai naskah standar), Euklides (matematikawan abad keempat SM dan juga bapak Geometri serta pelopor ilmu optik. Karyanya yang berjudul "Elements", menjadi standar ilmu geometri sampai abad ke-19), dan Galen (dokter abad ke-2 Masehi yang ke-15 jilid bukunya menjadi naskah standar selama 12 abad).

Selain menghasilkan begitu banyak ilmuwan terkemuka, kedigdayaan Perpustakaan Alexandria sebagai perpustakaan terbaik pada masa itu juga dapat dilihat dari para pustakawan dan editor-nya. Editor alias Kepala Perpustakaan Alexandria merupakan jabatan bergengsi dimasa itu. Tidak sembarang orang yang bisa menduduki jabatan tersebut. Meski lokasi perpustakaan berada di Mesir, tapi kepala kepala perpustakaan tidak mesti orang Mesir. Editor pertama perpustakaan ini adalah Demetrius Phalareus

Seorang editor terkenal yang berasal dari Yunani bernama Erasthostenes yang lahir di Syrene (275 SM). Erasthostenes adalah seorang murid cerdas yang menempuh pendidikan di Alexandria dan Athena. Ia adalah filsuf, ahli matematika, dan astronom pada masa Raja Ptolomy III. Selama menjabat sebagai kepala perpustakaan, ia berhasil mengembangkan metode bilangan prima dan metode pengukuran keliling bumi. Ia banyak mengamati berbagai kejadian sederhana di bumi, misalnya setiap tanggal 21 Juni, semua dasar sumur di Shina (Aswan) pinggiran sungai Nil terkena cahaya matahari, artinya matahari benar-benar tegak lurus. Ditanggal yang sama di Alexandria, Erathostenes melihat tugu-tugu membentuk bayangan karena sinar matahari, sehingga membuat dia percaya bahwa bumi berbentuk bulat.  Erosthotenes mengalami kebutaan pada tahun 195 SM, namun ia tetap semangat mempelajari ilmu dan menyebarkannya ke khalayak hingga dia wafat setahun kemudian (194 SM). Hingga kini, Erosthotenes diakui sebagai orang yang pertama kali menghitung keliling bumi dengan cukup akurat. 

Selain Erosthotenes, Perpustakaan Alexandria juga pernah dipimpin oleh editor sekelas Kalimakhus, seorang pujangga yang menjadi kepala perpustakaan abad ke-3 SM. Ia adalah orang yang pertama kali menyusun Indeks untuk Perpustakaan Aleksandria. Karyanya ini menjadi sebuah mahakarya yang membentuk kanon kesusastraan Yunani klasik.

Beberapa editor terkenal lainnya adalah Zenodotus dari Ephesus (3 SM), Aristophanes dari Byzantium (2 SM), Didymus Chalcentrerus (seorang ahli tata bahasa pada abad ke-1 SM), dan yang juga paling terkenal adalah 72 cendekiawan Yahudi yang menyusun Septuaginta.

Jika dilihat dari asal para editor ini maka dapat disimpulkan bahwa Perpustakaan Alexandria memiliki reputasi yang sangat tinggi karena mampu menarik banyak orang pandai dari berbagai belahan dunia. Terbukti banyak orang non-Mesir yang bersedia yang bersedia menjadi editor alias kepala perpustakaan. Hal ini dimungkinkan karena penguasa memang memposisikan Alexandria sebagai kota intelektual. Di kota ini banyak diselenggarakan berbagai pertemuan intelektual, tempat orang-orang bertukar pikiran mengenai sejarah, filsafat, sastra, ilmu eksakta, dll. Perpustakaan ini juga menjalin hubungan dengan perpustakaan lain. Salah satunya dengan Perpustakaan Pergamun (Yunani) yang dibangun oleh Raja Eumenes II. Ilmuwan kedua perpustakaan ini saling bertukar ilmu dan pemikiran.



KEHANCURAN PERPUSTAKAAN ALEXANDRIA

Berdasarkan catatan sejarah, para sejarawan berpendapat bahwa perpustakaan utama Musaeum terbakar sehingga perpustakaan Serapeum menjadi perpustakaan utama. Penulis Kristen, Tertullian (155-230 M) menulis dalam bukunya The Apology bahwa buku-buku dalam perpustakaan para raja Ptolemy itu disimpan dalam perpustakaan Serapeaum, termasuk juga salinan dari Septuaginta. Surat-surat dari Aristeas (seorang Yahudi Alexandria) pada abad 1 M juga mendukung pendapat ini, dia menulis bahwa manuskrip-manuskrip dari Perpustakaan Utama Kerajaan telah dipindahkan ke perpustakaan Musaeum. St. Yohanes Chrysostom juga diketahui merujuk pada koleksi perpustakaan Serapeaum dalam pidatonya pada penduduk Antiokhia karena perpustakaan itu memiliki versi asli dari Septuaginta.

Sungguh sangat disayangkan, kemegahan perpustakaan besar ini berkali-kali dihantam nasib buruk. Para sejarawan berpendapat ada beberapa peristiwa-peristiwa yang diduga merusak bahkan menghancurkan perpustakaan ini.

Pertama adalah pembakaran kota Alexandria oleh Julius Caesar saat dia berperang dengan Ptolemy XIII pada tahun 48 SM (berdasarkan Kronik Perang Alexandria karya Titus Livius). Caesar memerintahkan pembakaran terhadap kendaraan-kendaraan kerajaan namun apinya menjalar ke seluruh bagian kota dan juga melalap perpustakaan. Caesar sendiri menulis dalam bukunya Alexadrian Wars bahwa, “Api yang dibakar pasukan Roma untuk membakar angkatan laut Mesir di pelabuhan Alexandria juga melahap sebuah gudang penuh dengan papirus yang berlokasi di pelabuhan.” Namun sejarawan modern membantah hal ini karena lokasi Perpustakaan Alexandria bukan terletak di dekat pelabuhan. Hal yang membatalkan tuduhan pada Caesar adalah buku Geography karya Strabo, yang mengunjungi Alexandria pada tahun 25 SM dimana bukunya menggunakan referensi yang berada didalam Perpustakaan Alexandria yang artinya Perpustakaan itu masih ada pada saat itu. Para penuduh Caesar menggunakan dasar tulisan dari beberapa penulis klasik yaitu Life Of Caesar oleh Plutarch yang ditulis pada abad 1 M, Attic Nights oleh Aulus Gellius  (Abad 2 M), dan beberapa sejarawan lain yang menyebutkan bahwa pasukan Caesar tidak sengaja membakar perpustakaan tersebut, namun kemungkinan besar para sejarawan ini keliru atas arti kata Yunani dari Bibliothekas yang berarti kumpulan buku dan Bibliotheka yang artinya Perpustakaan, sehingga mereka berpikir pembakaran buku-buku yang disimpan didekat pelabuhan Alexandria adalah pembakaran Perpustakaan Alexandria.

Kedua adalah penyerangan yang dilakukan bangsa Aurelian pada abad 3 SM.

Selain kejadian-kejadian diatas, beberapa pendapat yang masih merupakan dugaan menyebutkan bahwa kaum Kristen juga turut bertanggung-jawab kehancuran perpustakaan ini. Pendapat ini muncul karena ada kejadian pada tahun 272 M dan 391 M dimana terjadi huru-hara di kota Alexandria saat terjadi bentrok antara penganut pagan dan penganut Kristen dimana orang Kristen berusaha menghapus paganisme dari Alexandria yang menyebabkan terjadinya penghancuran Perpustakaan Serapeum itu. Dugaan ini didasari oleh catatan sejarah dimana Paus Theophilus dari Alexandria memerintahkan dihancurkannya kuil-kuil pagan termasuk Serapeaum karena perpustakaan itu merupakan perpustakaan kuil. Namun perlu diketahui, Serapeaum disebut perpustakaan kuil karena dibangun berdekatan dengan kuil namun bukan dibangunan yang sama, sehingga para sejarawan modern menolak pendapat ini karena berkeyakinan pembakaran kuil tidak mempengaruhi perpustakaan disebelahnya, karena perpustakaan Serapeaum selain menyimpan berbagai buku pagan, perpustakaan ini juga menyimpan berbagai buku sains, filsafat Yahudi dan Kristen, dan juga sejarah yang menguatkan kisah-kisah sejarah yang tercatat di Alkitab. Hingga abad ke 6 M, masih ditemukan catatan-catatan sejarah sebagai referensi yang menguatkan bahwa perpustakaan serapeaum masih ada, termasuk juga catatan dari filsuf Alexandria abad ke 5 M, Ammonius, dalam buku-bukunya, yang mengambil beberapa rujukan dari beberapa buku di Perpustakaan Serapeaum termasuk dari dua salinan The Categories yang dikarang oleh Aristoteles.

Pendapat lainnya yang juga masih merupakan dugaan adalah tindakan Khalifah Umar Bin Khattab, saat invasi ke Alexandria dibawah komando Amr Ibn Al Aas yang merebut Alexandria pada tahun 640 M, sehingga diduga menyebabkan musnahnya Perpustakaan Alexandria. Amr Ibn Al Aas  melaporkan pada Umar Bin Khattab tentang Perpustakaan Alexandria tersebut, dan menunggu perintah selanjutnya. Sembari menunggu perintah Umar Bin Khattab, Amr Ibn Al Aas mengijinkan beberapa cendekiawan untuk mengunjungi perpustakaan tersebut. Adapun termasuk dalam para cendekiawan itu adalah Philoponus murid Ammonius dan Philaretes murid Philoponus (penulis buku medis tentang detak jantung). Saat surat dari Umar Bin Khattab tiba maka, seperti dikutip, demikianlah jawabannya, “Jika apa yang ditulis sesuai dengan Kitab Tuhan, buku-buku itu tidak diperlukan. Jika tidak sesuai, buku-buku tersebut tidak diinginkan. Hancurkan.” Pendapat ini didukung oleh buku-buku karangan para penulis muslim sendiri. Al Qifti dalam bukunya, History Of Wise menuliskan bahwa pembakaran buku-buku itu berlangsung dalam enam bulan, sedangkan buku-buku yang terselamatkan hanyalah buku-buku Aristoteles, Euclid (pakar matematika), dan Ptolemy. Para sejarawan muslim lainnya pun setuju dengan pendapat ini. Mereka adalah Al Makrizi dalam bukunya Sermons adan Lessons in the Mention of Plans and Lessons in the Mention of Plans and Monument, Ibn Al Nadim dalam bukunya The Index, dan juga dalam buku History Of Islamic Urbanization karya Georgy Zeidan.

Namun, dua tindakan tersebut (oleh pengikut Kristen dan oleh Umar Bin Khattab) merupakan dugaan yang terus diperdebatkan, meskipun latar belakang sejarahnya berasal dari sejarah yang sebenarnya.




PERPUSTAKAAN ALEXANDRIA MODERN

(Perpustakaan Alexandria Modern, tampak dari samping)

Karena reputasinya yang luar biasa dimasa lalu, pemerintah Mesir lalu membangun kembali Perpustakaan Alexandria. Pembangunan memakan biaya USD. 230 juta. Dananya diperoleh secara patungan dari beberapa negara Arab dan Eropa.

(Ruang baca di Perpustakaan Alexandria Modern)

Perpustakaan Alexandria yang baru, dibangun didekat lokasi perpustakaan lama di kota Alexandria. Perpustakaan besar ini mampu menampung 8 juta buku. Bangunannya menyerupai silinder, dengan banyak jendela. Salah satu dindingnya dihiasi potongan batu granit bertuliskan simbol huruf seluruh dunia sehingga jika malam tiba menimbulkan efek dramatis dari permukaan air yang memantulkan cahaya lampu jalan berwarna keemasan. Konon, bangunan yang dirancang oleh biro arsitek asal Norwegia Snohetta tersebut menyerupai aslinya.


(Perpustakaan Alexandria Modern, ruangan bagian dalam)

Perpustakaan Alexandria modern memiliki banyak koleksi berharga, diantaranya 5.000 koleksi penting berupa manuskrip klasik tentang aneka pengetahuan dari abad 10 M- 18 M, juga ada catatan penting Napoleon yang berjudul Description de’Egypt, yang menceritakan peristiwa penyerbuan Prancis ke kota Alexandria. Koleksi penting lainnya adalah manuskrip keagamaan termasuk salinan langka Al-Quran.




------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ARTIKEL INI DISUSUN DAN DITERBITKAN PERTAMA KALI
OLEH DELEIGEVEN MEDIA

SETIAP ARTIKEL YANG MEMILIKI ISI, SUSUNAN, DAN GAYA PENULISAN
YANG MIRIP DENGAN ARTIKEL INI MAKA ARTIKEL-ARTIKEL TERSEBUT
MENYADUR ARTIKEL INI.

DILARANG KERAS MEMPLAGIAT ARTIKEL INI!

CANTUMKAN LINK LENGKAP ARTIKEL INI DISETIAP KALIMAT YANG ANDA DISADUR DARI ARTIKEL INI. SESUAI UNDANG-UNDANG HAK CIPTA, JIKA MENYADUR/MENG-COPY MINIMAL SEPULUH KATA TANPA MENCANTUMKAN SUMBER DARI KALIMAT ITU (BERBEDA DARI PENCANTUMAN SUMBER DI CATATAN KAKI (FOOTNOTE) MAKA ITU ADALAH TINDAKAN PLAGIARISME.

JIKA ANDA MENYADUR SEBAGIAN BESAR ARTIKEL INI MAKA ANDA HARUS MENCANTUMKAN KALIMAT:
"ARTIKEL INI DISADUR DARI....(LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA",
ATAU:"SUMBER UTAMA DARI SEBAGIAN BESAR INFORMASI ARTIKEL INI DIAMBIL DARI (LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA"  
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Notes (Catatan):

*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)

*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account: @deleigevenhistory(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Copyrights Story: Deleigeven Media
Copyrights Picture: Gramedia Pustaka, godreads.com, trabalibros.com, artikelpustakawan.wordpress.com, hivietnam.net

Penyusun:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Desain : Deleigeven
Penerbit: Deleigeven Media

Daftar Pustaka:
Dunia Perpustakaan
Warta, Volume XVIII No. 4, 2013, Perpustakaan Nasional RI
The Alexandria Link, Steve Berry, 2011

Sumber website:
www.wikipedia.com/perpustakaanalexandria
www.artikelpustakawan.wordpress.com

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

MANFAAT SEHAT MEMBACA BUKU



Kita semua tahu bahwa membaca buku dapat membuat pembacanya memiliki wawasan yang luas, namun tidak semua dari kita yang mengetahui bahwa membaca buku juga bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental kita. Apa sajakah itu?

1.    Membuat Rileks
Jika anda sedang stres, cobalah untuk mengambil sebuah buku novel, atau bacaan ringan lainnya seperti bacaan bergambar (komik). Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2009 di Mindlab International, University of Sussex, menunjukkan bahwa membaca adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi stres, bahkan mengalahkan akfitas seperti mendengarkan musik, menikmati secangkir teh atau kopi, dan berjalan-jalan. “Tidak peduli buku apa yang anda baca, jika anda asyik membaca maka anda akan dapat menghilangkan kekhawatiran dan tekanan dari luar.”

2.    Membantu Tidur Lebih Baik
Banyak ahli merekomendasikan untuk melakukan beberapa aktifitas sebelum tidur agar membantu menenangkan pikiran dan memberi isyarat tubuh anda untuk menutup mata. Nah, membaca dapat menjadi salah satu cara yang baik. Inilah sebabnya lebih dianjurkan untuk menyediakan sebuah buku di sebelah tempat tidur daripada meletakkan laptop atau gadget.

3.    Mencegah Penyakit Alzheimer
Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Proceeding of National Academy of Sciences pada tahun 2001, orang dewasa yang hobi melakukan aktifitas terkait otak seperti membaca atau bermain teka-teki, cenderung jarang terkena penyakit Alzheimer

4.    Meringankan Depresi
Sebuah studi yang diterbitkan awal tahun ini dalam jurnal PloS ONE menunjukkan bahwa membaca buku yang dikombinasikan dengan sesi dukungan tentang bagaimana menggunakannya yang dilakukan selama satu tahun sangat berhubungan dengan penurunan tingkat depresi jika dibandingkan dengan pasien yang hanya menerima perawatan biasa.

“Kami menemukan bahwa membca buku memiliki dampak klinis yang signifikan dan temuan ini sangat menggembirakan.” Kata penulis studi, Christopher Williams, dari Uiversity of Glasgow.

5.    Menjaga Agar Otak Tetap Tajam
Penelitian yang diterbitkan di jurnal Neurology menunjukkan bahwa rajin membaca buku dapat membantu menjaga otak Anda tetap tajam bahkan meskipun usia anda telah menua. Penelitian tersebut menemukan bahwa mereka yang terlibat dalam kegiatan perangsang mental seperti membaca di kemudian hari dalam hidupnya mengalami penurunan daya ingat lebih lambat dibanding dengan mereka yang tidak.

“Penelitian kami menunjukkan bahwa melatih otak sangat penting bagi kesehatan otak di usia tua. Berdasarkan hal ini kita tidak boleh meremehkan efek dari kegiatan sehari-hari, seperti membaca dan menulis.” Kata penulis studi, Robert S.Wilson. Phd, dari Rush University Medical Center, Chicago.

6.    Membantu Dalam Pembentukan Karakter
Pembentukan karakter sejak usia dini dapat diperoleh dengan pembelajaran-pembelajaran, salah satunya adalah dengan kebiasaan membaca. Melalui bacaan yang baik tentu membuat karakter anak-anak dapat tumbuh dengan baik karena buku membuat mereka memiliki cukup ruang untuk mengekspresikan diri dengan leluasa.

7.    Membuat Lebih Berempati
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PloS ONE, ‘tenggelam’ dalam karya fiksi dapat meningkat empati Anda.  Para peneliti di Belanda mengungkapkan bahwa orang-orang yang secara emosional terbawa oleh karya fiksi, tanpa ia sadari, akan mengalami peningkatan dalam rasa empati dalam dirinya.

8.    Mempermudah Membaca Pikiran Dan Perasaan Orang Lain
Sebuah studi yang dirilis pada bulan oktober 2013 menunjukkan bahwa menikmati bacaan sastra dapat membantu memperkuat kemampuan anda untuk membaca pikiran orang lain, karena dapat memupuk keterampilan yang dikenal dengan teori pikiran, yaitu kemampuan untuk membaca pikiran dan perasaan orang lain. Hal ini disebabkan buku mampu memaparkan beragam karakter, dan melalui buku kita dapat memperoleh informasi tentang karakter-karakter orang lain bahkan karakter-karakter orang yang belum pernah kita jumpai. Hal ini membuat kita lebih siap saat berhadapan dengan karakter-karakter tersebut meskipun untuk pertama kalinya, karena kita mampu menganalisa apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan oleh orang tersebut, sehingga kita bahkan dapat membuat suatu perkiraan tentang apa saja yang mungkin telah dan akan dilakukannya.

Selain itu manfaat-manfaat tersebut, buku berperan penting dalam dalam proses penyaluran budaya dan peradaban dari generasi di masa lampau ke generasi saat ini dan kepada generasi di masa mendatang.

Di beberapa negara, aktifitas membaca dan mendalami berbagai disiplin ilmu menjadi bagian dari pengembangan budaya nasional (kearifan  lokal). Negara-negara Eropa khususnya Eropa Barat menerapkan hal ini untuk mempertahankan budaya lokal mereka yang rentan akan modernisasi dan invasi budaya dari negara lain. Rutinitas membaca menjadi salah satu cara mengenalkan generasi muda dengan budaya mereka sendiri. Menggalakkan budaya membaca merupakan prioritas suatu bangsa untuk mencapai kemajuan. Negara-negara kawasan Asia yang sukses menerapkan hal ini adalah Jepang, Cina, dan Korea Selatan. Karya sastra klasik Cina dan Jepang tetap digemari oleh masyarakatnya dan menjadi ciri khas bangsa mereka yang juga sangat digemari masyarakat mancanegara. Jepang juga sukses menginvasi negara lain melalui buku-buku bergambar mereka, dimana sebagian besar buku-buku menggambarkan kebudayaan Jepang, baik kebudayaan kuno mereka atau kebiasaan sehari-hari masyarakat Jepang dimasa sekarang. Mereka percaya bahwa setiap pembangunan di tengah masyarakat harus didasari oleh unsur-unsur budaya nasional.  Korea Selatan bahkan sukses menginvasi negara lain melalui budaya mereka, yang diarsipkan dengan rapi oleh mereka melalui catatan-catatan sejarah kuno dan modern, dan juga buku-buku yang menggambarkan tentang kesuksesan ekonomi, teknologi, dan industri kreatif negara mereka yang selalu laris dipasaran. Cara ini terbilang manjur untuk mendongkrak antusias masyarakat untuk membaca. Melalui ragam jenis buku yang digalakkan oleh pemerintah Korea Selatan, masyarakat negara itu tidak meninggalkan budaya membaca mereka, bahkan mereka berhasil mengajak orang-orang dari negara lain untuk memahami budaya modern dan klasik dari negara mereka melalui buku.

Keadaan di Indonesia sangat berbeda negara-negara tersebut. Pada tahun 2012, UNESCO mencatat indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya setiap 1.000 orang hanya ada satu orang yang mempunyai minat membaca. Hal ini menjadi sebab sekaligus akibat dari tingkat melek huruf orang dewasa Indonesia hanya 65,5 persen (berdasarkan data rilis dari UNDP), sementara Malaysia sudah mencapai 86,4 persen. Menurut Woro Titi Haryati (Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas), masih kecilnya minat baca anak-anak Indonesia dibandingkan negara lain di ASEAN bukan pada keinginan membaca, melainkan pada kondisi perpustakaan yang belum memadai.

Selain itu tingginya harga buku berbanding rata-rata penghasilan masyarakat membuat daya beli masyarakat terhadap buku juga masih sangat rendah.

Berdasarkan fakta tersebut, sudah seharusnya diadakan upaya bersama untuk meningkatkan minat membaca agar masyarakat dapat meyerap nilai-nilai positif dari buku. Jika nilai-nilai positi dibiarkan memudar di tengah tatanan masyarakat maka tidak diragukan lagi warisan pemikiran dan budaya mereka tidak akan terwariskan ke generasi yang akan datang.



------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ARTIKEL INI DISADUR DARI:
"MANFAAT SEHAT MEMBACA BUKU, WARTA VOLUME XVIII NO.4, PERPUSTAKAAN NASIONAL RI, 2013"
YANG DITERBITKAN KEMBALI
OLEH DELEIGEVEN MEDIA

SETIAP ARTIKEL YANG MEMILIKI ISI, SUSUNAN, DAN GAYA PENULISAN
YANG MIRIP DENGAN ARTIKEL INI MAKA ARTIKEL-ARTIKEL TERSEBUT
MENYADUR ARTIKEL INI.

DILARANG KERAS MEMPLAGIAT ARTIKEL INI!

CANTUMKAN LINK LENGKAP ARTIKEL INI DISETIAP KALIMAT YANG ANDA DISADUR DARI ARTIKEL INI. SESUAI UNDANG-UNDANG HAK CIPTA, JIKA MENYADUR/MENG-COPY MINIMAL SEPULUH KATA TANPA MENCANTUMKAN SUMBER DARI KALIMAT ITU (BERBEDA DARI PENCANTUMAN SUMBER DI CATATAN KAKI (FOOTNOTE) MAKA ITU ADALAH TINDAKAN PLAGIARISME.

JIKA ANDA MENYADUR SEBAGIAN BESAR ARTIKEL INI MAKA ANDA HARUS MENCANTUMKAN KALIMAT:
"ARTIKEL INI DISADUR DARI: "MANFAAT SEHAT MEMBACA BUKU, WARTA VOLUME XVIII NO.4, PERPUSTAKAAN NASIONAL RI, 2013"
YANG DITERBITKAN KEMBALI OLEH DELEIGEVEN MEDIA,
ATAU:"SUMBER UTAMA DARI SEBAGIAN BESAR INFORMASI ARTIKEL INI DIAMBIL DARI: "MANFAAT SEHAT MEMBACA BUKU, WARTA VOLUME XVIII NO.4, PERPUSTAKAAN NASIONAL RI, 2013"
YANG DITERBITKAN KEMBALI OLEH DELEIGEVEN MEDIA"  
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Notes (Catatan):

*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)

*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account: @deleigevenhistory(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Copyrights Story: Deleigeven Media
Copyrights Picture: Gramedia Pustaka, godreads.com, trabalibros.com, artikelpustakawan.wordpress.com, hivietnam.net


Penyusun:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Desain : Deleigeven
Penerbit: Deleigeven Media