DELEIGEVEN HISTORICULTURAM

HISTORY IS ONE OF THE BEST INFORMATION FOR OUR CURRENT & FUTURE

Translate

Friday 16 May 2014

Dinasti Joseon, Periode Akhir Dinasti


Silsilah Raja-raja Joseon


Periode ini adalah periode kemunduran Joseon dititik terjauh setelah era Yeonsan-gun. Dimasa-masa akhir ini, Joseon tidak luput gejolak dunia yang menyebabkan kerajaan ini kelak runtuh dan negaranya hancur akibat perang. Joseon adalah satu-satunya daratan penghubung dan jalur terdekat antara kepulauan Jepang dan wilayah Kekaisaran China, selain itu Joseon memiliki infrastruktur yang baik untuk memobilisasi sejumlah besar orang untuk menuju ke China dengan menggunakan jalur darat. Penyebab utama kemunduran dinasti ini adalah konflik internal kerajaan yang mempengaruhi pengambilan kebijakan negara, juga kekuasaan raja-raja diperiode ini yang kian melemah, dan terjadinya beberapa pemberontakan, juga keputusan Joseon pada era sebelumnya untuk mengisolasi diri dari pengaruh asing menyebabkan Joseon tidak tersentuh oleh modernisasi terutama angkatan perangnya.

Berikut ini adalah para raja Joseon yang memerintah Korea di akhir era monarki (nomor urut berdasarkan uratan raja tersebut memerintah sebagai penguasa Joseon):




24. RAJA  HEONJONG  DARI  JOSEON

Raja Heonjong lahir pada tahun 1827, dan memerintah pada tahun 1834-1849. Ia merupakan cucu Sunjo, dan ibunya adalah Ratu Sinjeong dari klan Pungyang Jo. Ayahnya, Pangeran Munjo, dengan nama anumerta Ikjong, yang meninggal pada usia 21 tahun sebelum menjadi raja. Heonjong dilahirkan tiga tahun sebelum kematian Ikjong. Pada usia 8 tahun ia naik tahta, namun tidak berkuasa penuh. Kekuasaan kerajaan tetap berada di tangan klan Andong Kim, keluarga neneknya, Ratu Sunwon.

Heonjong bukanlah seorang raja yang lalim dan tiran, dia merupakan raja yang memiliki banyak cita-cita, namun karena masih terlalu muda, sangat sulit bagi Heonjong untuk mewujudkan cita-citanya. Meskipun Heonjong termasuk raja yang sangat keras kepala, namun pemerintahannya sangat di intervensi oleh klan Andong Kim. Dia ingin kembali menjalankan sistem pemerintahan dan melanjutkan reformasi birokrasi era Jeongjo, namun dia sulit mewujudkannya karena intervensi dari klan Andong Kim. Hampir tidak ada seorangpun dalam istana yang menjadi pendukung Heonjong, termasuk keluarga dan keturunan raja, karena ketika ada anggota keluarga kerajaan yang cerdas dan berbakat, maka klan Andong Kim akan langsung menyerang mereka dengan tuduhan berkhianat pada raja, sehingga banyak anggota keluarga kerajaan yang dieksekusi dan diasingkan. Sisa-sisa anggota keluarga kerajaan yang selamat memilih untuk melarikan diri dari ibukota. Intervensi dari klan Andong Kim ini menyebabkan banyak tragedi yang terjadi di masa pemerintahn Heonjong termasuk pembantaian-pembantaian penganut Katolik. Intervensi mereka juga kelak menjadi salah satu penyebab Joseon diserang oleh Prancis, dan juga menjadi penyebab tidak langsung dari kejatuhan Joseon ke tangan Jepang.

Ada kisah menarik tentang Raja Heonjong. Raja Heonjong menikahi Ratu kedua pada usia 17 tahun. Meskipun ada tradisi bahwa para tetua wanita memilih ratu yang sah untuk raja, namun Raja Heonjong bersikeras memilih pengantin sendiri. Alasan ia untuk melakukan tindakan seperti itu (yang belum pernah terjadi sebelumnya) adalah karena salah satu calon pengantin telah memikat matanya, yaitu seorang wanita yang bernama Kim yang 4 tahun lebih muda dari Raja Heonjong. Calon ini dicatat memiliki kecantikan yang luar biasa dan telah menarik perhatian Raja. Secara tradisional, Raja tidak diizinkan untuk berpartisipasi dalam proses seleksi pengantin karena keyakinan bahwa Raja yang sedang jatuh cinta tidak mungkin fokus pada pemerintahan negara itu karena perasaannya akan mempengaruhi setiap keputusan yang diambil. Aturan ini ditaati oleh semua raja dalam sejarah Korea, sebelum Raja Heonjong. Meskipun Raja yang terkenal keras kepala ini berupaya untuk memilih pengantinnya sendiri, namun nenek dan ibu raja tetap memilih calon yang berbeda, yaitu dari klan Hong untuk menjadi pengantin Raja. Kecewa dan patah hati, Raja dan Ratu baru menggunakan kamar tidur terpisah selama tiga tahun sehingga Raja dan Ratu tidak punya anak selama tiga tahun. Menggunakan "ketidakmampuan" Ratu untuk melahirkan anak, Raja lalu membawa Kim ke istana sebagai permaisurinya. Mereka dapat hidup bersama selama 605 hari (hampir dua tahun) sebelum kematian Raja pada usia 22 di tahun 1849.

Peristiwa-peristiwa lain yang terjadi pada jamannya adalah:

-Pada tahun 1840, terjadi peralihan kekuasaan dari klan Andong Kim yang berkuasa mutlak secara de facto, kepada klan Pungyang Jo. Namun klan Andong Kim tetap menjadi pemegang kekuasaan mayoritas di kabinet.

-Kim Dae-geon menjadi pastor pertama di Korea untuk gereja Katholik.
-Peristiwa Penganiyaan Gihae pada tahun 1839. Ini adalah penganiyaan pertama setelah era Raja Jeongjo yang toleran. Pada tahun 1838—1837 para pastor dan penginjil dari Perancis datang ke Korea, salah satunya adalah Pierre P. Maubant. Penyiksaan-penyiksaan terjadi pada tahun 1839 dan 1846 dan banyak yang menjadi martir, diantaranya adalah Andrew Kim Taegon (1822—1846). Namun begitu, pemerintah tidak mampu memotong akar Katolik yang terus tumbuh.


Heonjong wafat pada tahun 1849 tanpa memiliki keturunan. Ia dimakamkan di pemakaman Gyeongneung. Heonjong merupakan keturunan Raja Jeongjo yang terakhir yang duduk diatas takhta Joseon. Dia digantikan oleh sepupu jauhnya, yang menjadi Raja Cheoljong. Riwayat pemerintahan Heonjong dikompilasikan setelah kematiannya pada tahun 1851. Kompilasi tersebut terdiri dari 16-volume riwayat yang di-supervisi oleh Jo In-yeong.

Raja Heonjong memerintah Joseon saat Ratu Victoria mulai memerintah Inggris. Heonjong juga memerintah sebagai raja Joseon ketika Czar Nicholas I Romanov memerintah sebagai kaisar Rusia. Heonjong hidup dimasa yang sama pada masa-masa akhir Perang Diponegoro di Jawa. Heonjong memerintah Joseon saat Spanyol diperintah oleh Ratu Isabel II dan saat Portugal diperintah oleh Raja Miguel. Heonjong hidup dimasa yang sama dengan masa kehidupan Edward Douwes Dekker (Multatuli). Heonjong juga menjadi penguasa Joseon dimasa yang sama ketika Amerika Serikat dipimpin oleh Presiden Andrew Jackson dan Presiden Martin Van Beuren.


Aktor yang memerankan Raja Heonjong


Tidak banyak film dan drama yang menceritakan kisah dari Raja Heonjong namun drama THE MOON THAT EMBRACESS THE SUN dikatakan merupakan gambaran dari kisah cinta Raja Heonjong. Karena raja Heonjong adalah satu-satunya raja Joseon yang membawa wanita yang dicintainya secara diam-diam dan disembunyikan di istana. Raja Heonjong sendiri menurut serial drama tersebut diperankan oleh aktor Kim Soo Hyun.




25. RAJA  CHEOLJONG


 Raja Cheoljong dalam lukisan kerajaan



Beliau lahir pada tahun 1831 dengan nama Yi Byeon, dan memerintah pada tahun 1849-1864. Cheoljong adalah cicit Pangeran Sado, dia adalah putra ketiga Pangeran Jeon-gye (cucu Pangeran Sado & cicit Raja Yeongjo). Cheoljong merupakan salah-satu dari sedikit raja-raja Joseon yang tidak pernah menjadi putra mahkota. Raja-raja lainnya adalah Raja Sejo, Raja Jungjong, Raja Myeongjong, Raja Seonjo, Raja Injo, dan Raja Gojong.

Era Raja Cheoljong merupakan puncak masa kekacauan pada era Joseon Akhir. Di awal abad ke-19, klan Andong Kim yang berhasil mendudukkan anggota keluarga mereka sebagai ratu-ratu Joseon, telah mendominasi hampir seluruh pusat pemerintaha di seluruh Joseon. Kerusuhan, korupsi dan penggelapan di dalam negara, dan eksploitasi sumber daya alam dan manusia secara ekstrem. Pemberontakan yang terjadi terus menerus diikuti dengan bencana alam. Satu-satunya tujuan klan Kim Andong adalah melestarikan pengaruh. Tindakan mereka untuk mendominasi istana kerajaan menyebabkan hampir semua anggota keluarga kerajaan melarikan diri dari Seoul. Ketika keluarga kerajaan memiliki kandidat yang pintar dan pantas dijadikan seorang pewaris tahta, maka mereka dimusnahkan dengan tuduhan berkhianat dan di eksekusi atau dibuang ke pengasingan, jadi ketika Raja Heonjong wafat dan tidak memiliki keturunan laki-laki, maka tidak ada calon raja yang pantas.

Setelah pencarian yang panjang, calon Raja Cheoljong ditemukan di Pulau Ganghwa, tempat keluarganya bersembunyi dari operasi pembasmian keluarga kerajaan yang dilakukan oleh klan Andong Kim.

Ketika para utusan (yang diberangkatkan untuk mencari calon raja) tiba di Pulau Ganghwa, mereka berhasil menemukan sisa klan Yi (klan keluarga raja) yang berjuang dalam kemiskinan. Pada tahun 1849, pada usia 18 tahun, Yi Byeon (bakal Cheoljong) akhirnya ditemukan. 

Pengangkatan Cheoljong sebagai raja merupakan manipulasi dan konspirasi besar dari klan Andong Kim. Sebagai bagian dari manipulasi klan Andong Kim terhadap Cheoljong, pada tahun 1851, klan tersebut menikahkan Cheoljong dengan seorang putri anggota klan Andong Kim (dikenal dengan nama anumerta Ratu Cheol-in). Bagi klan Andong Kim, Cheoljong merupakan pilihan yang hebat. Dia Buta huruf, sehingga membuatnya dapat dimanipulasi dan rentan terhadap kontrol mereka. Meskipun Cheoljong memerintah negara selama 13 tahun, sampai hari terakhirnya ia tidak memiliki wibawa seorang raja atau bagaimana mengenakan pakaian kerajaan, jadi meskipun berpakaian sangat mewah ia masih kelihatan seperti seorang nelayan. Inilah mengapa jika kita menonton drama Time Slip Dr.Jin maka kita akan mendengar raja berkata bahwa dia sangat rindu pada kampung halamannya yang jauh dari Hanyang dan istana, tempat dia dibesarkan, tempat yang sangat sederhana. Bagi yang tidak tahu tentang kisah Cheoljong mungkin akan heran mengapa seorang raja dibesarkan di tempat yang jauh dari istana dan ditempat yang sangat sederhana.

Raja Cheoljong wafat pada usia 32 tahun di bulan Januari 1864 (diduga dengan campur tangan klan Andong Kim, klan yang sama yang mengangkatnya menjadi raja), tanpa memiliki keturunan.

Raja Cheoljong memerintah Joseon saat Ratu Victoria masih memerintah Inggris. Cheoljong juga memerintah sebagai raja Joseon ketika Alexander II Romanov memerintah sebagai kaisar RusiaCheoljong hidup dimasa yang sama dengan Ratu Isabel II dari Spanyol dan Raja Mongkut dari Thailand. Cheoljong juga menjadi penguasa Joseon dimasa yang sama ketika Amerika Serikat dipimpin oleh Presiden Abraham Lincoln. Cheoljong memerintah Joseon ketika perang saudara berkecamuk di Amerika Serikat.


Aktor yang memerankan Raja Cheoljong


Tidak banyak drama yang menceritakan tentang raja Cheoljong karena dia tidak pernah menjadi putra mahkota, dan juga raja sebelumnya (Raja Heonjong) bukan merupakan raja yang populer dalam sejarah Joseon. Namun, dia biasanya muncul dalam drama yang menceritakan tentang Raja Gojong. Drama yang menceritakan tentang era Raja Cheoljong adalah drama Time Slip Dr.Jin, dengan para pemeran yaitu Song Seung-hoon, Lee Beom-soo, Park Min-yeong, dan Kim Jae-joong. Era akhir masa pemerintahan Raja Cheoljong merupakan latar utama dari drama drama Time Slip Dr.Jin.


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

DILANJUTKAN OLEH:
KEKAISARAN HAN RAYA

Didahului oleh:

Artikel lain tentang Joseon:
Para Putra Mahkota Joseon Tanpa Takhta
Para Jendral Termasyur Dari Korea Kuno



------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ARTIKEL INI DISUSUN DAN DITERBITKAN PERTAMA KALI
OLEH DELEIGEVEN MEDIA

SETIAP ARTIKEL YANG MEMILIKI ISI, SUSUNAN, DAN GAYA PENULISAN
YANG MIRIP DENGAN ARTIKEL INI MAKA ARTIKEL-ARTIKEL TERSEBUT
MENYADUR ARTIKEL INI.

DILARANG KERAS MEMPLAGIAT ARTIKEL INI!

CANTUMKAN LINK LENGKAP ARTIKEL INI DISETIAP KALIMAT YANG ANDA DISADUR DARI ARTIKEL INI. SESUAI UNDANG-UNDANG HAK CIPTA, JIKA MENYADUR/MENG-COPY MINIMAL SEPULUH KATA TANPA MENCANTUMKAN SUMBER DARI KALIMAT ITU (BERBEDA DARI PENCANTUMAN SUMBER DI CATATAN KAKI (FOOTNOTE) MAKA ITU ADALAH TINDAKAN PLAGIARISME.

JIKA ANDA MENYADUR SEBAGIAN BESAR ARTIKEL INI MAKA ANDA HARUS MENCANTUMKAN KALIMAT:
"ARTIKEL INI DISADUR DARI....(LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA",
ATAU:"SUMBER UTAMA DARI SEBAGIAN BESAR INFORMASI ARTIKEL INI DIAMBIL DARI (LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA"  
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Notes (Catatan):

*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)

*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account: @deleigevenhistory(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Copyrights Story: Deleigeven Media
Copyrights Picture: SBS, MBC, KBS

Penyusun:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Desain : Deleigeven
Penerbit: Deleigeven Media

Daftar Pustaka:
- Hanok, Where Science Meets Art; Jung Dong-muk; Korea (magazine) Edisi Maret, 2011
- Gyeongbuk Palace; Korea Tourist & Culture Department
- Chandeok Palace; Korea Tourist & Culture Department
- Korea Travel Guide; Korea Be Inspired
- Shaping Korea For 21st Century; Tariq Hussein
- Design Seoul Story
- Korea Food & Stories; Korea Tourist & Culture Department
- East Asia And 15th-19th Century Joseon; Kang Sung-ho; Sunchon National University
- Unexpected Treasures From Asia; National Library Of Australia; Edisi Juni 2011
- Joseon King's Personal Belief in Buddhism And Its Political Significance; Pu Nam Chul; Youngsan University
- Jongmyo (Royal Shrine): Iconography Of Korea; Han Eun-ri
- Joseon's Royal Heritage (500 Year of Splendor); Korea Essential No.7; Korea Foundation
- Marginalization Of Joseon Buddhism And Methods Of Research; Thomas Kim Sung-eun
- Verivication Of The Calender Days Of The Joseon Dynasti; Lee Ki-won, Ahn Young-sook, Min Byeong-hee; Journal Of Korean Astronomical Society; 2012
- Portrait Of The Joseon Dynasti; Journal Of Korean Art Vol.5; 2011


Sumber Website:
www.inisajamo.blogspot.com
www.kbs.co.kr

Beberapa paragraf disadur dari:
wikipedia.com

Sumber gambar:
wikipedia.com (foto lukisan resmi kerajaan)
Picture capture drama & film (gambar para raja dalam film dan drama)

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Monday 12 May 2014

Dinasti Joseon, Masa Kemakmuran

Joseon menikmati era kemakmuran ini selama 160 tahun dibawah kekuasaan lima orang raja. Mereka adalah Raja Sukjong, Raja Gyeongjong, Raja Yeongjo, Raja Jeongjo, dan Raja Sunjo. Pada masa ini, Joseon tidak mengalami invasi dari luar dan juga hampir tidak ada kekacauan politik, juga tidak ada kudeta atas tahta. Kerja keras Raja Hyojong dan Raja Hyeonjong tidak sia-sia. Mereka memulihkan kerajaan dari berbagai kekacauan yang timbulkan oleh para penguasa terdahulu, dan menetapkan pondasi yang kuat bagi raja selanjutnya. 

Era ini juga menuliskan beberapa peristiwa tragis seperti kematian Pangeran Sado, pembantaian umat Katholik, dan penggulingan beberapa orang ratu. Namun era ini tetaplah merupakan era paling gemilang dalam sejarah Joseon. Ini adalah kelima raja yang berkuasa pada era tersebut (nomor urut yang diberikan adalah berdasarkan urutan raja tersebut memerintah sebagai penguasa Joseon):






19. RAJA  SUKJONG

Sukjong dilahirkan pada tanggal 15 Agustus 1661, sebagai putra Raja Hyeonjong dan Ratu Myeongseong di Istana Changdeok. Namanya adalah Yi Sun. Pangeran Yi Sun lalu diangkat menjadi putra mahkota pada tahun 1667 dengan nama Putra Mahkota Myeongbo, dan lalu menjadi pengganti ayahnya sebagai raja yang memerintah Joseon pada tahun 1674-1720. Ia mulai memerintah Joseon sejak usia 14 tahun, dan menjadi raja Joseon yang ke-19. Sukjong merupakan "raja terkuat" pada era keemasan Dinasti Joseon.

Raja Sukjong adalah seorang politisi yang cerdas, namun pemerintahannya ditandai oleh pertengkaran intens beberapa fraksi di dalam Dinasti Joseon. Sukjong sering mengganti-ganti fraksi yang berkuasa untuk menguatkan otoritas kerajaan. Pada pergantian tersebut, yang disebut dengan hwanguk (환국 - pergantian negara), fraksi yang kalah dsingkirkan seluruhnya dari politik dengan eksekusi dan diasingkan. Walaupun demikian, pergantian itu tidak memengaruhi populasi umum secara signifikan, dan pemerintahannya dianggap sebagai salah satu dari masa kemakmuran Joseon.

Sukjong merupakan salah satu dari sedikit raja-raja Joseon yang memiliki otoritas yang sangat kuat. Raja-raja yang tercatat memiliki kekuasaan yang sangat kuat adalah raja-raja Joseon era awal, yaitu raja Taejo, Raja Taejong, Raja Sejong, dan Raja Sejo. Setelah era Sejo, lama sekali Joseon mendapat seorang raja yang memiliki otoritas kerajaan yang sangat kuat. Ini dibuktikan saat Raja Jungjong membuat kebijakan yang selalu mendapat campur tangan dari para fraksi yang mengangkatnya, hal yang sama juga terjadi pada masa Injo. Kematian Raja Injong yang misterius juga menunjukkan lemahnya kekuasaan raja, bahkan yang paling terkenal adalah penggulingan Gwanghae-gun. Baru pada era Sukjong, keluarga kerajaan kembali memperoleh otoritas yang kuat. Kekuasaan di tangan Sukjong adalah hasil dari kerja keras kakeknya, Raja Hyojong, dan ayahnya, Raja Hyeonjong, yang berhasil secara bertahap mengatasi kekacauan politik dari era Injo, dan berusaha melanjutkan kembali rekonstruksi ekonomi dan politik Gwanghae-gun.

Istri-istri Sukjong adalah:

1.RATU IN-GYEONG
Ratu In-gyeong berasal dari klan Gwansang Kim. Beliau dinikahi Sukjong pada 1671. Ratu In-gyeong memberikan Sukjong dua orang putri namun keduanya meninggal saat masih bayi. Rupanya, beliau tidak dikaruniai umur yang panjang. Ratu pertama Sukjong ini wafat diusia 19 tahun pada bulan Oktober 1680.


2. RATU INHYEON
Ratu Inhyun berasal dari klan Yeoheung Min. Beliau dinikahi Sukjong satu tahun setelah kematian ratu pertamanya (1681). Pernikahan mereka berlangsung lama namun Ratu Inhyun tidak memberikan keturunan pada Sukjong. Walau demikian, beliau adalah salah-satu ratu yang paling terkenal dalam sejarah Joseon. Mungkin dikarenakan oleh berbagai konflik dramatis yang terjadi selama hidupnya. Beliau adalah ratu kedua Sukjong yang menikah dengan Sukjong saat Sukjong berusia 20 tahun dan dia baru berusia 14 tahun. Drama kehidupan Ratu Inhyun pun dimulai saat Sukjong menikahi Jang Ok-jung dan mengangkatnya menjadi selir istana. Selir Jang lalu memberikan Sukjong seorang putra pewaris yaitu Pangeran Yoon/Putra Mahkota Hwiso (bakal Raja Gyeongjong). Fraksi Barat yang merupakan pendukung Ratu Inhyun berusaha agar Pangeran Yoon tidak diangkat menjadi putra mahkota karena mereka tidak mau istana dikuasai oleh Partai Selatan (partai pendukung Selir Jang). Partai Selatan yang mengetahui upaya-upaya Partai Barat lalu merancang serangan balik dan upaya mereka berhasil. Raja Sukjong sangat marah pada partai barat karena menganggap mereka menentang pengangkatan putranya. Pemimpin Partai Barat lalu dieksekusi, partai barat disingkirkan dari istana, dan Ratu Inhyun yang didukung oleh partai barat terkena imbasnya dengan diturunkan dari tahta ratu dan hidup dipengasingan selama lima tahun (1689-1694). Sebagai gantinya, Selir Jang diangkat sebagai ratu. Rupanya, hasil ini masih dianggap kurang oleh Partai Selatan. Mereka-pun merancang konspirasi untuk menyingkirkan partai barat dan Ratu Inhyun selama-lamanya. Namun, mereka tidak tahu jika Raja Sukjong sangat menyesal atas perlakuannya pada Ratu Inhyun. Saat raja akan memikirkan bagaimana caranya membawa Inhyun kembali ke istana, konspirasi partai selatan diketahui oleh raja. Raja yang marah lalu berbalik menyingkirkan partai selatan dari kekuasaan dan memerintahkan agar pemimpin-pemimpinnya dieksekusi. Jang Ok-jung lalu diturunkan dari posisinya sebagai ratu, dan Inhyun dikembalikan posisinya sebagai ratu oleh Sukjong. Sayangnya, Inhyun sering sakit-sakitan. Beliau akhirnya meninggal. Kematiannya ini lalu menjadi penyebab langsung dieksekusinya banyak orang dari partai selatan, dan menjadi penyebab tidak langsung pertengkaran antar partai beberapa tahun kemudian. Ratu yang sangat populer ini lalu meninggal pada tahun 1701 karena sakit.


3.RATU JANG (JANG OK-JUNG)
Nama lahir beliau adalah Jang Ok-jung, dan beliau lebih dikenal dengan nama ini sebab beliau digulingkan dari tahta ratu dan dikembalikan sebagai selir. Jang Ok-jung adalah ibu dari Putra Mahkota Hwiso (Raja Gyeongjong) dan Pangeran Seongsu (kisahnya diragukan, mungkin meninggal saat masih kecil). Karena beliau dikembalikan posisinya dari ratu menjadi selir, maka Jang Ok-jung kehilangan hak hukum sebagai ibu bagi anak-anaknya, termasuk Putra Mahkota Hwiso (Raja Gyeongjong). Secara hukum, semua anaknya menjadi anak dari ratu yang saat itu berkuasa, yaitu Ratu Inhyun. Inilah mengapa dalam silsilah Raja Gyeongjong dan saudara-saudara kandungnya (dan juga putra Dong Yi, Raja Yeongjo), Ratu Inhyeon ditulis sebagai ibu mereka. Jang Ok-jung adalah salah-satu selir yang paling terkenal dalam sejarah Joseon. Jang Ok-jung terkenal sebagai wanita yang cantik, cerdas, namun sangat ambisius. Jang Ok-jung lahir pada masa pemerintahan kakek Sukjong, Raja Hyojong, pada 19 September 1659. Ayah kandungnya dikenal secara luas bernama Jo Sa-seok, keponakan Ibu Suri Jangryeol (Ratu Kedua dari Raja Injo). Ayah kandungnya ini kemungkinan besar adalah seorang pedagang. Sebenarnya siapakah ayah Jang Ok-jung tidak tercatat secara resmi (dalam Sillok), tetapi ibu beliau secara resmi tercatat bernama Lady Yoon. Jo Sa-seok memiliki seorang pesaing bernama Jang Hyeon yang adalah seorang pedagang pada masa itu. Jo Sa-seok dituliskan oleh literatur dan berbagai jurnal sejarah sebagai pihak yang kalah dalam persaingan dengan Jang Hyeong, dan kehilangan banyak hal termasuk uang dan aset-asetnya. Salah satu selirnya atau mungkin istri tidak resminya (gundik), yaitu Lady Yoon lalu diambil oleh Jang Hyeong sebagai selir. Karena Lady Yoon adalah selir resmi dari Jang Hyeong, maka putra dan putrinya lalu mengambil marga dari Jang Hyeong, yaitu Jang Hee-jae dan Jang Ok-jung. Jang Hyeong juga adalah pelindung bagi Jang Hee-jae dan Jang Ok-jung (berdasarkan hukum yang berlaku saat itu). Jang Ok-jung direkomendasikan oleh Pangeran Dongpyeong (sepupu Raja Sukjong) untuk melayani Ibu Suri Jangryeol. Jang Ok-jung yang berasal dari kelas chungin (bangsawan kalangan menengah) bertemu pertama kali dengan Raja Sukjong pada tahun 1686 (tahun ke-12 pemerintahan Sukjong) ketika Sukjong berusia 25 tahun. Saat itu, Sukjong berkunjung ke Ibu Suri Jangryeol. Jang Ok Jung bukanlah sosok selir yang sangat jahat dari awalnya. Awalnya beliau adalah istri dan wanita yang sangat baik & sangat setia. Karakternya berubah total setelah dia memiliki putra. Ok-jung sangat takut putranya akan disingkirkan akibat perebutan kekuasaan antar partai yang mendukung masing-masing selir & ratu. Ok-jung lalu terlibat dalam beberapa konflik istana, hingga Ratu Inhyeon wafat karena sakit. Konon, Sukjong bermimpi didatangi oleh arwah Ratu Inhyeon yang menunjuk ke arah pavilliun Jang Ok Jung, Sejarah mencatat bahwa Sukjong memergoki Jang Ok Jung, Jang Hee-jae & seorang Shaman (dukun) sedang merayakan keberhasilan mereka menjampi-jampi kematian Inhyeon (dengan menusuk sebuah boneka dengan panah). Jang Ok Jung, Jang Hee-jae & setiap orang yang terlibat dihukum mati. Karena Jang Ok Jung adalah anggota keluarga raja maka hukuman matinya berbeda dari lainnya, yaitu meminum racun (hukuman mati yang paling terhormat). Jang Ok Jung berusia 42 tahun ketika dihukum mati. Sukjong lalu membuat hukum yang melarang selir-selir diijinkan menjadi Permaisuri di kemudian hari agar tragedi seperti itu tidak terulang lagi. Hingga keruntuhan dinasti Joseon, hukum tersebut tidak pernah dicabut.


4.RATU INWOON
Ratu Inwoon adalah ratu keempat Sukjong secara de facto, tapi menurut hukum saat itu beliau adalah ratu ketiga Sukjong. Setelah Ratu Inhyeon meninggal dan Selir Jang dihukum mati ditahun yang sama, Sukjong lalu membuat peraturan bahwa para selir tidak boleh menjadi ratu. Ini membuatnya mengambil ratu dari luar istana. Sukjong-pun menikah dengan Ratu Inwoon yang berasal dari klan Imcheon Jo pada 1702. Ratu Inwoon lahir pada 3 November 1687. Ratu Inwoon tidak memiliki keturunan, namun dia adalah ratu yang mendampingi Sukjong hingga Sukjong meninggal. Dia juga menjadi ibu suri ketiga putra-putra tirinya memerintah sebagai raja. Beliau adalah ratu yang sangat berjasa di kehidupan politik Pangeran Yeoning (Raja Yeongjo) dan merupakan pelindung utama Yeoning setelah ibu Yeoning meninggal.


5.SELIR AGUNG SUK-BIN CHOI
Suk-bin Choi adalah salah-satu istri Sukjong yang paling terkenal. Beliau berasal dari kalangan rakyat jelata dari klan Haeju Choi, yang lebih terkenal dalam sejarah dengan nama Dong-yi. Nama lahirnya adalah Choi Dong-yi. Beliau lahir pada 17 Desember 1670. Ayahnya adalah Choi Hyo-won dan ibunya bermarga Hong. Dia memiliki seorang kakak  laki-laki yang bernama Choi Dong-hu, dan seorang kakak perempuan. Selir Choi memberikan Sukjong 4 orang anak yaitu Pangeran Yeongsu (meninggal saat masih kecil), dan Pangeran Yeoning (Raja Yeongjo), dan seorang putra dan seorang putri yang meninggal tidak lama setelah dilahirkan. Sebelum menjadi seorang selir, beliau berprofesi sebagai seorang pelayan pengangkat air di-istana. Ketulusannya-lah yang membawa namanya berada dalam catatan raja-raja Joseon. Dong Yi pertama kali memasuki istana saat dia berusia 9 tahun. Dia adalah pelayan pengangkat air di-istana yang juga bekerja di istana ketika Ratu Inhyun diasingkan. Mungkin Dong-yi pernah bertemu dengan sang ratu dan terpesona pada Ratu Inhyun yang memang terkenal lembut, sehingga saat Ratu Inhyun diasingkan Dong-yi merasa sangat sedih. Dong-yi lalu memanjatkan doa demi kesehatan Ratu Inhyun. Doanya didengar oleh Sukjong yang baru pulang dari sebuah perjalanan dari luar istana. Yang membuat Sukjong takjub bukan saja karena doa dari Dong Yi, melainkan juga bagaimana dia berdoa. Saat itu, Dong-yi berdoa didepan sebuah meja dan mendandani meja itu menjadi meja pemujaan dan meletakkan papan nama Ratu Inhyun diatasnya. Hal ini merupakan tindakan yang sangat berani karena sejak Ratu Inhyun dilengserkan, tidak ada orang yang berani mendoakannya seperti itu bahkan membicarakannya karena khawatir dibunuh oleh partai penguasa yang pro pada Jang Ok-jung yang saat itu menjabat sebagai ratu. Dong-yi melakukan hal ini karena menganggap apa yang terjadi pada Ratu Inhyun adalah kebesaran hati sang ratu demi kebaikan raja. Dong-yi yang akhirnya mengetahui kehadiran raja lalu menjelaskan apa yang dilakukannya. Rupanya hari itu adalah hari ulang-tahun Ratu Inhyun. Sebagai pelayan istana yang dulunya juga pernah melayani Ratu Inhyun, Dong-yi merasa dirinya wajib mendoakan sang ratu di hari ulang-tahunnya. Raja sangat takjub mendengar hal itu dari Dong-yi. Sukjong pun jatuh hati pada ketulusannya, dan sering bertemu dengan Dong-yi. Sukjong sangat menyukai Dong-yi dan menganggap Dong-yi jauh dari konflik istana. Dong-yi lalu diangkat sebagai selir oleh Sukjong pada tahun 1693 (satu tahun sebelum Ratu Inhyun dikembalikan ke posisinya sebagai ratu). Perlahan tapi pasti, posisi Dong-yi sebagai selir di istana pun naik. Dia lalu dianugrahi posisi 'Bin" yang merupakan ranking selir tertinggi, dan diberi nama "Suk" yang artinya "tulus", sehingga namanya menjadi "Choi Suk-bin" yang berarti "Selir raja yang tulus hati". Sukjong lalu memberikan paviliun yang dulunya merupakan kediaman Ratu Inhyun kepada Dong-yi. Dong-yi kembali menunjukkan ketulusan hatinya saat Ratu Inwoon (ratu ketiga Sukjong) jatuh sakit. Dia adalah orang yang paling sibuk mencarikan obat bagi sang ratu. Sang ratu pun sembuh. Sayangnya, diusianya yang menginjak setengah abad, Dong-yi mulai sakit-sakitan. Dong-yi lalu meminta untuk tinggal diluar istana untuk memulihkan kesehatannya. Namun, kondisinya semakin memburuk. Pangeran Yeoning lalu mengirim surat pada raja agar raja menambah bantuan obat-obatan dan juga dokter. Tapi, sebelum bantuan dari raja tiba, Dong-yi menghembuskan nafas terakhirnya. Putranya, yang kelak menjadi Raja Yeongjo berusaha untuk meningkatkan status ibunya, dan tidak ingin orang-orang mengingat ibunya hanya sebagai seorang pelayan. Saat itu, Yeoning/Yeongjo dianggap sebagai putra Ratu Inwoon bukan Dong-yi karena secara hukum memang demikian. Perjuangan Yeongjo berbuah manis. Dia akhirnya bisa membuat Dong-yi diakui sebagai ibundanya secara hukum.


6. SELIR AGUNG MYEONG-BIN PARK
Selir berasal dari klan Miryang Park. Beliau adalah ibu dari putra kesayangan Sukjong, Pangeran Yeon-ryeong (Pangeran Yi Hwon). Pangeran Yeon-ryeong adalah putra yang paling disayang Sukjong karena lahir dimasa tua-nya. Selain Pangeran Yeon-ryeong, Selir Myeong-bin juga memberikan seorang putra (kakak Pangeran Yeon-ryang) yang meninggal saat masih kecil.


7. SELIR GWI-IN KIM
Beliau tidak memberikan anak pada Sukjong. Beliau meninggal pada tahun 1735.


8. SELIR YEON-BIN KIM
Beliau tidak memberikan anak pada Sukjong. Beliau meninggal pada tahun 1735.


9. SELIR SO-UI YOO
Beliau tidak memberikan anak pada Sukjong. Beliau meninggal pada tahun 1707.



Di awal tahun pemerintahan Sukjong, fraksi Selatan dan Barat berselisih tentang upacara Pemakaman Kerajaan, masalah yang kelihatannya kecil mengenai periode berkabung untuk Ratu Insun. Fraksi Selatan menuntut bahwa periode berkabung harus dilakukan selama satu tahun dan sebaliknya fraksi Barat menuntut periode berkabung selama sembilan bulan. Satu tahun masa berkabung berarti Hyojong (kakek Sukjong) dianggap sebagai putra tertua dan periode sembilan bulan menandakan bahwa Hyojong tidak dianggap sebagai putra tertua karena mendiang Raja Hyojong menjadi putra mahkota yang menggantikan kakaknya, putra mahkota Seohyun, yang wafat. Pertikaian diikuti dengan peraturan pada kelas Yangban (bangsawan). Bagi fraksi Barat, keluarga kerajaan setara dengan kelas Yangban dengan posisi sebagai bangsawan kelas satu, dan bukan merupakan kelas bangsawan agung dari kelas yang lebih tinggi dan terpisah dengan kelas bangsawan lainnya. Kedua fraksi tersebut berseteru dalam memerangi Dinasti Qing, yang dianggap sebagai negara barbar (yang beda dengan Dinasti Ming), yang mengancam keamanan nasional Joseon. Fraksi Selatan yang dipimpin oleh Huh Jeok dan Yoon Hyu, mendukung perang melawan Qing dan fraksi Barat pertama-tama ingin fokus di dalam mengembangkan kondisi domestik.


Tokoh-tokoh sejarah Joseon yang terkenal pada jamannya adalah:

Jang Hee-jae
Jang Hee-jae adalah kakak dari Jang Ok-jung. Boleh dibilang dia adalah pendukung utama Jang Ok-jung. Dia adalah seorang sarjana yang sangat cerdas. Dia juga adalah orang yang berjuang keras agar Pangeran Yoon bisa naik dan diakui sebagai putra mahkota Joseon. Peruntungannya berbalik saat partai selatan jatuh, namun posisinya diistana bisa terselamatkan berkat status Jang Ok-jung di istana. Tetapi, karena konspirasi terhadap Ratu Inhyun yang melibatkan Jang Ok-jung sehingga Selir Jang dihukum mati, Jang Hee-jae dan ibunya pun dihukum-mati. Terlepas dari sifatnya yang ambisius, Jang Hee-jae dikenang dalam sejarah sebagai seorang kakak mati-matian yang melindungi adiknya hingga ajal menjemput.

Pangeran Dongpyeong
Pangeran Dongpyeong adalah sepupu Sukjong dari salah satu bibi Sukjong, namun Pangeran Dongpyeong dijauhkan dari istana dan dilarang mendekati Sukjong atas perintah Ratu Dowager (ibu suri, ibunda Raja Sukjong) karena dikhawatirkan akan memperoleh banyak dukungan partai oposisi untuk merebut takhta Sukjong. Namun, literatur-literatur sejarah Joseon menuliskan bahwa hubungan Sukjong dan Dongpyeong sangat baik dan tidak ada permusuhan. Dia adalah orang yang membawa Jang Ok-jung sampai bisa bekerja dan melayani Ratu Dowager Jangryeol. Mungkin, Pangeran Dongpyeong jugalah yang memperkenalkan Jang Ok-jung secara langsung pada Sukjong. Meskipun seorang pangeran, namun kehidupan Pangeran Dongpyeong sangat jauh dari politik istana.

Huh Jeok
Huh Jeok adalah pemimpin partai selatan dan merupakan pendukung Jang Ok-jung. Dia dieksekusi mati dengan tuduhan pengkhianatan.

- Song Si-yeol
Song Si-yeol adalah pemimpin partai barat dan merupakan pendukung Ratu Inhyun. Dia dieksekusi mati dengan tuduhan pengkhianatan sebagai akibat dari pembersihan yang dilakukan oleh partai selatan terhadap orang-orang partai barat pada peristiwa Gisa Hwangguk, yang merupakan pembalasan atas kematian Huh Jeok yang sebelumnya telah terlebih dahulu dieksekusi atas tuduhan pengkhianatan yang dituduhkan oleh partai barat.

- Pangeran Yeon-ryeong
Pangeran Yeon-ryeong lahir pada tahun ke-25 pemerintahan Sukjong, tepatnya pada 13 Juni 1699. Pangeran Yeonryeong adalah putra kesayangan Raja Sukjong karena dia adalah putra bungsu Sukjong yang lahir dimasa tua-nya. Beliau lahir dengan nama Yi Hwon. Sejak usia 5 tahun Pangeran Yeon-ryeong tinggal dan dibesarkan sendiri oleh ayahnya, Raja Sukjong, sebab ibu kandungnya (Selir Myeong-bin) meninggal dunia (pada 1703). Kematian ibunya membuat Pangeran Yeon-ryeong kecil berlari-lari di istana sambil memanggil-manggil nama ibunya. Akhirnya ayahnya menyadari bahwa walaupun Pangeran Yeon-ryeong tidak mengerti apa itu kematian, tetapi dia tahu bahwa ibunya sudah pergi dan tidak akan kembali. Sukjong sangat sedih melihat putra bungsunya ini sehingga beliau membawanya tinggal di kediamannya. Ini sangat melanggar peraturan dan tradisi istana Joseon, tetapi Sukjong tidak mempedulikan hal itu. Pangeran Yeon-ryeong dibesarkan dengan penuh kasih sayang oleh ayahnya, ratu, dan juga kakak-kakaknya. Seharusnya, Pangeran Yeon-ryeong baru boleh mendapat gelar kepangeranan pada usia 6 tahun, tetapi Sukjong memberikannya gelar kepangeranan pada usia 5 tahun. Sukjong membungkam semua pihak yang ingin mengganggu gelar kepangeranan Pangeran Yeon-ryeong dan bahkan mengasingkan beberapa dari mereka. Pangeran Yeonryeong meninggal diusia 21 tahun, hanya satu tahun sebelum kematian Sukjong. Raja Sukjong sangat terpukul atas kematian sang pangeran. Sukjong ingin menghadiri seluruh upacara pemakaman putra kesayangannya itu, tapi tidak bisa karena dia sedang sakit dan juga para pangeran lainnya termasuk Putra Mahkota Hwiso (bakal Raja Gyeongjong) dan Pangeran Yeoning, dan juga para pejabat istana menentang keinginan raja karena khawatir hal itu akan memperburuk kesehatannya. Pangeran Yeonryeong tidak memiliki keturunan, sehingga Sukjong mengadopsi seorang anak sebagai pengganti Pangeran Yeonryeong dan memberikan posisi pangeran pada pangeran pengganti. Pangeran pengganti ini diwajibkan menjadi Pangeran Yeongryang dan diharapkan akan melanjutkan garis keturunan Pangeran Yeongryang. Pangeran Yeonryeong dimakamkan di samping makam ibunya, Selir Myeong-bin Park .



Terlalu banyak peristiwa-peristiwa yang terjadi pada era Sukjong yang dicatat sejarah, peristiwa-peristiwa berikut adalah peristiwa-peristiwa paling terkenal pada era Sukjong: 

- Peristiwa Kyungshin Hwanguk pada tahun 1680
Kyungshin hwanguk adalah pemberantasan kekuasaan fraksi yang disaat itu dipegang oleh fraksi selatan pimpinan Huh Jeok.
Sukjong mulanya berpihak pada fraksi Selatan, namun pada tahun 1680, Huh Jeok dituduh berkhianat oleh fraksi Barat, yang mengakibatkan Huh Jeok dan Yoon Hyu di eksekusi yang diikuti dengan pemberantasan dari fraksi Selatan. Sekarang yang berkuasa adalah fraksi Barat yang dibagi menjadi fraksi Noron (Pelajaran Lama) yang dipimpin oleh Song Siyeol, dan fraksi Soron (Pelajaran Baru), yang dipimpin oleh Yoon Jeung. 

- Peristiwa Gisa Hwangguk pada tahun 1689 
Peristiwa Gisa hwangguk adalah pemberantasan terhadap fraksi Noron yang ambruk setelah 9 tahun berkuasa, ketika Sukjong menggulingkan Ratu Inhyeon, dan menunjuk Selir Hee dari klan Jang (atau Selir Jang) sebagai ratu yang baru. Fraksi Noron (barat) membuat geram Sukjong ketika mereka menentang pelantikan putra Selir Jang sebagai putra mahkota. Fraksi Selatan, yang mendukung Selir Jang dan putranya, mendapatkan kembali kekuasaan dan menyingkirkan fraksi Barat, lalu mengeksekusi Song Siyeol sebagai tindakan balas dendam.

- Peristiwa Gapsul Hwanguk pada tahun 1694
Peristiwa Gapsul hwanguk adalah pemberantasan kembali kekuasaan fraksi Selatan (Partai Namin). Fraksi Selatan yang merasa diatas angin, merencakan pemberantasan lainnya terhadap fraksi Barat yang dituduh berkonspirasi untuk menempatkan kembali Ratu Inhyeon yang diasingkan. Namun tanpa mereka duga, Sukjong mulai menyesal telah mengasingkan Ratu Inhyeon, dan juga menyayangi Selir Suk dari klan Choi (sekutu Ratu Inhyeon dan fraksi Noron). Marah dengan usaha fraksi Selatan yang memberantas fraksi Barat, Sukjong tiba-tiba berbalik memberantas faksi Selatan dan membawa fraksi Barat kembali berkuasa. Fraksi Selatan tidak pernah pulih dari pukulan ini. Jika anda menonton beberapa drama Joseon yang mengambil latar setelah era Sukjong seperti "Sunkyunkwan Scandal", anda pasti familiar dengan cerita para bangsawan Namin yang dikucilkan atau tidak memiliki pengaruh, bahkan diremehkan. Peristiwa Gapsul Hwanguk adalah alasan mengapa diskriminasi seperti itu dialami oleh para bangsawan Namin. Terlebih lagi, para bangsawan Namin adalah bangsawan-bangsawan awal di Joseon yang memeluk agama Kristen, yang meskipun agama Kristen dilindungi dan tidak diganggu dimasa pemerintahan Raja Sukjong dan Gyeongjong, namun dimasa pemerintahan raja-raja setelah Sukjong dan Gyeongjong, penganut Katolik merupakan sasaran pembasmian, termasuk diantaranya para bangsawan Katolik dari fraksi Namin. Anggota fraksi Namin terutama penganut Katolik hanya merasakan sedikit kelegaan di masa pemerintahan Raja Jeongjo yang toleran dan murah hati, dan di masa pemerintahan Raja Gojong yang terkenal sebagai seorang reformator. Itupun baru dapat dinikmati oleh penganut Kristen ketika Raja Gojong berhasil mengambil kekuasaan penuh dari sang ayah, Pangeran Besar Heungseun.

- Penurunan gelar Ratu Jang, dan pengangkatan kembali Ratu Inhyeon.
Peristiwa Gapsul Hwanguk menyebabkan peristiwa lainnya terjadi. Sukjong menurunkan Ratu Jang, menjadi Selir Jang, dan mengangkat kembali Ratu Inhyeon sebagai ratu. 

- Wafatnya Ratu Inhyeon pada tahun 1701.
Ratu Inhyun wafat karena penyakit yang tidak diketahui. Kematiannya ini menyebabkan beberapa orang dieksekusi dan menjadi secara tidak langsung akar perselisihan partai-partai dimasa mendatang.

Selir Jang dihukum mati pada tahun 1701
Selir Jang (Jang Ok Jung) akhirnya dieksekusi dengan minum racun karena didakwa mengutuk Ratu Inhyeon yang kemudian wafat.

- Kematian Putri Mahkota.
Putri Mahkota dari Pangeran Yi Yoon (calon raja Gyeongjong) meninggal secara misterius saat Gyeongjong masih sebagai putra mahkota yang menjalankan pemerintahan sebagai pengganti Sukjong yang sering sakit. Hingga kini tidak ada catatan sejarah yang menjelaskan penyebab kematian putri mahkota.

- Pengakuan Pulau Ulleung dan Batu Liancourt oleh Jepang sebagai wilayah Joseon pada tahun 1696, dimana di era sekarang kembali diperebutkan oleh kedua negara, yang populer disebut Sengketa Pulau Dokdo. Pulau ini sebelumnya telah diakui sebagai milik Joseon pada era raja Sejong.

- Penetapan perbatasan nasional di sungai Yalu dan Tumen sebagai kerjasama dengan Dinasti Qing pada tahun 1712.

- Wafatnya putra kesayangan Sukjong, Pangeran Yeongryang pada 2 Oktober 1719. 


Banyak prestasi yang dibuat oleh Sukjong, yaitu reformasi sistem pajak, mengijinkan kelas menengah dan anak-anak selir untuk maju ke posisi pemerintah yang lebih tinggi di provinsi-provinsi, juga mengembangkan pertanian dari provinsi jauh dan meningkatnya aktivitas budaya termasuk publikasi-publikasi.

Raja Sukjong wafat setelah 46 tahun memerintah pada tahun 1720 pada usia 60 tahun. Ia dimakamkan di Myeongreung (명릉) di provinsi Gyeonggi, Kota Goyang di dalam Pemakaman Lima Kerajaan Barat (서오릉).

Raja Sukjong memerintah Joseon dimasa yang sama ketika wangsa Stuart di Inggris digantikan oleh wangsa Hanover dengan raja mereka, yaitu George I. Eranya juga merupakan era ketika Inggris dan Skotlandia bersatu sehingga wilayah ini disebut Britania Raya. Sukjong juga memerintah di-masa yang sama saat Raja Louis V menjadi Raja PrancisSukjong juga memerintah sebagai raja Joseon ketika Peter I Yang Agung diangkat menjadi czar Rusia. Sukjong hidup dimasa yang sama dengan masa pemerintahan Pakubuwana I. Ia juga memerintah Joseon ketika terjadi pemberontakan Trunajaya di Jawa dan juga pada masa-masa perjuangan Untung Suropati melawan Belanda. Sukjong juga memerintah Joseon saat pulau Madura jatuh ketangan VOC. Ia masih menjadi Raja Joseon ketika wangsa Bourbon memerintah Spanyol dengan raja-nya, Raja Felipe V, dan saat João V masih menjadi raja Portugal. 


Para Aktor yang memerankan Raja Sukjong


Era Raja Sukjong merupakan era yang paling sering diceritakan dalam film dan serial drama, namun yang paling terkenal adalah serial drama DONG YI dimana Raja Sukjong diperankan oleh Ji Jin He dan juga drama JANG OK JUNG dimana Raja Sukjong diperankan oleh Yoo Ah In. 

Drama dan film lainnya tentang Raja Sukjong adalah film "Shadow In The Park", "Jang Hee Bin" (1961), "Female Fatal Jang Hee Bin" (1968), "500 Years of Joseon: Queen Inhyun" (1988), "Jang Hee Bin" (2002), dan drama "Queen Inhyun’s Man" (2012). Sukjong juga merupakan raja dalam drama "Daebak" (atau "Jackpot") yang dibintangi oleh Jang Geun-suk dan Yeo Jin-goo.





20. RAJA  GYEONGJONG 

Raja Gyeongjong lahir sebagai Yi-Yoon pada tahun 1688. Ia merupakan raja ke-20 Dinasti Joseon, dan merupakan putra Sukjong dengan Selir Hee-bin dari klan Jang, atau dalam sejarah lebih dikenal dengan nama Jang Ok-jung. Ketika ibunya dihukum mati pada tahun 1701, ia baru berusia 13 tahun. Gyeongjong diangkat menjadi putra mahkota pada 16 Juni 1690 dengan nama Putra Mahkota Hwiso. Saat diangkat menjadi putra mahkota, Gyeongjong baru berusia 2 tahun. Gyeongjong menggantikan ayahnya sebagai raja yang memerintah Joseon pada tahun 1720-1724. 


Berbeda dengan ayahnya yang memiliki banyak istri, Gyeongjong hanya menikah dua kali dan tidak pernah memiliki selir. Istri-istri Gyeongjong adalah:

1.RATU DAN-UI
Ratu Dan-ui berasal dari klan Shim Changseong. Beliau lahir pada 11 Juli 1686. Beliau lebih tua dua tahun dari Raja Gyeongjong. Ratu Danui adalah keturunan ke-12 Raja Seongjong. Beliau dinikahi oleh Gyeongjong saat berusia 11 tahun, pada tahun 1696. Ratu Dan-ui tidak memberikan Gyeongjong keturunan. Namun, Gyeongjong, yang seakan trauma pada pertikaian antara selir dan ratu yang mengakibatkan kematian ibunya, bersikeras tidak mau mengambil seorang selir yang bisa memberikannya keturunan. Saat itu, hanya sedikit orang yang tahu bahwa Gyeongjong mandul. Desas-desus yang beredar adalah Dan-ui lah yang mandul, tetapi Gyeongjong dan ayahnya berusaha membungkam semua isu itu. Gyeongjong sangat mencintai Dan-ui, demikian juga dengan Sukjong yang sangat menyayangi menantunya itu. Sayangnya, Ratu Dan-ui meninggal sebelum Gyeongjong naik takhta. Saat itu ratu Dan-ui masih menjadi seorang putri mahkota, setelah Gyeongjong menjadi raja, barulah dia mendapat nama anumerta yaitu Ratu Dan-ui. Ratu Dan-ui memang tercatat sering jatuh sakit. Beliau sudah mulai jatuh sakit pada tahun 1701. Saat itu, saat kematian Ratu Inhyeon, beliau dicatat sedang sakit dengan gejala yang sama dengan Ratu Inhyeon. Tetapi, kematiannya masih misteri. Dalam Sillok Raja Sukjong dicatat bahwa dua tahun sebelum Sukjong meninggal (dua tahun sebelum Gyeongjong naik tahta), putri-mahkota (Ratu Dan-ui) tiba-tiba menghilang dan kemudian ditulis bahwa dia meninggal (8 Maret 1718). Ratu Dan-ui berusia 32 tahun ketika beliau meninggal. Gyeongjong sangat syok atas kematiannya, dan juga, Raja Sukjong sangat berduka dan meratapi kematiannya. Walau Dan-ui tidak pernah menjadi ratu tetapi Gyeongjong menobatkannya sebagai ratu pertamanya secara anumerta. Setelah Gyeongjong meninggal, adiknya, Raja Yeongjo, juga mengukuhkan status Dan-ui sebagai ratu pertama Gyeongjong dan memberikan gelar anumerta padanya. Setelah kematiannya, adiknya, Shim Yoo-hyeon, bergabung dengan kubu pendukung Gyeongjong dan menuding bahwa kematian Gyeongjong akibat racun. Sikap adiknya ini membuat keluarga Ratu Dan-ui mengalami nasib buruk akibat ditangkap dan diasingkan.


2.RATU SEON-UI
Ratu Seon-ui berasal dari klan Hamjong Eoh. Beliau lahir pada 14 Desember 1705. Ratu Seon-ui lebih muda 17 tahun dari Gyeongjong. Beliau dinikahi oleh Gyeongjong ditahun yang sama dengan tahun meninggalnya Ratu Dan-ui (1718) saat berusia 14 tahun. Ratu Seon-ui tidak memberikan keturunan pada Gyeongjong. Karena tidak kunjung memiliki anak, beliau kemudian berusaha mengangkat Pangeran Myeongphil (keturunan Putra Mahkota Sohyeon) sebagai putra angkatnya. Setelah Gyeongjong meninggal, Ratu Seon-ui turun tahta. Beliau tidak menjadi ibu suri sebab Ratu Inwoon (ratu terakhir Sukjong) masih hidup. Ratu Seon-ui diperlakukan dengan baik oleh adik iparnya, Raja Yeongjo. Beliau tidak tinggal di Istana Changdeok melainkan di istana Chang-gyeong hingga kematiannya pada 12 Agustus 1730, hanya enam tahun setelah kematian Gyeongjong. Beliau baru berusia 25 tahun saat meninggal.



Berbeda dengan anggapan banyak orang saat ini, saat masih menjadi seorang pangeran, Gyeongjong sebenarnya adalah seorang pangeran yang sehat. Beliau tidak bertubuh lemah, walau memang benar dia mandul. Konon, Ibu Gyeongjong, Selir Jang (Jang Ok-jung), yang menyebabkan Gyeongjong menjadi mandul. Saat Selir Jang dijatuhi hukuman mati dengan minum racun pada tahun 1701, dia memohon untuk melihat anaknya, sang Putra Mahkota. Ketika Selir Jang berlari ke arahnya untuk menyambut Gyeonjong, ia terjatuh dan menimbulkan cedera parah pada perut bagian bawah Putra Mahkota yang membuat Putra Mahkota menjadi mandul. Walau demikian, Gyeongjong masih mampu menjalankan tugas sebagai seorang putra mahkota.

Pada tahun 1718, Raja Sukjong mengijinkan Gyeongjong yang masih sebagai putra mahkota, untuk memerintah negara sebagai pendamping raja. Posisi Gyeongjong ini disebut sebagai Raja Muda atau Raja Kedua. Gyeongjong, saat masih menjadi Putra Mahkota Hwiso adalah satu dari tiga putra mahkota Joseon yang pernah menjadi raja muda saat raja sebelumnya masih memerintah. Putra mahkota sebelum Gyeongjong yang pernah menjadi penguasa de facto Joseon saat raja Joseon masih berkuasa adalah Pangeran Yi Hyang (Raja Munjong) yang menjadi penguasa de facto Joseon menggantikan ayahnya (Raja Sejong) yang telah tua dan sakit-sakitan, dan Pangeran Gwanghae yang menjadi penguasa de facto Joseon saat ayahnya (Raja Seonjo) harus melarikan diri dari ibukota karena serbuan Jepang pada perang Imjin.

Fraksi Soron mendukung Putra Mahkota, putra Selir Jang (Raja Gyeongjong), dan fraksi Noron mendukung putra Selir Choi (Pangeran Yeoning, kemudian menjadi Raja Yeongjo). Mendiang Ratu Inhyeon dan Ratu yang baru Inwon tidak memiliki keturunan. 

Pada tahun 1690, pelantikan Gyeongjong sebagai pewaris menimbulkan pertikaian di antara fraksi Noron dan Soron. Setelah kematian Raja Sukjong tahun 1720, Putra Mahkota Hwiso (Yi Yun) naik tahta pada usia 33 sebagai Raja Gyeongjong. Sukjong diduga mengatakan kepada Yi Yi-Myoung untuk menunjuk Pangeran Yeoning sebagai pewaris Gyeongjong namun tanpa pencatat catatan harian kerajaan. Gyeongjong menderita sakit selama pemerintahannya, dan faksi politik Noron menekan Gyeongjong untuk mundur dan menunjuk saudara tirinya, Pangeran Yeoning, untuk menggantikan dia sebagai Raja. Pada 1720, dua bulan setelah penobatannya, saudara tirinya, Pangeran Yeoning, dilantik sebagai Putra Mahkota untuk menangani urusan negara karena Gyeongjong yang sering sakit.

Karena tubuh Raja Gyeongjong sangat rapuh, ia tidak punya energi atau waktu untuk melakukan banyak hal dalam empat tahun pemerintahannya, sehingga memperburuk perebutan kekuasaan dan menyebabkan pembantaian besar. Partai Noron mengirim peringatan kepada raja itu tidak ikut campur dalam pemerintahan sedangkan partai Soron memanfaatkan raja demi keuntungan mereka.

Masa pemerintahannya yang singkat diwarnai dengan berbagai peristiwa yang dramatis, antara lain:

- Percobaan pembunuhan terhadap Pangeran Yeon-ing
Fraksi Noron yang mendukung pangeran Yeon-ing sebagai putra mahkota merasa ketakutan saat Gyeongjong menjadi raja, karena mereka khawatir Raja akan membalas dendam atas kematian ibunya, selir Jang, yang dihukum mati atas desakan partai Noron. Sedangkan fraksi Soron justru khawatir jika Yeon-ing kelak menjadi raja, karena mereka akan menjadi partai yang akan diberantas. Oleh karena itu berbagai upaya pun untuk dilakukan untuk melenyapkan pangeran Yeon-ing. Anggota partai Soron memiliki ide untuk membunuh Pangeran Yeoning, dengan berpura-pura berburu rubah putih yang dikatakan selalu mengganggu istana. Para pembunuh menyerbu istana untuk membunuh putra mahkota Yeon-ing, sehingga sang putra mahkota harus bersembunyi didalam pakaian kerajaan Ratu Inwoon (ratu terakhir Raja Sukjong), yang sangat dekat dan lebih menyayangi Yeon-ing ketimbang putra tirinya yang lain, termasuk raja.

- Pemberantasan anggota fraksi Noron, pada tahun 1721 dan tahun 1722
Akar dari peristiwa ini adalah surat wasiat Raja Sukjong. Sukjong yang wafat pada tahun 1720, konon setelah memberitahu Yi Yi-myoung untuk menunjuk Pangeran Yeon-ying adik Gyeongjong dari selir Sukbin, sebagai pewaris Gyeongjong, namun tanpa kehadiran pencatat sejarah atau diari kerajaan. Wasiat ini menimbulkan pertentangan antar fraksi mengakibatkan fraksi pendukung pangeran Yeon-ing yaitu fraksi Noron diburu. Empat pemimpin Noron di eksekusi pada tahun 1721, dan kemudian terjadi eksekusi 8 anggota Noron pada tahun 1722.

- Pengukuhan adiknya, Pangeran Yeon-ying sebagai putra mahkota
Pengangkatan ini disebabkan oleh kekurangan Raja Gyeongjong yang tidak memiliki keturunan. Beliau lalu berusaha memenuhi wasiat ayahnya untuk mengangkat adiknya sebagai Putra Mahkota, namun proses pengangkatan sang adik sebagai putra mahkota merupakan salah satu sumber konflik yang menyebabkan dieksekusi-nya para pejabat pendukung adiknya yaitu pejabat dari fraksi Noron. Gyeongjong mengupayakan semua cara dengan maksimal agar adiknya dapat menggantikannya sebagai raja kelak jika dia tidak memperoleh keturunan. Pengangkatan Yeon-ing sebagai putra mahkota sangat berisiko. Gyeongjong menghadapi banyak pertentangan termasuk dari fraksi yang mendukungnya yaitu fraksi Soron. Pertentangan ini memuncak saat fraksi Soron memberantas fraksi Noron dan juga diduga berusaha membunuh pangeran Yeon-ing, yang membuat Gyeongjong murka, sehingga dia benar-benar mengukuhkan adiknya sebagai putra mahkota. Gyeongjong kemudian menyingkirkan fraksi pendukungnya sendiri dari kekuasaan, yang diduga kuat sebagai upaya Gyeongjong memuluskan jalan Yeon-ing jika nanti menjadi raja. Pertikaian ini membuat para sarjana Soron jauh dari kekuasaan bahkan hingga beberapa abad kemudian.


Jika anda pernah menonton drama Sungkyunkwan Scandal, anda pasti familiar terhadap pertengkaran antar fraksi. Sebenarnya era inilah akar cerita mengapa Moon Jae-shin (diperankan oleh Yoo Ah-in) sangat membenci partai Noron karena dianggap telah membunuh kakaknya. Sebelumnya, Soron dan Noron bekerja-sama untuk menjatuhkan fraksi selatan (Namin) namun saat salah-satu dari mereka berkuasa, maka fraksi yang lain juga berusaha merebut kekuasaan. Rupanya pertikaian antar fraksi ini terus berlangsung sampai berpuluh-puluh tahun kemudian dan semakin memanas hingga berakibat meninggalnya Pangeran Sado yang dihukum mati ayahnya atas petisi dari partai Noron, kemudian pertikaian itu terus berlanjut di era raja Jeongjo (latar drama Sungkyunkwan Scandal), dan pada salah-satu konflik antar fraksi, kakak dari Moon Jae-shin terbunuh oleh pengikut fraksi Noron. Fraksi Noron keluar sebagai pemenang, itulah mengapa saat kita menonton Sungkyunkwan Scandal, kita melihat ayah dari Moon Jae-shin harus menuruti semua perintah dari perdana menteri yang adalah ketua fraksi Noron.

Sebagian besar prestasi-prestasi Gyeongjong dibuatnya saat dia masih menjadi Putra Mahkota yang menggantikan Raja Sukjong dalam menjalani pemerintahan. Walau demikian, dia juga membuat prestasi-prestasi lain dimasa singkat pemerintahannya, Selama pemerintahannya, ia membuat senjata kecil yang meniru senjata barat, modernisasi ini sangat membantu Joseon dalam menjaga wilayahnya. Dia juga mereformasi sistem pengukuran tanah di bagian selatan negara itu. Peninggalan lainnya adalah beberapa karya kaligrafinya yang selamat hingga kini yang ditulis olehnya saat dia masih menjadi pangeran.

Raja Gyeongjong jatuh sakit akibat keracunan seafood dan meninggal pada 1724. Ia dimakamkan di pemakaman Uireung di Seokgwan-dong, Seongbuk-gu, Seoul. Ada beberapa spekulasi dari anggota partai Soron bahwa saudara tirinya, Pangeran Yeoning, ada hubungannya dengan kematiannya, karena upaya fraksi Noron yang berusaha menaikkan Yeon-ing menggantikan Gyeongjong, tetapi beberapa ahli sejarah modern berpendapat Gyeongjong bisa saja meninggal makan seafood yang sudah rusak, seperti yang dikutip dalam buku Homer, The History of Korea. "Tapi kami meragukan kebenaran rumor tersebut, karena tidak ada yang mengatakan bahwa adiknya yang melakukan tindakan itu, lalu poin kedua adalah, orang memang kemungkinan dapat mati keracunan akibat makan seafood yang dibawa sejauh tiga puluh mil dari laut pada pertengahan musim panas tanpa didinginkan dengan es." 

Riwayat pemerintahan Gyeongjong dipublikasikan di bawah pemerintahan adiknya, Raja Yeongjo, pada tahun 1732.

Raja Gyeongjong memerintah Joseon dimasa yang sama George I masih memerintah Inggris. Gyeongjong juga memerintah di-masa yang sama saat Raja Louis V masih menjadi Raja Prancis dan ketika Peter I Yang Agung mempersatukan seluruh Rusia. Gyeongjong hidup dimasa yang sama dengan masa pemerintahan Amangkurat IV, dan juga memerintah Joseon saat Spanyol masih diperintah oleh Raja Felipe V, dan saat João V masih menjadi raja Portugal. 


Beberapa Aktor yang memerankan Raja Gyeongjong

Tidak banyak drama yang menceritakan Gyeonjong sebagai tokoh utama, namun ia sering diceritakan dalam drama yang menggambarkan Raja Sukjong atau para ratu dan para selir Sukjong sebagai tokoh utama, karena posisi Gyeongjong sebagai Putra Mahkota era Sukjong. Drama yang sempat menceritakan kehidupan Gyeongjong adalah "Dong Yi" dan "Jang Ok Jung", yang menceritakan saat dia masih menjadi pangeran. Gyeongjong juga muncul dalam drama "Daebak" (atau "Jackpot") yang dibintangi oleh Jang Geun-suk dan Yeo Jin-goo, dan sempat muncul dalam film "The Royal Tailor".

Tokoh Pangeran Lee Gak dalam "Rooftop Prince" mirip dengan kisah Raja Gyeongjong saat dia masih seorang pangeran, karena Putra Mahkota Hwiso (Gyeongjong) adalah Putra Mahkota Joseon di era 300 tahun yang lalu sebelum drama Rooftop Prince dibuat. Dalam drama Rooftop Prince, terlihat bahwa Gyeongjong memiliki otoritas yang sangat besar bahkan bisa memerintah para menteri istana, mirip dengan status Gyeongjong yang menjadi penguasa de facto Joseon di tahun-tahun terakhir pemerintahan ayahnya. Persamaan lainnya dari tokoh Lee Gak dan Raja Gyeonjong adalah Putri Mahkota Gyeongjong (saat Gyeonjong masih sebagai Putra Mahkota Hwiso) meninggal mendadak dimasa pemerintahan Raja Sukjong, yang mana kematian Putri Mahkota merupakan inti cerita dari drama tersebut.





21. RAJA  YEONGJO 



Raja Yeongjo dalam lukisan kerajaan

Raja Yeong-jo lahir sebagai Yi-Geum pada tahun 1694, dan memerintah pada tahun 1724–1776 dan merupakan raja Joseon dengan masa pemerintahan terlama dalam sejarah Joseon. Ia merupakan putra kedua Raja Sukjong dengan Selir Suk-bin dari klan Choi, yang menggantikan kakaknya, Raja Gyeongjong sebagai raja. Ia memperoleh gelar Yeong-jo, karena ibunya (selir Choi) berasal dari rakyat jelata (bekas dayang pengangkat air di istana), sehingga dia tidak mendapatkan nama kuil yang berakhiran ‘-jong’ seperti kakaknya dan ayahnya. Ia adalah raja Joseon yang memerintah paling lama, yaitu 52 tahun.

Raja Yeongjo menikah dengan Ratu Jeongsong dari klan Dalsung Seo pada November 1703. Pernikahan mereka berlangsung lama namun Ratu Jeongsong tidak memberikan keturunan pada Yeongjo. Ratu Jeongsong meninggal pada tahun 1757 karena sakit. Yeongjo baru menikah kembali dengan ratu keduanya dua tahun kemudian. Ratu keduanya itu adalah Ratu Jeongsun dari klan Gyeongju Kim pada 1702. Ratu Jeongsun pun tidak memiliki keturunan.

Yeongjo juga memiliki banyak selir yaitu:
Selir Agung Istana Jeong dari klan Yi (Yi Jeong-bin) yang memberikan Yeongjo 3 orang putra yaitu Putra Mahkota Hyojang (lahir pada 1719 namun wafat diusia 9 tahun pada tahun 1728), Putri Hwaeok (1717-1718), dan Putri Hwasoon (1720-1758).
Selir Agung Istana Yeong dari klan Yi (Yi Yeong-bin) atau yang lebih terkenal dalam sejarah dengan nama Lady Seonhui. Lady Seonhui memberikan Yeongjo empat orang anak yaitu Pangeran Sado (1735-1762), Putri Hwapyeong (1727-1748), Putri Hwahyeop (1733-1752), dan Putri Hwawan (1738-1808).
Selir Istana Jo (Jo Gwi-in) yang memberikan Yeongjo seorang putri yaitu Putri Hwayoo (1741-1771).
Selir Moon (Moon Suk-ui) yang memberikan Yeongjo dua orang putri yaitu Putri Hwaryeong (1752-1821), dan Putri Hwagil (1754-1772).



Tokoh-tokoh sejarah Joseon yang terkenal pada jamannya adalah: 
Park Mun-su, seorang inspektur kerajaan yang merupakan pejabat kesayangan Raja Yeongjo. Beliau telah mengabdi pada Joseon sejak era Raja Sukjong. Park Mun-su adalah pejabat Joseon yang sangat berjasa dalam memadamkan pemberontakan Yi In-jwa. Baliau juga sering pergi mengelilingi Joseon untuk menangkapi para pejabat lokal yang korupsi atas nama raja.

Pangeran Sado, putra kedua Raja Yeongjo yang lahir saat Yeongjo telah berusia 40an tahun. Karena sering terkena demam dan panas tinggi, mentalnya terganggu. Dia sangat sering bersiteru dengan Raja Yeongjo. Puncak perseteruan mereka adalah ketika Sado dihukum mati (secara tidak langsung) oleh Raja Yeongjo. Sado merupakan putra mahkota paling terkenal dalam sejarah Joseon.

Pangeran Yi-san, cucu raja (putra sulung Sado) yang kelak menjadi Raja Jeongjo.

Lady Hyegyeong, istri dari Pangeran Sado.

Ratu Jeongsun, ratu terakhir Raja Yeongjo. Dia adalah seteru abadi Pangeran Sado dan Raja Jeongjo. Pada masa pemerintahan Raja Jeongjo, para pengikut ratu ini memberontak dan mencoba membunuh Jeongjo tapi akhirnya bisa dikalahkan. Ratu Jeongsun pun dicabut semua keistimewaannya namun tetap diijinkan tinggal di istana. Setelah Jeongjo meninggal, dia menjadi wali dari Raja Sunjo (putra Jeongjo) dan kembali melakukan pembantaian pada para pendukung Jeongjo.

Ratu Dowager Inwoon, ratu terakhir Raja Sukjong (ayah Raja Yeongjo). Beliau sangat dekat dan sangat sayang pada Raja Yeongjo. Beliau adalah orang yang yang menolong Yeongjo saat masih menjadi pangeran Yeoning dan menyembunyikan Yeongjo dalam pakaiannya saat Yeongjo akan dibunuh oleh pihak oposisi.

Hong Pong-han, ayah dari Lady Hyegyeong. Beliau adalah keturunan langsung Hwajung (putri bungsu raja Seongjo)

Putri Hwayeop, salah-satu putra raja Yeongjo dari Lady Seonhui. Beliau meninggal karena wabah cacar. Dia adalah adik kesayangan Pangeran Sado.

Putri Hwawan, salah-satu putra raja Yeongjo dari Lady Seonhui. Bersama dengan Ratu Jeongsun mereka  adalah seteru abadi Pangeran Sado dan Raja Jeongjo. Pada masa pemerintahan Raja Jeongjo, dia diasingkan, dan sempat diijinkan kembali ke ibukota namun kembali diasingkan hingga dia meninggal.

Putri Hwasoon, alah-satu putra raja Yeongjo dari Lady Seonhui. Beliau meninggal karena bunuh diri setelah suaminya meninggal. Pada masa modern, beliau merupakan teladan tentang kesetiaan seorang istri pada seuaminya. Dia adalah adik yang dekat dengan Pangeran Sado.

Lady Seonhui, selir kesayangan dari Raja Yeongjo. Beliau adalah ibu dari Pangeran Sado.

- Yi In-jwa, seorang bangsawan dari partai Soron yang yang merupakan pendukung Raja Gyeongjong (kakak Yeongjo). Dia melakukan pemberontakan untuk menggulingkan Raja Yeongjo. Yi In-jwa bangsawan dari klan Yi dari Cheonju. Dia adalah keturunan Raja Sejong dari garis Pangeran Imyeong (salah satu pendukung Pangeran Suyang/Raja Sejo). Yi In-jwa sangat menentang keputusan Raja Gyeongjong yang mengangkat Pangeran Yeoning sebagai putra-mahkota. Sangat mungkin dia juga terlibat dalam percobaan pembunuhan Pangeran Yeoning/Raja Yeongjo oleh partai Soron pada masa pemerintahan Gyeongjong. Yi In-jwa sangat marah dan kecewa saat melihat para bangsawan partai Soron justru dikucilkan dari pemerintahan oleh Raja Gyeongjong demi memuluskan jalan adiknya sebagai raja. Diam-diam dia merencanakan pemberontakan. Pasukan Yi In-jwa berhasil menguasai ibukota dan hampir menguasai istana. Pasukan pemberontak berhasil dipukul muncur pada tanggal 26 Maret 1728 (kalender lunar), dan keesokan harinya Yi In-jwa. Nama Yi In-jwa tidak dipulihkan oleh Raja Gojong meskipun para sarjana Soron mengajukan pemulihan namanya.


Era dari Raja Yeongjo adalah salah satu era kemakmuran Joseon. Ia melanjutkan era kemakmuran era Sukjong, yang juga berhasil mempertahankan otoritas keluarga kerajaan. Beberapa sejarawan menilai kuatnya kekuasaan yang dimiliki oleh Yeongjo adalah berkat legitimasi yang diberikan oleh ayahnya, Raja Sukjong, saat dia masih menjadi pangeran, dan juga berkat segala upaya yang dilakukan oleh kakaknya, Raja Gyeongjong, yang menghadapi banyak rintangan saat berusaha mengangkat Yeongjo sebagai putra mahkota dan mempersiapkan jalannya menjadi raja. 

Raja Yeongjo sangat mendalami Konfusian dan memiliki pengetahuan yang lebih hebat dibandingkan dengan para pejabatnya. Selama pemerintahan Yeongjo dan cucunya Jeongjo, Konfusian berada di puncaknya sebagai alat pemulihan ekonomi dari perang-perang yang terjadi di akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17.

Raja juga terkenal sangat menyayangi Park Mun-su, yang menjabat Amhaeng-eosa (암행어사) atau inspektur rahasia pemerintah.

Namun raja tidak  akur dengan sang putra mahkota, Pageran Sado. Raja Yeongjo adalah raja yang mudah marah, dia bahkan marah karena kejadian yang sangat sepele. Parahnya, sang Putra Mahkota selalu membangkitkan kemarahan ayahnya. Akibatnya, Sado menjadi sangat takut pada ayahnya dan selalu bertindak dengan hati-hati di hadapan raja. Hal ini memperburuk hubungan ayah dan anak itu. Sado selalu gugup saat bertemu ayahnya. Ketika diberikan pertanyaan, Sado tidak pernah bisa menemukan jawaban dengan cepat sehingga membuat sang ayah, yang terkenal sangat cerdas, semakin marah. Setiap kali mereka bertemu, kebencian Raja Yeongjo terhadap Sado terlihat lebih mendominasi perasaannya, melebihi kasih sayangnya pada sang putra. Raja tidak pernah duduk bersama-sama dengan Putra Mahkota, dan sering memarahinya di hadapan orang lain. 

Raja Yeongjo sangat percaya takhyul dan fengshui. Ia menghindari kata-kata seperti 'kematian'. Ketika ia kebetulan mendengar kata-kata tak menyenangkan, biasanya ia akan mencuci telinganya. Setelah berbicara beberapa kata dengan Pangeran Sado, Raja akan selalu berkumur-kumur, mencuci telinganya, dan berganti jubah baru. Raja juga sangat teliti tentang mana pintu yang digunakan. Ia membedakan antara pintu untuk tugas yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Dia sering memerintahkan Sado untuk menggantikannya melakukan beberapa tugas yang tak menyenangkan, seperti yang memimpin penyiksaan para kriminal. Entah kenapa selalu ada ketidak-cocokan di antara mereka, dan Pangeran tidak pernah bisa melakukan apapun yang baik dimata raja. Secara bertahap, Raja mulai menghindari Putra Mahkota. Konflik-nya dengan Putra Mahkota kelak ini mengakibatkan kematian sang putra.


Peristiwa-peristiwa terkenal yang terjadi pada masa pemerintahan Raja Yeongjo adalah:

- Kematian Pangeran Hyojang pada tahun 1728. Pangeran Hyojang adalah putra pertama Raja Yeongjo, dia adalah kakak dari Pangeran Sado. Kelahiran Pangeran Hyojang sempat menimbulkan perdebatan karena Pangeran Hyojang lahir di masa-masa perkabungan kematian ibu Raja, yaitu Dong Yi, karena menurut adat Joseon, sang raja tidak boleh melakukan hubungan suami-istri dimasa perkabungan atas kematian orang-tuanya.

Pemberontakan Yi In-jwa pada tahun 1728, yang berhasil dipadamkan dengan bantuan Park Mun-su. Yi In-jwa adalah seorang bangsawan dari partai Soron yang merupakan pendukung Raja Gyeongjong (kakak Yeongjo). Dia melakukan pemberontakan untuk menggulingkan Raja Yeongjo. Yi In-jwa bangsawan dari klan Yi dari Cheonju. Yi In-jwa diam-diam dia merencanakan pemberontakan untuk mengkudeta Raja Yeongjo yang dianggap sebagai orang yang paling bertanggung-jawab atas pemubunuhan anggota partai Soron. Da lalu mengerahkan tentara dari Cheonju dan berhasil mengalahkan pasukan kerajaan disana, setelah itu Pada bulan Februari 1728, pasukan Yi In-jwa berhasil menguasai ibukota, dan pada bulan Maret 1728 pasukan pemberontak menyerbu istana dan hampir menguasai istana. Pasukan pemberontak berhasil dipukul muncur pada tanggal 26 Maret 1728 (kalender lunar), dan keesokan harinya, pemberontakan berhasil dipadamkan dan Yi In-jwa terbunuh (27 Maret 1728 kalender lunar atau 5 Mei 1728 kalender masehi). Nama Yi In-jwa tidak dipulihkan oleh Raja Gojong meskipun para sarjana Soron mengajukan pemulihan namanya.

Mewabahnya epidemi campak pada tahun 1752. Wabah ini membuat adik kesayangan Pangeran Sado, Putri Hwayeop meninggal.

- Wafatnya Putri Hwasoon karena bunuh diri
Putri Hwasoon adalah putri Yeongjo dari selirnya, Lady Jeong dari klan Lee. Ia menikah dengan Kim Han-sin (Wol Sung-wee), namun suaminya ini mati muda. Sang putri sangat terpukul atas kematian suaminya dan memutuskan bunuh diri. Dia sangat dihormati oleh rakyat Joseon atas kesetiaannya pada sang suami.

- Pembantaian pertama pada penganut Katolik
Yeongjo adalah Raja Joseon pertama yang beraksi melawan aktivitas-aktivitas Katolik Roma di dalam negara. Pada abad ke-18, Katolik mulai mendapat pengikutnya terutama di propinsi Gangwon dan Hwanghae. Pada tahun 1758, Yeongjo secara resmi menganggap Katolik sebagai sebuah praktik yang jahat. Rakyat jelata dan kalangan terpelajar sangat menyambut baik ajaran Kristen karena agama Kristen mengajarkan dan menegaskan tentang kasih kepada Tuhan yang dibuktikan dengan mengasihi sesama manusia, juga anti-penindasan dan perbudakan karena ada Firman yang berbunyi bahwa "Semua manusia adalah orang-orang merdeka didalam Tuhan." Namun ajaran ini mendapat penolakan keras dari kaum Yangban yang berkuasa. Bukan karena ajaran kasih atau anti-penindasan tersebut, namun ajaran tentang kesetaraan adalah ajaran yang sangat tidak masuk akal dan sulit diterima oleh para kaum yangban yang berkuasa karena dapat mengancam posisi mereka dalam pergaulan sosial dan dalam pemerintahan.


- Skandal Raja & Skandal Putra Mahkota. 
Pada 1753, Raja Yeongjo menjalin hubungan dengan seorang wanita dari istana yang bermarga Mun, dan membuatnya hamil, dia pun diangkat menjadi selir. Sekitar waktu yang sama, Pangeran Sado melakukan hal yang sama dengan wanita istana lain, Yangiye. Sado mencoba untuk membuat Yangiye melakukan aborsi, karena ia takut reaksi ayahnya. Raja murka besar pada Sado. Yangiye melahirkan seorang putra, dan, segera setelah itu, dia melahirkan anak lain. Pada 1754, selir Raja melahirkan 2 putri. Saudara laki-laki selir Mun, Mun Söng-guk, mulai melaporkan rincian perilaku eksentrik Sado kepada Raja. Ini memperburuk hubungan antara ayah dan anak lebih jauh.


- Kematian Putra Mahkota Sado
Dari semua kisah dan prestasi di era Yeongjo, kisah keamtian putranya ini adalah yang paling terkenal. Putra Mahkota Sado (13 February 1735 – 12 July 1762) adalah putra raja Yeongjo dari selirnya, Lady Sönhui (1696-1764).  Dia memiliki penyakit mental dan selalu berbeda pendapat dengan ayahnya. Pada tanggal 4 Juli 1762, Sado dipanggil oleh Raja Yeongjo. Raja memerintahkan pegawai istana untuk mengambil kotak kayu yang berat, yang digunakan untuk menyimpan beras atau gandum. Sado dimasukkan ke dalamnya dan ditutup sangat erat. Di penjara yang sempit ini, Sado dibiarkan kelaparan. Setelah 8 hari, pada tanggal 12 Juli, Sado ditemukan mati. Ia dimakamkan di pemakaman kerajaan. Ia adalah salah satu dari beberapa Putra Mahkota Joseon yang tidak pernah naik takhta.


Setelah Raja Yeongjo wafat, dan putra pangeran Sado, Yi San, menjadi raja, sebagai Raja Jeongjo. Awal dari tahun pemerintahannya ditandai oleh intrik politik dan kecemasan para pejabat istana yang takut kalau-kalau Jeongjo akan membalas dendam pada mereka atas petisi yang diajukan mereka yang menyebabkan kematian ayahnya, Putra Mahkota Sado. Pada abad ke-19, salah satu keturunan Sado secara anumerta menghadiahi Pangeran Sado gelar kerajaan "Jeonjo". Selama abad ke-19, ada rumor bahwa Pangeran Sado tidak sakit mental, tetapi telah dijebak. Namun, rumor tersebut dibantah oleh istrinya, Lady Hyegyeong, di The Memoirs of Lady Hyegyeong. Kematian Sado tetap menjadi isu perdebatan mengenai apakah kematiannya adalah pembalasan bagi kesalahan yang sebenarnya atau jika dia adalah korban dari sebuah konspirasi oleh lawan-lawan politiknya.

Yeongjo dimakamkan di makam dinastik di Donggureung. Pada era nya, lahir Gang Jeong-il dang, Sarjana wanita Joseon; Hong Daeyong, Ahli astronomi yang disebut ‘Copernicus dari Joseon’; Yi Saju-dang, Penulis buku pendidikan pra-kelahiran pertama di dunia;Yu Deukgong ; pelukis ternama, Kang Dong Ho; Ahli beladiri ternama, Baek Dong Soo; dan Yu Suwon.

Ia dimakamkan bersama istri keduanya di makam kerajaan Wonneung (원릉) di kota Guri.

Raja Yeongjo memerintah Joseon dimasa yang saat George II masih memerintah Inggris. Yeongjo juga memerintah di-masa yang sama diakhir masa pemerintahan Raja Louis V sebagai Raja PrancisYeongjo juga memerintah sebagai raja Joseon ketika Yekaterina II yang Agung mulai memerintah sebagai kaisar Rusia. Yeongjo juga hidup dimasa yang sama ketika Kartasura terbagi menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (Kesultanan Yogyakarta). Yeongjo juga memerintah Joseon saat Spanyol diperintah oleh Raja Fernando VI dan Raja Carlos III.

Beberapa Aktor yang memerankan Raja Yeongjo


Era Yeongjo menjadi latar dalam film "The Grand Heist" (2012), yang dibintangi oleh Cha Tae-hyun, Oh Ji-oh, dan Song Joong-ki, dan merupakan raja dalam film "The Royal Tailor" yang dibintangi oleh Park Shin-hye, Go Soo, dan Yoo Yeon-seok. Kisah masa akhir pemerintahan Raja Yeongjo diceritakan dengan cukup detail dalam drama "Yi San". Drama atau film lainnya adalah "The Memoirs Of Lady Hyegyeong" (1988), dan "Warior Baek Dong Soo". Dia juga diceritakan dalam drama "Daebak" dan dalam drama "Dong Yi" saat dia masih menjadi pangeran, dan juga muncul di-episode terakhir saat dia telah menjadi raja. 


Kisah detail tentang Raja Yeongjo dan Pangeran Sado diceritakan dalam film "SADO" (dibintangi oleh Yoo Ah-in sebagai Pangeran Sado, Song Kang-ho sebagai Raja Yeongjo, dan Moon Geun-young sebagai istri pangeran Sado. Pangeran Sado juga menjadi tokoh utama dalam drama "Secret Door", yang bercerita tentang konspirasi para bangsawan yang berusaha menjatuhkannya dan pertikaiannya dengan ayahnya, Raja Yeongjo.



22. RAJA  JEONGJO 


Raja Jeongjo dalam lukisan kerajaan

Raja Jeongjo lahir dengan nama Yi-san pada tahun 1752. Ia mewarisi tahta kakeknya Raja Yeongjo pada tahun 1776. Ia adalah cicit dari Raja Sukjong. Sama seperti kakeknya, Raja Jeongjo, ia tidak mendapatkan nama kuil yang berakhiran ‘-jong’ karena nenek buyutnya (selir Choi) berasal dari rakyat jelata (bekas dayang pengangkat air di istana), juga ayahnya, Pangeran Sado adalah Putra Mahkota yang tidak pernah menjadi raja bahkan dieksekusi mati, sehingga dia memiliki gelar yang berbeda dari kakek buyutnya. Dalam Sejarah Joseon, Raja Jeongjo dikenal sebagai "raja yang visioner".

Ia merupakan putra dari Pangeran Sado, yang dihukum mati oleh ayahnya sendiri, Raja Yeongjo. Pengangkatannya sebagai putra mahkota dan penobatannya sebagai raja menimbulkan ketakutan yang luar biasa dari para penentang ayahnya. Lawan-lawan politiknya khawatir jika Jeongjo akan melakukan balas dendam atas kematian ayahnya.

Ia adalah seorang pemimpin dan visioner Joseon yang sukses, setara dengan Raja Sejong. Raja Jeongjo merupakan salah satu raja terbesar dari Joseon. Bersama dengan kakeknya, Raja Yeongjo, dan pendahulunya, Raja Gyeongjong, Jeongjo melanjutkan tongkat estafet era kemakmuran Joseon yang dimulai oleh kakek buyutnya, Raja Sukjong.

Raja Jeongjo hanya memiliki seorang ratu, yaitu Ratu Hyoui dari klan Cheongpung Kim, yang dinikahi Jeongjo pada 1762 saat Jeongjo masih seorang pangeran. Pernikahan mereka berlangsung lama namun Ratu Hyoui tidak memberikan keturunan pada Jeongjo. Sebagai gantinya, dia mengadopsi dua orang putra dari selir-selir Jeongjo. Ratu Hyoui meninggal pada tahun 1821 (21 tahun setelah Jeongjo wafat).

Jeongjo juga memiliki beberapa selir yaitu:
Selir Agung Istana Won-bin dari klan Pyeongsan Hong (Hong Won-bin). Beliau tidak memberikan Jeongjo keturunan. Dia meninggal setahun setelah diangkat menjadi selir agung istana.
Selir Agung Istana Hwa-bin dari klan Yun (Yun Hwa-bin). Beliau sempat mengandung namun mengalami keguguran.
Selir Agung Istana Ui-bin dari klan Seong (Seong Ui-bin) yang memberikan Jeongjo seorang pangeran pewaris yaitu Putra Mahkota Munhyo. Namun, Putra Mahkota Munhyo hanya mampu hidup hingga di usia 4 tahun. Selir Seong juga melahirkan seorang putri namun meninggal setelah dilahirkan. Selir yang malang ini akhirnya meninggal saat beliau mengandung.
Selir Agung Istana Su-bin dari klan Park (Park Su-bin) yang memberikan Jeongjo putra pewaris yaitu Pangeran Yi Gong (Raja Sunjo), dan juga seorang putri yang cerdas, yaitu Putri Sukseon (pencipta Kkakdugi).


Tokoh-tokoh sejarah Joseon yang terkenal pada jamannya adalah: 
Lady Hyegyeong
Ratu Jeongsun
Jeong Yak-yeong
Hong Pong-han
Putri Hwawan
- Hong Guk-yeong
- Baek Dong-soo
- Yi Seung-hyun
- Kim Hong-do


Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa pemerintahannya termasuk prestasi dan karya dari Raja Jeongjo adalah sebagai berikut: 

- Pendirian Kyungjagak (perpustakaan kerajaan), yang juga digunakan untuk merekrut orang-orang yang berbakat untuk ditempatkan sebagai pejabat-pejabat kerajaan, dengan tujuan untuk meningkatkan kebudayaan dan politik Joseon.

- Penghapusan sistem kelas pada setiap lini pemerintahan, termasuk penunjukkan pejabat tinggi kerajaan.

- Keputusan untuk melanjutkan kebijakan Tangpyeong dari Raja Yeongjo.

- Pemindahan istana ke kota Suwon, dengan tujuan agar dia lebih dekat dengan makam ayahnya.

- Pembangunan Benteng Hwaseong, yang bertujuan menjaga makam ayahnya, Pangeran Sado. Tanggung jawab pembangunan Benteng Hwaseong dipercayakan oleh raja kepada Jeong Yak-yeong, seorang sarjana Silhak penganut Katholik. Benteng Hwaseong kini menjadi salah satu dari Situs Warisan Dunia UNESCO.

- Kematian Putra Mahkota Munhyo, yang posisinya digantikan oleh putra keduanya, Pangeran Gong.

- Gereja Kristen didirikan untuk pertama kali pada tahun 1784 oleh Yi Seung-hun, yang dibaptis di China.


Ketika ia masih menjadi seorang Putra Mahkota, Raja Jeongjo bertemu dengan Hong Guk-yeong, seorang politisi yang kontroversial yang mulanya mendukung kenaikan tahta dan bekerja keras untuk meningkatkan kekuasaan raja namun akhirnya diusir karena kerakusannya akan kekuasaan. Jeongjo berusaha keras membersihkan nama ayahnya semasa pemerintahannya. Kehidupannya sangat sulit karena ayahnya dibunuh. Keputusan Raja Yeongjo untuk mengeksekusi Pangeran Sado dipengaruhi oleh para politisi penentang Pangeran Sado, hal ini membuat Jeongjo mendapat banyak masalah namun dapat teratasi dengan bantuan Hong Guk-yeong. Namun, Hong Guk-yeong lalu menjadi tinggi hati sehingga menjadi batu sandungan bagi raja. Ia akhirnya diturunkan dari jabatannya dan diusir dari istana. Dia lalu menjadi sangat menyesal karena menganggap dirinya sebagai seorang pengkhianat yang mengkhianati kepercayaan rajanya.

Jeongjo mencoba mengontrol seluruh politik negara dengan meng-akuisisi berbagai pusat kekuasaan untuk mencapai pertumbuhan nasional yang positif.

Jeongjo memiliki banyak dukungan dari banyak sarjana Silhak termasuk Jeong Yak-yong, Yu Deuk-gong, Park Ji-won dan Park Je-ga. Era Raja Jeongjo adalah masa pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan Joseon yang populer. Ia juga merupakan raja yang sangat toleran, karena berusaha menghentikan pembantaian umat Kristen, dan bahkan mengangkat Jang Yak-young yang merupakan penganut Katolik sebagai supervisor pembangangunan Benteng Hwaseong yang terkenal itu. Jaman Raja Jeongjo adalah tahun-tahun aktif dari pelukis ternama, Kim Hong-do. 

Ia menerima penghormatan dalam sejarah sebagai Raja yang inovatif. Namun prestasinya terhenti karena kematiannya yang mendadak. Ia tiba-tiba wafat pada tahun 1800 secara misterius, tanpa sempat menyaksikan impiannya yang diwujudkan oleh putranya, Sunjo. Sejak dahulu, ada banyak buku yang menceritakan tentang kematiannya yang misterius, bahkan hingga kini.

Ia dimakamkan bersama dengan istrinya di pemakaman kerajaan Geolleung (건릉) di kota Hwaseong.

Ibunya, Lady Hyegyeong, menulis sebuah biografi, The Memoirs of Lady Hyegyeong, menceritakan kehidupannya sebagai Putri Mahkota Joseon yang bernasib malang. Buku ini adalh sumber informasi sejarah yang berharga tentang kejadian politik selama masa pemerintahan Raja Yeongjo, Raja Jeongjo dan Raja Sunjo.

Raja Jeongjo memerintah Joseon dimasa yang saat George III memerintah Inggris. Jeongjo juga memerintah di-masa yang sama saat terjadi Revolusi Prancis yang menggulingkan monarki Prancis. Ia juga adalah Raja Joseon ketika Raja Louis VI dan Ratu Maria Antoinette dari Prancis dipenggal dengan menggunakan guilotine. Jeongjo juga memerintah sebagai raja Joseon ketika Paul I memerintah sebagai kaisar Rusia. Jeongjo juga hidup dimasa yang sama ketika Sri Sultan Hamengkubuwono II menjadi sultan Yogyakarta. Jeongjo memerintah Joseon saat Spanyol diperintah Raja Carlos IV. Ia juga adalah raja Joseon saat Raja Thaksin Yang Agung memerintah Thailand. Jeongjo juga merupakan Raja Joseon saat Amerika memproklamasikan kemerdekaannya dan menjadi negara Amerika Serikat dengan presiden pertama yaitu George Washington. Ia juga adalah raja Joseon dimasa-masa awal kehidupan Kapitan Pattimura dari Ambon. 



Beberapa Aktor yang memerankan Raja Jeongjo

Raja Jeongjo adalah tokoh raja dalam serial drama Sungkyunkwan Scandal. Dia juga adalah raja dalam drama "Painted In The Wind" (yang dibintangi oleh Moon Geun Young), dimana Raja Jeongjo diperankan dengan sangat baik oleh aktor Bae Su-bin. Film terkenal yang menggambarkan masa awal pemerintahaan Raja Jeongjo adalah "The Fatal Encounter" dimana Raja Jeongjo diperankan oleh aktor terkenal, Hyunbin, sedangkan serial drama yang menggambarkan sosok raja ini dengan detail dan sangat baik adalah serial "Yi San". Era nya juga menjadi latar dalam film "Detective K:Secret Of Virtuous Widow", yang dibintangi oleh aktor Kim Myung-min. Drama atau film lainnya adalah "Pa Mun" (1989), "Ambition" (1994), "Hong Guk Yong" (2001), dan "Warrior Baek Dong Soo" (2011). Jeongjo juga sempat muncul diakhir film "Sado" (diperankan oleh So Ji-sub).

Raja Jeongjo juga merupakan salah satu tokoh yang diceritakan dalam drama "Scholar Who Walks The Night", yaitu tokoh yang diperankan oleh Changmin (DBSK). Drama tersebut juga dibintangi oleh aktor Lee Joon-ki. Tokoh Raja Jeongjo juga diceritakan dalam komik "Vampire Of The East" karya Jo Joo-hee dan Han Seung-hee.






23. RAJA  SUNJO

Beliau lahir pada tahun 1790 dan memerintah pada tahun 1800 hingga 1834. Ia dilahirkan sebagai Pangeran Gong (Yi Gong), putra kedua Raja Jeongjo dengan selirnya, Lady Subin. Pada tahun 1800, ia naik tahta setelah kematian ayahnya, Raja Jeongjo. Karena ia baru berusia 11 tahun pada saat naik tahta, Ibu Suri Jeongsun, ratu kedua mendiang Raja Yeongjo, memerintah sebagai walinya. Raja Sunjo adalah raja Joseon terakhir yang tidak menggunakan nama kuil berakhiran ‘-jo’. 

Pada tahun 1802, ia menikahi Lady Kim dari Andong yang dikenal dengan nama anumertanya sebagai Ratu Sunwon, putri Kim Jo-sun yang merupakan pemimpin dari klan Andong-Kim.

Raja Sunjo hanya memiliki seorang ratu, yaitu Ratu Sunwon dari klan Andong Kim, yang dinikahi Jeongjo pada 1802. Ratu Sunwon berhasil memberikan Sunjo pangeran pewaris, yaitu Putra Mahkota Hyomyeong (ayah dari Raja Heonjong). Sayangnya, putra mahkota meninggal diusia yang sangat muda. Namun, Ratu Sunwon juga memberikan seorang putra (meninggal saat masih bayi), dan tiga orang putri, yaitu Putri Myeongon (1810-1832), Putri Bokon (1818-1828), dan Putri Deokon (1828-1844). Sunjo hanya memiliki seorang selir yaitu Selir Suk-ui dari klan Park (Park Suk-ui). Beliau memberikan Sunjo seorang putri, yaitu Putri Yeongon.


Tokoh-tokoh sejarah Joseon yang terkenal pada jamannya adalah: 
Lady Hyegyeong
Ratu Jeongsun
- Pastor Andrew Choi Taegoon
- Hong In-hong
- Hong Na-gim


Peristiwa dan prestasi dari jamannya adalah:

- Diciptakannya tarian resmi istana Korea (Hyangak Jeongjae) oleh Putra Mahkota Munjo pada tahun ke-28 dan ke-29 masa pemerintahan Raja Sunjo. Tarian ini adalah penyempurnaan dari tarian istana Cina (Dangak Jeongjae)

- Wafatnya Putra Mahkota Munjo (Pangeran Hyomyeon) pada 18 September 1809, di usia 21 tahun. Putra Mahkota menikahi Permaisuri Sinjeong (yang menjadi Ratu Jo, ibu suri dari Raja Heonjong dan juga Raja Cheoljong), istri dari Pangeran Munjo inilah yang kelak akan sangat berjasa menaikkan Gojong sebagai Maharaja Joseon. Putra mahkota Munjo adalah salah satu dari Para Putra Mahkota Joseon Tanpa Takhta.

- Penganiayaan terhadap Katolik tahun 1801, yang juga dikenal sebagai Penganiayaan Sinyu, merupakan sebuah penyiksaan masal penganut Katolik Korea yang diperintahkan oleh Janda Ratu Jeongsun (ratu dari Raja Yeongjo) pada masa pemerintahan Raja Sunjo dari Joseon pada tanggal 8 April, 1801 (hari ke-26 bulan lunar ke-2). Berbeda dengan Raja Jeongjo yang toleran, era Raja Sunjo melanjutkan kebijakan dari kakek buyutnya, Raja Yeongjo, untuk memberantas penganut Katolik. Banyak penganut Katolik dihukum mati, hal ini diperparah oleh "Insiden Hwang Sa-yeong". Pemimpin Gereja Hwang Sa-yeong menulis sepucuk surat yang merupakan sebuah kritik terhadap pemerintahan Joseon dan juga menganjurkan sebuah rencana untuk meminta sebuah kapal Barat untuk datang ke Korea dengan upaya untuk membantu umat Katolik yang dianiaya. Surat tersebut dicegat di dalam perjalanannya ke Beijing. Hal tersebut membangkitkan amarah pemerintahan dan membuat Hwang dieksekusi mati. Namun tidak seluruhnya umat Katolik dieksekusi. Sekitar 199 orang diasingkan, mereka diejek dan diawasi dengan ketat selama sisa hidup mereka.

Era Sunjo adalah era yang mengawali kekuasaan klan Andong-Kim di Joseon. 

Raja Sunjo memerintah Joseon dimasa yang saat George III digantikan oleh George IV sebagai raja Inggris dan saat William IV mulai memerintah Inggris. Sunjo juga memerintah di-masa yang sama saat Napoleon Bonaparte memimpin Prancis. Sunjo juga memerintah sebagai raja Joseon ketika Alexander I memerintah sebagai kaisar Rusia. Sunjo hidup dimasa yang sama ketika Perang Diponegoro berkecamuk di Jawa, dan saat H.W.Daendels menjadi Gubernur Jendral Hindia Belanda. Sunjo memerintah Joseon saat Spanyol diperintah oleh Dinasti Bonaparte. Namun, eranya juga merupakan era yang sama dengan era kejatuhan Napoleon Bonaparte di Eropa melalui kekalahannya di pertempuran Waterloo pada tahun 1815. Sunjo juga adalah raja Joseon ketika Kapitan Pattimura memimpin perjuangan melawan Belanda pada tahun 1817. Sunjo memerintah Joseon saat Hindia Belanda (Indonesia) berada dibawah mandat Inggris dibawah pimpinan Thomas Stanford Raffles yang lalu digantikan oleh Gubernur Jendral John Fendall. Sunjo adalah pemimpin Joseon saat Inggris mengambil alih Singapura dari Kesultanan Johor. Sunjo juga adalah raja Joseon saat Amerika Serikat dipimpin oleh Presiden Thomas Jefferson, dan juga masih memerintah Joseon saat Amerika Serikat dipimpin oleh presiden James Madison, presiden James Monroe, dan presiden James Quincy Adams.

Kisah tentang Raja Sunjo sempat diceritakan dalam serial drama "Sangdo" (Merchant Of Joseon). Tokohnya juga diceritakan dalam beberapa drama yang mengambil latar masa pemerintahan ayahnya, Raja Jeongjo yang termasyur.



Didahului oleh:

Artikel lain tentang Joseon:
Para Putra Mahkota Joseon Tanpa Takhta
Para Jendral Termasyur Dari Korea Kuno

Artikel lainnya tentang Sejarah Korea:


------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ARTIKEL INI DISUSUN DAN DITERBITKAN PERTAMA KALI
OLEH DELEIGEVEN MEDIA

SETIAP ARTIKEL YANG MEMILIKI ISI, SUSUNAN, DAN GAYA PENULISAN
YANG MIRIP DENGAN ARTIKEL INI MAKA ARTIKEL-ARTIKEL TERSEBUT
MENYADUR ARTIKEL INI.

DILARANG KERAS MEMPLAGIAT ARTIKEL INI!

CANTUMKAN LINK LENGKAP ARTIKEL INI DISETIAP KALIMAT YANG ANDA DISADUR DARI ARTIKEL INI. SESUAI UNDANG-UNDANG HAK CIPTA, JIKA MENYADUR/MENG-COPY MINIMAL SEPULUH KATA TANPA MENCANTUMKAN SUMBER DARI KALIMAT ITU (BERBEDA DARI PENCANTUMAN SUMBER DI CATATAN KAKI (FOOTNOTE) MAKA ITU ADALAH TINDAKAN PLAGIARISME.

JIKA ANDA MENYADUR SEBAGIAN BESAR ARTIKEL INI MAKA ANDA HARUS MENCANTUMKAN KALIMAT:
"ARTIKEL INI DISADUR DARI....(LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA",
ATAU:"SUMBER UTAMA DARI SEBAGIAN BESAR INFORMASI ARTIKEL INI DIAMBIL DARI (LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA"  
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Notes (Catatan):

*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)

*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account: @deleigevenhistory(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Copyrights Story: Deleigeven Media
Copyrights Picture: SBS, MBC, KBS, CJS Media, Showbox

Penyusun:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Desain : Deleigeven
Penerbit: Deleigeven Media

Daftar Pustaka:
- Jeong Yak-young, The Joseon Dynasty's Social Reformer; Lim Ji-young; Korea (magazine) Edisi Maret, 2011
- Chandeok Palace; Korea Tourist & Culture Department
- Korea Travel Guide; Korea Be Inspired
- Shaping Korea For 21st Century; Tariq Hussein
- Design Seoul Story
- Korea Food & Stories; Korea Tourist & Culture Department
- East Asia And 15th-19th Century Joseon; Kang Sung-ho; Sunchon National University
- Unexpected Treasures From Asia; National Library Of Australia; Edisi Juni 2011
- Joseon King's Personal Belief in Buddhism And Its Political Significance; Pu Nam Chul; Youngsan University
- Jongmyo (Royal Shrine): Iconography Of Korea; Han Eun-ri
- Joseon's Royal Heritage (500 Year of Splendor); Korea Essential No.7; Korea Foundation
- Marginalization Of Joseon Buddhism And Methods Of Research; Thomas Kim Sung-eun
- Verivication Of The Calender Days Of The Joseon Dynasty; Lee Ki-won, Ahn Young-sook, Min Byeong-hee; Journal Of Korean Astronomical Society; 2012
- Portrait Of The Joseon Dynasty; Journal Of Korean Art Vol.5; 2011


Sumber Website:
www.wikipedia.com
www.inisajamostory.blogspot.com
www.kbs.co.kr


Beberapa paragraf disadur dari:
www.wikipedia.com
http://madmonarchs.guusbeltman.nl


Sumber gambar:
wikipedia.com (foto lukisan resmi kerajaan)
dramafever.com
flicker.com
SBS
MBC
KBS

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------