Era ini mengawali era kemakmuran Joseon, namun Era merupakan masa-masa para rajanya berjuang keras untuk memulihkan Joseon dari kekacauan yang ditimbulkan oleh Yeonsan-gun dan Injo. Ada dua raja yang berperan besar pada masa pemulihan kerajaan ini yaitu Raja Hyojong dan Raja Hyonjong. Mereka berjuang keras untuk melanjutkan rekonstruksi Gwanghae-gun dan ide-ide reformasi dari Injong, Seonjo, dan Gwanghae-gun. Berbagai peraturan dibuat dan diterapkan, juga berbagai usaha dilakukan untuk mengembalikan otoritas kekuasaan. Buah kerja keras dari kedua raja ini lah yang berhasil mempersiapkan dan membentuk calon Raja Sukjong, yang berhasil memerintah dengan otoritas yang kuat serta menciptakan kemakmuran di era-nya, bahkan terus berlanjut hingga ke era putra-putranya, dan cicit-nya.
Berikut ini adalah riwayat dari para raja tersebut (urutan nomor disesuaikan dengan urutan raja tersebut sebagai raja Joseon):
17.RAJA HYOJONG
Raja Hyojong dilahirkan pada tanggal 3 Juli 1619 dengan nama Yi Ho sebagai putra kedua Raja Injo, ketika ayahnya masih menjadi seorang pangeran. Beliau memerintah dari tahun 1649-1659. Raja Hyojong dikenal dalam sejarah Joseon sebagai "raja pemimpi", karena beliau sangat terkenal dengan rencananya menyerang Dinasti Qing dan kampanye militer melawan Kerajaan Rusia (atas permintaan Dinasti Qing) yang saat itu terbilang mustahil. Rencananya untuk menyerang ke bagian utara tidak pernah dilakukan karena ia terlanjur wafat sebelum kampanye itu dimulai.
Pada tahun 1623, ketika fraksi Barat melancarkan kudeta yang menyingkirkan pemimpin pendahulu Gwanghae-gun dan memahkotai Injo, Hyojong dipanggil ke istana bersama dengan ayahnya dan diberikan gelar Bongrim-daegun (Pangeran Besar Bongrim) pada tahun 1626.
Ratu Hyojong bernama Ratu Inseon dari klan Deoksu Jang. Ratu Inseon memberikan Hyojong seorang putra dan enam orang putri, yaitu: Pangeran Yi Yeon (bakal raja Hyeonjong, ayah raja Sukjong), putri Sukshin, Putri Sukan, Putri Sukmyeong, Putri Sukhwi, Putri Sukjeong, dan Putri Sukgyeong. Hyojong juga hanya memiliki seorang selir, yaitu Selir Agung Istana An dari klan Gyeongju Lee, yang memberikan Hyeojong seorang putri yaitu Putri Suknyeong.
Pada tahun 1636, Manchu (Dinasti Qing) mengalahkan Joseon, dan Raja Injo bersumpah setia kepada Kaisar Qing (di Samjeondo, Kowtow) sebanyak delapan kali, dan menandatangani sebuah perjanjian, termasuk bahwa Manchu akan mengambil Putra Mahkota Sohyeon, putra tertua Injo, dan Hyojong ke Cina sebagai tawanan mereka. Kepindahan Hyojong dan kakaknya ke Tiongkok sebagai tawanan membuat Hyojong sangat dendam pada dinasti Qing. Selain itu juga, Hyojong harus kehilangan ibunya, Ratu Inyeol dimasa perang antara Joseon dan Manchu. Ibunya wafat pada tanggal 16 Januari 1636.
Pada masa modern, banyak orang mengira bahwa Hyojong adalah seorang pangeran yang iri hati pada kakaknya yang saat itu diangkat sebagai putra mahkota. Namun, hal itu sangat keliru karena hubungan Raja Hyojong dan kakaknya, Putra Mahkota Sohyeon justru sangat dekat. Mimpi-mimpinya yang besar itu justru dimulai bersam dengan sang kakak. Selama pengasingannya di China, Hyojong sering melindungi kakaknya dari ancaman Dinasti Qing. Huang Taiji dan pasukan Manchu saat itu masih berperang melawan Dinasti Ming, China dan juga berperang dengan Mongol dan Bangsa Muslim. Kaisar Qing kerapkali meminta Pangeran Sohyeon untuk pergi ke medan perang dan membantu pasukannya melawan musuh Manchu. Namun, Hyojong khawatir karena kakaknya adalah pewaris resmi tahta kerajaan Joseon. Hyojong lalu pergi berperang menggantikan abangnya, dan ia juga mengikuti Sohyeon untuk berperang melawan suku Uyghur dan bangsa Muslim di bagian garis depan.
Bersama dengan kakaknya, ia membuat kontak dengan bangsa Eropa ketika mereka berada di China. Melalui komunikasi dengan bangsa Eropa inilah Hyojong mempelajari bahwa Joseon perlu mengembangkan teknologi baru, sistem politik, kemampuan militer yang lebih kuat untuk menghadapi kekuatan asing. Pada masa-masa inilah ia memutuskan untuk membuat rencana besar melawan Bangsa Manchu sebagai aksi balas dendam kepada Dinasti Qing (Manchu) atas perang pada tahun 1636.
Pada tahun 1645, Putra Mahkota Sohyeon kembali ke Joseon seorang diri untuk membantu Raja Injo memerintah negara. Namun, ia kerapkali berseteru dengan Injo yang tidak menyukai pandangan terbuka Sohyeon tentang kebudayaan Eropa dan pandangan diplomatik Dinasti Qing. Tak lama kemudian ia ditemukan tewas di ruangan raja, dan segera dimakamkan dengan upacara pemakaman singkat. Injo juga mengeksekusi istri Sohyeon yang mencoba mencari penyebab kematian suaminya yang sebenarnya. Legenda mengatakan bahwa Injo membunuh putranya sendiri dengan botol tinta yang dibawa dari China.
Peristiwa tersebut membuat Hyojong diangkat menjadi putra mahkota yang baru, dan dipanggil balik ke Joseon. Ketika Raja Injo wafat pada tahun 1649, Hyojong mewarisi tahta dan menjadi raja ke-17 Joseon.
Setelah naik tahta, ia mulai mereformasi dan mengembangkan militer Korea. Pertama-tama ia menyingkirkan Kim Ja-jeom, yang korup dan memiliki kekuasaan yang melebihi raja itu sendiri. Kemudian, ia memanggil Song Si-yeol dan Kim Sang-heon ke istananya, yang mendukung perang melawan Dinasti Qing. Hyojong lalu merencanakan ekspansi militer besar-besaran. Ia juga membangun beberapa benteng perbatasan di sisi Sungai Yalu dimana Joseon dan Qing dibatasi oleh sebuah perbatasan itu. Ketika sekelompok pelaut Belanda termasuk Hendrick Hamel terkapung di Pulau Jeju, Hyojong memerintahkan mereka untuk membuat senapan untuk pasukan. Bangsa Korea akhirnya mampu membuat senapan untuk pertama kalinya setelah Perang 7 tahun.
Namun, Dinasti Qing terus berkembang dengan cepat berkembang ke barat setelah berhasil menguasai Ming pada tahun 1644. Kampanye tersebut tidak dapat dilakukan, karena Manchu mengasimilasi pasukan besar Ming ke dalam pasukan mereka sendiri. Militer Joseon, meskipun telah direformasi dan berkembang, tetap bukan tandingan dari gabungan pasukan Manchu dan Ming. Juga, Dinasti Qing mulai menganggap Joseon sebagai sahabat dan sekutu terdekatnya.
Kemampuan militer Joseon pertama kali dibuktikan pada tahun 1654, ketika Dinasti Qing meminta bantuan untuk membantu melawan Rusia. 150 penembak Joseon bersama dengan 3,000 orang Manchu bertemu dengan pasukan Rusia dalam perang di Hutong (yang sekarang Yilan), yang dimenangkan oleh pasukan sekutu Qing-Joseon. Empat tahun kemudian, pada tahun 1658, Hyojong mengirim pasukan sekali lagi untuk membantu Dinasti Qing melawan Rusia termasuk 260 penembak Joseon dan penembak kanon yang dipimpin oleh Shin Ryu menggabungkan pasukannya dengan Ninguta, Gubernur Militer Sarhuda. Pasukan gabungan itu berlayar menyusuri Hurka dan Sungai Sungari, dan bertemu dengan pasukan Rusia di bawah komando seorang dari Amur Cossack, Onufrij Stepanov, dekat air terjun Sungai Sungari sampai wilayah Amur, membunuh 270 pasukan Rusia dan mendorong mereka keluar dari wilayah Manchu. Perang melawan Rusia membuktikan bahwa reformasi Hyojong telah menstabilisasi pasukan Joseon, meskipun mereka tidak pernah beraksi lagi. Meskipun terlibat perang, Rusia dan Joseon tetap dalam hubungan baik. Kampanye di bagian Utara dikenal sebagai Naseon Jeongbeol (나선정벌), atau "Penekanan Rusia".
Selama pemerintahannya, banyak buku tentang bertani yang diterbitkan untuk mempromosikan pertanian, yang telah hancur selama Perang Tujuh Tahun. Hyojong juga melanjutkan rekonstruksi Gwanghae-gun; ia mengalami kesulitan dalam merestorasi ekonomi dan juga mengembangkan militer. Ia juga harus membuat lebih banyak koin dari metal yang dapat digunakan untuk membuat amunisi, tapi harus menyerah agar ia dapat membangun kembali kerajaannya. Hyojong juga berusaha menguatkan otoritas raja. Hyojong juga mengeksekusi mati salah satu selir ayahnya, selir Jo Gwi In (dieksekusi pada tanggal 24 Januari 1652). Ia stress berat dalam menghadapi berbagai problem dari dalam dan luar negeri, dan wafat pada usia yang relatif muda, 41 tahun pada tanggal 23 Juni 1659. Meskipun rencananya untuk menguasai bagian utara tidak pernah dilakukan, banyak orang yang menganggapnya sebagai pemimpin yang cedas dan berani yang mendedikasikan hidupnya untuk melayani negaranya.
Raja Hyojong memerintah Joseon dimasa yang sama ketika Inggris masih diperintah oleh Oliver Cromwell. Ia juga memerintah dimasa yang sama dengan pemerintahan Raja Louis IV Yang Agung dari Prancis. Hyojong juga memerintah sebagai raja Joseon ketika Alexis I menjadi czar Rusia. Hyojong juga hidup dimasa yang sama dengan ketika Amangkurat I dinobatkan sebagai Raja Mataram, dan ketika Joan Maetsuycker menjadi Gubernur Jendral V.O.C di Batavia. Ia juga adalah Raja Joseon ketika putra raja Raja Felipe masih menjabat Raja Portugal (dengan gelar Raja Felipe III) dan raja Spanyol (dengan gelar Felipe IV dari Aragon dan Felipe III dari Kastilia). Ia juga adalah raja Joseon saat Raja Prasat Thong memimpin Ayuthaya.
Aktor yang memerankan Raja Hyojong
Meskipun ia adalah raja namun pada masa sekarang, Raja Hyojong kalah populer dibandingkan dengan kakaknya, Pangeran Sohyeon padahal sang kakak tidak pernah menjadi raja Joseon dan merupakan satu dari
bebeberapa Putra Mahkota Joseon yang tidak pernah menjadi raja, namun Raja Hyojong sempat digambarkan secara singkat sebagai Pangeran Besar Bongrim di dalam drama Korea Chuno (2010), The Cruel Palace, dan Horse Doctor. Ia juga biasanya muncul dalam drama-drama yang menceritakan kakaknya, Pangeran Sohyeon
Tokoh Raja Hyojong juga sempat diceritakan dalam komik yang berjudul "Vampire from The East" karya Jo Joo-hee dan Han Seung-hee saat dia masih menjadi Pangeran Besar Bongrim.
18. RAJA HYEONJONG
Beliau lahir dengan nama Yi Yeon pada tanggal 15 Maret 1641 di Shenyang (ibukota Manchu sebelum dinasti Qing memindahkan ibukota ke Beijing) sebagai putra pertama Raja Hyojong , ketika ayahnya masih di Cina sebagai tawanan Dinasti Qing. Ia kembali ke Korea pada tahun 1645 bersama dengan ayahnya dan menjadi Putra Mahkota pada tahun 1651 dan memerintah tahun 1659 - 1674. Ia adalah ayah dari Raja Sukjong yang termasyur. Raja Hyeonjong dikenal sebagai salah seorang raja yang moderat dan bijak.
Ratu Hyeonjong hanya memiliki seorang ratu yang bernama Ratu Myeongseong dari klan Cheongpung Kim. Ratu Myeongseong memberikan Hyeonjong seorang putra dan tiga orang putri. Mereka adalah Putra Mahkota Myeongbo (bakal Raja Sukjong), Putri Myeongseon, Putri Myeonghye, dan Putri Myeongan.
Masa pemerintahannya diwarnai oleh konflik di antara fraksi-fraksi politik nasional dalam berbagai masalah, termasuk masalah pemakaman.
Ketika Raja Hyojong wafat pada tahun 1659, Hyeonjong menggantikan ayahnya sebagai pemimpin Dinasti Joseon. Masalah pertama pada masa pemerintahannya adalah tentang pemakaman raja pendahulunya; Fraksi Barat yang konservatif dan fraksi Selatan yang liberal, berdebat mengenai hal untuk berapa lama Ratu Jaeui, istri kedua Raja Injo, harus mengenakan pakaian berkabung sesuai dengan adat upacara pemakaman Konfusianisme. Fraksi Barat yang dipimpin oleh Song Si-yeol, menantang bahwa ia harus mengenakan pakaian berkabung itu hanya selama satu tahun, sebaliknya fraksi Selatan dan pemimpin mereka Heo Jeok menginginkan hal tersebut selama tiga tahun. Konflik ini meningkat karena tidak adanya catatan terdahulu mengenai syarat-syarat tentang pemakaman Konfusian ketika anak tiri laki-laki kedua yang mewarisi tahta kerajaan meninggal. Fraksi Barat ingin mengikuti adat untuk anak tiri laki-laki kedua, dan fraksi Selatan beranggapan Hyojong berhak atas pemakaman selama tiga tahun karena ia sebenarnya mewarisi darah kerajaan Raja Injo.
Keputusan akhir diserahkan oleh Raja muda Hyeonjong; Ia memilih untuk periode satu tahun, yang mana hal tersebut memberi angin kepada fraksi Barat sebagai fraksi utama. Namun, pada waktu yang sama, Hyeonjong tidak menyingkirkan Heo-jeok dari kantor Perdana Menteri, untuk menghindari fraksi Barat agar tidak ancaman politik bagi otoritas kerajaan. Pertikaian antara fraksi Selatan dan Barat tersebut sangat intensif dengan masalah pemakaman. Saat jatuhnya fraksi Utara Besar pada tahun 1623, fraksi Barat dan Selatan membentuk aliansi politik di bawah kepemimpinan Raja Hyojong, namun kedua belah pihak saling bermusuhan karena masalah pemakaman.
Hyeonjong mulanya menjaga keseimbangan dua fraksi dan menjanjikan mereka dengan periode satu tahun fraksi Barat dan mengangkat Heo Jeok dari fraksi Selatan sebagai Perdana Menteri, dan kedua fraksi tersebut kembali menjalin hubungan damai untuk sementara waktu. Namun pada tahun 1674, ketika Ratu Inseon, istri Hyojong dan ibu Hyeonjong, wafat, masalah pemakaman datang lagi; Fraksi Selatan ingin agar Ratu Jaeui mengenakan pakaian berkabung selama satu tahun tapi fraksi Barat memilih periode selama sembilan bulan. Kali ini Hyeonjong mendengar fraksi Selatan dan memilih metode mereka, membuat fraksi Selatan sebagai fraksi politik utama di atas fraksi Barat. Kontroversi pemakaman bahkan berlanjut setelah Hyeonjong wafat pada tahun 1674, dan hal ini diselesaikan oleh pewaris Hyeonjong, Raja Sukjong, yang melarang segala debat mengenai masalah itu. Kontroversi tersebut bahkan memengaruhi publikasi dari sejarah resmi di era Hyeonjong; pertama-tama sebagian besar di tulis oleh fraksi Selatan tapi kemudian direvisi oleh para sejarawan dari fraksi Barat.
Pada tahun 1666, saat pemerintahan Hyeonjong, Hendrick Hamel meninggalkan Korea dan kembali ke negara Belanda. Ia menulis sebuah buku tentang Dinasti Joseon dan pengalamannya di Korea selama 14 tahun, yang memperkenalkan sebuah kerajaan kecil kepada bangsa Eropa.
Hyeonjong tidak melanjutkan rencana ayahnya, Raja Hyojong, untuk menguasai bagian Utara, karena Joseon dan Dinasti Qing membangun sebuah hubungan persahabatan, dan juga Dinasti Qing terlalu besar untuk dikuasai oleh militer Dinasti Joseon yang kecil. Namun, Hyeonjong melanjutkan ekspansi militer Hyojong, dan rekonstruksi negara yang hancur dari perang 7 tahun dan dua invasi Manchu. Ia juga mendukung astronomi dan pencetakan. Hyojong melarang pernikahan antara kerabat dan pasangan yang memiliki nama keluarga yang sama.
Ia wafat tanggal 17 September 1674 di usia 33 tahun, dan digantikan oleh putranya yang termasyur, Raja Sukjong.
Raja Hyeonjong memerintah Joseon dimasa yang sama ketika Inggris kembali diperintah oleh wangsa Stuart dengan raja mereka, yaitu Charles II. Ia juga memerintah dimasa yang sama saat Raja Louis IV Yang Agung masih menjadi Raja Prancis. Hyeonjong juga memerintah sebagai raja Joseon ketika Alexis I masih menjadi czar Rusia. Hyeonjong juga hidup dimasa yang sama dengan masa pemerintahan Amangkurat I sebagai Raja Mataram, dan saat Sultan Hassanudin menjadi Raja Gowa. Ia juga adalah Raja Joseon ketika terjadi perang antara V.O.C dengan Kerajaan Gowa, dan juga ketika kota Makassar akhirnya ditaklukkan oleh V.O.C. Ia masih menjadi Raja Joseon ketika Raja Carlos II menjadi raja Spanyol, dan saat Alfonso IV menjadi raja Portugal. Ia juga memerintah Joseon disaat yang sama ketika Raja Narai Yang Agung memimpin Ayuthaya.
Aktor-aktor yang memerankan Raja Hyeonjong
Raja Hyeonjong tidak setenar putranya, namun ia biasanya muncul dalam film yang menceritakan putranya, Raja Sukjong. Ia muncul dalam drama Jang Ok-jung dan Horse Doctor.
Didahului oleh:
Artikel lainnya tentang Joseon:
Para Putra Mahkota Joseon Tanpa Takhta
Para Jendral Termasyur Dari Korea Kuno
Artikel lainnya tentang Sejarah Korea:
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ARTIKEL INI DISUSUN DAN DITERBITKAN PERTAMA KALI
OLEH DELEIGEVEN MEDIA
SETIAP ARTIKEL YANG MEMILIKI ISI, SUSUNAN, DAN GAYA PENULISAN
YANG MIRIP DENGAN ARTIKEL INI MAKA ARTIKEL-ARTIKEL TERSEBUT
MENYADUR ARTIKEL INI.
DILARANG KERAS MEMPLAGIAT ARTIKEL INI!
CANTUMKAN LINK LENGKAP ARTIKEL INI DISETIAP KALIMAT YANG ANDA DISADUR DARI ARTIKEL INI. SESUAI UNDANG-UNDANG HAK CIPTA, JIKA MENYADUR/MENG-COPY MINIMAL SEPULUH KATA TANPA MENCANTUMKAN SUMBER DARI KALIMAT ITU (BERBEDA DARI PENCANTUMAN SUMBER DI CATATAN KAKI (FOOTNOTE) MAKA ITU ADALAH TINDAKAN PLAGIARISME.
JIKA ANDA MENYADUR SEBAGIAN BESAR ARTIKEL INI MAKA ANDA HARUS MENCANTUMKAN KALIMAT:
"ARTIKEL INI DISADUR DARI....(LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA",
ATAU:"SUMBER UTAMA DARI SEBAGIAN BESAR INFORMASI ARTIKEL INI DIAMBIL DARI (LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA"
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Notes (Catatan):
*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)
*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account:
@deleigevenhistory(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Copyrights Story: Deleigeven Media
Copyrights Picture: SBS, MBC, KBS
Penyusun:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Desain : Deleigeven
Penerbit: Deleigeven Media
Daftar Pustaka:
- Hanok, Where Science Meets Art; Jung Dong-muk; Korea (magazine) Edisi Maret, 2011
- Chandeok Palace; Korea Tourist & Culture Department
- Korea Travel Guide; Korea Be Inspired
- Shaping Korea For 21st Century; Tariq Hussein
- Design Seoul Story
- Korea Food & Stories; Korea Tourist & Culture Department
- East Asia And 15th-19th Century Joseon; Kang Sung-ho; Sunchon National University
- Unexpected Treasures From Asia; National Library Of Australia; Edisi Juni 2011
- Joseon King's Personal Belief in Buddhism And Its Political Significance; Pu Nam Chul; Youngsan University
- Jongmyo (Royal Shrine): Iconography Of Korea; Han Eun-ri
- Joseon's Royal Heritage (500 Year of Splendor); Korea Essential No.7; Korea Foundation
- Marginalization Of Joseon Buddhism And Methods Of Research; Thomas Kim Sung-eun
- Verivication Of The Calender Days Of The Joseon Dynasti; Lee Ki-won, Ahn Young-sook, Min Byeong-hee; Journal Of Korean Astronomical Society; 2012
- Portrait Of The Joseon Dynasti; Journal Of Korean Art Vol.5; 2011
Sumber Website:
www.wikipedia.com
www.inisajomostory.blogspot.com
www.kbs.co.kr
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hallo ka mau tanya kalo cerita tabib heo im iti bener atau org tsb fiksi? Karena aku nyari cuma ada tentang heo jun
ReplyDeleteHallo Nabila, maaf ya baru dibalas. Semua komentar dan pertanyaan di blog ini pasti akan dibalas dan dicarikan jawabannya, hanya saja lama waktunya yang berbeda-beda.
DeleteMengenai tabib Heo Im, beliau adalah tokoh nyata. Wikipedia seharusnya ada tulisan tentang beliau. Di luar Korea beliau lebih dikenal dengan nama "IM HEO" atau "Tabib Im Ho".
Memang sih Heo Joon yang paling terkenal tapi pada masanya tabib Heo Im sangat terkenal. Beliau adalah salah satu master akupuntur dan ilmu pengobatan Tiongkok khususnya teknik moxibustion (bekam).
Heo Im dan Heo Jun sama-sama hidup dimasa pemerintahan Raja Seonjo, Gwanghae. Heo Jun lebih tua dari Heo Im sekitar 30 tahun. Heo Im lahir di Naju pada 1570 pada masa pemerintahan Seonjo, sedangkan Heo Jun lahir pada 1539 saat Raja Jungjong masih memerintah. Heo Im meninggal pada 1647 saat Raja Injo masih memerintah. Tahun aktif Heo Jun adalah pada masa pemerintahan Seonjo-Gwanghae, sedangkan tahun aktif Heo Im adalah pada akhir masa pemerintahan Seonjo hingga era Injo.
Demikian penjelasannya. Semoga membantu. Salam.
Hallo ka.. Saya mw tanya..td saya baca bahwa drama the legend of blue sea mrupakan latar dr pemerintahan raja seonjo..?
ReplyDeleteKak,apakah kelompok pyunsoo pada film ruler master of the mask benar" ada apa cuma fiksi?
ReplyDelete