DELEIGEVEN HISTORICULTURAM

HISTORY IS ONE OF THE BEST INFORMATION FOR OUR CURRENT & FUTURE

Translate

Saturday, 7 May 2016

RAJA-RAJA SILLA (PERIODE AWAL KEKUASAAN KLAN KIM)




Setelah kekuasaan klan Park, pemerintahan Kerajaan Silla dilanjutkan oleh klan Kim yang berasal dari keturunan Raja Michu. Selama masa pemerintahan para raja dari klan Park dan klan Seok, klan Kim merupakan kaum bangsawan yang melayani kerajaan sebagai birokrat atau sebagai pejabat militer. Berbeda dengan era klan Park dan Seok yang masih memiliki raja dari klan lain, pada era kekuasaan klan Kim para raja Silla, hampir tidak ada yang berasal dari klan lain selain klan Kim karena Raja Naemul telah menerapkan system pemerintahan monarki turun-temurun. Klan PArk baru bisa kembali menguasai Silla pada masa-masa akhir dinasti. Klan Kim juga adalah klan terlama yang memerintah Silla.

Era klan Kim adalah era dimana Silla mulai dikenal oleh dunia diluar Semenanjung Korea dan Negeri Wa. Era klan ini dipenuhi oleh berbagai intrik politik, pemberontakan, dan bahkan hingga kejatuhan Silla namun raja-raja Silla pada masa ini jugalah yang menjadi alasan utama mengapa Semenanjung Korea bisa bersatu. 

Inilah nama raja-raja yang memerintah pada masa-masa awal kerajaan yang dijuluki “kerajaan seribu tahun” ini (nomor urut para raja disesuaikan dengan urutan raja-raja itu berkuasa sebagai raja Silla):



17. Raja Naemul

Raja Naemul adalah raja ketujuh-belas Silla. Raja Naemul memerintah Silla selama 46 tahun, yaitu dari tahun 356 masehi hingga tahun 402 masehi sehingga membuatnya menjadi salah-satu raja Silla dengan masa pemerintahan terlama. Meskipun dalam Samguk Sagi, Raja Naemul masih tercatat menggunakan gelar “Isageum”, namun Raja Naemul adalah raja pertama Silla dalam catatan Samguk Yusa dan semua catatan kuno yang menggunakan gelar “Maripgan” sebagai gelar raja. Kata “Maripgan” berasal dari kata yang sama dengan “Gan” atau “Khan” yang digunakan oleh bangsa Turkik dan Mongol, yang menunjukkan bahwa tata bahasa Korea kuno memiliki akar yang sama dengan bangsa-bangsa dari Asia Barat yang berasal dari Siberia. Pada era-nya, Silla masih dikenal dengan nama “Kerajaan Gyerim” atau “Negeri Saro” walaupun pendahulunya, Raja Girim telah memberikan nama “Silla” pada kerajaan itu. 

Raja Naemul bukanlah keturunan raja. Samguk Yusa mencatat bahwa Raja Naemul adalah putra dari Jenderal Kim Daeseoji. Kim Daeseoji adik dari Raja Michu. Artinya, Raja Naemul adalah keponakan dari Raja Michu. Raja Naemul lalu menikahi sepupunya sendiri yang bernama Putri Boban. Putri Boban adalah putri Raja Michu, sehingga Raja Naemul selain merupakan keponakan Raja Michu juga adalah menantu sang raja. Melihat lamanya dia memerintah, kemungkinan besar dia naik tahta diusia yang cukup muda dibandingkan raja-raja Silla sebelumnya (sekitar 20-an). Kemungkinan dia diangkat sebagai raja Silla karena dia merupakan kandidat yang paling tua saat itu sehingga saat Raja Heulhae wafat dan para keturunan raja lainnya masih berusia belia, Naemul lalu dinobatkan sebagai raja. Saat itu, keputusan pengangkatan raja melibatkan dewan istana karena Silla masih belum menerapkan sistem monarki turun-temurun. Dewan istana dan raja terdahulu lebih mendahulukan para kandidat yang paling matang dan paling dewasa diantara seluruh keturunan raja lainnya. Baru pada masa pemerintahan Raja Naemul, system pemerintahan monarki turun-temurun diterapkan sehingga membuat Silla diperintah oleh klan Kim hingga kerajaan itu runtuh.

Raja Naemul merupakan raja Silla pertama yang namanya tercatat dalam catatan sejarah Tiongkok. Raja Naemul adalah raja yang cinta damai. Dia menjalin persahabatan dengan Kerajaan Goguryeo dan Jepang. Namun, semuanya harus dibayar dengan harga yang mahal karena dia harus mengirimkan putranya dan juga adiknya sebagai tawanan. 

Peristiwa-peristiwa terkenal yang terjadi pada masa pemerintahan Raja Naemul adalah: 
- Tercapainya perdamaian dengan Kerajaan Baekje.
- Silla diserbu oleh Kerajaan Yamato (nama lain dari negeri Wa) pada tahun 364 saat Jepang dipimpin ole Kaisar Nintoku.
- Raja Naemul mengirimkan utusan ke istana Dinasti Jin (Tiongkok) pada tahun 381.
- Silla diserbu oleh bangsa Magal.
- Pengesahan undang-undang kerajaan yang menjadikan sistem monarki turun-temurun menjadi sistem monarki resmi Kerajaan Silla.
- Kaisar Jepang mengirim utusan ke Silla sebagai tanda persahabatan pada tahun 391.
- Raja Naemul mengirimkan putranya yang bernama Pangeran Misaheun bersama dengan seorang menteri istana yang bernama Park Saram ke istana Jepang pada tahun 391 atas permintaan kaisar Jepang sebagai tanda persahabatan.
- Raja Naemul mengirimkan adiknya ke istana Kerajaan Goguryeo pada tahun 392 atas permintaan raja Goguryeo sebagai tanda persahabatan. Adiknya ini baru kembali ke Silla pada tahun 401 dan menggantikan Naemul sebagai raja Silla dengan nama Raja Silseong.
- Kembalinya adik Raja Naemul (calon Raja Silseong) ke Silla pada tahun 401 sebagai calon pewaris karena Raja Naemul telah tua dan sakit-sakitan.

Tokoh-tokoh dalam sejarah Korea yang hidup pada masa pemerintahan Raja Naemul adalah:
- Park Saram, seorang menteri istana Silla. Beliau ditunjuk oleh Raja Naemul sebagai pendamping Pangeran Misaheun selama putra raja itu berada di Jepang.
- Park Jesang, seorang menteri istana Silla. Beliau adalah orang yang membawa kembali Pangeran Mihae/Pangeran Misaheun dan Pangeran Bokho (putra Raja Naemul) dari Goguryeo dan Jepang pada masa pemerintahan Raja Nulji.
- Pangeran Misaheun/Pangeran Mihae, putra Raja Naemul dan adik Raja Nulji. Beliau dikirim oleh ayahnya untuk mengunjungi istana Jepang sebagai tanda persahabatan Silla dan Jepang. Saat itu, Pangeran Misaheun masih berusia 10 tahun. Setibanya di Jepang, kaisar Jepang menganggap Pangeran Misaheun sebagai tawanan yang merupakan jaminan agar Silla tidak menyerang Jepang. Pangeran Misaheun tidak diijinkan untuk kembali ke Silla dan tinggal di Jepang selama 31 tahun. 

Raja Naemul wafat pada tahun 402 masehi setelah memerintah Silla selama 46 tahun. Raja Naemul digantikan oleh adiknya, Raja Silseong yang menjadi raja pengganti karena putra mahkota (calon Raja Nulji) masih kecil.



18. Raja Silseong

Raja Silseong adalah raja kedelapan-belas Silla. Raja Silseong memerintah Silla selama 15 tahun, yaitu dari tahun 402 masehi hingga tahun 417 masehi. Dalam Samguk Sagi, Raja Silseong tercatat menggunakan gelar “Isageum”, namun dalam catatan Samguk Yusa ia diberi gelar “Maripgan”. Pada era-nya, Silla masih dikenal dengan nama “Kerajaan Gyerim” atau “Negeri Saro” walaupun pendahulunya, Raja Girim telah memberikan nama “Silla” pada kerajaan itu. 

Raja Silseong adalah adik Raja Naemul dan keponakan dari Raja Michu. Saat dia baru berusia 10 tahun (tahun 392 M), Silseong dikirim ke Goguryeo sebagai seorang tawanan. Dia baru kembali ke Silla pada tahun 401 M, artinya dia tinggal di Goguryeo selama 9 tahun. Usia Silseong terpaut jauh dari kakaknya, Naemul. Silseong kembali ke Silla saat dia berusia 19 tahun, sedangkan catatan sejarah menyebutkan bahwa ia kembali karena kakaknya telah tua. Merujuk dari hal ini, maka artinya Silseong naik tahta pada usia 20 tahun sehingga kemungkinan tahun lahirnya adalah 381 M atau 382 M, yaitu di tahun ke-25 atau ke-26 pemerintahan kakaknya, Raja Naemul sehingga ada kemungkinan Silseong dan Naemul adalah kakak-adik yang berbeda ibu. Meskipun saat itu Naemul telah memberlakukan sistem monarki turun-temurun, namun saat Naemul meninggal, anak-anaknya masih sangat kecil sehingga dewan istana kembali dilibatkan dalam menentukan pengganti raja. Dewan istana dan raja terdahulu lebih mendahulukan para kandidat yang paling matang dan paling dewasa diantara seluruh keturunan raja lainnya, sehingga dibandingkan anak-anak Naemul yang masih kecil, dewan istana memilih Silseong yang telah berusia dewasa, namun setelah anak-anak Naemul dewasa Silseong harus mengembalikan tahta pada putra Naemul.

Peristiwa-peristiwa terkenal yang terjadi pada masa pemerintahan Raja Silseong adalah: 
- Pengukuhan perdamaian dengan Kerajaan Yamato (Jepang)
- Pengukuhan perdamaian dengan Kerajaan Goguryeo
- Pangeran Bokho (putra Raja Naemul) dan seorang menteri istana bernama Kim Mual dikirim ke istana Goguryeo atas permintaan Raja Changsu sebagai tanda persahabatan.
- Upaya pembunuhan terhadap putra mahkota (calon raja Nulji) oleh Raja Silseong.


Tokoh-tokoh dalam sejarah Korea yang hidup pada masa pemerintahan Raja Silseong adalah:
- Kim Mual, seorang menteri istana Silla. Beliau adalah pendamping Pangeran Bokho selama keponakan raja itu berada di Goguryeo.
- Park Jesang, seorang menteri istana Silla. Beliau adalah orang yang membawa kembali Pangeran Mihae/Pangeran Misaheun dan Pangeran Bokho (putra Raja Naemul) dari Goguryeo dan Jepang pada masa pemerintahan Raja Nulji.
- Pangeran Misaheun/Pangeran Mihae, putra Raja Naemul dan adik Raja Nulji. Beliau dikirim oleh ayahnya untuk mengunjungi istana Jepang sebagai tanda persahabatan Silla dan Jepang. Saat itu, Pangeran Misaheun masih berusia 10 tahun. Setibanya di Jepang, kaisar Jepang menganggap Pangeran Misaheun sebagai tawanan yang merupakan jaminan bagi Silla untuk tidak menyerang Jepang. Pangeran Misaheun tidak diijinkan untuk kembali ke Silla dan tinggal di Jepang selama 31 tahun.
- Pangeran Bokho, putra Raja Naemul dan adik Raja Nulji. Beliau dikirim oleh Silseong tawanan ke Kerajaan Goguryeo yang merupakan jaminan agar Silla tidak menyerang Goguryeo.

Raja Silseong selalu membenci kakaknya, Raja Naemul karena sang kakak mengirimnya sebagai tawanan ke Goguryeo. Sebagai aksi balasan, Silseong juga mengirimkan keponakannya (putra Raja Naemul) sebagai tawanan menggantikan dirinya ke kerajaan Goguryeo. Silseong melanjutkan aksi balas-dendamnya dengan mengincar putra mahkota, calon raja Nulji yang akan menggantikan Silseong saat sang pangeran sudah cukup umur. Padahal, Nulji adalah keponakannya sekaligus menantunya. Silseong lalu mengadakan percobaan pembunuhan pada bakal raja Nulji namun gagal. Nulji yang mendapatkan mendapatkan bantuan dari Goguryeo berhasil melakukan perlawanan. Silseong justru tewas ditangan Nulji.

Silseong wafat pada tahun 417 masehi setelah memerintah Silla selama 15 tahun. Beliau digantikan oleh keponakannya, Raja Nulji.




19. RAJA NULJI

Raja Nulji adalah raja kesembilan-belas Silla. Raja Nulji memerintah Silla selama 41 tahun, yaitu dari tahun 417 masehi hingga tahun 458 masehi. Dalam Samguk Sagi, Raja Nulji menggunakan gelar “Maripgan”. Pada era-nya, Silla masih dikenal dengan nama “Kerajaan Gyerim” atau “Negeri Saro” walaupun pendahulunya, Raja Girim telah memberikan nama “Silla” pada kerajaan itu. 

Raja Nulji adalah putra Raja Naemul dengan Lady Boban, juga cucu dari Raja Michu. Itu artinya, dia adalah keponakan Raja Silseong. Nulji lalu menikahi sepupunya senidiri, putri dari Raja Silseong.

Saat ayahnya wafat, Nulji masih sangat muda sehingga pamannya-lah yang diangkat menjadi raja. Meskipun ayahnya, Raja Naemul telah memberlakukan sistem monarki turun-temurun, namun saat Naemul meninggal, anak-anaknya masih sangat kecil sehingga dewan istana kembali dilibatkan dalam menentukan pengganti raja. Dewan istana dan raja terdahulu lebih mendahulukan para kandidat yang paling matang dan paling dewasa diantara seluruh keturunan raja lainnya, sehingga dibandingkan anak-anak Naemul yang masih kecil, dewan istana memilih Silseong yang telah berusia dewasa, dan setelah anak-anak Naemul dewasa Silseong harus mengembalikan tahta pada putra Naemul. Akan tetapi, rupanya sang paman memiliki dendam pada raja Naemul karena mengirimnya sebagai tawanan ke Kerajaan Goguryeo. Dendamnya inilah yang membuat Raja Silseong lalu menyerahkan adik-adik Nulji sebagai tawanan ke Kerajaan Goguryeo dan Kerajaan Yamato (Jepang). Tidak cukup sampai disitu, Raja Silseong juga berusaha membunuh Nulji. Namun, usaha Silseong tidak berhasil. Malahan, Nulji yang dibantu oleh mata-mata dari Kerajaan Goguryeo berhasil membunuh Raja Silseong. Kematian Silseong membuat Nulji, yang memang bangsawan yang paling berhak atas tahta Silla diangkat sebagai raja Silla. 

Peristiwa-peristiwa terkenal yang terjadi pada masa pemerintahan Raja Nulji adalah: 
- Raja mengirim Park Jesang ke Goguryeo pada tahun 418 M untuk membebaskan adik raja, Pangeran Bokho dan berhasil.
- Raja mengirim Park Jesang ke Jepang pada tahun 418 M untuk membebaskan adik raja, Pangeran Misaheun dan berhasil.
- Silla memperbaharui hubungan diplomatik dengan Goguryeo pada tahun 424 M sebagai upaya untuk membebaskan diri dari dominasi Kerajaan Goguryeo.
- Silla menjalin aliansi militer dengan Raja Biyu dari Kerajaan Baekje pada tahun 433 M untuk mengantisipasi ancaman Kerajaan Goguryeo.
- Kerajaan Baekje mengirim duta-besar ke Silla pada tahun 433 M dan 434 M.
- Sistem suksesi patrilineal disahkan oleh Raja Nulji. 


Tokoh-tokoh dalam sejarah Korea yang hidup pada masa pemerintahan Raja Nulji adalah:

- Park Jesang, seorang menteri istana Silla. Beliau adalah orang yang membawa kembali Pangeran Mihae/Pangeran Misaheun dan Pangeran Bokho (putra Raja Naemul) dari Goguryeo dan Jepang pada masa pemerintahan Raja Nulji. Beliau adalah seorang loyalis Silla yang paling terkenal dalam sejarah Korea, dan jga merupakan seorang negosiator ulung. Beliau secara sukarela menawarkan diri untuk pergi ke Goguryeo dan ke Jepang untuk membebaskan adik-adik raja. Dengan cerdik, beliau berhasil mengelabui Raja Goguryeo sehingga Pangeran Bokho diijinkan meninggalkan Goguryeo. Park Jesang lalu menuju Jepang untuk membebaskan Pangeran Misaheun. Park Jesang menipu kaisar Jepang dengan mengatakan bahwa dia adalah bangsawan Silla yang ayahnya dibunuh oleh raja Nulji. Pangeran Misaheun berhasil kabur tapi Park Jesang tertangkap oleh tentara Jepang. Kaisar Jepang terkesan dengan loyalitas Park Jesang yang ditunjukkan dengan semua upayanya bagi sang pangeran. Kaisar lalu menawarkan pada Park Jesang agar melayani kaisar di istana. Namun, Park Jesang menolak dengan alasan dia tidak dapat mengkhianati Silla. Kaisar yang marah pada penolakan Park Jesang lalu memerintahkan agar bangsawan Silla itu dihukum mati. Park Jesang pun meninggal di Jepang. Istri dan putrid-putrinya yang ditinggalkan di Silla selalu menunggu Park Jesang sembari menatap kearah Jepang tiap hari hingga mereka wafat.

- Pangeran Misaheun/Pangeran Mihae, putra Raja Naemul dan adik Raja Nulji. Beliau dikirim oleh ayahnya untuk mengunjungi istana Jepang sebagai tanda persahabatan Silla dan Jepang. Saat itu, Pangeran Misaheun masih berusia 10 tahun. Setibanya di Jepang, kaisar Jepang menganggap Pangeran Misaheun sebagai tawanan yang merupakan jaminan bagi Silla untuk tidak menyerang Jepang. Pangeran Misaheun tidak diijinkan untuk kembali ke Silla dan tinggal di Jepang selama 31 tahun.

- Pangeran Bokho/Pangeran Pohae, putra Raja Naemul dan adik Raja Nulji. Beliau dikirim oleh Raja Silseong sebagai tawanan ke Kerajaan Goguryeo yang merupakan jaminan agar Silla tidak menyerang Goguryeo. Di Goguryeo, dia sangat disukai oleh rakyat dan banyak bangsawan Goguryeo karena keramahan dan kebaikan hatinya. Dia hampir putus asa karena tidak bisa kembali ke Silla, hingga pada tahun 433 M, Park Jesang datang ke Goguryeo dan menemui raja Goguryeo. Beliau melobi raja agar Pangeran Bokho dapat diijinkan pulang ke Silla. Raja menolak namun tetap menyambut Park Jesang dengan baik. Park Jesang lalu merancang strategi agar raja bisa mengijinkan Pangeran Bokho pulang ke Silla. Beliau melakukan taruhan dengan raja Goguryeo, dan dalam taruhan itu raja Goguryeo kalah. Park Jesang lalu meminta raja Goguryeo untuk member imbalan dengan mengijinkannya menemui Pangeran Bokho dan mengajak sang pangeran ke Silla. Raja mengijinkannya tapi mereka berdua harus menghadap raja sebelum berangkat ke Silla. Setelah menemui Pangeran Bokho, Park Jesang lalu menceritakan rencana pelarian mereka. Pangeran Bokho diminta untuk tidak mengahdiri semua pertemuan dengan raja dengan alasan sakit. Pangeran pun menurutinya, dan tanpa diketahui oleh raja mereka lalu melarikan diri dari Goguryeo. Raja mulai curiga atas ketidak-hadiran sang pangeran. Tak berapa-lama, trik Park Jesang saat menang melawan raja terbongkar. Raja yang murka lalu mengirimkan pasukan ke tempat Park Jesang dan akhirnya beliau mengetahui bahwa pangeran dan Park Jesang telah melarikan diri. Pasukan Goguryeo diperintahkan mengejar mereka dan berhasil mendekati mereka di Kaesong. Tapi, komandan prajurit Goguryeo yang mengejar itu mengenal Pangeran Bokho, demikian juga dengan beberapa prajurit yang mengejarnya. Mereka juga memperoleh kenyataan bahwa pelarian Pangeran Bokho juga dibantu oleh rakyat Goguryeo. Komandan itu lalu membiarkan Pangeran Bokho pergi dengan memerintahkan prajuritnya menembak panah secara asal-asalan. Park Jesang dan Pangeran Bokho-pun lolos dan berhasil tiba di istana Silla. 


Raja Nulji dianggap sebagai salah-satu raja yang hebat sepanjang sejarah Silla. Dia dianggap sebagai seorang raja, putra, dan kakak yang baik. Nulji juga dipuji oleh sejarawan karena dianggap berhasil melaksanakan wasiat ayahnya dan memperkuat martabat Kerajaan Silla.

Nulji wafat pada tahun 458 M setelah memerintah Silla selama 41 tahun. Beliau digantikan oleh putranya, Raja Jabi.






20. RAJA JABI

Raja Jabi adalah raja ke-20 Silla. Raja Jabi memerintah Silla selama 21 tahun, yaitu dari tahun 458 masehi hingga tahun 479 masehi. Dalam Samguk Sagi, Raja Soji masih menggunakan gelar “Maripgan”. Pada era-nya, Silla masih dikenal dengan nama “Kerajaan Gyerim” atau “Negeri Saro” walaupun pendahulunya, Raja Girim telah memberikan nama “Silla” pada kerajaan itu. 

Raja Jabi adalah putra tertua Raja Nulji, sedangkan ibunya adalah putri dari Raja Silseong, artinya Jabi adalah cucu dari Raja Nulji dan Raja Silseong. Nulji lalu menikahi sepupunya sendiri, putri dari Pangeran Misaheun.

Ayahnya, Raja Nulji konsisten menerapkan sistem monarki patrilineal turun-temurun sehingga Nulji menunjuk Jabi sebagai putra mahkota.

Peristiwa-peristiwa terkenal yang terjadi pada masa pemerintahan Raja Jabi adalah

- Tahun 474, Raja Jabi mengirimkan pasukan untuk membantu Raja Gaero dari Kerajaan Baekje yang diserang terus-menerus oleh Kerajaan Goguryeo. Hal ini merupakan awal dari jalinan persahabatan antara Silla dengan Baekje yang terjalin selama ratusan tahun.

- Pembangunan benteng didekat Sungai Nakdong pada tahun 474 untuk menjaga desa-desa diwilayah perbatasan dari serbuan Kerajaan Goguryeo.

- Tahun 475, Raja Jabi mengirimkan 10.000 tentara untuk membantu Raja Gaero dari Kerajaan Baekje yang melakukan serangan balasan ke Kerajaan Goguryeo dengan mengirimkan 30.000 tentara. Namun, bantuan dari Silla terlambat karena Raja Gaero dibunuh di benteng di Gunung Acha oleh dua orang pengkhianat dari Baekje yang membelot ke Goguryeo. Ibukota Baeje pun berhasil direbut oleh Kerajaan Goguryeo sehingga Kerajaan Baekje memindahkan ibukotanya di Sabi.

- Kerajaan Silla dan Kerajaan Baekje mempererat persahabatan melalui pernikahan Raja Dongseong dari Baekje dengan putri seorang bangsawan tinggi di Silla.

- Silla memperbaharui hubungan diplomatik dengan Goguryeo pada tahun 424 M sebagai upaya untuk membebaskan diri dari dominasi Kerajaan Goguryeo.

- Silla menjalin aliansi militer dengan Raja Biyu dari Kerajaan Baekje pada tahun 433 M untuk mengantisipasi ancaman Kerajaan Goguryeo.

- Kerajaan Baekje mengirim duta-besar ke Silla pada tahun 433 M dan 434 M.



Raja Jabi memang bukanlah salah-satu raja terbesar sepanjang sejarah Silla namun dia adalah raja yang mempelopori hubungan bilateral yang baik antara Silla dan kerajaan-kerajaan lain sehingga membuat Silla aman untuk sementara waktu dan memiliki cukup waktu untuk membangun negerinya dan memperkuat angkatan perang mereka.

Raja Jabi wafat di akhir tahun 479 M setelah memerintah Silla selama 21 tahun. Beliau digantikan oleh putranya, Raja Soji.






21. RAJA SOJI

Raja Soji adalah raja ke-21 Silla. Raja Soji memerintah Silla selama 21 tahun, yaitu dari tahun 479 masehi hingga tahun 500 masehi. Dalam Samguk Sagi, Raja Soji masih menggunakan gelar “Maripgan”. Pada era-nya, Silla masih dikenal dengan nama “Kerajaan Gyerim” atau “Negeri Saro” walaupun pendahulunya, Raja Girim telah memberikan nama “Silla” pada kerajaan itu. 

Raja Soji adalah putra Raja Jabi, dan cicit dari Raja Silseong dari pihak ibu dan Raja Nulji dari pihak ayah. Ayahnya, Raja Jabi mengikuti jejak kakeknya yang konsisten menerapkan sistem monarki patrilineal turun-temurun sehingga Soji ditunjuk sebagai putra mahkota.

Raja Soji memang bukanlah salah-satu raja terbesar sepanjang sejarah Silla namun dia adalah raja yang mampu membina hubungan bilateral yang baik antara Silla dan kerajaan-kerajaan lain sehingga membuat Silla aman untuk sementara waktu dan memiliki cukup waktu untuk membangun negerinya dan memperkuat angkatan perang mereka.

Raja Soji wafat di akhir tahun 500 M setelah memerintah Silla selama 21 tahun. Beliau digantikan oleh paman sekaligus sepupunya, Raja Jijeung.





22. RAJA JIJEUNG

Raja Jijeung adalah raja ke-22 Silla. Raja Jijeung memerintah Silla selama 14 tahun, yaitu sejak awal tahun 500 masehi hingga tahun 514 masehi. Raja Jijeung adalah terakhir Silla yang sempat menyandang gelar “Maripgan” karena dia adalah raja Silla pertama yang menggunakan gelar “Wang”. Dia juga adalah raja Silla yang mengukuhkan nama “Kerajaan Silla” sebagai nama resmi kerajaan yang kemudian terus digunakan oleh penerus-penerusnya. 

Raja Jijeung adalah keponakan sekaligus sepupu Raja Jabi, sehingga dia menjadi paman sekaligus sepupu dari raja terdahulu, Raja Soji. Dia adalah cicit dari Raja Naemul dan cucu dari Raja Nulji. Ayah Jijeung adalah putra dari Kim Seup-bo (putra dari Pangeran Bokho, salah-satu putra Raja Naemul). Artinya Jijeung adalah cicit Raja Naemul dari garis ayahnya. Sedangkan, ibunya adalah Putri Josaeng, anak perempuan dari Raja Nulji, sehingga Jijeung terhitung sebagai cucu dari Raja Nulji dari garis ibunya. Kemungkinan Jijeung bisa naik tahta karena pendahulunya, Raja Soji, tidak memiliki keturunan laki-laki.

Tokoh-tokoh dalam sejarah Korea yang hidup pada masa pemerintahan Raja Jijeung adalah:

- Kim Isabu, salah seorang jenderal dan politisi Silla. Kim Isabu berhasil mencapai posisi tinggi di militer Silla. Raja Jijeung mengangkatnya sebagai gubernur provinsi Siljik (daerah Samcheok sekarang) dan juga provinsi Aseulla (daerah Gangwon sekarang). Dia adalah jenderal Silla pertama yang menaklukkan kerajaan Usan-guk (termasuk pulau Dokdo). Kim Isabu dikenang sebagai salah satu peletak dasar unifikasi Silla.


Peristiwa-peristiwa terkenal yang terjadi pada masa pemerintahan Raja Jijeung adalah

- Melakukan reformasi hukum pada tahun 502 M

- Pada tahun 502 M, raja mengesahkan hukum mengenai budak dan pelayan dimana para pelayan diijinkan untuk dikubur didekat makam tuannya

- Pada tahun 503 M, raja mengesahkan nama “Silla” sebagai nama kerajaan secara hukum (yang ditulis dalam beberapa bentuk aksara China) dan menggunakan nama tersebut sebagai jati-diri kerajaan dan mulai menggunakan nama Silla secara sah disemua catatan-catatan dan laporan administratif kerajaan, dalam melakukan hubungan dagang diluar-negeri, serta dalam perjanjian bilateral dengan negara lain

- Pada tahun 503 M, raja mengesahkan penggunaan gelar “Wang” yang dalam bahasa China artinya “raja”, menggantikan gelar “maripgan” yang juga berarti “raja” dalam bahasa Korea kuno

- Pada tahun 504 M, raja mengubah seragam upacara istana dan menggantinya dengan seragam yang dipengaruhi oleh gaya busana China

- Pada tahun 504 M, raja mereformasi sistem admnistrasi kerajaan dengan meninggalkan gaya administrasi pemerintahan Silla yang lama (dikenal dengan nama Siljik-guk)

- Pada tahun 505 M, raja mengangkat Kim Isabu sebagai gubernur provinsi Siljik (sekarang daerah Samcheok)

- Pada tahun 509 M, raja membangun pasar besar didaerah Gwangju

- Pada tahun 504 M, raja melakukan ekspansi ke kerajaan kepulauan yang bernama Usan (Usan-guk), yang dipercaya juga termasuk dengan pulau Batu Lincourt (pulau Dokdo). Ekspedisi ini dipimpin oleh Jenderal Kim Isabu.



Raja Jijeung memang bukanlah salah-satu raja terbesar sepanjang sejarah Silla namun dia mencapai banyak hal sepanjang pemerintahannya. Dia juga adalah salah-satu raja yang mengawali era kebesaran Silla yang berlangsung selama berabad-abad yang berlangsung hingga pertengahan era Silla Bersatu.

Raja Jijeung wafat pada tahun 514 M setelah memerintah Silla selama 14 tahun. Nama Jijeung adalah nama kuilnya, yang menandakan bahwa dia adalah raja Silla pertama yang diberikan nama kuil. Beliau digantikan oleh Raja Bopheung.





23. RAJA BOPHEUNG

Raja Bopheung adalah raja ke-23 Silla. Raja Bopheung memerintah Silla selama 26 tahun, yaitu sejak tahun 514 masehi hingga tahun 540 masehi. Raja Bopheung Silla kedua yang menggunakan gelar “Wang”.

Tokoh-tokoh dalam sejarah Korea yang hidup pada masa pemerintahan Raja Jijeung adalah:

- Kim Isabu, salah-seorang jenderal dan politisi Silla. Kim Isabu berhasil mencapai posisi tinggi di militer Silla. Raja Jijeung mengangkatnya sebagai gubernur provinsi Siljik (daerah Samcheok sekarang) dan juga provinsi Aseulla (daerah Gangwon sekarang). Dia adalah jenderal Silla pertama yang menaklukkan kerajaan Usan-guk (termasuk pulau Dokdo). Kim Isabu dikenang sebagai salah satu peletak dasar unifikasi Silla.

- Ichadon, Ichadon adalah seorang biksu Buddha yang diangkat sebagai “Guru Agung” oleh Raja Bopheung. Dia adalah orang yang membujuk Raja Bopheung untuk menjadikan Buddha sebagai agama Negara.

- Raja Guhae, raja terakhir kerajaan Gaya



Peristiwa-peristiwa terkenal yang terjadi pada masa pemerintahan Raja Bopheung adalah

-Pada tahun 520 M, raja menerapkan sistem kebangsawanan “ranking tulang” yang mengatur derajat kebangsawanan para bangsawan Silla dan para keturunan raja yang boleh menjadi raja. Tujuan penerapan sistem ini adalah untuk memperkuat otoritas raja dan keluarga raja melalui pernikahan dan menyingkirkan orang-orang diluar lingkaran keluarga raja menduduki tahta.

-Pada bulan september 527 M, biksu Ichadon dieksekusi mati karena dianggap melawan perintah raja

-Pada akhir tahun 527 M, raja menetapkan agama Buddha sebagai agama negara

-Silla mulai melakukan ekspansi militer ke Kerajaan Konfederasi Gaya dibawah pimpinan Jenderal Kim Isabu

-Pada tahun 532, Raja Guhae dari Kerajaan Gaya (Gayaguk) menyerah dan menjadikannya menjadi raja terakhir Kerajaan Gaya. Keluarga beliau tidak dibunuh melainkan diangkat menjadi pejabat pemerintah dan pejabat militer. Menyerahnya Kerajaan Gaya membuat Konfederasi Gaya hanya menyisakan Kerajaan Daegaya sebagai kerajaan terakhir yang belum ditaklukan oleh Silla.

-Pada awal tahun 536, Raja Beopheung memilih nama era, “Geonwon” yang artinya “Penetapan Pertama”. Era Geonwon berlangsung selama 15 tahun. Era ini merupakan nama era pertama dalam sejarah Silla.

-Pembentukkan Resimen Wonhwa, yaitu resimen pasukan khusus kerajaan yang terdiri dari para wanita ahli beladiri. Resimen ini terdiri dari dua pasukan. Pasukan pertama dipimpin oleh komandan Junjeong dan pasukan kedua dipimpin oleh komandan Nammo (cucu Raja Beopheung).

-Terjadinya pertikaian di resimen Wonhwa, antara komandan-komandan pasukan Wonhwa. 

-Komandan Nammo terbunuh oleh Komandan Junjeong sehingga membuat resimen Wonhwa dibubarkan.



Raja Bopheung adalah salah-satu raja terbesar dalam sejarah Silla. Dia dianggap sebagai salah-satu tokoh penting yang memotivasi pemimpin-pemimpin Silla selanjutnya untuk mewujudkan impian penyatuan Semenanjung Korea yang dimulai oleh penerusnya, Raja Jinheung.

Raja Bopheung wafat pada tahun 540 M setelah memerintah Silla selama 26 tahun. Beliau digantikan oleh keponakannya (sekaligus cucunya), Raja Jinheung.


------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ARTIKEL INI DISUSUN DAN DITERBITKAN PERTAMA KALI
OLEH DELEIGEVEN MEDIA

SETIAP ARTIKEL YANG MEMILIKI ISI, SUSUNAN, DAN GAYA PENULISAN
YANG MIRIP DENGAN ARTIKEL INI MAKA ARTIKEL-ARTIKEL TERSEBUT
MENYADUR ARTIKEL INI.

DILARANG KERAS MEMPLAGIAT ARTIKEL INI!

CANTUMKAN LINK LENGKAP ARTIKEL INI DISETIAP KALIMAT YANG ANDA DISADUR DARI ARTIKEL INI. SESUAI UNDANG-UNDANG HAK CIPTA, JIKA MENYADUR/MENG-COPY MINIMAL SEPULUH KATA TANPA MENCANTUMKAN SUMBER DARI KALIMAT ITU (BERBEDA DARI PENCANTUMAN SUMBER DI CATATAN KAKI (FOOTNOTE) MAKA ITU ADALAH TINDAKAN PLAGIARISME.

JIKA ANDA MENYADUR SEBAGIAN BESAR ARTIKEL INI MAKA ANDA HARUS MENCANTUMKAN KALIMAT:
"ARTIKEL INI DISADUR DARI....(LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA",
ATAU:"SUMBER UTAMA DARI SEBAGIAN BESAR INFORMASI ARTIKEL INI DIAMBIL DARI (LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA"  
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Notes (Catatan):

*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)

*Please open: Kingdom of Silla for short story about "Kingdom Of Silla" in ENGLISH
(Silahkan membuka link: Kingdom of Silla untuk membaca sejarah singkat Kerajaan Silla dalam bahasa Inggris).

*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account: @deleigevenhistory
(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Copyrights Story: Deleigeven Media
Copyrights Picture : MBC (drama "The Great Queen Seondeok", 2009), KBS (drama "The King's Dream", 2011)

Penyusun:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Desain : Deleigeven
Penerbit: Deleigeven Media


Daftar Pustaka:
-Byeon-won Lee; History
-Maurizio Riotto; The Place Of Hwarang Among The Special Military Corps Of Antiquity; The Journal of Northeast Asian History; Northeast Asian History Foundation; 2012
-Richard McBride; Silla Budhist & The Manuscript of Hwarang Segi
-Tae-hoong Ha; Samguk Yusa, Legends and History of the Three Kingdoms of Ancient Karea; Yonsei University Press; 1972; Seoul
-Wontak Hong; Baekche An Offshoot of the Buyeo-Koguryeo in Mahan Land; East Asian History, A Korean Perspective; 2005; Seoul
-Young-kwan Kim, Sook-ja Ahn; Homosexuality In Ancient Korea; Pyongtaek University, Hanyoung Theological University; 2006; Seoul
-Korean History For International Citizen; Northeast Asian History Foundation
-Korea's Flowering Manhood
-The History of Hwarang-do
-The Three Kingdoms of Ancient Korea in the History of Taekwon-Do


Daftar Website:

No comments:

Post a Comment

CATATAN PADA PARA PEMBACA:

-Silahkan membaca, mengambil, dan menggunakan artikel ini dalam karya tulis anda tapi CANTUMKAN KREDIT LENGKAP ARTIKEL INI dalam daftar sumber anda dan JANGAN MENYADUR/MENGCOPY-PASTE apalagi MEM-PLAGIAT 100% isi tulisan ini. Kembangkanlah kreativitas dalam penulisan anda.

-Pembaca DAPAT memberikan komentar dengan akun TANPA NAMA (Annonymous).

-Gunakanlah kata-kata yang baku agar komentar tidak dikategorikan sebagai "komentar Spam" secara otomatis oleh google filter machine.

-Harap MEMBACA ARTIKEL INI dan komentar-komentar sebelum anda DENGAN TELITI sebelum berkomentar, karena mungkin pertanyaan anda TELAH DIJELASKAN secara langsung melalui artikel ini, dan juga agar pertanyaan-pertanyaan yang sama tidak ditanyakan secara berulang.

-DILARANG memberikan informasi dan komentar yang melecehkan Suku, Agama, Ras, dan golongan tertentu (SARA) dan mengandung unsur pornografi.

-Kami menerima setiap kritik dan masukan dari para pembaca melalui kolom komentar, namun Setiap komentar yang melecehkan pihak lain, baik pelecehan berbau SARA atau yang mencerminkan FANDOM WAR akan kami HAPUS.

-Setiap komentar dan iklan yang mengandung unsur PORNOGRAFI dan PERJUDIAN, dan ajakan untuk bergabung dalam usaha SIMPAN PINJAM, KREDIT USAHA dan sejenisnya akan KAMI HAPUS karena berpotensi terjadi PENIPUAN.

-Jika anda memiliki informasi tambahan yang berhubungan dengan artikel ini, kami sangat senang jika anda membagikannya pada pembaca yang lain melalui website ini dan kami sangat senang jika anda juga turut membagikan artikel ini pada orang lain.