Ratu Seondeok adalah penguasa ke-27 Kerajaan Silla. Beliau diangkat menjadi Ratu Silla setelah kematian ayahnya, yaitu pada tahun 632 dan memerintah Silla selama 15 tahun, yaitu hingga tahun 647. Beliau adalah putri pertama Raja Jinpyeong dengan Ratu Maya. Ratu Seondeok adalah ratu pertama dalam sejarah Silla dan merupakan pemimpin wanita pertama sepanjang sejarah Korea. Selain itu, beliau juga merupakan pemimpin wanita kedua terkuat dalam sejarah kuno di Asia Timur.
Sejak kecil, Ratu Seondeok telah menunjukkan kepandaiannya sehingga beliau menjadi kesayangan Raja Jinpyeong. Era Ratu Seondeok merupakan era keemasan astronomi di Korea. Meskipun era-nya bukan era penyatuan Tiga Kerajaan namun era-nya ini sangat penting karena merupakan era persiapan perang penyatuan yang legendaris itu.
Selama periode pemerintahannya, Ratu Seondeok melakukan banyak hal bagi negaranya. Beliau berusaha memperkuat setiap wilayah Silla dengan berbagai cara termasuk diplomasi meskipun hal itu tidak disukai oleh para bangsawan. Beliau juga berusaha menjalin hubungan diplomatik dengan Tiongkok untuk mengamankan posisi Silla saat mereka diserang oleh kedua kerajaannya dan juga merupakan bekal politik bagi para penerusnya kelak.
Beliau dikenal sebagai pemimpin yang melampaui jamannya dengan menekankan pengetahuan dan teknologi terbaru untuk mengamankan negara dan sebagai salah-satu senjatanya melawan musuh.
Sayangnya, era sang ratu diakhiri oleh pemberontakan Bidam yang justru dulu pernah mendukungnya sebagai pewaris tahta. Perang ini memakan banyak korban tewas dikalangan hwarang termasuk pungwolju yang menjabat saat itu, namun perang ini juga merupakan pembuktian kesetiaan para hwarang pada mahkota Silla sebab mereka harus berperang dengan mantan seniornya dan bahkan keluarganya sendiri.
Para pungwolju di-era Ratu Seondeok adalah para komandan pasukan yang kelak berperan penting dalam memadamkan Pemberontakan Bidam dan juga berperan besar pada masa penyatuan Tiga Kerajaan, baik itu dalam birokrasi, diplomasi, maupun sebagai komandan militer yang memimpin pasukan di medan perang.
Inilah nama para pungwolju di era pemerintahan Ratu Seondeok (nomor urut disesuaikan dengan urutan saat mereka menjabat sebagai pungwolju):
20. YEWON
Yewon lahir pada masa pemerintahan Raja Jinpyeong di tahun 606 M. Yewon adalah pungwolju ke-20 yang namanya ditemukan dalam kitab-kitab sejarah Silla seperti Samguk Sagi dan Samguk Yusa. Marga Yewon adalah “Kim” dari klan Kim Gyeongsan. Ayah Yewon Bori (pungwolju ke-12) dan ibunya adalah Lady Manryong-nangju sehingga menjadikannya sebagai keturunan langsung pungwolju pertama, Wihwa. Ini artinya Yewon adalah generasi ke-empat yang menjabat sebagai pungwolju dalam keluarganya.
Kakek dan nenek paternal Yewon adalah Yihwa (pungwolju ke-4) dan Putri Sukmyeong. Sedangkan kakek dan nenek maternal-nya adalah Pangeran Jongsuk (putra Raja Jinheung) dan Putri Manho. Kakak perempuannya bernama Boryong-nangju. Karena kakek maternal beliau adalah seorang pangeran maka beliau juga dianggap sebagai anggota keluarga kerajaan.
Yewon memiliki seorang istri dan dua orang selir. Istrinya bernama Putri Wooya (salah-satu putri dari Raja Jinpyeong) yang memberikannya seorang putra, yaitu Pangeran Ogi (kelak menjadi pungwolju ke-28), dan tiga orang putri (Putri Onhee, Putri Seonhee, dan Putri Woohee). Selir pertama-nya bernama Chalgi (putri dari Yeomjang, pungwolju ke-17) yang memberikannya dua orang putra (Chaldeok dan Chalwon), serta empat orang putri yang bernama Hongju Chalhee, Chalyeon, Chalmi, dan Chalhae. Yewon juga mengambil putri dari Yeomjang lainnya sebagai selirnya yang memberikannya dua orang keturunan.
Tidak diketahui dengan pasti kapan beliau menjadi seorang Hwarang, tapi jika usia penerimaan Hwarang adalah 14 tahun maka kemungkinan Yewon menjadi Hwarang pada tahun 620. Pada saat Yeomjang menjabat sebagai pungwolju. Yewon lalu diangkat sebagai pungwolju menggantikan pada tahun 632 diusia 26 tahun menggantikan Heumsun. Yewon pensiun sebagai pungwolju diusia 28 tahun pada tahun 634 setelah beliau hanya menjabat selama 2 tahun, dan digantikan oleh Seonphum. Yewon menjadi Hwarang dimasa pemerintahan Raja Jinpyeong dan menjabat sebagai pungwolju pada masa pemerintahan Ratu Seondeok. Dia adalah pungwolju pertama yang menjabat di-era Ratu Seondeok.
Pada masa kepemimpinannya sebagai pungwolju, Silla menikmati era kedamaian yang singkat. Eranya adalah masa dimana Pangeran Yongchun menjabat sebagai Sangdaedung (perdana-menteri) dan Pangeran Alcheon menjabat sebagai Komandan Utama Pasukan Pengawal Istana. Yewon juga adalah pungwolju terakhir di-era “Geonbeok”.
Setelah pensiun sebagai pungwolju, Yewon bergabung di militer dan mencapai posisi jenderal. Dia adalah Wakil Panglima Kerajaan yang menjabat saat Raja Muyeol mulai melakukan perang Penyatuan Tiga Kerajaan dan berperan penting dalam Penyatuan Tiga Kerajaan. Berkar jasa-jasanya, saat Raja Munmu naik tahta, Yewon ditunjuk sebagai Menteri Dalam Negeri pada tahun 671 saat dia berusia 65 tahun dan menjadi salah-satu pejabat yang paling berkuasa di Silla.
Yewon hanya menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri selama dua tahun sebab beliau meninggal pada tahun 673 di-usia 67 tahun saat Silla sedang bergelut mengusir Balatentara Tang dari Semenanjung Korea.
Aktor Yang Memerankan Yewon
Tokoh Yewon muncul dalam drama “The King’s Dream” yang diproduksi oleh KBS pada tahun 2012. tokohnya diperankan oleh aktor Choi Wang-sun.
21. SEONPHUM
Seonphum lahir pada masa pemerintahan Raja Jinpyeong di tahun 608 M. Seonphum adalah pungwolju ke-21 yang namanya ditemukan dalam kitab-kitab sejarah Silla seperti Samguk Sagi dan Samguk Yusa. Marga Seonphum adalah “Kim” dari klan Kim Gyeongsan. Seonphum adalah salah seorang pangeran Silla. Ayah-nya adalah Pangeran Goryun, salah-satu putra Raja Jinheung dan Ratu Sado, sedangkan ibunya adalah Putri Bohwa (putri dari Raja Jinpyeong dengan Mishil) oleh karena itu Seonphum diakui sebagai cucu raja dan merupakan sepupu Kim Chunchu (Raja Muyeol).
Seonphum tercatat hanya memiliki seorang istri yang bernama Boryong (putri dari Bori, pungwolju ke-12) yang memberikannya seorang putra yang bernama Sunwon, dan tiga orang putri yang bernama Kim Janeul (kelak menjadi Ratu Jaee, ratu dari Raja Munmu dan ibu dari Raja Sinmun), Woonmyeong (istri dari Pangeran Ogi, pungwolju ke-28), dan Selir Yangmyeong (salah-satu selir Raja Munmu). Salah-satu cucu Yewon yang bernama Daemun (putra Ogi) kelak menjadi penulis sejarah dan menjadi penulis kedua kitab Hwarang Sagi.
Tidak diketahui dengan pasti kapan beliau menjadi seorang Hwarang, tapi jika usia penerimaan Hwarang adalah 14 tahun maka kemungkinan Seonphum menjadi Hwarang pada tahun 622, pada saat Yeomjang menjabat sebagai pungwolju. Seonphum lalu diangkat sebagai wakil Yewon, lalu diapun sebagai pungwolju pada tahun 634 diusia 26 tahun menggantikan Yewon. Seonphum pensiun sebagai pungwolju diusia 29 tahun pada tahun 637 setelah beliau menjabat selama 3 tahun, dan digantikan oleh Yangdo. Seonphum menjadi Hwarang dimasa pemerintahan Raja Jinpyeong dan menjabat sebagai pungwolju pada masa pemerintahan Ratu Seondeok. Seonphum adalah pungwolju pertama di-era “Inpyeong”
Pada masa kepemimpinannya sebagai pungwolju, Silla diserang oleh Baekje. Beliau juga adalah pungwolju yang memimpin para hwarang berperang melawan Baekje saat ketika Ratu Seondeok pertama kali memutuskan untuk memulai kampanye perang melawan Baekje.
Setelah pensiun sebagai pungwolju, tampaknya Seonphum tidak bergabung di militer melainkan menjadi birokrat. Seonphum berangkat ke negeri Tang pada tahun 643 sebagai utusan kerajaan namun wafat disana ditahun yang sama saat usia beliau baru 36 tahun. Atas jasa-jasanya, saat Raja Muyeol naik tahta beliau menaikkan status Seonphum sebagai pemimpin bangsawan Achan, dan saat Raja Munmu naik tahta status kebangsawanan Seonphum dinaikkan menjadi Ichan.
Tokoh Seonphum muncul dalam drama “The King’s Dream” yang diproduksi oleh KBS pada tahun 2012.
22. YANGDO
Yangdo lahir pada masa pemerintahan Raja Jinpyeong di tahun 610 M. Yangdo adalah pungwolju ke-22 yang namanya ditemukan dalam kitab-kitab sejarah Silla seperti Samguk Sagi dan Samguk Yusa. Marga Yangdo adalah “Kim” dari klan Kim Gyeongsan.
Ayah-nya bernama Mojong, putra dari Hajong (putra Mishil dan Sejong, pungwolju ke-11), sedangkan ibunya adalah Putri Yangmyeong (putri dari Raja Jinpyeong dengan Putri Bomyeong) oleh karena itu Yangdo diakui sebagai cucu raja dan merupakan sepupu Kim Chunchu (Raja Muyeol).
Yangdo memiliki kehidupan pribadi yang menarik, baik itu latar-belakang kelahirannya maupun kisah asmaranya. Ibu Yangdo, Putri Yangmyeong sebenarnya adalah istri dari Bojong (pungwolju ke-16, paman ayahnya). Namun, Bojong bukanlah pria romantis yang mempedulikan kehidupan pribadinya dan sibuk mengurus resimen hwarang. Meskipun Putri Yangmyeong memberikan Bojong dua orang putri namun tidak membuat Bojong bersikap romantis padanya. Ketika itu, keponakan Bojong yang bernama Mojong sering menginap dirumah Bojong untuk berlatih pedang, tapi Mojong lebih sering melukis dan cukup betah berlama-lama melukis di rumah Bojong. Putri Yangmyeong yang merasa kesepian lalu menjalin hubungan asmara dengan Mojong. Hubungan terlarang ini menghasilkan Yangdo. Bojong sepertinya tahu bahwa Yangdo bukanlah putranya namun dia tetap membesarkan Yangdo dirumahnya, terlebih lagi Mojong menolak mengakui bahwa Yangdo adalah putranya. Yangdo mengikuti dan melayani Bojong seperti ayah kandungnya. Bojong menyayanginya karena menganggap Yangdo adalah putra bungsunya. Suatu saat, Yangdo bertanya pada ibunya mengapa dia dinamakan “Yangdo”, dan ibunya menjawab “Aku berharap aku dapat melukis”, sebab Putri Yangmyeong bertemu dengan Mojong saat ayah Yangdo itu sedang melukis. Saat Yangdo mendengar hal itu, tersirat dipikirannya untuk belajar melukis pada orang yang dikenalnya, yang tidak lain adalah Mojong, tetapi Mojong menolak karena khawatir jika baik Yangdo maupun Bojong akan menyadari bahwa dialah ayah kandung Yangdo. Yangdo kecewa mendengar penolakan Mojong sebab Yangdo memang sangat suka melukis dan gemar melukis pemandangan, namun dia tidak sepandai Mojong.
Pada tahun 621, Bojong meninggal. Saat itu Yangdo baru berusia 11 tahun, dia merasa sangat kehilangan sosok ayah. Diapun bertekad untuk meneruskan jejak ayahnya sebagai seorang hwarang dan bahkan sebagai seorang pungwolju seperti orang yang dikira sebagai ayahnya dan juga kakeknya, Seolwon yang termasyur. Untuk itu Yangdo lalu melamar sebagai seorang hwarang dan mengabdi hingga menjadi seorang pungwolju.
Diduga, Istri pertama Yangdo adalah Cheonwoon (kakak dari Cheon-gwang, pungwolju ke-24). Yangdo bertemu dengan Cheonwoon saat Yangdo mengunjungi rumah Cheon-gwang. Yangdo sering berkunjung ke rumah pungwolju ke-24 itu untuk bersama-sama berlatih bela-diri. Seringkali Yangdo berlatih atau mengobrol dengan Cheon-gwang hingga larut malam. Lama-kelamaan Yangdo yang awalnya hanya tertarik pada Cheonwoon akhirnya jatuh cinta pada wanita itu. Cheon-gwan yang mengetahui hal ini lalu membantu Yangdo dengan meminta pada ibu mereka, Lady Cheonjang (adik dari Yeomjang, pungwolju ke-17) untuk mengijinkan Yangdo menikah dengan kakaknya. Semula ibunya berat hati karena Yangdo juga telah menikahi keponakan-nya, Chunhwa (salah-satu putri dari Yeomjang). Namun, Cheon-gwan berhasil meyakinkan ibunya. Pada akhirnya, Yangdo berhasil menikah dengan Cheonwoon. Sebagai balasannya, kelak Yangdo meminta Gun-gwan yang saat itu menjabat sebagai pungwolju untuk mengangkat Cheon-gwan sebagai wakilnya sehingga membuat Cheon-gwan menjadi calon terkuat sebagai pungwolju pengganti Gungwan. Namun, kisah cinta Yangdo tidak berhenti sampai disitu sebab kehidupan asmara Yangdo tidak kalah menarik dengan kisah kelahirannya.
Awalnya, Yangdo sangat fokus mengabdi sebagai seorang hwarang seperti ayah angkatnya, Bojong. Namun, ada saja gangguan yang mendatanginya. Gangguan terbesar adalah dari saudari-tirinya, Kim Seol, yang lebih dikenal dengan nama Putri Boryang. Putri Boryang adalah kakak-tiri Yangdo yang lebih tua 6 tahun dari Yangdo. Mereka adalah kakak-beradik seibu namun berbedah ayah, namun Yangdo yang hingga kematian Bojong tidak mengetahui kenyataan dibalik kelahirannya selalu menganggap Boryang sebagai kakak-kandungnya. Boryang dan saudarinya, Putri Bora (istri pertama Raja Muyeol) sangat dekat dengan Yangdo sebab bagi kedua orang ini, Yangdo adalah adik bungsu mereka dan adik laki-laki mereka satu-satunya. Meskipun lebih muda dari Bora namun Boryang lebih dulu hidup diistana sebab di-nikahi oleh kakek-kandungnya (maternal), Raja Jinpyeong, dan diangkat menjadi salah-satu selir. Boryang memberikan seorang putra bagi Raja Jinpyeong yang bernama Pangeran Borochun. Dia bukanlah seorang wanita yang haus kekuasaan dan memiliki hubungan yang sangat baik dengan Ratu Maya (ratu utama Raja Jinpyeong), tetapi tidak demikian dengan ratu Jinpyeong lainnya, Ratu Seungman (berbeda dengan Putri Seungman yang akan menjadi Ratu Jindeok). Ratu Seungman sangat iri pada Boryang yang memberikan anak laki-laki pada Raja Jinpyeong. Walaupun Raja Jinpyeong tidak memasukkan Pangeran Borochun dalam daftar pewarisnya melainkan melantik Putri Deokman menjadi pewaris dan secara diam-diam mempersiapkan cucunya, Pangeran Chunchu sebagai salah-satu penerus tahta, namun menjadi selir yang memiliki anak laki-laki merupakan hal yang sangat diantisipasi oleh istri-istri raja yang lain. Pangeran Borochun tidak dimasukkan dalam daftar suksesi karena status Boryang yang berasal dari kelas bangsawan Jin-geol sehingga membuat Pangeran Borochun berasal dari kelas bangsawan campuran (setengah Seong-geol dan setengah Jing-geol) namun Pangeran Borochun tetap berpeluang menjadi pewaris tahta karena status kebangsawanannya menjadi sama dengan Pangeran Chunchu yang merupakan cucu kesayangan raja. Artinya, jika Putri Deokman meninggal tanpa pewaris laki-laki dan sepupunya (calon Ratu Jindeok) naik tahta dan juga meninggal maka para bangsawan kelas Seon-geol akan habis sehingga tahta akan diwariskan pada keluarga raja dari kelas campuran. Pada momen seperti inilah Pangeran Chunchu dan Pangeran Borochun berpeluang menjadi raja.
Ratu Seungman pun membuat tipu muslihat agar Boryang dihukum oleh raja. Tipu muslihat-nya berhasil dan Boryang dipecat sebagai selir raja. Demi menyelamatkan putrinya, ibu Boryang, Putri Yangmyeong yang juga adalah anak Raja Jinpyeong menghadap dan membujuk ayahnya. Sedangkan kakak Boryang yang merupakan istri Pangeran Chunchu bersama-sama dengan suaminya itu berusaha melobi kakek mereka. Masalah ini menjadi sangat besar sehingga banyak bangsawan dan anggota keluarga kerajaan dari klan Kim dan Park yang melibatkan diri untuk menyelamatkan Boryang demi martabat keluarga kerajaan dan otoritas klan Kim dan klan Park sebagai klan utama Silla (klan para raja Silla) dari ambisi Ratu Seungman yang berasal dari klan Son (salah-satu klan kecil dan termuda di Silla saat itu). Tapi, pendukung Ratu Seungman bergerak cepat dan berusaha mencari cara untuk membunuh Boryang dengan memanfaat titah raja tentang penggulingannya. Hal ini mereka lakukan untuk agar Pangeran Borochun juga terusir dari istana dan keluar dari statusnya sebagai anggota keluarga kerajaan sebab beribukan seorang pengkhianat raja, sehingga mereka dapat mencegah Pangeran Borochun masuk dalam daftar suksesi. Mengetahui nyawa Boryang terancam, Yangdo lalu menyelinap kedalam istana dan membawa kabur Boryang ke tempat yang aman.
Hilangnya Boryang dari istana semakin dimanfaatkan oleh Ratu Seungman untuk membenarkan tindakannya. Melihat situasi kian rumit, Pangeran Chunchu yang terkenal sangat pandai bernegosiasi lalu melobi kakeknya melalui pamannya, Pangeran Yongchun dan juga salah-satu bibinya, Putri Deokman yang merupakan putri kesayangan Raja Jinpyeong. Bersama dengan Putri Deokman, Putri Yangmyeong kembali menghadap ayah mereka agar nyawa Boryang diselamatkan. Melihat kedua putrinya datang menghadap bersama-sama, hati Raja Jinpyeong akhirnya luluh. Raja tetap memecat Boryang sebagai selirnya namun raja tidak menghukum-mati Boryang melainkan mengusirnya dari istana dengan alasan Boryang adalah cucu kandungnya dan juga dia adalah ibu dari putra raja. Pangeran Borochun tidak dipecat sebagai anggota keluarga kerajaan namun harus tetap hidup diistana dan terpisah dari ibunya hingga dia dewasa dan kehilangan hak sebagai pewaris tahta.
Sekeluarnya Boryang dari istana, mantan selir raja ini kembali kerumah keluarganya. Ayahnya, Bojong telah meninggal, dan Boryang serta kakak-nya telah mengetahui kenyataan dibalik kelahiran Yangdo. Saat itu kemungkinan Yangdo telah mengabdi sebagai seorang pungwolju dan telah menikah dengan Cheonwoo (salah-satu putri dari perdana-menteri Soophum). Tinggal bersama dan sangat dekat dengan Yangdo membuat Boryang jatuh-cinta pada pada Yangdo. Terlebih lagi Yangdo mati-matian menyelamatkannya walaupun melawan perintah raja yang artinya saat itu dia bisa dituduh melanggar sumpah sebagai hwarang dan bisa dianggap sebagai pengkhianat. Namun, Yangdo hanya menganggap Boryang sebagai kakaknya. Boryang tidak putus-asa dan terus membujuk Yangdo untuk menikahinya, dan juga memberi-tahu Putri Yangmyeong tentang keinginannya ini. Ibu mereka sangat marah mendengar kemauan Boryang ini. Mungkin saat itu pernikahan saudara tiri berbeda ibu memang hal yang lumrah tapi tidak dengan pernikahan saudara kandung dan se-ibu. Terlebih lagi, mereka berdua dibesarkan dirumah yang sama dan sedari kecil hanya mengetahui dan menganggap bahwa mereka adalah saudara kandung. Tapi Boryang mati-matian ingin menikah dengan Yangdo bahkan sampai jatuh sakit. Ibu mereka akhirnya turun tangan mengatasi hal ini. Beliau akhirnya memilih menahan malu dengan memberitahukan pada Yangdo dan mengumumkan pada orang-orang bahwa Yangdo bukanlah putra dari Bojong yang artinya Yangdo dan Boryang hanyalah saudara-tiri dan juga mengakui perselingkuhannya dengan ayah kandung Yangdo. Berkat keberanian ibunya, mereka berdua bisa menikah sesuai dengan hukum Silla. Ibunya lalu mengatur dan menikahkan mereka berdua.
Selama menikah dengan Boryang, Yangdo hanya memperlakukan Boryang sebagai kakaknya bukan sebagai istrinya. Yangdo seakan tidak mau dianggap sebagai suami oleh Boryang melainkan pelayan kakaknya itu. Boryang sangat kesal melihat tingkah Yangdo dan memarahi suaminya itu. Namun, Yangdo menjawab istrinya dengan berkata, “Cinta yang besar hanya bisa diberikan oleh dewa tapi cinta yang kecil justru seperti permata”. Boryang sangat kagum mendengar kata-kata Yangdo dan berhenti memarahinya. Dia selalu menggandeng lengan Yangdo jika mereka sedang berjalan bersama.
Pernikahan Yangdo dengan Boryang ini membuat Yangdo harus melepas cinta sejatinya, Cheonwoo yang dinikahkan oleh ayahnya dengan Gun-gwan (pungwolju ke-23).
Pernikahan Yangdo dengan Boryang membuahkan tujuh orang anak laki dan seorang anak perempuan. Salah-satu putranya dicatat bernama Yanghyo sedangkan putri mereka bernama Yangshi. Selain menikahi Boryang, rupanya Yangdo juga memiliki selir dan beberapa wanita yang merupakan putri dari nangdo-nangdonya. Selir-selir Yangdo diantaranya bernama Neungbo dan Myeongran. Yangdo memperoleh sepuluh anak laki-laki dan sepuluh anak perempuan dari selirnya.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Yangdo menjadi seorang Hwarang, tapi jika usia penerimaan Hwarang adalah 14 tahun maka kemungkinan Yangdo menjadi Hwarang pada tahun 624, pada saat Yeomjang menjabat sebagai pungwolju. Yangdo lalu diangkat sebagai wakil Seonphum, lalu diapun diangkat sebagai pungwolju pada tahun 637 diusia 27 tahun menggantikan Seonphum.
Selama masa Yangdo memimpin hwarang sebagai seorang pungwolju, Silla hanya beberapa kali berperang dengan Baekje dan perang-perang itu hanyalah perang berskala kecil. Namun, justru pada masa kepemimpinannya resimen hwarang benar-benar berbenah untuk menghadapi perang-perang besar dimasa mendatang. Yangdo mungkin bukan seorang pungwolju hwarang yang mencatatkan nama besar dalam pertempuran bersama dengan pasukan hwarang namun Yangdo adalah reformator resimen hwarang sebab Yangdo adalah hwarang dan pungwolju yang membawa banyak perubahan positif bagi resimen hwarang. Dia adalah pungwolju yang berani mengubah struktur organisasi Nangdo. Sejak awal hwarang berdiri, Nangdu biasanya memiliki tujuh tingkatan yaitu Shindu (신두), Nangdu (낭두), Daenangdu (대낭두), Nangdu byeolchang (낭두별장), Sangdu (상두), Daedu (대두), dan Dodu (도두). Namun, Yangdo menambahkan dua tingkatan lagi dalam kelompok nangdu yang dipimpinnya yaitu Daedodu (대도두) dan Daenodu (대노두) dibawah tingkat Dodu sehingga nangdu pimpinan Yangdo memiliki sembilan tingkat.
Kebijakan Yangdo ini didukung oleh Ratu Seondeok yang memang menginginkan agar resimen hwarang semakin berkembang. Yangdo juga membuat kebijakan fenomenal lainnya yaitu perubahan kriteria seleksi penerimaan nangdu dengan mengijinkan anak-anak budak untuk menjadi nangdu. Sebelumnya, para budak dan keturunannya dilarang menjadi nangdu namun Yangdo membuat perubahan dengan mengajukan aturan baru pada ratu agar para budak diijinkan menjadi nangdu dengan syarat ada yang menjadi pelindung (guardian) resmi budak-budak itu. Usulan ini diterima oleh ratu sehingga jumlah nangdu disetiap resimen hwarang bertambah dan membuat jumlah pasukan hwarang semakin besar.
Yangdo pensiun sebagai pungwolju diusia 30 tahun pada tahun 640 setelah beliau menjabat selama 3 tahun, dan digantikan oleh Gun-gwan. Yangdo menjadi Hwarang dimasa pemerintahan Raja Jinpyeong dan menjabat sebagai pungwolju pada masa pemerintahan Ratu Seondeok. Yangdo adalah pungwolju kedua di-era “Inpyeong”
Setelah pensiun sebagai pungwolju, Yangdo tidak bergabung di militer melainkan menjadi birokrat. Namun, Yangdo juga adalah salah-satu komandan pasukan pada-masa perang penyatuan Tiga Kerajaan. Yangdo berangkat ke negeri Tang bersama istrinya, Boryang sebagai utusan kerajaan dan mereka berdua wafatdisana ditahun yang sama yaitu tahun 670 saat Yangdo berusia 60 tahun dan Boryang berusia 66 tahun. Mereka berdua wafat pada masa-masa perang pengusiran Tang dari Silla sehingga membuat pemerintah Tang memburu dan menawan orang-orang Silla yang ada di Tang. Tidak diketahui apakah mereka bunuh-diri sebelum ditawan atau mereka terbunuh oleh pasukan pemerintah Tang.
Yangdo dihormati sebagai seorang visioner hwarang yang sangat sukses mengembangkan resimen ini. Semua jerih payahnya bagi hwarang menjadi modal besar bagi resimen ini dalam perang penyatuan Semenanjung Korea.
Aktor Yang Memerankan Yangdo
Tokoh Yangdo muncul dalam drama “The King’s Dream” yang diproduksi oleh KBS pada tahun 2012.
23. GUN-GWAN
Gun-gwan lahir pada masa pemerintahan Raja Jinpyeong di tahun 612 M. Gun-gwan adalah pungwolju ke-23 yang namanya ditemukan dalam kitab-kitab sejarah Silla seperti Samguk Sagi dan Samguk Yusa. Marga Gun-gwan adalah “Kim” dari klan Kim Gyeongsan.
Ayah-nya bernama Dongran, putra dari seorang bangsawan yang bernama Dongjong, sedangkan ibunya adalah Putri Seokmyeong (putri dari Raja Jinji dengan Putri Bomyeong) oleh karena itu Gun-gwan merupakan sepupu Kim Chunchu (Raja Muyeol). Gun-gwan juga merupakan sepupu maternal Yangdo karena ibu mereka berdua kakak-beradik.
Gun-gwan digambarkan sebagai seorang memiliki perilaku yang identik sebagai seorang hwarang sejak masih kecil. Dia adalah seorang hwarang dan jenderal yang sangat baik dan murah-hati. Dia sangat baik pada para nangdu-nya dan pasukannya dan memperhatikan keadaan dan kondisi para nangdu-nya.
Gun-gwan memiliki seorang istri yang bernama Cheonwoon (putri dari bangsawan Soophum, Sangdaedung di-era Ratu Seondeok). Istrinya ini juga adalah kakak dari Cheon-gwang (pungwolju ke-24). Pernikahan Gun-gwan dan Cheon-woon membuahkan seorang anak laki yang bernama Cheon-gwan (pungwolju ke-30). Selain menikahi Cheonwoon, Gun-gwan juga memiliki seorang selir yang memberinya banyak anak laki-laki. Besar kemungkinan selir Gun-gwan ini adalah istri pertamanya. Mungkin karena berasal dari bangsawan rendah, Gun-gwan menikah kembali dengan istri sahnya, Cheonwoon yang justru merupakan istri atasannya, Yangdo.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Gun-gwan menjadi seorang Hwarang, tapi jika usia penerimaan Hwarang adalah 14 tahun maka kemungkinan Gun-gwan menjadi Hwarang pada tahun 626, pada saat Pangeran Kim Chunchu (Raja Muyeol) menjabat sebagai pungwolju dan Heumsun ditunjuk sebagai wakil pungwolju. Gun-gwan lalu diangkat sebagai wakil Yangdo, lalu diapun diangkat sebagai pungwolju pada tahun 640 diusia 28 tahun menggantikan Yangdo dan menjabat selama 3 tahun.
Gun-gwan memimpin resimen hwarang dimasa-masa sulit karena saat itu Silla diserang secara intens oleh Kerajaan Baekje. Bahkan, dalam salah-satu serbuan pasukan Baekje pada tahun 642 putri dari Pangeran Kim Chunchu (Raja Muyeol) yang bernama Putri Gataso meninggal bersama dengan suaminya di Benteng Daeyaseong. Baekje kembali menyerbu Silla diakhir masa kepemimpinannya sebagai pungwolju yaitu pada tahun 643. kematian Putri Gataso inilah yang kelak membuat Raja Muyeol membumi-hanguskan Baekje pada saat beliau menjadi raja Silla.
Gun-gwan pensiun sebagai pungwolju diusia 31 tahun pada tahun 643 setelah beliau menjabat selama 3 tahun, dan digantikan oleh Cheon-gwan. Gun-gwan menjadi Hwarang dimasa pemerintahan Raja Jinpyeong dan menjabat sebagai pungwolju pada masa pemerintahan Ratu Seondeok.
Setelah pensiun sebagai pungwolju, Gun-gwan bergabung di militer dan menjadi salah-satu jenderal kepercayaan Kim Yushin dan Raja Muyeol dalam setiap peperangan penyatuan Tiga Kerajaan. Nama Gun-gwan dicatat dalam Kitab Samguk Sagi sebagai salah-satu jenderal yang berjasa besar dalam penyatuan Tiga Kerajaan sebab beliau terlibat dalam penyerbuan ke Baekje dan penyerbuan ke Goguryeo. Gun-gwan juga adalah salah-satu jenderal yang memimpin pasukan Silla mengusir Balatentara Tang dari Semenanjung Korea. Dia lalu dipercaya menjadi Sangdaedung (perdana-menteri) pada masa pemerintahan Raja Munmu namun Gun-gwan sempat berselisih dengan Raja Munmu ditahun-tahun terakhir pemerintahan Raja Munmu mengenai kelayakan putra-mahkota (calon Raja Sinmun) menduduki tahta sebab putra Munmu itu dianggap tidak kompeten dan anti-aristokrat dan merendahkan resimen hwarang. Puncak perselisihan mereka adalah pada tahun 680.
Gun-gwan meninggal ditahun yang sama dengan tahun wafatnya Raja Munmu. Beliau dieksekusi oleh putra Munmu, Raja Sinmun, pada tahun 681 diusia 69 tahun.
Tokoh Gun-gwan muncul dalam drama “The King’s Dream” yang diproduksi oleh KBS pada tahun 2012.
24. CHEON-GWAN
Cheon-gwang adalah pungwolju ke 24. Tidak jelas kapan Cheon-gwang lahir namun pastinya dia lahir pada masa pemerintahan Raja Jinpyeong. Nama Cheon-gwang sebagai pungwolju ditemukan dalam kitab-kitab sejarah Silla seperti Samguk Sagi dan Samguk Yusa. Marga Cheon-gwang adalah “Kim” dari klan Kim Gyeongsan. Walaupun data-data kelahiran dan kehidupannya minim namun Cheon-gwang adalah pungwolju yang paling terkenal pada era Ratu Seondeok karena dialah komandan utama hwarang saat Silla diguncang oleh salah-satu pemberontakan paling terkenal dalam sejarah Korea, “Pemberontakan Bidam”.
Ayah Cheon-gwang bernama Pangeran Soophum, seorang bangsawan tinggi yang menjabat sebagai Sangdaedung (perdana-menteri) Silla di-awal pemerintahan Ratu Seondeok. Soophum merupakan saudara dari Seonphum (pungwolju ke-21) yang merupakan putra dari Putri Bohwa (anak dari Raja Jinpyeong dan Mishil). Ini artinya Cheon-gwang adalah keponakan Seonphum dan berstatus sebagai cicit Raja Jinpyeong. Ibu Cheon-gwang adalah Lady Cheonjang, putri dari Pangeran Cheonju (putra dari Raja Jinheung dengan Putri Wolhwa) dan Ratu Jido (putri dari Pangeran Gio). Oleh karena itu Cheon-gwang merupakan keponakan Yeomjang (pungwolju ke17) karena Yeomjang adalah kakak kandung ibunya, dan artinya juga Cheon-gwang memiliki darah Gaya dari ibunya sebab nenek maternal Yeomjang adalah putri dari seorang bangsawan Gaya.
Cheon-gwang memiliki seorang kakak perempuan yang bernama Cheonwoo (menikah dengan Yangdo, lalu menikah dengan Gun-gwan) dan seorang adik perempuan yang bernama Cheonbu (menikah dengan pungwolju ke-25, Chunjang).
Catatan dalam kitab sejarah Silla menggambarkan Cheon-gwang sebagai seorang pria rupawan “....yang memiliki wajah yang sangat cantik seperti sekuntum bunga...”. Saking cantiknya, wajah Cheon-gwang “..hampir melebihi kecantikan wajah istri-nya....”.
Cheon-gwang juga digambarkan sebagai seseorang yang memiliki perilaku yang identik sebagai seorang hwarang sejak masih kecil. Dia adalah sosok yang sangat mempesona dan sangat ramah pada semua orang. Meskipun memiliki wajah layaknya wanita namun Cheon-gwang sangat unggul dalam bela-diri. Cheon-gwang juga mahir berkuda dan merupakan seorang ahli pedang.
Selain merupakan putra perdana-menteri dan berwajah rupawan serta mahir bela-diri, Cheon-gwang juga dikenal sebagai seorang pemuda yang berhati-mulia. Jika seniornya, Gun-gwang adalah seseorang yang sangat baik dan murah-hati, maka Cheon-gwang dikenal sebagai “Robin Hood” di-era Silla. Dia sangat suka membantu orang miskin dan secara diam-diam menghukum para pejabat jahat yang menindas rakyat miskin.
Cheon-gwang memiliki seorang istri yang bernama Yunhwa, putri pamannya, Yeomjang (pungwolju ke-17). Yunhwa adalah kakak dari Chunjang (pungwolju ke-25). Pernikahan Cheon-gwang dengan Yunhwa membuahkan tujuh orang anak. Selain menikahi Yunhwa, Cheon-gwang juga memiliki lima orang selir yang masing-masing memberinya keturunan.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Cheon-gwang menjadi seorang Hwarang namun yang pasti adalah dia bergabung dalam resimen hwarang pada usia 14 atau 15 tahun. Mungkin usianya sedikit lebih muda dari Gun-gwang sehingga diperkirakan beliau menjadi hwarang sekitar tahun 629 hingga 632 pada saat Kim Heumsun menjabat sebagai pungwolju. Cheon-gwang menjadi Hwarang dimasa pemerintahan Raja Jinpyeong dan menjabat sebagai pungwolju pada masa pemerintahan Ratu Seondeok, dan merupakan pungwolju terakhir di-era Ratu Seondeok.
Sejak bergabung di resimen hwarang, Cheon-gwang berteman dengan sesama hwarang, baik yang sebaya dengannya, juga dengan juniornya, dan bahkan dengan seniornya. Seiring berjalannya waktu, Cheon-gwang menjadi sangat dekat dengan seniornya, Yangdo, yang lalu menjadi pungwolju ke-22. Mereka berdua sering berlatih beladiri bersama. Seringkali Yangdo berlatih atau mengobrol dengan Cheon-gwang hingga larut malam. Lama-kelamaan Yangdo yang awalnya hanya tertarik pada Cheonwoon akhirnya jatuh cinta pada wanita itu. Cheon-gwan yang mengetahui hal ini lalu membantu Yangdo dengan meminta pada ibu mereka, Lady Cheonjang (adik dari Yeomjang, pungwolju ke-17) untuk mengijinkan Yangdo menikah dengan kakaknya. Semula ibunya berat hati karena Yangdo juga telah menikahi keponakan-nya, Chunhwa (salah-satu putri dari Yeomjang), tapi Cheon-gwan berhasil meyakinkan ibunya. Akhirnya, Yangdo berhasil menikah dengan Cheonwoon. Namun, masalah muncul ketika kakak-tiri Yangdo, Selir Boryang diusir dari istana akibat konspirasi yang dibuat oleh Ratu Seungman. Selir yang terusir ini lalu kembali ke rumah orang-tuanya, yang mana itu juga adalah rumah yang ditempati oleh Yangdo. Tinggal bersama dan sangat dekat dengan Yangdo membuat Boryang jatuh-cinta pada pada Yangdo. Namun, Yangdo hanya menganggap Boryang sebagai kakaknya. Boryang tidak putus-asa dan memberi-tahu ibunya tentang keinginannya ini. Ibu mereka sangat marah mendengar kemauan Boryang ini karena mereka adalah saudara se-ibu dan dibesarkan dirumah yang sama sedari kecil sehingga mereka hanya mengetahui dan menganggap bahwa mereka adalah saudara kandung sebab tidak ada yang megetahui perselingkuhan ibu mereka dimasa lalu. Tapi Boryang mati-matian ingin menikah dengan Yangdo bahkan sampai jatuh sakit. Ibu mereka akhirnya mengakui perselingkuhannya dengan ayah kandung Yangdo dan mengumumkan pada orang-orang bahwa Yangdo bukanlah putra kandung dari Bojong (ayah Yangdo menurut hukum) yang artinya Yangdo dan Boryang hanyalah saudara-tiri. Akhirnya, Yangdo menikah dengan Boryang.
Pernikahan Yangdo dan Boryang ini menjadi malapetaka bagi rumah-tangga Yangdo dan Cheonwoo. Ayah Cheonwoo yang merupakan perdana-menteri saat itu marah besar dan memaksa Cheonwoo bercerai dengan Yangdo. Ayahnya membawa Cheonwoo kembali kerumah lalu dinikahkan dengan sepupu Pangeran Chunchu (Raja Muyeol), Kim Gun-gwan yang kelak juga menjadi pungwolju.
Meskipun hubungan kekeluargaan Cheon-gwang dengan Yangdo berakhir, namun tidak dengan hubungan pertemanan mereka yang tetap terjalin setelah peristiwa itu. Saat Yangdo pensiun sebagai pungwolju dan digantikan oleh Gun-gwan, Yangdo secara khusus meminta pada Gun-gwan untuk mengangkat Cheon-gwang sebagai wakilnya. Padahal, saat itu ipar Cheon-gwang, Chunjang adalah kandidat terkuat wakil pungwolju. Gun-gwan pada akhirnya mengabulkan permintaan mantan suami dari istrinya itu dan mengangkat Cheon-gwang sebagai wakilnya. Pengangkatan ini membuat Cheon-gwang menjadi calon terkuat sebagai pungwolju pengganti Gun-gwan dan memuluskan langkahnya sebagai pungwolju. Tiga tahun kemudian, Gun-gwang pensiun sebagai pungwolju (tahun 643) dan Cheon-gwang-pun diangkat sebagai pungwolju. Cheon-gwang menjabat selama 4 tahun dan pensiun pada tahun 647.
Cheon-gwang memimpin resimen hwarang dimasa tersulit di-era pemerintahan Ratu Seondeok karena saat itu selain diserang secara intens oleh Kerajaan Baekje, Silla juga menghadapi pemberontakan yang paling terkenal dalam sejarah kerajaan ini, “Pemberontakan Bidam”.
Awal kepemimpinannya diawali oleh serbuan tentara Baekje (tahun 643). Untuk menanggulangi serbuan masif pasukan Baekje, Ratu Seondeok mengirim Pangeran Chunchu (calon Raja Muyeol) untuk bernegosiasi dengan istana Goguryeo. Negosiasi yang dilakukan oleh Pangeran Chunchu berhasil sehingga pada tahun 644, Silla mengikat perjanjian aliansi dengan Kerajaan Goguryeo untuk mengamankan posisi Silla jika diserbu oleh Kerajaan Baekje. Namun, Kerajaan Goguryeo lalu mengkhianati perjanjian dengan Silla dan menyerang Silla. Pangeran Chunchu kembali dikirim untuk bernegosiasi, namun kali ini bukan dengan pihak Baekje atau Goguryeo melainkan dengan pihak Tang. Pangeran Chunchu kembali berhasil bernegosiasi dengan Tang dan menghasilkan perjanjian yang sangat menguntungkan Silla pada tahun 645 yaitu perjanjian aliansi dengan Dinasti Tang yang kelak menjadi salah-satu faktor utama kesuksesan Silla saat menyatukan Tiga Kerajaan. Pada tahun 645, Ratu Seondeok menunjuk salah-satu orang kepercayaan menjadi Sangdaedung (perdana-menteri). Orang kepercayaan ratu itu bernama Bidam. Orang inilah yang kelak menjadi alasan kematian Ratu Seondeok, dan mungkin juga Cheon-gwang.
Masa bakti Cheon-gwang sebagai pungwolju ditutup oleh peristiwa pemberontakan terbesar dalam sejarah Silla yaitu pemberontakan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Bidam yang meletus pada tahun 647. Bidam melakukan pemberontakan pada bulan Januari tahun 647 masehi dengan menggemakan semboyan “seorang wanita tidak mampu memimpin negara” sebagai kritik dan responnya terhadap pemerintahan Ratu Seondeok. Catatan Samguk Sagi dan Samguk Yusa mengindikasikan bahwa Bidam semasa menjabat sebagai menteri hingga perdana menteri sering berbeda-pendapat dengan Jenderal Kim Yushin dan bahwa Ratu Seondeok lebih memilih untuk mendengar dan menerima pendapat dari Kim Yushin. Posisi Jenderal Kim Yushin dan Bidam memang seperti tangan-kanan dan tangan-kiri ratu, oleh karena itu disaat ratu lebih cenderung mengutamakan pendapat Kim Yushin maka Bidam yang merupakan pemimpin para menteri merasa tersaingi dan juga marah. Ada juga kemungkinan bahwa pemberontakan Bidam meletus sebagai akibat dari persaingan mengenai pewaris tahta karena Ratu Seondeok tidak memiliki keturunan dan juga para bangsawan yang berhak atas tahta berdasarkan undang-undang yaitu dari kelas Seongeol setelah Ratu Seondeok hanyalah sepupunya, Putri Seungman (bakal Ratu Jindeok) yang juga merupakan seorang wanita, sehingga semboyan pemberontakan ini, “wanita tidak dapat memimpin negara”, merupakan cermin bahwa pemberontakan itu adalah untuk memperebutkan tahta antar para bangsawan dari kelas Jingeol yang terdiri dari kubu Bidam, dan kubu Kim Yushin (yang mengusung calon pengganti yang ditunjuk oleh Ratu Seondeok).
Bidam didukung oleh para oposan Ratu Seondeok, terutama dari para keluarga bangsawan dan pejabat yang memiliki hubungan dengan para pejabat dan keluarga para bangsawan terdahulu yang menjadi oposan Raja Jinpyeong ketika Raja Jinpyeong yang mengangkat Ratu Seondeok sebagai pewarisnya. Ratu Seondeok sendiri didukung penuh oleh Kim Yushin dan kubunya didominasi oleh para bangsawan campuran Seongeol dan Jinggeol (terutama Pangeran Chunchu (bakal Raja Muyeol), Putri Seungman (bakal Ratu Jindeok), dan Pangeran Alcheon), serta para bangsawan dan pejabat sipil maupun jenderal-jenderal keturunan Gaya. Ratu juga didukung penuh para komandan hwarang yang dipimpin oleh Cheon-gwang. Pada awalnya, pasukan Bidam memenangkan berbagai pertempuran melawan pasukan pendukung Ratu Seondeok yang dipimpin oleh Jenderal Kim Yushin. Kubu Bidam bahkan mampu mendekati istana sehingga membuat para hwarang kewalahan. Ini adalah perang yang sulit karena mereka juga menghadapi para mantan hwarang yang sudah berpengalaman di berbagai perang, dan juga ada keluarga dari beberapa komandan hwarang yang bergabung dengan para pemberontak sehingga menyulitkan posisi para hwarang yang bersangkutan.
Saat mengetahui mental pasukannya terpuruk, Ratu Seondeok menyemangati paskannya dengan berkumpul bersama pasukannya di perkemahan pasukan utama. Selain ratu, anggota keluarga kerajaan lainnya seperti Pangeran Chunchu, Pangeran Yongchun, dan Pangeran Alcheon juga terjun ke medan perang memimpin pasukan mereka masing-masing. Ketika pertempuran semakin berat bagi Cheon-gwang, tiba-tiba terlihat oleh pasukan kedua-belah pihak ada bintang jatuh (meteor) yang arah jatuhnya mengarah ke istana utama Silla di Seorabeol. Peristiwa ini menjadi malapetaka bagi Cheon-gwang dan pasukan hwarang, juga bagi seluruh pasukan pendukung ratu sebab Bidam menggunakan hal itu untuk membenarkan pemberontakannya dan menyemangati para pendukungnya dengan berkata bahwa meteor itu merupakan tanda langit yang berpihak pada mereka dan sebagai tanda Ratu Seondeok akan jatuh melalui melalui pemberontakan mereka, dan seketika itu juga kekuatan pasukan Bidam seakan-akan bertambah berkali-kali lipat karena semangat membara pasukannya.
Ditempat yang berbeda semangat tempur pasukan pendukung Ratu Seondeok anjlok karena alasan yang sama, “bintang yang jatuh ke arah istana”. Tidak hanya patah semangat, para tentara bahkan menolak untuk bertempur karena menganggap perjuangan mereka sia-sia. Hanya Cheon-gwang dan pasukan hwarang yang tetap penuh semangat melawan pasukan pemberontak.
Kim Yushin berusaha mencari akal agar semangat tempur pasukan kerajaan naik kembali. Beliau lalu mendapat ide dan segera melaksanakan idenya itu dengan memerintahkan para hwarang untuk menerbangkan layang-layang berapi dari arah istana ke langit. Diwaktu yang tepat, para hwarang berteriak sambil pura-pura terkejut saat menengok kearah istana, dan terlihatlah layang-layang berapi itu oleh pasukan kerajaan. Kim Yushin lalu berteriak, “Bintang yang tadi jatuh ke istana telah naik kembali ke langit”, sambil berteriak bahwa langit memihak pada Ratu Seondeok. Pasukannya kembali bersemangat sambil menggaungkan teriakan perang yang terdengar hingga ke perkemahan pasukan Bidam. Pasukan Bidam akhirnya tahu penyebab naiknya semangat tempur pasukan ratu dikarenakan ‘bintang’ yang tadi jatuh telah naik kembali ke langit dan seketika itu juga semangat tempur mereka jatuh.
Strategi sederhana ini mampu membalikkan keadaan dimedan perang. Perang pun dimenangkan oleh pasukan pendukung Ratu Seondeok. Ribuan tentara pemberontak ditahan, termasuk Bidam dan para pendukungnya yang berhasil ditangkap hidup-hidup. Pemberontakan besar yang hanya memakan waktu 10 hari inipun berhasil dipadamkan.
Sayangnya, pemberontakan Bidam ini membuat ratu begitu syok. Perang ini menyita pikiran ratu dan menguras energinya sehingga kesehatan beliau merosot drastis. Ratu Seondeok wafat pada 17 Februari 647, ditahun yang sama ketika pemberontakan itu terjadi. Kematian ratu ini seakan menjadi duka penutup bagi Silla sebab Silla kehilangan ribuan tentara hwarang dan puluhan komandan hwarang yang tewas dalam perang 10 hari ini, termasuk Cheon-gwang.
Cheon-gwang tidak pensiun sebagai pungwolju melainkan wafat dalam peristiwa “Pemberontakan Bidam” pada tahun 647 setelah beliau menjabat sebagai pungwolju selama 4 tahun. Kematian Cheon-gwang ini ditangisi oleh sahabat-karibnya, Yangdo.
Cheon-gwang digantikan oleh adik iparnya, Chunjang. Walaupun anak-anak Cheon-gwang tidak ada yang menjadi pungwolju namun kelak adik-iparnya menjadi pungwolju ke-25 dan keponakannya menjadi pungwolju ke-30. Mereka berdua adalah para pungwolju yang berjasa besar dalam penaklukan Kerajaan Baekje dan Penaklukan Kerajaan Goguryeo.
Aktor Yang Memerankan Cheon-gwang
Tokoh Cheon-gwang muncul dalam drama “The King’s Dream” yang diproduksi oleh KBS pada tahun 2012.
Didahului oleh:
Artikel yang berhubungan dengan Hwarang:
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ARTIKEL INI DISUSUN DAN DITERBITKAN PERTAMA KALI
OLEH DELEIGEVEN MEDIA
SETIAP ARTIKEL YANG MEMILIKI ISI, SUSUNAN, DAN GAYA PENULISAN
YANG MIRIP DENGAN ARTIKEL INI MAKA ARTIKEL-ARTIKEL TERSEBUT
MENYADUR ARTIKEL INI.
DILARANG KERAS MEMPLAGIAT ARTIKEL INI!
CANTUMKAN LINK LENGKAP ARTIKEL INI DISETIAP KALIMAT YANG ANDA DISADUR DARI ARTIKEL INI. SESUAI UNDANG-UNDANG HAK CIPTA, JIKA MENYADUR/MENG-COPY MINIMAL SEPULUH KATA TANPA MENCANTUMKAN SUMBER DARI KALIMAT ITU (BERBEDA DARI PENCANTUMAN SUMBER DI CATATAN KAKI (FOOTNOTE) MAKA ITU ADALAH TINDAKAN PLAGIARISME.
JIKA ANDA MENYADUR SEBAGIAN BESAR ARTIKEL INI MAKA ANDA HARUS MENCANTUMKAN KALIMAT:
"ARTIKEL INI DISADUR DARI....(LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA",
ATAU:"SUMBER UTAMA DARI SEBAGIAN BESAR INFORMASI ARTIKEL INI DIAMBIL DARI (LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA"
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Notes (Catatan):
*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)
*Please open:
Kingdom of Silla for short story about "Kingdom Of Silla" in ENGLISH
(Silahkan membuka link: Kingdom of Silla untuk membaca sejarah singkat Kerajaan Silla dalam bahasa Inggris).
*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account:
@deleigevenhistory
(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Copyrights Story: Deleigeven Media
Copyrights Picture : MBC (drama "The Great Queen Seondeok", 2009), KBS (drama "The King's Dream", 2011)
Penyusun:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Desain : Deleigeven
Penerbit: Deleigeven Media
Daftar Pustaka:
-Byeon-won Lee; History
-Maurizio Riotto; The Place Of Hwarang Among The Special Military Corps Of Antiquity; The Journal of Northeast Asian History; Northeast Asian History Foundation; 2012
-Richard McBride; Silla Budhist & The Manuscript of Hwarang Segi
-Tae-hoong Ha; Samguk Yusa, Legends and History of the Three Kingdoms of Ancient Karea; Yonsei University Press; 1972; Seoul
-Wontak Hong; Baekche An Offshoot of the Buyeo-Koguryeo in Mahan Land; East Asian History, A Korean Perspective; 2005; Seoul
-Young-kwan Kim, Sook-ja Ahn; Homosexuality In Ancient Korea; Pyongtaek University, Hanyoung Theological University; 2006; Seoul
-Korean History For International Citizen; Northeast Asian History Foundation
-Korea's Flowering Manhood
-The History of Hwarang-do
-The Three Kingdoms of Ancient Korea in the History of Taekwon-Do
Daftar Website:
Min aq kok ngebayangin yang memerankan pungwolju cheongwang tu Lee joon Ki oppa ya :-)
ReplyDeleteMukanya kan cantik tapi jago berantem hehe,,,,
Halo...
DeleteHahaha, saya juga berpikir begitu waktu menulis profilnya Cheon-gwang ^^
Berarti seonhphum bukan pemberontak ya, karna di drama seonhphum di gambarkan sbg pemberontak (melawan perintah chilseok saat disuruh menyerahkan diri, saat itu dy di pihak bidam )
ReplyDeleteStlh baca ini jadi mikir yang bikin cerita the queen of seondeok hebat bener, mrk bisa ngutak atik sejarah hingga menghasilkan drama yg fenomenal, yeah meskipun tidak 100% yang tertuang di drama itu real karna udh di mix dg fiksi,contohnyabkaya kisah deokman &bidam,
Halo Ssantikki Chu,
Delete1.Seonphum dalam artikel ini berbeda dengan Seokphum dalam drama "The Great Queen Seondeok". Mereka sama-sama tokoh sejarah nyata tetapi nama mereka berbeda, yang satu "Seon" (huruf "N") sedangkan yang satu lagi "Seok" (huruf "K").
Seonphum adalah salah-satu Pungwolju, sedangkan Seokphum dalam drama "The Great Queen Seondeok" adalah mantan Hwarang yang menjadi salah-satu pemimpin pemberontakan dimasa akhir pemerintahan Raja Jinpyeong. Jadi pemberontakan di drama "The Great Queen Seondeok" benar-benar ada yaitu "Pemberontakan Chilsuk dan Seokphum) dan pemberontakan Bidam.
2.Cerita drama "The Great Queen Seondeok" memang memodifikasi kisah sejarah seperti perbedaan usia Kim Yushin, Alcheon, dan Ratu Seondeok, dll, tetapi sebagian besar alur dan tokoh-tokohnya masih sesuai dengan sejarah walaupun mungkin kalau anda membuka wikipedia sejarahnya akan terlihat berbeda. Ini karena rata-rata sejarah Korea mengacu pada kitab Samguk Sagi (tidak ada tokoh Mishil) sedangkan drama "The Great Queen Seondeok" mengacu pada kitab Hwarang Sagi (ada tokoh Mishil). Kedua kitab ini memiliki banyak perbedaan kisah. Kitab Samguk Sagi lebih banyak diterima karena kitab ini ditulis lebih lengkap daripada kitab Hwarang Sagi tetapi kitab Hwarang Sagi yang lebih tua sehingga oleh sebagian kalangan dianggap lebih otentik.
Kisah Deokman dan Bidam memang masih misterius karena sosok Bidam juga masih sangat misterius.
Penjelasan mengenai Ratu Seondeok dan Bidam silahkan di artikel KERAJAAN SILLA: ERA PERSIAPAN PENYATUAN TIGA KERAJAAN.
Demikian penjelasannya. Salam.