DELEIGEVEN HISTORICULTURAM

HISTORY IS ONE OF THE BEST INFORMATION FOR OUR CURRENT & FUTURE

Translate

Wednesday 7 January 2015

Para Putra Mahkota Joseon Tanpa Takhta



Dinasti Joseon adalah dinasti terakhir yang memerintah Korea, yang terbentuk pada tahun 1392 dan berakhir pada tahun 1897 dengan raja pertamanya adalah Raja Taejo dan raja terakhirnya adalah Raja Gojong. Raja Gojong dari Joseon lalu mengubah nama Joseon menjadi "Kekaisaran Han Raya" sebagai pertanda lepasnya Korea dari pengaruh Dinasti Qing yang telah runtuh. Putra Gojong, Raja Sunjong atau Kaisar Yanghui lalu menjadi penguasa terakhir Joseon yang telah menjadi "Kekaisaran Han Raya" dan menjadi penguasa terakhir Kerajaan Korea karena negeri itu dicaplok oleh Jepang pada tahun 1910. Meskipun berubah nama, namun Dinasti Joseon tetap diakui sebagai dinasti terakhir di Korea. Dinasti ini memerintah Korea selama lebih dari 500 tahun dengan ibukota di Hanseong/Hanyang atau Seoul. Joseon juga merupakan Dinasti yang menganut ajaran Kongfusius terlama di dunia. Seperti kerajaan-kerajaan lainnya didunia, Joseon juga mengalami pasang-surut. Selain mencatatkan banyak prestasi dan pencapaian dibidang budaya dan seni yang mengagumkan, sejarah Joseon juga dihiasi oleh banyak konflik. Percobaan kudeta bahkan kudeta berdarah, juga penggulingan beberapa orang ratu, dan pengasingan beberapa anggota kerajaan, dan masih banyak lagi konflik menjadi bagian dari catatan-catatan sejarah Joseon.  

Ada banyak kisah menarik tentang keluarga kerajaan Joseon, baik itu kisah cinta para raja-nya, persaingan para ratu dan selir kerajaan, dan juga kisah anak-anak raja. Sayangnya, tidak banyak tulisan mengenai para putri raja, sebaliknya ada banyak sekali tulisan mengenai para pangeran.

Banyak kisah manis mengenai para pangeran Joseon, namun tidak sedikit juga yang memiliki hidup yang tragis. Ironisnya, beberapa Putra Mahkota Joseon tidak luput dari kehidupan tragis ini.

Para Putra Mahkota Joseon hidup dibawah tekanan karena status yang disandang mereka. Tekanan-tekanan itu tidak jarang mempengaruhi kesehatan mereka. Banyak putra mahkota yang mampu bertahan, namun ada juga yang harus mengalah pada penyakit dan meninggal sebelum mewarisi takhta. Beberapa dari mereka meninggal ditangan ayahnya sendiri, sang Raja Joseon, dan ada juga yang terbunuh akibat sang ayah diturunkan dari takhtanya, bahkan ada dari mereka yang dibunuh oleh saudara kandungnya karena takhta. Beberapa dari para putra mahkota ini tetap dikenang oleh keturunannya dan diberi penghormatan layaknya seorang raja, namun ada juga yang dilupakan ditempat pengasingannya.

Inilah kisah para Putra Mahkota Joseon yang tidak memperoleh takhta-nya.




1. PUTRA  MAHKOTA  UI'AN (Putra  Raja Taejo)

Saat membicarakan tentang Para Putra Mahkota yang tidak pernah menjadi raja, maka Putra Mahkota Ui’an berada diurutan pertama dalam daftar ini.

Putra Mahkota Ui’an dilahirkan pada tahun 1382 dengan nama Yi Bang-seok. Ia adalah putra kedelapan dari Raja Taejo, yang dilahirkan oleh Ratu Sindeok dan merupakan putra kedua dari Ratu Sindeok. Kakak kandungnya bernama Yi Bang-ban (Pangeran Besar Mu’an) dan adik kandungnya bernama Putri Gyeongsun.

Yi Bang-seok diangkat menjadi Putra Mahkota Joseon pada tanggal 7 September 1392 saat ia masih berumur 10 tahun. Ia merupakan putra kesayangan Raja Taejo. Ibunya meninggal 4 tahun setelah dia diangkat sebagai Putra Mahkota, yaitu pada tanggal 15 September 1396. Pangeran Yi Bang-seok baru berusia 14 tahun ketika ibunya wafat.

Posisi Pangeran Yi Bang-seok sebagai Putra Mahkota didukung oleh Jeong Do-joen, perdana menteri Joseon saat itu. Ancaman terbesar bagi posisi Pangeran Yi Bang-seok adalah kakak tirinya, Yi Bang-won (Raja Taejong). Saat itu, banyak orang merasa bahwa Yi Bang-won adalah putra Taejo yang paling pantas menjadi pewaris takhta. Yi Bang-won yang sangat ambisius juga sangat menginginkan takhta. Ditambah lagi dia memiliki banyak prestasi. Namun, ketika Yi Bang-won akan diangkat menjadi pangeran pewaris, Jeong Do-jeon menggunakan pengaruhnya atas raja untuk meyakinkannya memilih putra yang paling dicintai oleh Taejo, bukan putra yang dirasa Taejo yang terbaik untuk kerajaan.

Setelah Pangeran Yi Bang-seok diangkat menjadi pangeran pewaris, perseteruan antara Jeong Do-jeon dan Yi Bang-won justru semakin runcing. Jeong Do-jeon lalu melakukan konspirasi untuk membunuh Yi Bang-won dan saudara-saudara kandungnya untuk mengamankan posisi Pangeran Yi Bang-seok dan posisi Jeong Do-jeon sendiri di istana. Sialnya, Yi Bang-won mengetahui konspirasi itu. Yi Bang-won pun segera melakukan pemberontakan dan mengacaukan istana. Dia membunuh Jeong Do-jeon dan para pengikutnya.

Pangeran Yi Bang-seok yang tidak ingin melanjutkan pertikaian dengan kakaknya langsung menghadap raja dan ditemani oleh kakaknya, Pangeran Mu’an (Yi Bang-ban). Pangeran Yi Bang-seok lalu menanggalkan gelarnya sebagai Putra Mahkota. Ketika itu, ia berpikir emosi Yi Bang-won akan mereda. Namun bagi Yi Bang-won, kedua pangeran bersaudara ini tetaplah merupakan ancaman. Ketika Pangeran Mu’an dan Pangeran Yi Bang-seok keluar dari istana, mereka dihadang oleh para pembunuh atas perintah Yi Bang-won. Kakaknya, Pangeran Mu’an, dibunuh oleh Jo Juni, sedangkan Pangeran Ui’an dibunuh oleh Yi Geo-yi yang merupakan ayah mertua dari saudara tirinya, Putri Gyeongshin (adik kandung Yi Bang-won). Mereka berdua dibunuh di Gerbang Yeongchumun di Istana Gyeongbok.

Pangeran Yi Bang-seok wafat pada tanggal 6 Oktober 1398 di usia yang sangat muda, 16 tahun. Kakaknya, Pangeran Mu’an wafat diusia 17 tahun.

Setelah kematian mereka, suami dari Putri Gyeongsun (satu-satunya saudari seibu mereka) yang bernama Yi Je juga tewas dibunuh karena merupakan pengikut dari Jeong Do-jeon. Tak lama setelah pembantaian itu, Pangeran Yeong'an (Yi Bang-gwa, yang kelak akan menjadi Raja Jeongjong) yang terkenal murah hati meminta Putri Gyeongsun untuk meninggalkan istana bersama putranya, Pangeran Heung’an demi keselamatan sang putri dan keturunan yang berasal dari garis Ratu Sindeok (ibu Yi Bang-seok).

Kelak, pada 14 September 1406 Raja Taejong (Yi Bang-won) memberikan gelar anumerta "Pangeran Sodo" pada Pangeran Yi Bang-seok (berbeda dengan Pangeran Sado putra Raja Yeongjo). Sedangkan kakaknya, Pangeran Mu’an diberikan gelar anumerta "Pangeran Gongsun". Taejong tidak pernah mengakui fakta bahwa adik bungsu-nya itu pernah menjadi Putra Mahkota. Taejong pun mengharamkan nama Jeong Do-jeon dimuliakan dalam sejarah Joseon, dan hal ini berlaku hingga masa pemerintahan Raja Sukjong. Pada tanggal 21 Agustus 1680, Raja Sukjong memulihkan nama anumerta mereka, dan memberikan gelar Putra Mahkota Ui'an pada Yi Bang-seok & Pangeran Besar Mu'an pada Yi Bang-ban.

Pangeran Ui’an sempat muncul dalam drama Tears of The Dragon, Drama Jeong Do-jeon, dan beberapa drama yang mengambil latar pemerintahan Raja Taejo.





2. PUTRA  MAHKOTA  UIGYEONG  (Putra Raja Sejo)

Putra Mahkota Uigyeong lahir pada tahun 1438 dengan nama lahir Yi Jang. Dalam sejarah, dia lebih dikenal dengan nama Pangeran Dowon. Ia adalah putra sulung Raja Sejo dari Ratu Jeonghui, dan kakak kandung dari Raja Yejong. Dia juga adalah ayah dari Raja Seongjong dan kakek dari Yeonsan-gun. Istri Uigyeong kelak terkenal dengan nama Ratu Insoo. Kelak istrinya dibunuh di masa pemerintahan Yeonsan-gun oleh sang cucu sendiri, Yeonsan-gun. Setelah Yeonsan-gun dikudeta, cucu-nya yang lain, Pangeran Besar Jinseong, diangkat menjadi raja Joseon dengan nama Raja Jungjong.

Selain Pangeran Haeyang (Raja Yejong), Putra Mahkota Uigyeong memiliki banyak saudara dan saudari. Saudara-saudara seibunya adalah Pangeran Haeyang, Putri Uisook (1442-1477), Putri Uiryeong, dan Putri Uihwa. Sedangkan saudara berbeda ibu adalah Pangeran Deokwon (1449-1498), Pangeran Changwon (1458-1484), dan seorang pangeran yang tak tercatat namanya dalam catatan sejarah yang lahir pada tahun 1458 dan wafat pada tahun 1463.

Sejak awal, Pangeran Uigyeong tidak tertarik pada pemerintahan karena dia lebih tertarik pada seni. Dia tidak menyangka akan menjadi seorang Putra Mahkota. Namun, nasib membawanya memasuki istana seiring dengan kudeta yang dilakukan oleh ayahnya terhadap saudara sepupunya, sang raja terdahulu, Raja Danjong. Sang ayah berharap banyak pada Pangeran Uigyeong namun perubahan itu terlalu cepat bagi Uigyeong. Sedari awal, Uigyeong memiliki tubuh yang lemah dan kekacauan politik serta tekanan sebagai Putra Mahkota membuat kesehatannya menurun. Uigyeong-pun sering jatuh sakit.

Pada bulan September 1457 di tahun ketiga pemerintahan Raja Sejo, Uigyeong menghembuskan napas terakhirnya. Ia wafat di usia yang masih sangat muda, 20 tahun.

Saat itu, banyak sekali cerita yang mengatakan bahwa kematian Uigyeong adalah kutukan bagi keluarga Raja Sejo akibat kudeta berdarah yang dilakukannya. Kutukan itu seakan-akan terus berlanjut ketika adik laki-laki Uigyeong yang menggantikan Raja Sejo, yaitu Raja Yejong juga wafat di usia muda. Istri Uigyeong, Ratu Insoo hidup selama masa pemerintahan empat orang raja (Raja Sejo, Raja Yejong, Raja Seongjong, dan Yeonsan-gun).

Setelah kematian Uigyeong, Sejo mengangkat adik Uigyeong, Pangeran Haeyang sebagai Putra Mahkota dan kelak menjadi Raja Yejong, namun setelah Raja Yejong wafat takhta tidak diwariskan pada putra Raja Yejong, melainkan pada putra Uigyeong, yaitu Raja Seongjong. 

Pangeran Uigyeong menerima gelar anumerta sebagai Raja Deokjong dari putra keduanya, Raja Seongjong pada tahun 1471. Meskipun dia tidak pernah menjadi raja Joseon namun suksesi atas takhta Joseon berasal dari garis keturunannya, bukan dari garis keturunan sepupunya, Raja Danjong, juga bukan pula dari garis keturunan sang adik, Raja Yejong yang menggantikan sang ayah sebagai raja.

Aktor yang memerankan Putra Mahkota Uigyeong

Putra Mahkota Uigyeong sempat diceritakan dalam drama The Princess’s Man, namun drama yang paling detail menceritakan tentang Putra Mahkota Uigyeong adalah drama Queen Insoo. 






3. PANGERAN  HWANG  (Putra Raja Yeonsan)

Ayahnya adalah Yeonsan-gun, raja Joseon yang tiran, dan ibunya adalah Lady Munseong (1472-1537) dari klan Shin. Dia adalah cicit dari Putra Mahkota Uigyeong. Saudara se-ibunya adalah Pangeran Besar Changnyeong dan Putri Donsu, sedangkan saudara-saudara lainnya yang berbeda ibu adalah Pangeran Yangpyeong, Pangeran Yi Don-soo, dan dua orang saudari. 

Saat sang ayah diturunkan dari tahta melalui kudeta pada tahun 1506 nasib buruk pun menimpa Pangeran Hwang dan saudara-saudaranya. Pamannya, Pangeran Besar Jinseong diangkat oleh para pemberontak sebagai raja Joseon yang baru. Dia dan semua saudara-saudaranya dibunuh. Ayahnya wafat setahun setelah kudeta, sedangkan Ibunya, Lady Munseong mampu bertahan hidup dalam kemalangan selama beberapa tahun setelah kudeta dan wafat pada tahun 1537. Karena Pangeran Hwang wafat diusia belia dan ayahnya diturunkan dari takhta melalui kudeta maka tidak banyak catatan sejarah yang menuliskan tentangnya.

Walaupun banyak film yang menceritakan tentang sang ayah, namun hampir tidak ada film atau drama yang menceritakan tentang Pangeran Hwang.




4. PANGERAN  SUNHOE (Putra Raja Myeongjong)

Pangeran Sunhoe lahir pada tahun 1551 dan wafat pada tahun 1563. Dia adalah putra tunggal raja Myeongjong dan ratu Insoon dari klan Shim Cheongsong. Sayang, sang pangeran wafat karena sakit di usia sangat muda (13 tahun) dan memutuskan garis suksesi dari Raja Myeongjong. Kematian Pangeran Sun-hoe merupakan ironi bagi Raja Myeongjong karena Raja Myeongjong menjadi raja setelah kakaknya, Raja Injong wafat tanpa memiliki keturunan. Raja Injong meninggal secara tiba-tiba dan diduga diracun oleh paman-paman Raja Myeongjong atas perintah dari ibunda Raja Myeongjong. Empat tahun setelah kematian Sunhoe, sang ayah, Raja Myeongjong wafat tanpa memiliki pewaris. Oleh karena itu saudara sepupunya, Pangeran Haseong menggantikan ayahnya dan menjadi Raja Seonjo. Ibunya, Ratu Insoon wafat 12 tahun setelah kematiannya, yaitu pada tanggal 12 Februari 1575.

Karena tidak banyak drama yang fokus menceritakan tentang sang ayah, sedikit drama atau film yang memunculkan tokoh Pangeran Sunhoe. Satu dari sedikit kemunculan tokoh Pangeran Sunhoe adalah dalam drama "Mirror Of The Witch" yang dibintangi oleh Yoon Shi-yoon dan Kim Saeron.




5. PANGERAN  JI (Putra Raja Gwanghae)

Pangeran Ji dilahirkan pada tanggal 15 Agustus 1598. Dia adalah satu-satunya putra Gwanghae-gun. Ibunya adalah Ratu Munseong dari klan Yu. Walaupun ayahnya adalah Raja yang bijaksana dan termasyur namun intrik-intrik politik membuat sang ayah dikudeta dari takhtanya pada tahun 1623. 

Sejarah mencatat bahwa Gwanghae-gun dan keluarga-nya dibuang ke pulau Ganghwa dan lalu ke Pulau Jeju, namun sayangnya Pangeran Ji meninggal ditahun yang sama dengan kudeta terhadap ayahnya (saat atau sesudah kudeta), yaitu pada tanggal 22 Juli 1623 ketika dia berusia 25 tahun. Sang ayah, Gwanghae-gun wafat di pulau Jeju pada tahun 1641, sedangkan sang ibu, Ratu Munseong telah wafat tak lama setelah kematian Pangeran Ji, yaitu pada tanggal 31 Oktober 1623. Pangeran Ji hanya memiliki seorang saudari yang lahir pada tahun 1619, saudarinya adalah putri ayahnya dari Lady Yoon. Saudarinya ini tercatat wafat pada tahun 1664.

Tokoh Pangeran Ji sempat muncul dalam drama "The King's Face" (saat ketika Gwanghae-gun akan diturunkan statusnya dari posisi Putra Mahkota).





6.   PUTRA  MAHKOTA  SOHYEON (Putra Raja Injo)

Putra Mahkota Sohyeon (5 Februari 1612 - 21 Mei 1645) adalah anak pertama dari Raja Injo. Sohyeon terpilih sebagai putra mahkota pada tahun 1625 ketika ayahnya, Raja Injo naik takhta melalui kudeta (yang menjatuhkan Gwanghae-gun) pada tahun 1623. Pada tahun 1627, ia menikah dengan putri dari Kang Seok-gi (generasi ke-17 keturunan dari Jendral Gang Gam-chan).

Putra Mahkota Sohyeon adalah satu dari dua Putra Mahkota yang paling populer dalam sejarah Joseon. Putra Mahkota lainnya yang populer adalah Pangeran Sado.

Pangeran Sohyeon adalah seorang pangeran yang sangat cerdas dan menaruh minat yang tinggi pada ilmu pengetahuan barat termasuk agama Kristen. Memang, agama Katolik/Kristen pertama kali masuk ke Joseon pada era Gwanghae-gun, namun Pangeran Sohyeon adalah anggota keluarga kerajaan pertama yang bersentuhan dengan agama ini. Pangeran Sohyeon adalah satu-satunya Putra Mahkota Joseon yang memeluk agama Kristen. Dia mengamalkan iman Kristen-nya dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam pernikahan dengan hanya memiliki seorang istri, tanpa mengambil satu-pun selir. Pangeran Sohyeon adalah satu dari sedikit keluarga istana Joseon yang hanya beristri satu tanpa memiliki selir. Raja-raja Joseon yang hanya beristri satu dan/atau tidak memiliki selir adalah Raja Danjong dan Raja Injong, serta adik serta keponakan Sohyeon yaitu, Pangeran Bongrim (Raja Hyojong) dan Raja Hyeonjong (ayah Raja Sukjong), juga Raja Gyeongjong (menikah kedua kali setelah istri pertamanya meninggal). Pangeran Sohyeon dan beberapa bangsawan yang disandera oleh Dinasti Qing adalah orang-orang yang membawa agama Katolik ke Joseon, dan berhasil menembus kelas bangsawan sehingga membuat agama ini dapat bertahan dibawah penindasan selama berabad-abad di Joseon. Andaikan Sohyeon tidak meninggal dan menjadi raja Joseon, maka agama Katolik akan berkembang sangat pesat dan modernisasi di Joseon akan berlangsung lebih cepat dari yang sekarang tercatat dalam sejarah.

Awal mula Pangeran Sohyeon menjadi sandera di dinasti Qing adalah akibat invasi Manchu ke Joseon. Sohyeon sempat melarikan diri ke Benteng di pegunungan Namhan bersama ayahnya pada invasi Kedua Manchu Korea tahun 1636, setelah itu mereka melarikan diri ke Pulau Ganghwa. Sohyeon-pun berperang dengan Manchu untuk mempertahankan pulau Ganghwa, namun peperangan itu dimenangkan oleh Manchu. Ketika pasukan Putra Mahkota Sohyeon kalah dan Pulau Ganghwa direbut oleh Manchu, Raja Injo menyerah kepada pemimpin Manchu, Huang Taiji. Pihak Manchu meminta sandera berupa para putra raja sebagai perjanjian perdamaian setelah invasi Manchu ke Joseon tahun 1636. Sohyeon secara sukarela menyerahkan diri untuk menjadi sandera bersama dengan istrinya, adiknya (Pangeran Bongrim), dan beberapa pejabat Korea lainnya di Shenyang, ibukota Dinasti Qing.

Selama menjadi sandera, Pangeran Sohyeon bekerja tanpa lelah sebagai mediator antara Joseon dan Dinasti Qing. Dia melakukan banyak usaha untuk memastikan bahwa Qing tidak akan lagi memusuhi Korea. Dia melindungi rakyatnya yang berada di China, seperti Kim Sang-heon yang dituduh oleh pihak Manchu sebagai mata-mata anti-Qing. Sohyeon juga berjasa dalam proses pemulangan para budak dari Joseon yang ditawan oleh pihak Manchu. Pangeran Sohyeon juga belajar bahasa Mongol dan membantu Dinasti Qing untuk menaklukan perbatasan Barat.

Walaupun Sohyeon sangat cerdas, namun dia memiliki kelemahan, yaitu ketidak-mampuannya dalam bertarung. Pada saat berperang melawan Manchu, Sohyeon memang merupakan ahli strategi tapi bukanlah beliau bukanlah seorang yang berpengalaman sebagai prajurit perang. Selama pengasingan Sohyeon di China, ia selalu dilindungi oleh adiknya, Pangeran Bongrim (kelak menjadi Raja Hyojong). Saat Pangeran Sohyeon bekerja keras mewakili Joseon di China, Pangeran Bongrim justru bekerja keras melindungi kakaknya dari ancaman dinasti Qing. Huang Taiji dan pasukan Manchu-nya masih berperang melawan dinasti Ming dan juga terlibat dalam pertempuran dengan bangsa Mongol dan orang-orang Muslim di China. Berkali-kali, Kaisar Qing meminta Pangeran Sohyeon untuk pergi ke medan perang dan membantu pasukan komando melawan musuh Manchu. Hal ini membuat Pangeran Bongrim khawatir karena kakaknya adalah pewaris tahta Joseon. Pangeran Bongrim selalu menggantikan Sohyeon untuk berperang melawan musuh-musuh Qing. Pangeran Bongrim juga mengikuti Sohyeon ke pertempuran melawan Uyghur dan bangsa Muslim di bagian barat. Karena selalu bersama-sama melalui begitu banyak masalah-masalah berat yang disebabkan oleh Dinasti Qing, kedua Pangeran ini berjanji untuk melakukan balas dendam pada dinasti Qing saat kelak nanti Sohyeon menjadi raja dan berhasil memodernisasi Joseon.

Pangeran Sohyeon kemudian pindah ke Beijing pada 1644 selama 70 hari, dan bertemu dengan para misionaris Jesuit, salah-satunya adalah Johann Adam Schall von Bell dari Jerman. Melalui para missionaris inilah ia diperkenalkan pada agama Katolik Roma dan budaya Barat. Johann Adam Schall von Bell memberinya buku tentang ilmu Barat dan buku-buku tentang pengetahuan yang didasarkan pada iman Katolik yang sangat menarik minat sang pangeranSohyeon pun mengabarkan hal ini pada ayahnya, namun Raja Injo dan para menteri terdekatnya mengutuk perilaku Sohyeon dengan tuduhan pro-Qing. 

Joseon memang menjadi negara bawahan Qing namun Joseon sejatinya tetap mendukung dinasti Ming. Sohyeon pun demikian, namun jika Sohyeon terang-terangan menentang Manchu, maka nyawanya dan nyawa rakyat Joseon di China akan terancam dan mungkin juga akan menyebabkan Joseon akan kembali diserang oleh Manchu. Pangeran Sohyeon rupanya meniru gaya diplomasi pendahulu ayahnya, Raja Gwanghae yang tetap menjalin hubungan yang baik dengan pihak Manchu sehingga selama masa pemerintahan Gwanghae, tidak ada peperangan antara Joseon dengan negara lain. Tetapi, diplomasi Pangeran Sohyeon tidak mendapatkan dukungan dari pihak istana Joseon, dia mendapatkan banyak oposisi. Meskipun Pangeran Sohyeon kembali ke Korea pada tahun 1645 dengan berbagai prestasi namun ayahnya tetap menghina dia karena berhubungan baik dengan Manchu dan mencoba untuk memodernisasi Korea dengan membawa agama Katolik dan ilmu pengetahuan Barat.

Setibanya di Joseon, Pangeran Sohyeon mendesak ayahnya untuk memodernisasi Joseon dan mengkaji kebudayaan dan pengetahuan barat. Sohyeon juga meminta ayahnya untuk mengijinkan agama Katolik dapat dengan bebas berkembang di Korea. Namun, sang ayah murka atas ide-ide Sohyeon, terlebih lagi pada kenyataan bahwa Sohyeon adalah penganut Kristen yang taat. Iman Kristen-nya inilah yang memperparah konflik antara dirinya dan sang ayah.

Pada tanggal 21 Mei 1645, Pangeran Sohyeon ditemukan tewas di kamar Raja karena pendarahan parah di kepala. Legenda mengatakan bahwa Injo membunuh anaknya sendiri dengan memukul kepala Putra Mahkota Sohyeon menggunakan botol tinta yang dibawa oleh Putra Mahkota dari China. Namun beberapa sejarawan mengatakan ia diracun karena ada fakta bahwa ia memiliki bintik-bintik hitam di seluruh tubuhnya setelah kematiannya dan tubuhnya membusuk dengan cepat.

Banyak orang, termasuk istrinya berusaha mengungkap apa yang terjadi pada putra mahkota, namun Injo langsung memerintahkan mengadakan upacara pemakaman. Upacara yang dilakukan juga bukanlah upacara pemakaman yang layak untuk memakamkan seorang Putra Mahkota. Pangeran Sohyeon dimakamkan di Goyang, Gyeonggi.

Jauh di China, sang adik, Pangeran Bongrim sangat berduka akibat kematian sang kakak. Pangeran Bongrim lalu dipanggil pulang ke Korea. Setibanya di Joseon, Raja Injo menunjuk Pangeran Bongrim sebagai Putra Mahkota baru (yang kemudian menjadi Raja Hyojong) ketimbang menunjuk anak tertua Pangeran Sohyeon, yaitu Pangeran Gyeongseon yang berada diurutan kedua setelah Pangeran Sohyeon dalam daftar suksesi.

Kematian mendadak Pangeran Sohyeon juga memupuskan harapan Johann Adam Schall von Bell untuk membawa agama Katolik ke Joseon secara langsung.

Segera setelah itu, Injo memerintahkan pengasingan tiga putra Pangeran Sohyeon ke Pulau Jeju. Kelak, hanya putra bungsu-nya, Pangeran Gyeon-gan yang kembali ke Hanyang dalam keadaan hidup. Istri Sohyeon, Putri Mahkota Minhoe yang terus meminta diadakannya pengusutan atas kematian suaminya, dihukum mati dengan tuduhan pengkhianatan.

Setelah Pangeran Bongrim menjadi raja, dia berusaha menyingkirkan para pejabat yang menghasut ayahnya, dan bahkan menghukum mati salah seorang selir ayahnya yang juga menghasut ayahnya sehingga memperparah hubungan raja dan Putra Mahkota Sohyeon. Beliau juga melanjutkan ide-ide sang kakak termasuk modernisasi Joseon tapi modernisasi itu sudah terlambat untuk mewujudkan janjinya dengan sang kakak dulu, yaitu menyerang dinasti Qing. Dinasti Qing sudah terlalu kuat bagi Joseon. Namun, modernisasi itu membuat dinasti Qing mengurungkan niatnya untuk mencoba kembali menyerang Joseon sehingga Joseon dapat menjalankan pemerintahannya sendiri walaupun Joseon masih menjadi negara bawahan Qing.

Pangeran Bongrim juga menjamin keselamatan para penganut Katolik yang semakin banyak di Joseon. Ide-ide Sohyeon yang dijalankan oleh Pangeran Bongrim menjadi cetak biru pada masa keemasan Joseon yang kelak diawali oleh cucu Pangeran Bongrim, Raja Sukjong.

Beberapa Aktor Yang Memerankan Pangeran Sohyeon


Putra Mahkota Sohyeon diceritakan dalam banyak film dan drama meskipun hanya sedikit film dan drama yang mengisahkan sang putra mahkota sebagai tokoh utama. Pangeran Sohyeon selalu digambarkan sebagai seorang pangeran yang murah hati dan cerdas serta pandai berdiplomasi. Beliau sempat diceritakan dalam drama Horse Doctor, Chuno, Iljimae, The Strongest Chilwoo, dan The Return of Iljimae. Beliau juga muncul dalam drama Tamna The Island. Namun, drama yang paling detail menceritakan tentang Putra Mahkota Sohyeon adalah drama Cruel Palace: War Of Flower dan drama The Three Muskeeters (diperankan oleh Lee Jin-wook dan dibintangi oleh Jung Yong-hwa dari CN.BLUE). Film yang menceritakan tentang dirinya adalah film Intruder Midnight (1969).

Kisah Putra Mahkota juga Sohyeon sangat mirip dengan kisah Putra Mahkota Junghyun dalam drama Scholar Who Walks The Night yang diperankan oleh Lee Hyun-woo dan dibintangi oleh Lee Joon-ki. Kemiripannya adalah Putra Mahkota Junghyun dan keluarganya dicap sebagai pengkhianat, serta istrinya dihukum mati. Putra Mahkota Junghyun juga dibunuh. Hanya ada tiga putra mahkota yang dibunuh pada masa Joseon yaitu Putra Mahkota Ui'an, Putra Mahkota Sohyeon, dan Putra Mahkota Sado. Putra mahkota Sohyeon dan Putra Mahkota Sado meninggal karena campur tangan ayah mereka. Namun, hanya putra mahkota Sohyeon yang setelah meninggal, seluruh keluarganya dicap sebagai pengkhianat dan juga istrinya dihukum mati. Jika kisah Putra Mahkota Junghyun dalam drama "Scholar Who Walks The Night" mengambil kisah Putra Mahkota Sohyeon, maka alur drama itu menjadi pas karena kisah putra mahkota lainnya yang menjadi salah satu tokoh dalam drama tersebut, yaitu Putra Mahkota Yi Yoon (diperankan oleh Changmin TVXQ) memang benar-benar ada dalam sejarah Joseon. Pangeran Yi Yoon dalam drama tersebut mengambil tokoh Raja Jeongjo saat masih menjadi seorang pangeran karena Raja Jeongjo adalah satu-satunya Raja Joseon yang ayahnya (Putra Mahkota Sado) dihukum mati oleh kakeknya (Raja Yeongjo) dan Raja Jeongjo hidup lebih dari seratus tahun setelah kematian Putra Mahkota Sohyeon.

Tokoh Putra Mahkota Sohyeon juga sempat diceritakan dalam komik yang berjudul "Vampire from The East" karya Jo Joo-hee dan Han Seung-hee.






7.   PANGERAN  HYOJANG (Putra Raja Yeongjo)

Pangeran Hyojang adalah putra pertama Raja Yeongjo dari Selir Jeong. Ia lahir pada tahun 1719 namun wafat sembilan tahun kemudian di tahun 1728. Kematiannya menimbulkan duka yang mendalam bagi kerajaan khususnya bagi Raja Yeongjo. Tujuh tahun setelah kematiannya barulah Joseon  memiliki seorang pewaris yaitu Pangeran Sado.

Pangeran Hyojang yang wafat diusia belia tidak sepopuler adiknya, Pangeran Sado, dalam sejarah Joseon, oleh karena itu hampir tidak ada film atau drama yang memunculkan tokohnya.






8.  PANGERAN  SADO  (Putra Raja Yeongjo)



Pangeran Sado lahir pada tanggal 13 February 1735. Nama lahirnya adalah Yi Seon. Sado adalah nama gelar pangerannya. Dia adalah putra raja Yeongjo dari selirnya, Lady Sönhui (1696-1764), dan ayah dari Raja Jeongjo. Pangeran Sado merupakan Putra Mahkota yang paling populer dalam sejarah Joseon.

Selama beberapa tahun setelah kematian putra pertama Raja Yeongjo (Pangeran Hyojang, yang wafat 1728), Joseon tidak memiliki pewaris tahta. Ratu So-Chöngsöng (1692-1767), tidak memiliki anak, sementara selir kesayangan Raja, Lady Sönhui justru melahirkan banyak putri. Namun, pada bulan Februari 1735 Lady Sönhui melahirkan Pangeran Sado yang membuat seluruh istana bergembira.

Sado mulai menjalankan etiket keluarga istana Joseon sejak dia lahir. Setelah 100 hari, Pangeran Sado mulai dijaga oleh pengasuh, kasim, dan pelayan di "Istana Putra Mahkota" yang letaknya agak jauh dari paviliun raja, ratu, dan ibunya. Jauh dari pengawasan orang tua, sang Pangeran kecil tumbuh besar dan bertindak sesuka hatinya. Ibunda Sado, Lady Sönhui yang mengunjungi Sado setiap hari berusaha untuk bersikap tegas dengan selalu memberikan perintah yang mendahului kasih sayangnya sehingga membuat Sado takut pada ibunya dan sangat berhati-hati pada ibunya sendiri.

Pada 1743, Raja dan Ratu memilih calon istri Sado, Lady Hong (1735-1815). Saat itu Lady Hong berusia 8 tahun. Dia adalah putri dari Hong Pong Han (1713-1778), seorang sarjana yang brilian namun berasal dari klan bangsawan miskin. Meskipun demikian, Lady Hong tercatat sebagai keturunan raja karena leluhur ayahnya berasal dari garis keturunan Putri Jeongmyeong (putri Raja Seonjo, kakak kandung dari Pangeran Besar Yeongchang, dan adik tiri dari Raja Gwanghae). Lady Hong dan Pangeran Sado menikah pada tanggal 27 April 1744. Kelak, Lady Hong lebih dikenal dengan nama Lady Hyegyeong. Lady Hyegyeong adalah nama resminya setelah dia menjadi putri mahkota.

Penyakit mental Pangeran Sado dimulai saat dia sakit parah menjelang akhir tahun 1745. Saat itu, Sado terserang demam dan juga panas tinggi selama berhari-hari. Sejak saat itu, Sado mulai menunjukkan perilaku yang tidak biasa. Namun, itu baru 'gejala awal'. Sang pangeran yang menyadari kekurangannya berusaha menutupi semua itu dengan berusaha mempelajari banyak hal dan meningkatkan pengetahuannnya. Pada bulan Januari 1746, Sado dan istrinya untuk sementara pindah ke istana lain yang lebih dekat dengan kediaman ibunya, dan disana Sado belajar dengan sungguh-sungguh. Dia juga terampil dalam teknik memanah dan pedang, namun dia juga gemar membaca karya-karya mitos & takhyul. Sayangnya, perkembangan positif dari pangeran Sado kurang mendapat pujian dari sang ayah. Entah mengapa, sang ayah, Raja Yeongjo selalu merasa tidak senang pada Sado dan selalu memarahinya juga selalu mengkritik tajam semua yang dikerjakan Sado. Raja Yeongjo memang dikenal pemarah dan kemarahannya justru selalu memuncak jika bertemu Sado, apapun yang Sado lakukan. Inilah awal mula Sado menjadi seorang yang sangat idealis dan mengambil sikap dan pendapat yang berbeda dari ayahnya, dan juga semakin mengganggu mentalnya. 

Meski memiliki kelainan mental, Sado sangat dihormati kakak-kakak dan adik-adik perempuannya. Sado memiliki banyak sekali saudara. Saudara-saudari seibu adalah Putri Hwapyeong (1727–1748), Putri Hwayeop (1733–1752), dan Putri Hwawan (1738–1808). Sedangkan yang berbeda ibu adalah Pangeran Hyojang, Putri Hwasoon, Putri Hwayoo (1741–1771), Putri Hwaryeong (1752–1821), dan Putri Hwagil (1754–1772).

Diantara semua saudara-saudaranya, ia paling menyayangi adik perempuannya, Putri Hwayeop (1733-1752) karena sang putri sangat mirip dengan dirinya, sama-sama tidak mendukung Raja. Puteri Hwahyeop (1733–1752) merupakan putri ketujuh Raja Yeongjo yang lahir dari Lady Seonhui. Ia lahir pada tanggal 7 Maret 1733 dan secara resmi diberikan gelar "Puteri Hwahyeop" (yang artinya 'harmoni') pada tahun 1743. Pada tahun yang sama ia menikah dengan putra calon perdana menteri Sin Man yang bernama Sin Gwang-su. Puteri Hwahyeop sangat cantik dan saleh pada orang-tuanya namun Raja Yeongjo sangat dingin terhadapnya. Mungkin karena kecewaan sebab ia bukan seorang anak laki-laki. Walaupun memiliki hubungan yang baik dengan adik-adiknya dan juga dihormati oleh saudara-saudaranya namun hubungan Sado dan ayahnya memiliki jarak yang sangat besar dan sangat tidak dekat, meskipun Sado tetap menjalani rutinitas untuk menemui sang raja tiap minggu. Peraturan istana yang sangat ketat mewajibkan Pangeran Sado dan istrinya harus memberikan hormat berupa salam pagi kepada Raja, Ratu, Ratu Dowager (janda raja terdahulu), dan Lady Sönhui beberapa kali dalam seminggu, tapi hal itu tidak membantu mempererat hubungannya dengan sang raja meskipun Sado sangat dekat dan disayangi oleh Ratu (ratu pertama Raja Yeongjo) dan Ratu Dowager. Kerenggangan hubungannya dengan raja selalu membuat Sado berperilaku sangat kaku pada pertemuan-pertemuan seperti ini.

Pada bulan April 1747, Sado dan istrinya pindah ke tempat yang lebih jauh, yaitu ke Chüphüi-dang Hall. Akibatnya, Pangeran sangat jarang bertemu ibu dan saudara-saudara perempuannya sehingga pangeran mulai mencari hiburan bagi dirinya. Tapi itu tidak berarti bahwa Sado tidak berniat untuk menjadi seorang Pangeran Joseon dan pria serta suami yang bermartabat. Pada 1749, ketika Sado baru berusia 14 tahun ia memutuskan bahwa ia harus memulai hidup sebagai seorang pria yang telah menikah dengan sungguh-sungguh. Tahun berikutnya, anak pertama Sado, Pangeran Uiso lahir namun sayangnya pangeran kecil itu meninggal 2 tahun kemudian. Tidak lama kemudian, Lady Hong melahirkan Pangeran Yi San yang kelak akan menjadi raja Jeongjo (1752-1800). 

Tahun 1752, epidemi campak mewabah. Para dokter istana meminta agar Putra Mahkota dan cucu raja dipindahkan ke tempat lain untuk menghindari penyakit. Saat itu, Pangeran Yi San berusia kurang dari tiga minggu. Namun, Pangeran Sado dan istrinya terlanjur tertular penyakit ini bersama dengan semua pelayan istananya sehingga Lady Sönhui datang secara pribadi untuk menjaga Sado. Untungnya, sakit Sado cukup ringan walau suhu tubuhnya sangat tinggi. Begitu pangeran pulih, istrinya-pun mulai pulih dari proses karantina penyakit, dan sang bayi Yi San juga pulih tanpa banyak kesulitan. Akan tapi adik kesayangan Sado, Putri Hwayeop meninggal akibat wabah ini. Sado yang selalu penuh perhatian terhadapnya sangat berduka atas kematiannya. Sado mengarang beberapa elegi berkabung untuk adik kesayangannya. 

Karena mulai mengidap penyakit parah pada usia 10 tahun dan terus berulang pada tahun-tahun berikutnya, gangguan mental Sado semakin parah sehingga ia sering menunjukkan perilaku yang tidak normal. Sado mulai menderita delusi dan mimpi buruk dan mengatakan bahwa ia bisa melihat penampakan dewa guntur yang membuat dia sangat takut melihat langit dan gambar atau karakter tentang 'guntur' dan 'petir'. Jika badai muncul di musim dingin, Sado akan menjadi sangat takut dan khawatir jika Raja akan menyalahkan dia karena hal itu. Sado mulai menderita ketidak-stabilan mental parah tahun 1752 dan 1753. Tetapi rakyat Joseon tidak mengetahui hal ini karena meskipun Sado sering sakit parah dan mempengaruhi psikologisnya, namun dia tetap mampu tampil normal dihadapan publik dan juga saat menghadiri acara-acara resmi kerajaan. Dia mampu berdialog dengan rakyatnya, dan dipuji sebagai seorang pangeran yang bijak. Rasa ingin tahu-nya yang tinggi pada perkembangan dunia luar membuat Sado dipuji banyak orang sebagai seorang yang modern. Dia juga memiliki pemikiran yang lebih moderat ketimbang bangsawan-bangsawan Joseon lainnya. Berbeda dengan ayahnya yang menganggap pengaruh Eropa adalah hal tabu, Sado justru menyukainya. Dia tidak mempermasalahkan pertumbuhan kaum Kristen di Joseon, namun sang ayah rupanya memiliki pemikiran yang berbeda dengan menghukum-mati para penganut Kristen. Sado memang memiliki banyak perbedaan dengan ayahnya. Raja Yeongjo lebih dekat dengan partai Noron karena partai Noron adalah partai pendukungnya saat ia masih penjadi pangeran, sedangkan Sado justru dibenci oleh Noron dan didukung oleh partai Soron (partai pendukung, Raja Gyeongjong dan lawan politik Raja Yeongjo). Namun, ada satu persamaan dalam hal politik antara Sado dan ayahnya, mereka berdua sangat membenci Dinasti Qing. Sado bahkan pernah berjanji bahwa dia tidak akan tunduk pada mahkota Qing, sehingga ayahnya menjadi sangat khawatir pada masa-depan Joseon jika kelak dipimpin oleh Sado.

Sebenarnya, Sado adalah seorang anak yang penurut meskipun sejak kecil dia cukup nakal. Dia selalu menaati perintah ayahnya dan menuruti permintaan ibunya. Pada dasarnya, Sado bukanlah orang yang suka pada hingar-bingar kota besar. Sado justru selalu ingin melihat daerah pedesaan, tapi ayahnya selalu tidak memberikan izin. Saat Sado kembali meminta ijin untuk mengunjungi daerah pedesaan, sang ayah tetap tidak memberikan ijin dan malahan semakin keras pada Sado. Ratu dan Ratu Dowager sangat prihatin melihat Sado. Raja-pun ditegur oleh ratu dowager, tetapi teguran ratu dowager ini membuat raja semakin kesal pada Sado. Hubungan raja dan Sado semakin memburuk saat ibu Sado, Lady Sönhui jatuh sakit pada bulan Desember 1755 dan Sado mengunjunginya. Entah kenapa, Raja Yeongjo marah saat melihat Sado dan berteriak-teriak membentak Sado. Saking takutnya, Sado melompat keluar lewat jendela dan kembali istananya dalam keadaan tertekan. Ini membuat kondisinya memburuk dan ia mulai menjadi gagap. Hal ini membuat Ratu Dowager murka pada raja, yang justru membuat hubungan antara raja dan Sado semakin memburuk, dan mulailah mereka bertengkar secara intens. Posisi Sado semakin sulit karena ayahnya sangat tidak senang jika dia mengunjungi ratu dan ratu dowager. Disaat yang bersamaan, tekanan dari para menteri dan bangsawan serta lawan-lawan politiknya juga semakin membuat Sado frustasi. Namun, semua itu masih bukan 'masalah besar' bagi Sado hingga bencana yang sebenarnya datang pada musim semi tahun itu. Musim semi 1756, Sang Ratu dan Ratu Dowager meninggal di waktu yang hampir bersamaan. Kematian dua orang yang sangat disayanginya itu semakin membuat Sado frustrasi hampir melebihi perasaan sedihnya. Dia sedih karena kehilangan orang-orang yang dianggap mengerti dirinya, juga sangat ketakutan karena tidak ada lagi orang-orang yang menjadi tempat perlindungannya. Sejak saat itulah Sado mulai menjadi kejam dan mulai menganiaya pelayan-pelayannya yang dimulai tidak lama setelah pemakaman kerajaan. Dia membunuh kasim yang bertugas dan menancapkan kepalanya pada tongkat dan menunjukkannya pada dayang istana. Jika seorang dayang istana tidak segera mengabulkan permintaannya, ia akan menjadi marah dan memperkosanya. Segera setelah itu, ia membunuh banyak pembantu secara acak. Semua orang yang melayani Putra Mahkota benar-benar ketakutan. Istrinya mencoba menenangkan dirinya sebisa-mungkin namun tidak berhasil, hingga suatu waktu saat Sado sedang mengejar hamba-hambanya, istana-nya terbakar. Lady Hong yang sedang hamil berhasil menyelamatkan Pangeran Yi San tepat pada waktunya.

Dimasa-masa yang sulit ini, Sado dihibur oleh kehadiran putri-putrinya ditahun 1754 dan 1756, yaitu Putri Chöngyön dan Putri Chöngsön. Saat itu, keadaan seakan-akan membaik bagi Sado, meskipun hanya sementara.

Pada musim panas 1756, Sado akhirnya diizinkan untuk menemani ayahnya dalam perjalanan ke makam orang-tua raja, tetapi sepanjang jalan turun hujan lebat. Raja-pun berpikir bahwa "Surga menunjukkan ketidaksenangan mereka", dan menganggap bahwa Sado-lah penyebabnya. Ia-pun mengirim Sado kembali ke istana. Pangeran sangat sedih dan menyatakan: "Tidak ada cara saya bisa terus hidup sekarang". Sado menjadi depresi sehingga membuatnya jatuh sakit setelah dia pulang dari perjalanan itu. Raja yang telah pulang dari kunjungannya mengunjungi Sado dan melihat Sado sedang kebingungan (karena gangguan mental). Raja yang geram menuduh anaknya sedang mabuk dengan meneriaki dan memukulnya sehingga membuat Sado sangat trauma.

Nasib buruk kembali menimpa Sado. Musim dingin ditahun yang sama (1756), Sado terserang cacar. Lady Hong merawatnya dan ia sembuh segera setelah itu. Namun, panas tinggi akibat cacar dan trauma akibat perlakuan kejam dari sang ayah membuat kondisi mental Sado semakin memburuk. Jika penyakit jiwa-nya kambuh, Sado hampir tidak menyadari keberadaan istri dan anak-anaknya, tetapi jika dia sedang tenang, ia selalu membanggakan putra sulungnya, Pangeran Yi San.

Keadaan semakin memburuk bagi Sado pada tahun 1759. Tahun itu, Raja Yeongjo menikahi Kim Chöngsun (1745-1805), yang 10 tahun lebih muda dari Sado. Sado bukannya berusaha menjalin hubungan yang baik dengan ratu baru, dia malahan membuat masalah baru. Pada musim gugur ditahun yang sama, seakan-akan ingin menantang ayahnya, Sado menjalin hubungan dengan seorang penjahit yang bernama Ping-ae. Sado membawa Ping-ae ke paviliun mewah. Ketika Raja tahu, raja menjadi sangat marah dan hampir membunuh Sado. Putra Mahkota yang sangat ketakutan nekat loncat ke dalam sumur. Karena sumur itu penuh dengan es, para pengawal istana dapat dengan mudah menyelamatkannya. Ping-ae melahirkan anak laki-laki, sehingga Raja Yeongjo menjadi semakin marah. Pada Januari 1761, penyakit gila Sado kambuh dan secara tidak sengaja dia melukai Ping-ae yang membuat Ping-ae meninggal tak lama kemudian. 

Ping-ae mungkin adalah alasan mengapa Sado menjadi terobsesi dengan pakaian. Jika ia ingin memilih baju baru, hamba-hambanya harus menyiapkan 10 atau 20 atau bahkan 30 set pakaian baru. Kadang-kadang, ia membakar beberapa pakaian sutra sebagai persembahan kepada sosok roh sebelum akhirnya bisa menentukan pakaian mana yang akan dipakainya. Jika pelayannya membuat kesalahan sekecil apapun saat membantu Sado berpakaian, Sado akan merasa jijik untuk mengenakan pakaian itu, dan akan menjadi sangat gelisah.

Sado sebenarnya berusaha menyembuhkan penyakit-nya. Dia mengunjungi Istana Onyang pada suatu musim panas dan tinggal disana selama seminggu untuk memulihkan kesehatannya terutama sakit mentalnya, tapi selalu ada yang membuat dia menjadi depresi lagi sehingga dia memutuskan segera kembali ke Istana Changdeok. Pada Mei 1761 Sado mengunjungi provinsi P'yöngyang. Namun, ia justru menderita malaria selama beberapa bulan dan membuat penyakitnya semakin parah. Serangan penyakit demi penyakit semakin mengganggu pikirannya. Pangeran Sado lalu dituduh terlibat dalam percobaan pembunuhan suami mendiang adik kesayangannya, Putri Hwahyöp. Sado yang kesal pada adik iparnya memang sempat membicarakan niatnya untuk membunuh adik iparnya itu. Dia mungkin marah karena menganggap adik-iparnya itu tidak setia pada adik kesayangannya. Sado juga menggangu adik perempuannya, Putri Hwawan sehinga sang putri yang ketakutan memarahi serta menyumpahi Sado. Puteri Hwawan (lahir tahun 1737) merupakan putri ketiga Yeongjo dari Lady Sönhui. Dia mulai bersitegang dengan dengan Putra Mahkota Sado sejak sang putri menikah dengan seorang pria dari partai Noron (lawan politik Sado). Suami Putri Hwawan mati muda sehingga ia menjadi seorang janda, namun sang putri tetap dekat dengan partai Noron yang mendominasi pemerintahan saat itu. Sado sangat iri pada Putri Hwawan, namun bukan karena kedekatan sang putri dengan partai Noron melainkan karena hubungan dekat Putri Hwawan dengan ayah mereka. Hal itu yang menjadi awal kekesalan Sado karena Putri Hwawan lebih disayang ayahnya ketimbang adiknya, Putri Hwayeop.

Pada tahun 1762, Sado kembali terserang penyakit dan menjadi cacat. Ia lalu membunuh dokter kerajaan, penerjemah dan pekerja istana, sehingga setiap hari beberapa mayat dibawa keluar dari istana. Pada bulan Mei, Lady Sönhui datang mengunjungi Sado. Melihat kondisi Sado saat itu membuat sang ibu menangis saat meninggalkannya. Pada bulan Juni di tahun yang sama, Raja Yeongjo menerima dokumen dari salah satu menterinya yang memberitahukan tentang kesalahan Putra Mahkota. Salah satu tuduhan adalah bahwa ia telah melanggar peraturan istana dengan "membawa seorang biksu wanita ke istana dan hidup bersama dengan dia", namun tuduhan itu diragukan kebenarannya. Raja yang marah lalu memerintahkan menteri itu disiksa dan dihukum mati. Hal ini menunjukkan kasih-sayang Raja Yeongjo pada Sado sebagai seorang ayah yang tidak diketahui Sado, selain juga karena sang raja harus menjaga wibawa keluarga kerajaan. Namun, upaya-upaya sang raja tidak cukup mampu untuk menyelamatkan anaknya. 

Petisi dari para menteri untuk menghukum mati Pangeran Sado dengan tuduhan penkhianatan semakin gencar, namun raja tidak boleh menghukum-mati anaknya sendiri karena konstitusi Joseon yang mengadopsi konstitusi Dinasti Ming menyebutkan jika seorang anak dan/atau ayah dihukum mati dengan tuduhan penkhianatan pada raja atau negara maka ayah dan/atau anak dari orang tersebut juga akan dianggap berkhianat. Itu artinya jika Sado dihukum mati kafrena berkhianat maka sesuai dengan hukum yang berlaku saat itu, raja sebagai ayah putra mahkota akan dianggap berkhianat, yang dapat membuat raja digulingkan. Alasan yang sama inilah yang membuat Putra Mahkota Sohyeon tidak dapat dihukum-mati meskipun dia dianggap sebagai pengkhianat karena berusaha mengganti filsafat negara (kongfusius) dengan filsafat barat (Kristen), sehingga dia meninggal dibunuh dan kematiannya tidak boleh diusut karena jika dia dianggap dihukum-mati dengan tuduhan pengkhianatan maka raja sebagai ayahnya juga adalah pengkhianat menurut hukum. Putra-putra dari Putra Mahkota Sohyeon juga harus diasingkan karena pada kenyataannya Putra Mahkota Sohyeon tetap dicap sebagai seorang pengkhianat dan tidak boleh menjadi raja.

Kisah Sado seakan mengulang tragedi Pangeran Sohyeon. Dia semakin disudutkan oleh lawan politiknya terutama oleh saudarinya yang dendam padanya, yaitu Putri Hwawan, yang berkomplot dengan lawan abadi Pangeran Sado, Ratu Jeongsun. Dua wanita ini lalu bekerja-sama untuk menjebak Sado, dan jebakan itu-pun berhasil. Saat itu, Sado dituduh berusaha membunuh raja dan juga dituduh mendoakan kematian raja dengan menggunakan pakaian berkabung, walaupun pada kenyataannya Sado menggunakan pakaian berkabung karena masih berduka atas kematian Ratu dan Ratu Dowager. Tapi, hal ini dianggap terlalu mengada-ada karena ratu pertama dan ratu dowager meningal 8 tahun lalu. Kenyataan itu justru adalah momentum yang ditunggu-tunggu oleh para menteri dan lawan politik Sado untuk menyudutkan Sado dengan tuduhan pengkhianatan pada raja dan negara. Akhirnya pada tanggal 4 Juli 1762, Sado dipanggil oleh Raja Yeongjo. Raja yang marah, memukul lantai dengan pedangnya dan menyatakan Putra Mahkota digulingkan. Selanjutnya, raja memerintahkan pegawai istana untuk mengambil kotak kayu yang berat yang digunakan untuk menyimpan beras atau gandum. Sado dimasukkan ke dalamnya dan ditutup sangat erat. Di penjara yang sempit ini, Sado dibiarkan kelaparan.

8 hari kemudian, pada tanggal 12 Juli 1762, katak kayu itu dibuka dan Pangeran Sado ditemukan dalam keadaan sudah meninggal. 

Seluruh kasim, penjaga istana, pegawai istana, dan penasehat spiritual yang bertugas melayani Pangeran Sado dihukum mati atas perintah raja. Status istrinya, Lady Hyegyeong diturunkan menjadi rakyat biasa dan dikembalikan ke rumah keluarganya. Selama tiga tahun, ia terpisah dari anaknya, Yi San.

Semua orang terdekat Pangeran Sado sangat frustasi dan tertekan. Lady Hyegyeong menjadi sangat frustasi dan sering sakit. Ibu Sado, Lady Sonhui, meninggal dua tahun setelah kematian Sado, yaitu pada tanggal 23 Agustus 1764. Hampir semua guru dan seluruh mentor Pangeran Sado melakukan bunuh-diri sebagai bentuk penyesalan mereka. Sedangkan, kepala pengawal Pangeran Sado mengundurkan diri dari posisinya dan hidup menyendiri. Dia lalu membuat tugu kecil dirumahnya berupa palang-pintu dan memberi hormat pada tugu itu setiap hari sebagai tanda penghormatannya pada Pangeran Sado.

Sado dimakamkan di pemakaman kerajaan. Awalnya dia dimakamkan di Baebongsan, Yangju, namun makamnya dipindahkan oleh putranya, Raja Jeongjo, ke Suwon. Raja Jeongjo membangun benteng Suwon untuk menghormati Pangeran Sado. Benteng itu mulai dibangun pada tahun 1794 dan selesai pada tahun 1796.

Putra Pangeran Sado, Yi San lalu menggantikan Yeongjo menjadi raja Joseon. Pada tahun 1819, Pangeran Sado diberi gelar anumerta "Raja Yangjo" dan istrinya, Lady Hong, diberi gelar, Ratu Heonyeong. Persekongkolan Putri Hwawan dan sang Ratu diketahui oleh Raja Jeongjo. Putri Hwawan dibuang ke pengasingan. Ia diijinkan untuk kembali ke istana kerajaan pada tahun 1782, namun dikirim ke pengasingan secara permanen pada tahun 1784 dan meninggal di Paju pada tanggal 17 Mei 1808 di tahun kedelapan masa pemerintahan Raja Sunjo dari Joseon. Ratu Jeongsun yang sangat ambisius masih berupaya membunuh Raja Jeongjo. Namun, pada akhirnya ia kehilangan seluruh pengikutnya dan terpaksa tinggal di tempat yang paling kecil di istana sebagai anggota keluarga kerajaan tanpa pengaruh apapun dan baru kembali meraih kekuasaan pada masa pemerintahan cicit Sado, Raja Sunjo. Keputusan Ratu Jeongsun yang memilih seorang putri dari klan Andong-Kim sebagai permaisuri Raja Sunjo menjadi cikal-bakal berkuasanya klan Andong-Kim di Joseon yang menjadi penyebab langsung keluarga kerajaan Joseon nyaris musnah. Klan Andong-Kim ini jugalah yang menyebabkan lambannya modernisasi di Joseon yang menjadi penyebab runtuhnya Dinasti Joseon. Selama hidup Ratu Jeongsun, dia selalu bermusuhan dengan Lady Hyegyeong. Pada tahun 1816, Lady Hyegyeong wafat dan dimakamkan di makam yang sama dengan Sado.

Selama abad ke-19, ada rumor bahwa Pangeran Sado tidak sakit mental tetapi telah dijebak. Namun, rumor tersebut dibantah oleh istrinya, Lady Hyegyeong dalam bukunya "The Memoirs of Lady Hyegyeong". Namun demikian, ada banyak sekali catatan yang menuliskan konspirasi para lawan politik Sado yang bersekongkol dengan Ratu untuk menjebaknya, dan mereka berhasil menjebaknya.

Di masa kini, masyarakat Korea menaruh simpati yang besar pada Pangeran Sado dan menganggapnya sebagai korban pertikaian politik. Dia dianggap sebagai pangeran malang yang tidak mendapat kasih sayang ayahnya dan dibunuh oleh ayahnya sendiri. Kematian Sado tetap menjadi perdebatan mengenai apakah kematiannya adalah pembalasan bagi kesalahan yang sebenarnya atau apakah dia adalah korban dari sebuah konspirasi lawan-lawan politiknya.

Kisah Pangeran Sado ini sangat mirip dengan kisah Pangeran Yinreng, Putra Mahkota Dinasti Qing pada masa pemerintahan Kaisar Kangxi, yang wafat sepuluh tahun sebelum kelahiran Pangeran Sado.


Beberapa Aktor Yang Memerankan Pangeran Sado

Tokoh Putra Mahkota Sado sempat muncul dalam drama "Warrior Baek Dong-soo" (dibintangi oleh aktor Ji Chang-wook dan aktor Yoo Seung-ho), dan drama "Secret Door". Namun, film yang paling detail menceritakan tentang Putra Mahkota Sado adalah film "Sado" (dibintangi oleh Yoo Ah-in sebagai Pangeran Sado dan Song Kang-ho sebagai Raja Yeongjo). Karakter Pangeran Sado yang sebenarnya (sesuai dengan catatan sejarah) sangat sulit untuk diperankan karena beliau tercatat sebagai seorang pangeran yang bijak, baik, dan murah hati tapi memiliki kejiwaan yang sangat labil dan sangat berbahaya. Namun, Yoo Ah-in dalam film Sado (The Throne) mampu memerankan Pangeran Sado dengan baik dan menjiwai karakter sang pangeran yang terkenal memiliki emosi yang berubah-ubah ini.

Kisah pemberontakan Ratu Jeongsun yang gagal dan juga pengucilan Ratu Jeongsun yang dilakukan oleh putra Pangeran Sado dapat ditonton dalam film "Fatal Encounter" (dibintangi oleh aktor Hyunbin sebagai Raja Jeongjo).

Tokoh Pangeran Sado juga sempat diceritakan dalam komik yang berjudul "Vampire from The East" karya Jo Joo-hee dan Han Seung-hee. Tokoh Sado juga kemungkinan besar adalah tokoh utama, Pangeran Yi Seon, dalam drama "Ruler: The Mask" yang diperankan oleh aktor Yoo Seung-ho (juga dibintangi oleh aktris Kim So-hyun dan idol L-Infinite).






9.   PANGERAN MUNHYO (Putra raja Jeongjo)

Pangeran Munhyo lahir pada tahun 1782 dengan nama Yi Hyang. Dia adalah putra tertua Raja Jeongjo yang lahir dari selir Raja Jeongjo, Lady Seong. 

Pada bulan November 1782 diangkat menjadi pangeran pewaris dengan nama Pangeran Munhyo. Dua tahun kemudian, pada tanggal 2 Juli 1784, Pangeran Munhyo diangkat menjadi Putra Mahkota, namun Pangeran Munhyo wafat dua tahun kemudian (11 Mei 1786) karena sakit. 

Empat bulan setelah kematianya, sang ibu, Lady Seong, juga menyusulnya. Lady Seong meninggal saat hamil, sehingga Raja Jeongjo juga kehilangan anak yang dikandung oleh Lady Seong. Sang ibu kemudian dimakamkan di makam yang sama dengan Pangeran Munhyo di Hyochangwon, Seosamneung. 

Awalnya, makamnya berada di Yong-San (Taman Hyo-Chang), namun dipindahkan pada masa pendudukan Jepang oleh pemerintah Jepang pada tahun 1944.


Aktor yang memerankan Putra Mahkota Munhyo


Putra Mahkota Munhyo sempat muncul dalam drama Yi San.





10. PANGERAN MUNJO (Putra Raja Sunjo)




Putra Mahkota Munjo lahir pada tanggal 18 September 1809, dengan nama Yi Yeong. Nama resminya sebagai putra mahkota adalah Putra Mahkota Hyeomyeong. Dia adalah putra pertama dari raja ke-23 Dinasti Joseon, Raja Sunjo, dan cucu dari Raja Jeongjo. Ibunya adalah Ratu Sunwon dari klan Andong Kim. Putra Mahkota Munjo kemudian menikahi istrinya, yang kelak dikenal dengan nama Ratu Shinjeong dari klan Cho Poong-yang, dan memiliki putra yaitu Pangeran Yi Hwan, yang kelak akan menjadi Raja Heonjong.

Dari lukisan-lukisan resmi Kerajaan Joseon tentang Pangeran Munjo, kita dapat mengetahui bahwa Pangeran Munjo adalah seorang pangeran yang berwajah sangat tampan.

Lukisan kerajaan tentang pernikahan Pangeran Munjo

Pangeran Munjo adalah satu dari tiga Putra Mahkota Joseon yang mendapatkan nama anumerta layaknya seorang raja meskpun mereka tidak pernah menjadi raja. Dua putra mahkota lainnya adalah Putra Mahkota Uigyeong (gelar anumertanya adalah Raja Deokjong) dan Putra Mahkota Sado (gelar anumertanya adalah Raja Yangjo).

Pangeran Munjo sangat disayangi oleh ayahnya. Ayahnya memerintahkan setiap aktivitasnya di lukis oleh pelukis istana. Ini membuat data-data dan lukisan tentang Pangeran Munjo lebih banyak dibandingkan beberapa raja Joseon. Sesuai dengan potretnya pada lukisan kerajaan, Pangeran Munjo adalah seorang pemuda yang sangat tampan, dan digambarkan sebagai pemuda yang visioner melalui tatapan matanya.

Dalam catatan-catatan sejarah tertulis bahwa Pangeran Munjo sangat berbakat dibidang seni. Dialah yang menciptakan "Tarian Resmi Istana Josoen" (Hyangak Jeongjae) pada tahun ke-28 dan ke-29 masa pemerintahan ayahnya. Tarian ini adalah penyempurnaan dari tarian istana Dinasti Qing (Dangak Jeongjae). Ini merupakan prestasi Munjo yang sangat dibanggakan oleh ayahnya dan tercatat sebagai salah satu warisan budaya Korea yang berasal dari masa pemerintahan ayahnya. Karena bakatnya ini, Pangeran Munjo (bersama dengan Pangeran Anpyeong, putra Raja Sejong) dikenal sebagai pangeran seniman Joseon.

Putra Mahkota Munjo menamatkan pendidikannya di Universitas Sungkyunkwan pada tahun 1817. Dua tahun kemudian, ia dinobatkan menjadi Putra Mahkota Joseon dan berada di-urutan pertama dalam daftar suksesi raja Joseon berikutnya. Sayangnya, ia meninggal pada tanggal 25 Juni 1830 dalam usia yang sangat muda, 21 tahun. 

Setelah kematiannya, istrinya, Ratu Shinjeong tinggal bersama putra mereka, Yi Hwan (kelak menjadi Raja Heonjong) dan wafat pada tahun 1890. 

Putra Mahkota Munjo dan Ratu Shinjeong dimakamkan di Makam Kerajaan Sureung, salah satu bagian dari Makam Kerajaan Donggureung yang terletak di Donggureungno, Inchang-dong, Kota Guri, Provinsi Gyeonggi. 

Pada tahun 1900, Putra Mahkota Munjo diberikan gelar Anumerta dengan nama Raja Munjo, alias Raja Ikjong oleh raja Joseon, Raja Gojong.

Aktor yang memerankan Pangeran Munjo

Drama yang memunculkan tokoh Pangeran Munjo sebagai tokoh utama adalah drama "Moonlight Drawn By Clouds". Drama ini adalah yang pertama mengambil fokus menceritakan kehidupannya dan mengambil tokoh Pangeran Munjo sebagai tokoh utamanya.

Drama "Moonlight Drawn By Clouds" ini memang tidak sesuai dengan fakta sejarah, tapi ide dari drama ini adalah tentang pengandaian jika Pangeran Munjo bisa hidup lebih lama dan menjadi raja. Sejarawan memang memprediksi bahwa banyak hal yang bisa berubah jika Pangeran Munjo berhasil naik tahta. Salah-satu dugaannya adalah percepatan modernisasi Joseon. Imbas dari modernisasi Joseon adalah kemampuan Joseon mempertahankan kelangsungan kerajaan ini, karena walaupun Jepang pada akhirnya akan mampu menguasai Korea tapi setidaknya pada tahun 1910 Joseon masih berdiri dan mampu terus mempertahankan kerajaan mereka walaupun dari tempat pengasingan.



Artikel lain tentang Joseon:

Artikel lainnya tentang Sejarah Korea:




------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

ARTIKEL INI DISUSUN DAN DITERBITKAN PERTAMA KALI
OLEH DELEIGEVEN MEDIA

SETIAP ARTIKEL YANG MEMILIKI ISI, SUSUNAN, DAN GAYA PENULISAN
YANG MIRIP DENGAN ARTIKEL INI MAKA ARTIKEL-ARTIKEL TERSEBUT
MENYADUR ARTIKEL INI.

DILARANG KERAS MEMPLAGIAT ARTIKEL INI!

CANTUMKAN LINK LENGKAP ARTIKEL INI DISETIAP KALIMAT YANG ANDA DISADUR DARI ARTIKEL INI. SESUAI UNDANG-UNDANG HAK CIPTA, JIKA MENYADUR/MENG-COPY MINIMAL SEPULUH KATA TANPA MENCANTUMKAN SUMBER DARI KALIMAT ITU (BERBEDA DARI PENCANTUMAN SUMBER DI CATATAN KAKI (FOOTNOTE) MAKA ITU ADALAH TINDAKAN PLAGIARISME.
JIKA ANDA MENYADUR SEBAGIAN BESAR ARTIKEL INI MAKA ANDA HARUS MENCANTUMKAN KALIMAT:
"ARTIKEL INI DISADUR DARI....(LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA",
ATAU:"SUMBER UTAMA DARI SEBAGIAN BESAR INFORMASI ARTIKEL INI DIAMBIL DARI (LINK ARTIKEL INI) YANG DITERBITKAN OLEH DELEIGEVEN MEDIA" 

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Notes (Catatan):

*We strongly recommend all readers to read all the comments below for the other details which not mentioned by this article
(Sangat disarankan bagi para pembaca untnk melihat komentar-komentar artikel ini sebab beberapa komentar membahas rincian informasi yang tidak ditulis dalam artikel ini)

*Get various information about history in ENGLISH by open or follow our Instagram account: @deleigevenhistory(Dapatkan berbagai informasi sejarah dalam bahasa Inggris di akun instagram kami @deleigevenhistory)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Copyrights Story: Deleigeven Media
Copyrights Picture: wikipedia.org, www.executedtoday.com, Journal Art of Joseon SBS, MBC, KBS


Penyusun:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Desain : Deleigeven
Penerbit: Deleigeven Media


Daftar Pustaka:
Chandeok Palace; Korea Tourist & Culture Department
Design Seoul Story
East Asia And 15th-19th Century Joseon; Kang Sung-ho; Sunchon National University
Gyeongbuk Palace; Korea Tourist & Culture Department
- Hanok, Where Science Meets Art; Jung Dong-muk; Korea (magazine) Edisi Maret, 2011
Jongmyo (Royal Shrine): Iconography Of Korea; Han Eun-ri
Joseon King's Personal Belief in Buddhism And Its Political Significance; Pu Nam Chul; Youngsan University
Joseon's Royal Heritage (500 Year of Splendor); Korea Essential No.7; Korea Foundation
Korea Food & Stories; Korea Tourist & Culture Department
- Korea Travel Guide; Korea Be Inspired
Marginalization Of Joseon Buddhism And Methods Of Research; Thomas Kim Sung-eun
Portrait Of The Joseon Dynasti; Journal Of Korean Art Vol.5; 2011
- Shaping Korea For 21st Century; Tariq Hussein
- Unexpected Treasures From Asia; National Library Of Australia; Edisi Juni 2011
- Verification Of The Calender Days Of The Joseon Dynasti; Lee Ki-won, Ahn Young-sook, Min Byeong-hee; Journal Of Korean Astronomical Society; 2012


Sumber Website:
http://moe-hankook.blogspot.com
http://inisajamo.blogspot.com
www.wikipedia.com
http://www.newworldencyclopedia.org
www.ncbi.nlm.nih.gov

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

132 comments:

  1. Saya mau bertanya,
    Pertama: Anda menulis Pangeran Sohyeon memeluk agama Katholik, apakah sumbernya berasal dari catatan sejarah resmi Joseon (laporan-laporan harian istana, Sillok, dan catatan harian kerajaan)? Ataukah berasal dari penelitian sejarawan?
    Kedua: Manakah yang benar, Pangeran Sado menderita penyakit jiwa ataukah Pangeran Sado adalah seorang pangeran yang sangat reformatif yang pemikiran2 terlalu moderat sehingga dianggap gila?
    Ketiga: Bagaimanakah nasib Pangeran Ji (putra raja Gwanghae-gun)? Apakah dia mati dibunuh oleh pemberontak, ataukan karena sakit akibat shock seperti Yeonsan-gun?
    Keempat: Anda bisa dapat sumber (yang begitu banyak di daftar sumber anda itu) bagaimana? Agak susah mencari buku2 tentang sejarah Korea.

    Maaf ya pertanyaan saya banyak. Saya selalu mengikuti artikel2 anda, sayangnya saya terlambat membaca tentang artikel ini. Saya selalu enjoy membaca artikel anda, dan artikel2 anda selalu lengkap, namun selalu beberapa tulisan/kalimat yang membuat saya penasaran. Hehe..
    Oya sekedar info, ada blog lain yang meniru persis sama semua artikel2 Joseon anda. Nama blognya "Kosgi**r.blogsop*t.c** Persis sama. Saya sedang mencari cerita tentang pengeran Sado, dan muncul artikelnya, namun saya penasaran karena di daftar sumbernya ada nama anda, juga pas buka artikel lainnya rupanya sama persis dgn sejrah joseon yang saya dulu baca dari anda..
    Mungkin anda bisa cek (atau kalau perlu ditegur, hahaha)....
    Oya, saya menantikan balasan anda.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai sdr.Michael, terima kasih karena berkunjung kembali.
      Saya akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan anda.

      1.Catatan Sillok tidak menyebutkan bahwa Pangeran Sohyeon beragama Katolik, namun para sejarawan Joseon meyakini bahwa dia memeluk agama Katolik karena ada catatan yang menyebutkan bahwa Pastor Johan Von Bell telah membabtis seorang pangeran dari Korea. Hal ini tidak ada dalam catatan Sillok Raja Injo maupun raja Hyojong karena semua ini terjadi di Tiongkok.

      2.Pangeran Sado memang menderita penyakit jiwa, namun dia juga dikenal sebagai pangeran yang berwawasan moderat. Penyakit jiwa pangeran Sado muncul karena dia pernah mengalami panas tinggi saat masih kecil. Namun, pengeran berusaha mengatasi hal ini dengan mati-matian mengontrol dirinya agar bisa tampil normal di depan publik. Tapi, statusnya juga dianggap mengganggu bagi partai Noron karena dia bukanlah putra ratu. Oleh karena itu ratu dan para politisi dari partai Noron berkonspirasi menjatuhkan pangeran Sado, dan konspirasi ini memang terbukti dan dicatat oleh sejarah. Nama baik Sado dan semua dampak dari konspirasi itu lalu diluruskan oleh putra Sado yang naik takhta sebagai raja Jeongjo.

      3.Pangeran Ji dicatat meninggal ditahun yang sama dengan kudeta. Saya belum mendapatkan sumber yang tepat apakah beliau meninggal karena dibunuh atau karena sakit. Data-data tentang pangeran Ji masih sangat sedikit. Saya akan segera memperbarui tulisan mengenai beliau setelah bisa mendapat data yang tepat, dan akan memberitahukan pada anda melalui kolom balasan pada komentar anda ini.

      4.Saya membaca dan mencari data-data dibanyak buku dan tulisan karena saya tidak mau hanya mengandalkan data dari internet. Saudara bisa memperoleh data-data tentang sejarah Korea disetiap pusat kebudayaan Korea Selatan di setiap negara. di Indonesia, kantor pusat kebudayaan Korea Selatan ada di gedung Equity Tower lt.17 di kawasan SCBD (dibelakang Pasific Palace dan Bursa Efek Indonesia).

      Saya justru sangat senang jika anda banyak bertanya. Terima kasih atas informasi anda. Saya tidak menegur orang-orang tersebut secara langsung walau saya juga kesal, hahaha... Biarlah pembaca yang menilai. Pada pembaca yang lain saya mempersilahkan mengambil setiap data dari blog ini namun sebisa mungkin janganlah setiap katanya persis sama.

      Terima kasih sudah berkunjung kembali ke blog ini, dan saya menantikan kunjungan anda selanjutnya. Salam....

      Delete
  2. Maaf tanpa nama. Artikelnya sangat menarik memberi byk info ttg pangeran sado. Setelah menonton the throne, the grand heist, saya ketemu artikel anda.
    Namun sy ingin bertanya ttg putri hwawan. bukankah di dalam film the throne dia digambarkan sgat baik juga dekat dg keluarga sado?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih telah berkunjung ke blog ini & juga untuk apresiasi saudara/i.

      Film The Throne (sejauh ini) adalah film terbaik yang menggambarkan tentang Pangeran Sado. Dia tidak digambarkan baik sekali, juga tidak jahat sekali.
      Kekurangan film ini adalah:
      1.Tidak menceritakan tentang saat Pangeran Sado sakit saat beliau masih kecil (yang justru adalah penyebab langsung sakit mentalnya itu),
      2. Tidak menceritakan tentang Putri Hwayeob (adik kesayangan Sado, yang kematiannya membuat Sado semakin membenci ayahnya),
      3. Tokoh Putri Hwawan digambarkan sebagai tokoh protagonis.

      Menurut sejarah (dihampir semua sumber yang saya baca), Putri Hwawan adalah musuh Sado walaupun mereka adalah saudara kandung. Sado kesal padanya karena raja Yeongjo sangat sayang pada Hwawan tapi mengabaikan putri Hwayeob. Sedangkan putri hwawan juga mulai tidak cocok dengan Sado karena menikahi pria dari partai Noron (partai yang menjadi musuh Sado). Dua saudara ini selalu bertengkar dan seringkali hampir saling bunuh, nah puncaknya adalah saat putri Hwawan bersekongkol dengan ratu dan partai Noron untuk menjatuhkan Sado.
      Tapi film The Throne justru menggambarkan sebaliknya, itu juga yang membuat saya bingung. Mungkin mereka ingin menggambarkan bahwa selain dengan ayahnya dan Ratu Jeongsun, Sado memiliki hubungan yang sangat baik dengan seluruh keluarga kerajaan khususnya dengan adik-adiknya. Selebihnya, film The Throne menceritakan tentang Sado dengan detail dan yang paling detail dari semua drama atau film tentang Sado.
      Demikian penjelasannya, semoga bisa membantu.

      Delete
    2. Terima kasih atas jawabannya.
      Adakah artikel anda atau adakah sebuah rujukan yg anda ketahui tentang kisah lady Yoon (ratu Jeheon)?

      Delete
    3. Saya tidak menulis secara detail tentang Ratu Jeheon, namun saya membahas secara singkat tentang ratu Jeheon di artikel Dinasti Joseon Periode Awal
      Saya menulis tentang Ratu Jeheon dalam pembahasan tentang Raja Seongjong.
      Lady Yoon yang anda maksud adalah ratu Kedua raja Seongjong dan ibu dari Raja Yeonsan (bukan Lady Yoon era Raja Sukjong yang adalah ibu dari Jang Ok-jung). Ratu Jeheon bisa disamakan dengan Jang Ok-jung, karena mereka berdua terkenal sangat cantik, namun berbeda dengan Jang Ok-jung yang masih diingat tentang kesetiaannya pada raja, Ratu Jeheon hanya dikenal tentang kekejamannya.
      Jika anda telah menonton drama "The King & I", ada baiknya anda menonton drama lainnya tentang Ratu Jeheon sebagai pembanding jika anda benar-benar tertarik pada sejarah Josoen. Sama seperti jika anda telah menonton drama "Jang Ok-jung", maka sebaiknya anda juga menonton drama "Dong Yi" agar dapat memperoleh gambaran yang objektif.
      Sosok Ratu Jeheon dapat anda lihat dalam drama The King & I, Dae Jang-geum (eipsode awal), dan Queen Insoo.

      Delete
  3. Salam..
    sebelumnya terimakasih atas artikel putra mahkota joseonnya. sejak saya membaca artikel yang anda tulis terkait dinasti Joseon baik awal, kejayaan, maupun keruntuhannya, saya jadi tertarik pada artikel yang berhubungan dengan Dinasti Joseon seperti artikel ini. :)
    saya mau bertanya,
    1. anda menulis di bagian Pangeran Sohyeon bahwa nama dari Raja Yeongjo (anak dari Pangeran Sado) adalah Yi Yoon, namun di bagian Pangeran Sado anaknya yang kelak menjadi Raja Yeongjo bernama Yi San, yang benar yang mana ya, atau saya yang salah dalam memahami artikel?
    2. terkait dengan komik vampire from the east yang menjadi sumber cerita dari drama scholar who walks the night, apakah pada era Dinasti Joseon memang ada vampire atau tidak ya? soalnya saya sempat baca obrolan di kas kus, bahwa benar ada vampire di dinasti joseon tersebut. tetapi saya lupa linknya, dan tidak membaca isi lengkap obrolan tersebut. karena waktu itu server down (malah curhat:)). semoga pertanyaan saya tidak membingunkan dan jawaban anda bisa menghilangkan kebingungan saya dan memcahkan rasa ingin tahu saya. Terimakasih banyak.. Salam kenal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai, salam kenal juga.
      Terima kasih telah kembali berkunjung ke blog ini.

      Mengenai pertanyaan anda:
      1. Pertama saya ingin mengkoreksi pertanyaan anda. Raja Yeongjo berbeda dengan Jeongjo. Raja Yeongjo adalah ayah dari Pangeran Sado, sedangkan Raja Jeongjo adalah anak dari Pangeran Sado. Jadi, sebenarnya yang ingin saudari tanyakan adalah tentang Raja Jeongjo, bukannya Yeongjo.
      Paragraf yang menjadi pertanyaan saudari pada artikel Pangeran Sohyeon adalah paragraf yang isinya penjelasan tentang drama "Scholar Who Walks The Night". Di-setiap akhir tulisan saya (terutama tentang Joseon) selalu ada tulisan tentang drama atau film yang mengambil latar atau memunculkan tokoh yang sedang dibahas.
      Dalam paragraf itu saya menulis "....kisah putra mahkota lainnya yang menjadi salah satu tokoh dalam drama tersebut (diperankan oleh Changmin DBSK), yaitu Putra Mahkota Yi Yoon memang benar-benar ada dalam sejarah Joseon. Pangeran Yi Yoon dalam drama tersebut mengambil tokoh Raja Jeongjo saat masih menjadi seorang pangeran...", yang artinya ada tokoh dalam drama tersebut yang bernama Pangeran Yi Yoon yang "kisah"-nya mirip/sama dengan Raja Jeongjo saat masih pangeran. Kemiripannya terutama adalah kematian ayah Yi Yoon atas perintah kakeknya. Drama itu sebenarnya diambil dari cerita komik yang judulnya "Vampir From The East" (sudah terbit di Gramedia). Dalam komik itu, nama-nama tokohnya sama dengan nama tokoh-tokoh sejarah Joseon. Jadi versi komik ada nama Pangeran Yi San (dalam drama diubah menjadi Yi Yoon), dan ayahnya yang bernama Pangeran Sado (dalam drama diubah menjadi Sadong), sedangkan Pangeran Sohyeon (komik) dalam drama diubah menjadi Pangeran Junghyun (mungkin karena tulisan hangulnya mirip).
      Jadi paragraf itu untuk menjelaskan hubungan drama dan kisah/tokoh-tokoh nyata dalam sejarah.
      Nama lahir Raja Jeongjo tetap Yi San (bukan Yi Yoon).

      2.Menganai vampir di era dinasti Joseon, sejauh yang saya baca adalah spekulasi dan juga mitologi. Belum ada rilis resmi dari pemerintah Korea Selatan. Pemerintah Korea Selatan cukup cermat dalam menggali sejarah dan budaya bangsanya jadi sebaiknya kita mengikuti rilisan resmi saja. Selain tidak ada pernyataan resmi dari pemerintah, belum ada juga jurnal-jurnal yang diterbitkan tentang keberadaan vampir di Korea yang akurasinya telah diakui.
      Mitos vampir di Korea menurut sejarah berawal dari mitologi-mitologi China yang berawal dari era Dinasti Qing (Manchu). Di China, Vampir disebut "Jiangshi" (Bahasa Kanton = Goengshi), dan di Jepang disebut "Kyonshi", sedangkan di Korea disebut "Gangshi". Dari nama-namanya yang mirip bisa disimpulkan bahwa cerita mitos ini berasal dari sumber yang sama. Kisah vampir ini dibawa ke Korea di masa China telah jatuh ke Dinasti Qing dan kemudian dinasti Qing juga berhasil menaklukkan Korea dan membawa tawanan-tawanan dari kelas budak hingga keluarga raja sebagai tawanan ke ibukota dinasti Qing (Kisah penawanan keluarga kerajaan Joseon oleh dinasti Qing menjadi awal cerita komik "Vampir From The East"). Nah, melalui orang-orang yang ditawan ke Qing inilah kisah vampir itu dibawa ke Korea. Oleh sebab itu, kisah-kisah vampir di Korea seringkali mengambil latar setelah era pendudukan dinasti Qing, karena sebelum era itu cerita vampir belum sampai di Joseon.
      Jadi kesimpulan saya, belum ada rilisan resmi dari pemerintah Korea Selatan ataupun penelitian-penelitian yang dipublikasikan oleh para akademisi tentang keberadaan vampir di era Joseon, dan sejauh ini eksistensi vampir di era Joseon hanya berasal dari cerita rakyat yang bersumber dari mitologi era dinasti Qing.

      Demikian yang bisa saya jelaskan. Semoga penjelasannya bisa membantu.

      Delete
    2. Mengenai pertanyaan-pertanyaan yang anda ajukan, silahkan bertanya tanpa sungkan. Kalau mengenai artikel, akan berusaha saya jelaskan sedangkan jika diluar dari artikel tapi masih berhubungan dengan artikel atau pembahasan maka saya akan berusaha mencarikan jawaban dari berbagai sumber. Saya menantikan kunjungan saudari selanjutnya. Salam.

      Delete
    3. ternyata sayaa salah dalam mengartikan artikelnya. Terimakasih penjelesannya, sangat lengkap 😊

      Jadi, blum bisa dipastikan ada atau tidaaknya yaa. Penasaran juga terkait vampire. Kalo admin menemukan informasi yang sudah pasti terkait vampire, saya request dibuat artikelnya yaa.. Atau saya diberikan linknya saja terkait info tersebut juga gpp.. Makasih sebelumnya 😊

      Delete
    4. Baik saudari Sinta, mungkin cara penyampaian saya yang kurang detail. Akan saya perbaiki bahasa-nya. Mengenai berita tentang vampir di dunia ada banyak, tapi yang dari era Joseon hanya sedikit.
      Untuk Joseon coba saudari buka di:
      Jiangshi
      Tapi ini infonya minim.

      Sedangkan untuk yang dari luar Korea:
      A Natural History Of Vampir

      Where Do Vampire Come

      The History Of Vampires

      The Last American Vampire

      Semua link yang saya anjurkan adalah artikel dari sudut pandang sejarah, bukan mitologi.

      Menurut adik saya yang mendalami ilmu psikiatri, saya bisa dapat sedikit penjelasan tentang vampir dari sudut-pandang medis. Bagi orang dari ilmu kesehatan, vampir yang kita lihat di film dan TV hanyalah mitos. Tapi, pemicu cerita vampir adalah karena suatu penyakit langka (saya lupa nama penyakitnya). Pengidap penyakit ini selalu membutuhkan darah karena memang dia kekurangan darah, dan jaman dulu saat peralatan medis belum lengkap, mungkin saat diberitahu akan hal ini maka masyarakat berpikir bahwa darah itu diminum, dan pengidap penyakit ini menjadi semakin tertutup karena pada masa itu para pengidap penyakit langka dianggap kena kutukan dari Tuhan. Ditambah lagi, ada beberapa orang yang memiliki kelainan jiwa (yang justru tidak mengidap penyakit ini) yang memiliki obsesi untuk minum darah manusia (termasuk dengan cara membunuh). Jadilah mitos vampir penghisap darah. Penyakit ini juga menyebabkan pengidapnya tidak bisa terkena sinar matahari, karena kulitnya menjadi sangat sensitif dan juga kekurangan darah menyebabkan penderita penyakit ini akan merasa sangat pusing. Mengenai taring, ada kemungkinan mitos vampir ini dihubungkan dengan para kanibal yang pernah menyerang suatu perkampungan di Eropa. Setiap pemakan daging (apalagi daging mentah) pasti memiliki taring. Saat manusia kanibal menyerang manusia lain maka yang duluan digigit adalah leher dan tangan karena paling mudah digigit (berdasarkan naluri). Yang peling penting dari terbentuknya kisah-kisah vampir ini adalah gabungan psikologi si pengidap penyakit dan masyarakat pada masa itu. Kisah-kisah inilah yang membentuk legenda vampir (versi Eropa).

      Nah kalau vampir China, kisah vampir itu berasal dari mitologi2 hantu disana terutama tentang bangkitnya mayat (zombie). Legenda ini sangat populer sehingga menjadi salah-satu asal cerita vampir di Asia.

      Saya juga tertarik dengan cerita vampir, akan saya teliti dulu baru saya tulis artikelnya dan saya beri-tahu link nya melalui kolom komentar ini. Saudari juga dapat berlangganan blog saya dengan memasukkan email saudari di box ke-2 disudut kanan atas artikel ini. Saat nanti saudari konfirm di email saudari, maka setiap saya memposting artikel, akan ada pemberitahuan di email anda.

      Delete
    5. Makasih yaa infonya, kalo drakor Mirror Of The Witch mirip sama Dinasti Joseon gak ya? di era Raja siapa?

      Delete
    6. Drama "Mirror Of The Witch" diambil dari era Joseon. Tidak perlu bca sinopsisnya pasti bisa langsung ditebak hanya dari melihat kostum pemainnya. Tokoh utama drama ini adalah Heo Jun, dokter istana kerajaan di era Raja Seonjo (raja diawal cerita drama Hwajung, juga raja di film dan drama tentang penyerbuan Jepang/Perang Imjin, dan drama2 tentang Raja Gwanghae). Awal cerita dalam drama ini mengambil latar era Raja Myeongjong (pendahulu Raja Seonjo). Tokoh Putra Mahkota Sunhoe (putra Raja Myeongjong) yang hampir tidak pernah muncul dalam drama Korea manapun juga muncul dalam drama ini.
      Drama ini diangkat berdasarkan buku "Dongui Donggam", buku kesehatan karangan Heo Jun yang dipublikasikan pada masa pemerintahan Raja Gwanghae dan atas dukungan penuh Raja Gwanghae (putra Raja Seonjo). Demikian penjelasannya.

      Delete
    7. Oya ada drama lain yang dengan tokoh utama yang sama, nama dramanya "Heo Jun". Tapi mungkin agak kurang menarik di Indonesia (bukan karena ceritanya jelek, ceritanya bagus kok). Mungkin karena pemeran utamanya kurang terkenal di Indonesia. Tapi cerita tentang dokter Heo Jun sangat detail. Mungkin saudari tertarik... Tapi episodenya cukup panjang ^_^

      Delete
    8. oh, seperti itu yaa.. saya tertarik dengan drama yang admin sebutkan, sayangnya jika drama tersebut kurang populer di Indonesia sulit untuk mencari link untuk mendownload. hehehe
      terimakasih informasi dan sarannya :)

      Delete
    9. Sama-sama saudari Sinta, silahkan berkunjung kembali...

      Delete
  4. Anda menulis bahwa Pangeran Sado tidak mempermasalahkan pertumbuhan agama Katolik di Joseon (beda dengan ayahnya). Apakah Pangeran Sado adalah seorang penganut Kristen? seperti Pangeran Sohyeon.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai, terima kasih telah berkunjung.
      Pangeran Sado memang moderat dan toleran terhadap ajaran Kristen (apalagi dia sangat kritis pada keputusan2 ayahnya) tapi bukan berarti dia telah menjadi penganut Kristen. Sado tidak pernah menemui penginjil/pendeta Kristen, berbeda dengan Pangeran Sohyeon. Lagipula Sado juga sangat tertarik pada shamanisme yang sangat tabu dalam ajaran Kristen. Demikian penjelasannya. Salam.

      Delete
  5. Hallo....tulisan ini sangat membantu sekali awalnya karena penasaran dan akhirnya mencari tau....saya tertarik dengan sosok pangeran yeoning atau raja yeonjo..ternyata memang benar dia itu penyuka konfusius mengingat di drama dong yi dikisahkan yeoning kecil yg jenius yg sudah hapal doktrin jalan tengah.di tambah lagi di drama daebak karakter yeoning muncul cukup banyak juga.ternyata hampir mirip dengan karakter asli yg anda tulis disini...sehingga pemahaman saya semakin bertambah...daebak for admin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Via... Terima kasih telah berkunjung ke blog ini dan juga untuk apresiasinya... Saya menantikan kunjungan anda ke artikel lainnya.
      Salam.

      Delete
  6. Salam kenal, Admin.

    Saya menemukan blog ini ketika searching tentang Pangeran Sado. Baik drama dan film yang menceritakan tentang Pangeran ini membuat saya sangat tertarik mengetahui sejarah aslinya. Ternyata tidak cuma tentang Pangeran Sado, blog ini juga banyak mengulas tentang sejarah Joseon, so, terimakasih banyak. ^^

    Ada yang ingin saya tanyakan, tapi bukan tentang Pangeran Sado, melainkan tentang setting drama Scholar Who Walks The Night. Admin bilang drama tersebut setting-nya di era Raja Jeongjo, dan awalnya saya juga sepakat. Namun tadi pas menonton ulang episode terakhir, saya baru sadar bahwa drama ini telah menggunakan senapan ketika memburu vampir. Seingat saya, di dalam drama Lee Joon-ki lainnya yaitu Joseon Gunman -- yang di era Raja Gojong -- baru ada senapan. Menurut Admin bagaimana? Apakah senapan yang digunakan dalam drama Scholar semata-mata hanyalah fantasi, atau ada kemungkinan di era Raja Jeongjo sudah ada senapan di Joseon?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai sdri. Puri, Terima kasih telah berkunjung ke blog ini dan juga untuk apresiasinya.

      Pertama, jika anda menyimak kembali artikel yang bersangkutan, maka dapat dilihat bahwa setting drama Scholar Who Walks The Night bukanlah mengambil latar pemerintahan Raja Jeongjo (Pangeran Yoon) karena saat itu Jeongjo masih menjabat sebagai putra mahkota, oleh karena itu setting drama tersebut mengambil latar era Raja Yeongjo (kakek dari Raja Jeongjo).

      Mengenai perihal senapan dalam sejarah Korea, catatan sejarah Korea menyebutkan bahwa bangsa Korea telah mengenal senapan sejak abad ke-14, yaitu era awal Dinasti Joseon. Namun, saat itu senapan hanya boleh digunakan oleh tentara kerajaan, sedangkan pihak sipil dilarang memiliki senapan dengan alasan apapun.

      Berbeda dengan Jepang yang mengenal senapan melalui bangsa Eropa, Korea mengadopsi senapan dari negeri Tiongkok. Penggunaan senapan lambat laun populer di Joseon, dan juga lazim digunakan tentara Joseon termasuk saat perang melawan Jepang dalam "Perang 7 Tahun" (era Raja Seonjo, rentang waktunya hampir 200 tahun sebelum Jeongjo lahir) meskipun jumlah senapan milik tentara Joseon tidak sebanyak senapan milik tentara Jepang. Korea/Joseon bahkan mampu memproduksi senapan sendiri, yang dicatat Sillok telah dimulai pada masa pemerintahan Raja Hyojong (adik dari Pangeran Sohyeon, dan kakek dari Raja Sukjong. Sukjong adalah kakek buyut dari Raja Jeongjo). Senapan produksi Joseon ini juga digunakan oleh 150 penembak jitu Joseon yang dikirim oleh Raja Hyojong untuk membantu Dinasti Qing dalam perang melawan Kekaisaran Rusia. Jadi, senapan di Korea sudah digunakan jauh sebelum Raja Jeongjo memerintah. Hanya saja, senapan baru mulai diijinkan digunakan oleh kaum bangsawan sipil (dengan peraturan dan pengawasan yang ketat) disekitar masa pemerintahan Raja Heonjong (cucu Jeongjo) dan Cheoljong (keponakan jauh Jeongjo) sehingga drama-drama dan film-film yang mempertunjukkan penggunaan senapan secara lazim diera Joseon sebagian besar adalah drama dan film yang mengambil latar era Raja Cheoljong (contohnya drama "Time Slip: Dr.Jin" dan drama era Raja Gojong (contohnya drama "Gunman Of Joseon").

      Demikian penjelasannya, semoga bisa membantu ^_^

      Delete
  7. Izin copas ya buat bagian pangeran sohyeon dengan beberapa editan tulisan dari saya. Pasti saya sertakan sumbernya :) infonya lengkap sekali dan mudah dimengerti.

    ReplyDelete
  8. Min, mau tanya kalau drama "Eight Days" tentang raja jeongjo, itu beneran terjadi atau sentuhan fiksi? Drama tsb tidak terlalu terkenal seperti drama sageuk joseon yang lain, mungkin min tau soal drama itu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai dramaaddict,
      terima kasih telah berkunjung ke blog.

      Silahkan menggunakan data-data dalam artikel ini, saya senang jika artikel ini dapat membantu yang lain.

      Mengenai drama "Eight Days", latar dalam drama itu adalah kisah nyata, tapi mungkin detailnya tidak. Drama ini mirip dengan film "The Fatal Encounter", dua-duanya sama-sama kisah nyata dan sama-sama menceritakan tentang percobaan kudeta Raja Jeongjo, tapi beda latar. Latar drama "Eight Days" adalah pada tahun 1795 saat Raja Jeongjo mengunjungi Benteng Hwaseong dihari ulang tahun ibunya untuk mengenang ayahnya, Pangeran Sado. Sedangkan Film "Fatal Encounter" adalah film yang menceritakan konflik istana dan percobaan pembunuhan Raja Jeongjo diawal pemerintahannya ditahun 1777.
      Tokoh-tokoh dalam drama "Eight Days" adalah tokoh nyata, seperti Jeong Yak-young (cendekiawan Sillak, tokohnya muncul dihampir semua drama dan film tentang Raja Jeongjo). Para politisi dan bangsawan dalam drama tersebut juga adalah tokoh nyata. Dalam konflik ini, kubu Raja Jeongjo keluar sebagai pemenang.
      Secara keseluruhan, drama ini diangkat dari cerita novel berjudul "Journey", namun data-data dalam novel dan juga dalam film mengambil sumber dari Sillok, catatan sejarah Joseon, dan juga buku catatan harian Lady Hyegyeong (ibunda Raja Jeongjo), sehingga meskipun banyak detail dari drama ini adalah fiktif, tapi alur dan kronologis kejadian yang disajikan oleh drama ini masih sesuai dengan fakta sejarah.
      Demikian penjelasannya, semoga membantu saudara/i.
      Mengenai Raja Jeongjo, saudara/i dapat membacanya di salah-satu artikel kami, yaitu Dinasti Joseon Periode Kemakmuran
      Kami menantikan kunjungan anda selanjutnya. Salam.

      Delete
  9. Terima kasih sekali atas jawabannya :) saya sangat tertarik dengan dinasti Joseon dan ingin mendalami kisah keluarga kerajaannya lebih lanjut.

    Saya sering menonton drama sageuk joseon dan menemukan sesuatu yang seperti menggelitik pikiran saya.

    Seperti drama "Hwajung", Beberapa detail kisah Raja Gwanghae (terutama saat menjadi putra mahkota dan proses mnj Raja) memang sesuai sejarah, tetapi untuk Putri Jeongmyeong , saya tau sang putri adalah tokoh nyata, tetapi saya kesulitan mendapatkan sejarah asli dari putri jeongmyeong. Lalu soal Gwanghaegun di drama tersebut seolah" berperan sebagai "antagonis" yang menusuk kepercayaan Ratu Inmok dan Putri Jeongmyeong. Tetapi, Gwanghaegun yang saya baca, merupakan Raja yang disukai rakyat dan sepertinya tidak ada catatan mengenai kasusnya terhadap Putri Jeongmyeong. Apakah "Hwajung" terdapat sentuhan fiksi agar lebih dramatis?

    Lalu, drama "Secret Door" pangeran sado disana, lebih "normal" daripada film" Sado lainnya. Apakah gambaran sang pangeran dan Raja Yeongjo dlm Secret Door adalah yang sebenarnya? Karena hubungan ayah-anak di drama tsb lebih terasa manusiawi. Terutama untuk Yeongjo, beliau tentu menyayangi putra kandungnya dan kehangatan itu terasa, walaupun saat pertengahan hingga menjelang akhir, temponya semakin kuat dan tensinya meningkat. Raja Yeongjo yang mencintai putranya, tiba2 harus menghadapi kenyataan bahwa Sado menjadi lawan politiknya karena kesalahan masa lalu Yeongjo saat naik tahta. Apakah hal tersebut sesuai dengan kenyataan yg ada? Atau film the throne kah yang menggambarkan Raja Yeongjo sebagai pribadi keras, tiada cinta untuk Sado?

    Sekian pertanyaan saya dan Terima kasih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya akan berusaha menjawab pertanyaan saudara/i.

      1.Mengenai Hwajung, memang benar beliau adalah tokoh nyata demikian juga dengan sebagian besar tokoh dalam drama "Hwajung". Sesuai drama, beliau adalah putri dari Raja Seonjo dan Ratu Inmok. Sejarah putri-putri raja sangat sedikit, tapi kita bisa mendapatkan beberapa kisah mengenai Hwajung/Putri Jeongmyeong karena keturunan beliau adalah tokoh terkenal. Putri Hwajung tidak dibunuh oleh kubu Gwanghae-gun karena tidak memiliki kekuatan politik. Dia lalu menikah dengan Hong Joo-won (tokoh yang diperankan oleh Seo Kang-joon dalam drama "Hwajung"). Ironisnya, walaupun kubu Gwanghae-gun mengasingkan ibu kandung Hwajung (Ratu Inmok) dan bahkan mengeksekusi kakek Hwajung (ayah Ratu Inmok) dan adik Hwajung (Pangeran Besar Yeongchang), namun kemudian Gwanghae-gun justru menjadi salah-satu dari 2 raja Joseon yang berhasil dikudeta. Keturunan Gwanghae-gun jauh dari tahta karena putra pewarisnya meninggal saat beliau dikudeta. Justru keturunan dari Hwajung-lah yang kelak berada diatas tahta Joseon. Karena suami putri Hwajung bermarga Hong, maka keturunannya pun berasal dari garis Hong. Keluarga Hwajung bukanlah kalangan aristokrat yang kaya-raya tapi mereka terkenal cerdas. Salah-satu cucu Hwajung bernama Hong Pong-han. Hong Pong-han ini adalah seorang sarjana yang terkenal sangat cerdas pada masa itu dan dihormati oleh kalangan istana. Putri Hong Pong-han, yaitu Lady Hong terpilih oleh komite istana untuk menikahi pangeran Joseon, yang hebatnya status pangeran itu adalah Putra Mahkota. Putra Mahkota itu bernama Sado. Lady Hong (cicit Jeongmyeong) ini lalu lebiih dikenal dengan nama Lady Hyegyeong. Dialah ibu dari Raja Jeongjo. Jadi Raja Jeongjo adalah keturunan ke-4 Hwajung dari pihak ibunya.

      Delete
    2. 2.Mengenai Gwanghae-gun, beliau adalah raja yang memiliki reputasi yang baik dalam sejarah. Kekurangannya ya karena dia dikudeta. Beliau adalah raja yang terkenal karena kemampuan diplomasinya. Sebenarnya, drama Hwanjung menggambarkan karakter Gwanghae-gun dengan baik. Sisi antagonis Gwanghae adalah saat dia berhadapan dengan Ratu Inmok. Hal ini wajar, karena Gwanghae adalah raja yang beribu seorang selir (yang juga sudah meninggal) dan lagi Ratu Inmok berhasil memiliki anak laki-laki. Sudah pasti posisi Gwanghae-gun terancam. Tapi, yang sebenarnya paling merasa terancam adalah kubu Gwanghae bukan Gwanghae. Oleh karena itu, fraksi pendukungnya mengasingkan Ratu Inmok dan mengeksekusi Pangeran Yeongchang meskipun hal ini ditentang oleh Raja Gwanghae (sesuai dengan yang dicatat sejarah dalam diari kerajaan). Tapi, karena Gwanghae sangat bergantung pada fraksinya (karena posisi politiknya sendiri sangat lemah) jadi yah dia tidak bisa berbuat apa-apa. Kubu Gwanghae inilah yang membuat era Gwanghae terjadi banyak pembantaian dengan latar-belakang politik. Rakyat Joseon mencintai Gwanghae karena Gwanghae adalah satu-satunya pangeran yang mati-matian berjuang bersama rakyat Joseon dalam perang melawan Jepang disaat anggota keluarga kerajaan lainnya (dan bahkan raja) melarikan diri keluar dari ibukota. Rakyat semakin mencintai Gwanghae karena penerusnya (Raja Injo) gagal membawa Joseon memenangkan perang melawan Manchu (berlawanan dengan Gwanghae yang berhasil memimpin Joseon memenangkan perang melawan Jepang). Sebagai drama pembanding Hwajung, drama The King's Face adalah drama yang baik dalam menggambarkan tokoh raja Gwanghae.

      3.Mengenai Sado, sejauh ini film "The Throne" adalah film terbaik yang menceritakan tentang Sado. Baik detail sejarahnya, maupun karakter Sado dan Raja Yeongjo. Seperti dalam "Secret Door", Raja Yeongjo menyayangi Sado demikian juga sebaliknya, namun perlu diingat bahwa karakter Yeongjo adalah keras dan pemarah dan Sado mengidap penyakit jiwa, jadi "The Throne" lebih sesuai (hingga ke detail-detailnya). Hampir tidak ada drama yang menceritakan tentang kegilaan Pangeran Sado, padahal dia menderita penyakit jiwa yang akut. Sado dan ayahnya didukung oleh partai yang berbeda (Yeongjo oleh Noron dan Sado oleh Soron). Partai pendukung Sado (Soron) adalah partai yang sama yang mendukung Raja Gyeongjong (Putra Jang Ok-jung, kakak Yeongjo), oleh karena itu pihak Soron memanas-manasi Sado bahwa pihak ayahnya yang membunuh Raja Gyeongjong, padahal tidak demikian. Tapi yang membuat Sado dihukum ayahnya hingga meninggal bukan karena hal itu, melainkan karena muslihat ratu dan para pendukungnya yang memanfaatkan penyakit Sado dan juga kekurangan-kekurangan Sado yang lain. Jadi menurut saya, film "The Throne" masih menjadi referensi yang paling baik mengenai sejarah Pangeran Sado, dan juga karakter sang pangeran dan ayahnya.

      Delete
  10. Terima Kasih atas jawabannya :) membantu sekali karena terdapat info yg saya baru ketahui yaitu keturunan Hwajung adalah Hong Pong Han, Putri Mahkota Hyegyeong dan Raja Jeongjo. Saya mengenal ketiga tokoh tsb tetapi blm mengetahui jika mereka adalah keturunan satu garis dari Hwajung. Sungguh sangat membantu :)

    Lalu saya ada pertanyaan lagi, Raja Sejo memiliki dua putri dari Ratu Jeonghui, yg satu dikenal sebagai putri uisook dan yg satu tidak dikenal namanya. Apakah tragedi Lee Seryung dalam The Princess Man itu nyata? Karena sebagian besar detail sejarah diterapkan dalam drama tsb termasuk kematian putra mahkota uigyeong dalam istana. Tetapi yang saya tahu bahwa tokoh seryung dan seungyoo hanyalah center kisah romansa-nya saja dan bukan berarti benar" terjadi pada masa Sejo melakukan tragedi berdarah untuk menjatuhkan Danjong dan menaiki tahta.

    Lalu selanjutnya untuk film the Face reader dan The king's Face, apakah memang ada pembaca wajah pada dinasti joseon? Dan diterapkan praktiknya oleh keluarga kerajaan dalam menganalisis keberuntungan dan potensi lawan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mengenai Hwajung, ada sedikit ralat. Keturunan ke-4 Hwajung adalah Hong Pong-han, Raja Jeongjo adalah keturunan ke-6. Maaf ada salah penulisan. Tambahan mengenai Hwajung juga, selain adalah moyang dari Raja Jeongjo, salah-satu putra Hwajung juga menikah dengan salah-satu bibi dari Ratu Inhyun (Permaisuri-nya Raja Sukjong).

      Mengenai Lee Seryung dalam "The Princess's Man", kemungkinan besar kisahnya fiktif meskipun sejarah dalam dramanya adalah kisah nyata. Jadi selain kisah Lee Seryung dan Kim Seung-yoo, semuanya adalah nyata. Kematian Jenderal Kim Jeong-seo juga cukup detail dalam drama itu. Dalam sejarah, yang meninggal bersama dengan Kim Jeong-seo dihari yang sama adalah putera sulungnya. Tokoh Jeong (suami dari Putri Kyunghye), Shin Myeon (sahabat Jeong dan Kim Seung-yoo), dan para bangsawan dalam drama itu semuanya nyata. Film "The Face Reader" dan drama "Queen Insoo" cocok sebagai pembanding "The Princess's Man". Drama ini memang memanfaatkan celah bahwa ada salah-satu putri Raja Sejo yang tidak tercatat namanya dalam sejarah dan mengambil plot Romeo & Juliet, karena aneh jika ada keturunan raja yang tidak dicatat namanya.

      Mengenai pembaca wajah, mereka memang ada dan dicatat dalam sejarah. Acuan ilmu yang dipakai para pembaca wajah adalah dari negeri Tiongkok. Kita semua tahu bahwa Tiongkok sangat mahir mengenai hal ini. Hanya saja, kisah mereka sebagai tokoh-tokoh dalam drama "The King's Face" dan film "The Face Reader" adalah fiktif. Sekedar info, sebelum para Raja Joseon dinobatkan sebagai putra mahkota, para face reader ini akan dipanggil oleh raja untuk menilai calon putra mahkota. Walaupun tabiat putra mahkota ini jelek, dia tetap akan diangkat sebagai putra mahkota jika raja menginginkannya karena tuga para face reader ini bukanlah menyeleksi putra mahkota melainkan menemukan potensi dan kelemahan tersembunyi putra mahkota agar nanti dapat diketahui dan dibina oleh raja. Jasa para face reader ini terus dipakai bahkan setelah sang pangeran diangkat sebagai putra mahkota agar diketahui perkembangan mentalnya. Selain untuk menilai para calon raja, para face reader ini juga dimanfaatkan untuk menilai kawan dan lawan raja. Para face reader itu pada masa modern ini dikenal sebagai psikolog dan psikiater ^^. Bedanya, psikiater dan psikolog pada masa kini mendapatkan gelarnya karena setelah sekolah dan lulus tes profesi, sedangkan para face reader masa lalu mendapatkan gelarnya rata-rata murni karena bakat.

      Delete
  11. Wah terima kasih atas koreksi dan jawabannya. Sangat lengkap dan membantu. Saya jadi mengerti sekali ttg sejarah raja" joseon yg tidak tercatat secara online d internet.

    Lalu saya mau bertanya lagi, admin tau drama maids? Apakah perseteruan taejong vs taejo itu benar2 terjadi seperti drama maids? Sampai taejo angkat kaki dari wilayah kekuasaan joseon dan tinggal d hamheung? Lalu eksekusi dari pejabat Gook apakah itu peristiwa nyata? Lalu pengkhianatan menteri keuangan yg lebih memilih goryeo?

    Lalu cerita yg berfokus pada putra mahkota Sohyeon selain cruel palace dan the three musketeers ada apa saja?

    Terima kasih

    ReplyDelete
  12. Lalu ada tambahan pertanyaa. Raja munjong dikatakan menemukan metode pengukuran air tanah saat menjadi putra mahkota, tetapi saya pernah baca, bahwa sebenarnya Jang Yeong Sil juga turut terlibat tetapi semua kredit diberikan seutuhnya pada Raja Munjong? Bagaimana yg sebenarnya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. 1.Drama "Maids".
      Semua tokoh bangsawan & alur sejarah dalam "Maids" adalah nyata namun cerita mengenai pemeran utamanya adalah fiktif. Eksekusi-eksekusi dalam drama itu juga sesuai dengan fakta sejarah. Banyak bangsawan & pejabat yang dieksekusi diera awal Joseon karena banyak dari mereka yang tetap setia pada Goryeo dan merupakan pendukung Jenderal Choe Yeong atau Jeong Mong-ju.


      2.Mengenai perseteruan Taejo vs Taejong.
      Perseteruan ini memang benar-benar terjadi. Sebenarnya Taejong adalah anak yang sangat berbakti pada Taejo. Jika Yi Bang-gwa (Raja Jeongjong) adalah putra yang selalu mendampingi Taejo di medan perang, maka Yi Bang-won (Taejong) adalah putra Taejo yang menolong ayahnya untuk urusan diplomasi. Bisa dibilang Taejong adalah diplomat & lobigor ulung. Kekurangan Taejong adalah terlalu agresif saat menghadapi lawannya, padahal banyak lawan politiknya justru sangat dihormati oleh ayahnya.

      Perseteruan pertama Taejo & Taejong adalah saat Taejong membunuh Jeong Mong-ju. Jeong Mong-ju adalah bangsawan & diplomat Goryeo ternama. Dia adalah sahabat dan rekan seperjuangan Jeong Do-jeon (perdana menteri pertama Joseon) saat Goryeo masih dijajah bangsa Mongol. Mereka berdua belajar bersama di universitas kerajaan dan didik oleh guru yang sama. Dia sangat pandai & cerdik, terbukti dari kemampuannya membebaskan ribuan sandera Korea di Jepang. Saat Taejo mulai menjadi diktator di era akhir Goryeo, lalu meruntuhkan Goryeo & mendirikan Joseon, Jeong Mong-ju tetap pada pendiriannya sebagai abdi Goryeo yang setia. Meskipun dia adalah lawan politik Taejo, tapi Taejo (juga Taejong) sangat menghormati Jeong Mong-ju. Itulah mengapa Taejo tidak membunuh Jeong Mong-ju meskipun dia membunuh Jenderal Choe Yeong.

      Tapi, Yi Bang-won memiliki pendapat yang berbeda. Meskipun juga sangat menghormati Jeong Mong-ju, tapi bagi Yi Bang-won dia tetap ancaman laten Joseon karena kedaulatan Joseon di dalam Korea harus mendapat pengakuan terbuka oleh bangsawan yang berpengaruh, terutama Jeong Mong-ju. Jadi, selama Jeong Mong-ju masih hidup & tidak mengakui Joseon, maka Joseon belum resmi berdiri dimata rakyat dan para bangsawan Korea. Yi Bang-won lalu membunuh Jeong Mong-ju. Ini membuat Taejo marah & hampir membunuh Yi Bang-won.

      Selain Taejo, kematian Jeong Mong-ju ini membuat perdana menteri Jeong Do-jeon marah dan dendam pada Yi Bang-won. Nah, ini yang memperparah hubungan Taejo & Taejong.

      Saat Taejo telah tua, isu putra mahkota semakin mencuat. Hampir semua pendukung Taejo mendukung Yi Bang-won sebagai putra mahkota. Tapi, Jeong Do-jeon berupaya agar Yi Bang-won gagal menjadi putra mahkota. Jeong Do-jeon lalu menganjurkan agar bukan putra yang paling berbakat (Yi Bang-won/Taejong) yang menjadi Putra Mahkota melainkan putra yang paling disayang Taejo yaitu putra bungsunya (Pangeran Ui'an). Taejo lebih menuruti permintaan Jeong Do-jeon karena Taejo dan Jeong Do-jeon adalah sahabat karib dan merupakan otak dan founding fathers Joseon. Taejo tidak mau menunjuk Taejong salah-satu pertimbangan terbesarnya adalah karena kasus Jeong Mong-ju. Tapi keputusan Taejo ini justru membuat Yi Bang-wojn marah & membunuh adik tirinya (Pangeran Ui'an & kakaknya, Pangeran Mu'an) dan Jeong Do-jeon berserta semua pengikutnya. Itu adalah pembantaian internal pertama di Joseon. Kejadian ini membuat Taejo meninggalkan istana Gyeongbok (istana yang didesain oleh Jeong Do-jeon), karena murka & jijik melihat Yi Bang-won berada diistana yang dibangun oleh sahabatnya. Taejo juga membawa stempel kerajaan agar tidak bisa dipakai Taejong. Taejong lalu membangun istana Cheondeok untuk Taejo. Taejo pun terpaksa tinggal disana. Hingga Taejo meninggal, dia tidak pernah mau melihat Taejong padahal Taejong berusaha menjadi raja Joseon yang bermutu dan cakap sebagai pemimpin, tapi Taejo tetap tidak mau mengakui Taejong sebagai raja. Stempel kerajaan juga baru bisa digunakan Taejong setelah ayahnya meninggal. Demikian riwayat permusuhan Taejo dan Taejong.

      Delete
    2. 3. Drama yang fokus pada Pangeran Sohyeon salah-satunya adalah drama "Intruder Midnight" tapi itu drama tahun 80-an ^.^
      Pangeran Sohyeon juga muncul dalam drama Chuno, Tamna The Island (si Putra Mahkota), Iljimae, Horse Doctor, dan drama-drama tentang Raja Injo atau penyerbuan Manchu.


      4. Jang Yeong-sil dan Raja Munjong.
      Riwayat Jang Yeong-sil tercatat dalam Kitab Sejarah Raja-raja Joseon. Dia adalah ilmuwan dibidang astronomi. Dia bukanlah penemu "Metode Pengukuran Air Tanah" melainkan penemu "Alat Pengukur Air Tanah" didunia, "Alat Pengukur Hujan" pertama di Dunia dan juga "Desain Jam Air" pertama di Dunia. Yang menemukan "Metode Pengukuran Air Tanah" adalah Raja Munjong dan itu dicatat dalam Catatan sejarah Joseon dan Sillok Raja-raja Joseon. Catatan itu tidak bisa dimanipulasi karena para pencatat diari kerajaan dan pencatat diari raja sudah disumpah untuk mencatat apa adanya.

      Jang Yeong-sil adalah orang yang membantu Raja Munjong untuk membuat "alat" pengukuran tersebut namun "metode/cara/teori" pengukuran-nya ditemukan oleh Raja Munjong.

      Delete
    3. Mengenai informasi-informasi tambahan tentang sejarah Joseon, saudara/i dapat lihat di tiap komentar di setiap artikel blog ini. Soalnya ada beberapa informasi dari pembaca atau beberapa penjelasan saya yang belum saya tambahkan ke dalam data-data di artikel-artikel saya. Mungkin pembahasan di kolom komentar dari para pembaca lain bisa membantu.

      Delete
  13. Saya sangat senang memperoleh informasi lebih jauh seperti ini :) penjelasan yg mudah dimengerti dan sangat lengkap.

    Mengenai Memoirs of Lady Hyegyeong saya sangat tertarik untuk membaca langsung walau dengan terjemahan bahasa inggris, bagaimana memperolehnya?

    Saya sempat membaca bahwa memoris dri lady hyegyeong sebenarnya dibuat untuk membuktikan bahwa keluarga hong dan dirinya tidak ada sangkut paut dengan kematian putra mahkota Sado. Tetapi banyak review pembaca yg justru tidak sepenuhnya percaya 100% pada statement yg ditulis oleh lady hyegyeong padahal beliau merupakan orang terdekat pangeran sado saat itu. Menurut admin bagaimana yg sudah membaca lengkap buku autobiografi tersebut?

    Yang saya tahu, bahwa lady hyegyeong dan ayahnya berada d fraksi noron, sedangkan sado berada di fraksi soron. Hal itu justru merupakan kubu yg bertentangan. Noron bahkan ingin menurunkan tahta Sado, sedangkan soron ingin tetap mempertahankan Sado. Posisi lady hyegyeong sebenarnya terjepit, di satu sisi, ia harus mempertahankan sado sebagai putra mahkota agar ia dan putranya dapat bertahan di istana dgn power yg ia dapatkan dari statusnya, sedangkan ia juga sebenarnya berpihak pada ayahnya, hong pong han yg berada di kubu noron. Tidak heran bahwa kecurigaan pada kematian Sado juga mengarah pada beliau dan keluarga hong. Saya belom mengetahui gambaran pasti mengapa ada sebagian orang yg percaya tidak percaya dengan buku autobiografi tsb, dan ada bbrp statement review pembaca bahwa Lady hyegyeong seakan" menyalahkan penyakit mental Sado saja yg membawa Pangeran ke dalam liang kuburnya sendiri.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pertama-tama, kita harus paham bahwa informasi tentang Sado yang resmi secara lengkap hanyalah berasal dari Sillok, karena Raja Yeongjo telah membatasi pembahasan mengenai Sado dari seluruh catatan administratif Joseon dan bahkan menghapus Sado dari catatan administratif Joseon (demi cucunya, Raja Jeongjo). Catatan sejarah Joseon ada dua, Sillok dan Seungjeongwon Ilgi (Catatan Harian Sekretariat Kerajaan). Beda Sillok dan Catatan Harian Sekretariat Kerajaan adalah Sillok merupakan kumpulan "Catatan Harian Setiap Raja Joseon" sedangkan Catatan Harian Sekretariat Kerajaan adalah "catatan rinci mengenai peristiwa sehari-hari dan jadwal resmi kerajaan". Nah, dalam Catatan Harian Sekretariat Kerajaan inilah Sado bisa dibilang hampir tidak ada karena telah di-'sensor' oleh Yeongjo dan Jeongjo. Tapi Sado tetap ada karena catatan ini mencatat setiap peristiwa, dan jadwal kenegaraan Joseon (catatan tentang putra mahkota dan wakil raja sudah tentu harus ditulis) meskipun di'edit' oleh Yeongjo dan Jeongjo.


      Sumber tulisan kedua tentang Sado yang paling valid adalah "Memoirs Of Lady Hyegyeong". Ini bukanlah catatan resmi Joseon melainkan sebuah buku yang ditulis oleh istri Sado. Buku ini baru ditulis pada-masa pemerintahan cucu Sado, Raja Sunjo. Lady Hyegyeong menulis buku ini setelah semua yang mengenal Sado dan menyaksikan peristiwa itu meninggal dunia termasuk Raja Jeongjo. Memoirs Of Lady Hyegyeong ini terdiri dari 4 bagian yang ditulis dikurun waktu yang berbeda, yaitu:

      1.Bagian yang pertama ditulis tahun 1795, sebagai respons dari permintaan keponakannya, Suyǒng dia menulis untuk menyampaikan kepada generasi mendatang. Bagian ini menceritakan tentang dirinya (Lady Hyegyeong) dan kehidupan awalnya di istana sebagai putri mahkota, sekaligus menulis kehidupan awalnya bersama Sado.

      2. Bagian yang pertama ditulis tahun 1801, sebagai reaksi dan protes atas eksekusi mati terhadap pamannya, Hong In-hong dengan tuduhan menentang raja, dan atas eksekusi mati terhadap kakak kandungnya, Hong Nagim, karena menjadi penganut Katolik. Bagian kedua ini ditulis untuk memperingati cucunya, calon Raja Sunjo atas kebengisan Ratu Dowager Jeongsun. Bagian kedua ini membahas tentang beberaa peristiwa di era Jeongjo dan Sunjo.

      3. Bagian yang ketiga ditulis tahun 1804, yang diperuntukkan pada cucunya, Raja Sunjo, dengan tujuan agar Sunjo dapat memenuhi permintaan terakhir Raja Jeongjo agar Lady Hyegyeong dan Pangeran Sado dapat dicatat oleh sejarah sebagai orang-tua kandungnya dan agar Sunjo dapat menghormati Sado sebagai salah-satu leluhurnya. Bagian ini menulis tentang ambisi raja Yeongjo menaikkan derajat ibunya (Selir Choi/Dong Yi) dan ambisi Jeongjo membersihkan nama baik ayahnya, Namun, bagian ini dikhususkan untuk membersihkan tuduhan terhadap ayahnya yang sempat dianggap salah-satu musuh Jeongjo akibat hasutan dari Ratu Dowager Jeongsun.

      3. Bagian yang keempat ditulis tahun 1805, yang memuat detail tentang tragedi kematian Sado, dan konflik Sado dengan ayahnya.

      Sebenarnya, saya belum membaca Memoirs Of Lady Hyegyeong yang asli karena aslinya ditulis dengan bahasa sastra yang tinggi (saya tidak gitu paham gaya bahasa sastra kuno Korea ^^), yang saya baca adalah terjemahan bebasnya. Saudara/i bisa beli secara online di Amazone.com.

      Delete
    2. Saya akan mencoba membahas peristiwa Sado dari berbagai sudut pandang, menurut berbagai sumber.

      1.Sillok
      Saya mengetahui catatan Sado di Sillok melalui beberapa jurnal tentang Sado yang mengambil sumber dari Sillok (saya belum membaca Sillok dari terjemahan aslinya). Dalam Sillok, riwayat Sado muncul disetiap pertemuannya dengan raja atau saat raja mengeluarkan titah tentang Sado, atau saat ada orang yang bertemu dengan raja dan membicarakan tentang Sado.

      Dalam Sillok, dicatat bahwa Sado sempat ditunjuk sebagai pelaksana harian titah raja, alias raja muda (jabatan yang pernah dijabat oleh Raja Munjong, Raja Gwanghae, dan Raja Gyeongjong).
      Sillok juga mencatat bahwa raja selalu marah pada Sado saat menjadi raja muda. Kalau Sado mengambil keputusan tanpa memberi-tahu raja maka raja marah, tapi saat Sado meminta pendapat raja untuk mengambil keputusan maka raja lebih marah lagi karena menganggap Sado tidak sanggup mengambil keputusa. Semua perkataan raja ini dicatat oleh Sillok.

      Sillok mencatat bahwa Yeongjo pernah mengusir Sado saat melakukan kunjungan ke daerah pedesaan.
      Sillok juga mencatat bahwa raja sering mengkritik Sado dan saat Sado membuat raja marah karena memakai pakaian berkabung saat menghadap raja.

      Permintaan para menteri Noron yang meminta Sado diturunkan dari jabatan putra mahkota juga dicatat di Sillok.
      Titah raja untuk membunuh menteri yang mengadukan kegilaan Sado pada raja juga dicatat oleh Sillok.
      Titah Yeongjo saat menghukum mati Sado juga ada di Sillok.

      Intinya Sillok menceritakan tentang Sado apa adanya.

      Delete
    3. 2. Memoirs Of Lady Hyegyeong

      Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, catatan ini dibuat untuk berbagai tujuan, seperti sebagai bentuk protes, membersihkan nama baik, dan sebagainya. Sebelum menganalisa catatan ini, pertama-tama kita harus tahu bahwa catatan ini ditulis saat penulisnya berusia lanjut, ketika semua peristiwa itu sudah sangat... sangat... sangat... lama terjadi, dan bahkan sebagian besar pelaku sejarahnya sudah meninggal. Banyak orang yang bertanya mengapa butuh sekian waktu lamanya untuk menulis catatan ini. Sebagai orang yang mengalami semua itu, sudah pasti jawaban utama Lady Hyegyeong adalah "Trauma". Hal ini dapat dilihat dari emosi yang disampaikan melalui tulisan ini, yaitu Kesedihan. Lady Hyegyeong menggambarkan dirinya sebagai putri-mahkota yang bernasib malang.

      Alasan lain mengapa perlu waktu yang lama adalah karena pembahasan tentang Sado sangat dilarang oleh Yeongjo dan Jeongjo. Lagipula demi keselamatannya dan catatannya, Lady Hyegyeong baru merasa aman setelah para pemain kunci pada peristiwa itu telah meninggal dan hanya tersisa Ratu Jeongsun (untuk itulah dia menulis catatan tentang kelicikan Ratu Jeongsun agar Raja Sunjo berhati-hati).

      Lady Hyegyeong tentu berusaha membersihkan nama keluarganya yang diekseskusi diera Jeongjo dan Sunjo padahal mereka adalah pendukung utama Jeongjo. Jadi wajar kalau dia membela ayah, kakak, dan pamannya.

      Mengenai Sado, Lady Hyegyeong menggambarkan Sado sebagai seorang pangeran yang mengidap penyakit jiwa namun bukan tanpa sebab. Sado mulai menderita ketidak-stabilan mental setelah mengalami panas tinggi yang berulang-ulang sejak dia masih kecil. Selain itu, dimata Lady Hyegyeong, Raja Yeongjo adalah seorang raja yang memiliki pikiran yang 'tidak sehat', karena terlalu percaya takhyul dan menekan Sado begitu keras hanya karena percaya pada mitos.

      Lady Hyegyeong juga mencatat bahwa Sado dihukum mati salah-satunya atas anjuran Lady Seonhui (ibu kandung Sado) yang tidak tahan melihat Sado yang frustasi pada ayahnya. Lady Hyegyeong mencatat bahwa hal ini dilakukan oleh ibu Sado sebagai respons pada raja yang selalu mengkritik dan merendahkan Sado (kasarnya, daripada Sado sering direndahkan & di-intimidasi oleh ayahnya sehingga dia menjadi frustasi dan gila, lebih baik dihukum mati saja).

      Kemarahan raja yang tertuang dari titah-titahnya juga tercatat dalam Sillok, sehingga para sejarawan dapat membuat perbandingan. Lady Hyegyeong mungkin tidak mendengar apa titah raja, atau menyaksikan apa yang dilakukan Sado diluar sana namun dia mengetahui apa yang dilakukan Sado saat berada didekatnya.

      Jadi, Lady Hyegyeong mencatat perilaku Sado dan catatan sejarah Joseon mencatat detail percakapan antara musuh-musuh Sado dengan raja yang dapat diambil kesimpulan bahwa mereka ingin menjatuhkan Sado dan upaya mereka berhasil. Tentang kelicikan Ratu Jeongsun (musuh Sado) juga ditulis oleh Lady Hyegyeong. Lady Hyegyeong mencatat dengan detail mengenai beberapa konspirasi yang ingin menjatuhkan Sado. Satu-satunya hal yang Lady Hyegyeong salahkan dari Sado adalah kekejaman Sado saat penyakitnya kambuh. Lady Hyegyeong bukan menyalahkan Sado atas kegilaannya itu (karena muncul akibat penyakit), melainkan akibat dari kekejaman Sado (sebagai dampak dari penyakit jiwanya) selalu memperburuk situasi antara Sado dan ayahnya. Selain itu, Lady Hyegyeong juga menyalahkan raja Yeongjo atas intimidasi yang dilakukannya pada Sado.

      Bagi saya, Lady Hyegyeong mencatat semuanya sesuai dengan sudut pandangnya, dan apa yang terjadi dimatanya sesuai yang dia tahu. Para sejarawan tentu akan membandingkan catatan ini dengan berbagai catatan resmi yang hasilnya dapat kita nikmati saat ini sebagai kesimpulan dalam sejarah.

      Demikian penjelasannya,
      semoga dapat membantu ^_^

      Delete
  14. Terima Kasih sekali atas penjelasannya. Benar" sangat lengkap, admin begitu mengerti apa yang saya tanyakan dan menjawab dengan begitu sistematis. Saya hanya bisa bertepuk tangan :) informasi mengenai catatan sillok dan catatan sekretariat kerajaan, jujur baru pertama kali saya mendengar bahwa Yeongjo membatasi catatan mengenai Sado pada kedua catatan tersebut.

    Lalu sedikit OOT dengan putra mahkota. Saat saya membaca tentang Raja Gojong terdapat Pangeran Daewongun yang ditunjuk sebagai Pangeran Internal kerajaan. Yang saya heran adalah jika hal tersebut yg mengawali periode kekaisaran han raya, mengapa putra dari daewongun, Yi Myeong bok yg dipilih sebagai raja? Kenapa tidak Yi ha heung saja yg menjadi raja? Daripada memilih Yi Myeong Bok yang masih berusia 12 tahun, lebih baik memahkotai Yi Ha Heung yang sudah dewasa dan siap memerintah. Toh, nantinya Yi myeong bok dapat diangkat sebagai putra mahkota (yang nantinya dapat naik tahta juga) jika ayahnya menjadi Raja? Hal tersebut yg menjadi pertanyaan saya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima-kasih atas apresiasinya ^_^

      Saya ingin mengkoreksi komentar terakhir saudara/i pada paragraf pertama.
      Yang benar adalah Yeongjo membatasi catatan mengenai Sado hanya di satu catatan,yaitu "Seungjeongwon Ilgi" (Catatan Harian Sekretariat Kerajaan). Catatan Harian Sekretariat Kerajaan bisa dilihat oleh raja karena memang harus dilaporkan pada raja (karena berupa laporan atas kejadian harian Joseon yang setiap hari harus dilaporkan pada raja), raja masih bisa meng'edit' mana catatan yang bisa dijadikan arsip dan mana yang tidak. Tapi tidak demikian dengan Sillok. Raja tidak dapat mengubah apapun yang dicatat oleh penulis Sillok, apapun alasannya. Jangankan diubah, dilihat saja tidak boleh. Ini berlaku pada semua raja Joseon. Raja Taejong pernah jatuh dari kuda, dan memerintahkan pencatat Sillok jangan mencatatnya, tetap dicatat ^.^. Raja Sejong juga pernah meminta untuk melihat catatan Sillok yang disimpan para penjaga Sillok tapi tidak diijinkan oleh mereka (padahal catatan Sillok di-copy dalam beberapa rangkap dan tempat penyimpanannya tersebar diberbagai penjuru Korea dengan alasan agar sejarah tetap terjaga). Mudah bagi Sejong untuk memaksa, tapi beliau tetap menurut.

      Intinya, Sillok tidak bisa diintervensi oleh siapapun, oleh karena itu Sado ada dalam catatan tersebut (catatan mengenai setiap pertemuannya dengan raja, dan setiap tutah raja yang menyebut nama Sado).

      Jika dalam drama, kita melihat ada raja atau bangsawan yang membaca catatan sejarah raja-raja dimasa lampau, maka yang dibacanya adalah Seungjeongwon Ilgi (Catatan Harian Sekretariat Kerajaan), karena Sillok terlarang untuk dibaca oleh siapapun (mencegah agar isinya tidak dapat diubah dan tetap asli serta dapat dipercaya).

      Delete
    2. Mengenai Yi Ha-heung, tentu ada alasan mengapa Yi Myeong-bok lah yang diangkat sebagai raja. Dua alasan terpenting adalah prosedur dan legalitas.

      1.Prosedur pengangkatan putra-mahkota
      Prosedur ini cukup rumit dan banyak. Dari segi keturunan, calon raja haruslah putra raja Joseon, atau jika tidak maka dia haruslah keturunan raja Joseon dari garis keturunan yang terdekat, dan juga harus seorang laki-laki dari wangsa Yi dan keturunan langsung para raja dari pihak ayahnya. Dia harus mengikuti semua prosedur dan adat-istiadat istana termasuk pernikahan, karena para pendamping raja harus diseleksi oleh komite istana. Dia juga harus sehat dan tidak mandul. Selain itu dia juga haruslah bukan putra atau keturunan dari orang yang dijatuhi hukuman sebagai pengkhianat. Dan yang paling penting, jika dia tidak pernah menjadi seorang pangeran maka dia harus disetujui oleh ratu Dowager.

      2. Legalitas
      Hubungan darah saja tidak cukup untuk menjadi raja, karena dibutuhkan pengakuan secara hukum. Jika raja yang mangkat tidak memilih keturunan, maka penggantinya harus memenuhi syarat sesuai hukum yang berlaku di Joseon. Dia harus memenuhi syarat dan mengikuti prosedur, dan harus diakui secara hukum, yaitu merupakan keturunan sah seorang raja. Pembuktiannya salah-satunya adalah dengan menjadi putra angkat raja (seperti yang terjadi pada Raja Seongjong).

      Nah, Yi Ha-heung tidak memenuhi dua syarat diatas. Memang dia adalah keturunan raja (dari garis raja Injo melalui Pangeran Inpyeong dan dari garis Raja Yeongjo melalui Pangeran Sado namun diragukan), dan satu-satunya anggota wangsa Yi yang resmi yang masih tersisa, tapi tidak sah secara hukum sebagai keturunan raja yang tercatat dalam daftar silsilah resmi istana. Karena peraturan istana juga yang membuat Raja Cheoljong adalah keturunan terakhir yang secara sah dapat diangkat sebagai raja Joseon (dari segi kelahirannya, dan legalitas). Dan lagi, Yi Ha-heung telah menikah dan memiliki, anak yang semuanya dilalui tanpa mengikuti peraturan istana.

      Oleh karena itu, Yi Ha-heung (yang memang pandai) menawarkan solusi pada ibu suri agar mengangkat putranya, Yi Myeong-bok sebagai anak. Usul ini disetujui oleh ibu suri dan diterima oleh raja, karena jika Yi Myeong-bok diangkat sebagai putra angkat raja Cheoljong maka saat Cheoljong meninggal, kemungkinan besar Yi Myeong-bok akan dianulir sebagai keturunan raja (karena Cheoljong merupakan keturunan terakhir yang sah, dan tidak memiliki dukungan politik). Karena Yi Myeong-bok diangkat sebagai anak oleh ibu suri maka secara hukum statusnya sebagai keluarga kerajaan setara dengan pendahulu Cheoljong (mendiang Raja Heonjong, putra ibu suri dan Pangeran Munjo) yaitu sama-sama putra ratu dowager, sehingga saat Raja Cheoljong meninggal, maka satu-satunya anggota wangsa Yi terakhir yang memenuhi syarat sebagai raja (baik secara prosedur dan legalitasnya) yang tersisa hanyalah Yi Myeong-bok, sehingga dialah yang diangkat menjadi raja.

      Karena Yi Myeong-bok masih dibawah umur, maka dia butuh wali. Ratu dowager pun sepakat bahwa Yi Ha-heung yang akan menjadi walinya, karena klan Kim Andong harus dijatuhkan. Jika ibu suri yang menjadi wali, maka klan Kim Andong sulit dijatuhkan sebab akan terjadi pertikaian antara klan Kim dan klan Jo (klannya ibu suri). Namun, Yi Ha-heung pasti luput dari pertikaian antar klan karena dia bukan anggota salah-satu klan.

      Demikian alasan dan proses pengangkatan Yi Myeong-bok sebagai Raja Gojong, dan pengangkatan Yi Ha-heung sebagai Heungson Daewon-gun.

      Delete
  15. Ahhhh saya baru mengerti tentang pemilihan putra mahkota diluar keturunan Raja langsung yang bersangkutan, apalagi jika keturunan yg menjadi pertimbangan itu walau memiliki royal blood tetapi sudah jauh dari garis Raja langsung.

    Lalu mengenai Ratu Jeongsun yang ikut menentang Pangeran Sado, mengapa sang ratu (yang bahkan tidak memiliki keturunan) ingin menjatuhkan Sado bersama" dgn putri hwawan? Bahkan sang ratu dikatakan juga sangat ingin menjatuhkan Raja Jeongjo dan tidak mendukung pemerintahannya.

    Keuntungan apa dari sang ratu jika berhasil menjatuhkan Jeongjo? Saya maklum jika sang ratu memiliki anak dari Yeongjo tetapi dikatakan Ratu Jeongsun tidak memiliki keturunan. Dan jika jatuh, siapa yang dikehendaki ratu jeongsun untuk menjadi Raja?

    Saya sangat mengapresiasi jika admin mau menjelaskan dari awal sekali sampai pada alasan Ratu Jeongsun tidak mendukung Sado dan keturunannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haaai... Maaf ya baru dibalas.

      Mengenai Ratu Jeongsun, alasan terutamanya adalah Ambisi. Faktor pendukung ambisinya adalah Partai, dan alasan lain yang melatar-belakangi adalah pertikaian antar partai di masa lalu.

      Partai Ratu Jeongsun adalah Noron sedangkan partai pendukung Sado dan Raja Jeongjo adalah partai Soron. Jauh sebelum Sado dan Ratu Jeongsun lahir, partai Noron dan Soron sebenarnya akur. Ini terjadi pada masa pemerintahan Raja Sukjong. Saat itu, Soron dan Noron (Partai Barat) memiliki satu musuh yaitu Partai Namin (Partai Selatan) yang merupakan partai pendukung Jang Ok-jung (Selir Jang/Jang Hee-bin).

      Setelah Jang Hee-bin jatuh dan bahkan dihukum mati, dan Partai Namin juga jatuh tanpa pernah mampu bangkit kembali, maka Partai Soron dan Noron sebagai partai kuat yang tersisa justru terlibat dalam perebutan kekuasaan. Saat itu, Raja Sukjong berani mengganti partai pendukungnya antar satu partai dengan partai lain dan melakukan pembersihan. Oleh karena itu, baik pihak Noron dan Sorong khawatir jika mereka menjadi pihak yang kalah dan lalu dibersihkan.

      Partai Noron lebih diuntungkan karena mereka adalah partai pendukung mendiang Ratu Inhyun yang dicintai raja dan rakyat. Namun, Partai Soron lalu mengambil langkah politik dengan mendukung Putra Mahkota Hwiso (Pangeran Yoon) yang merupakan putra mendiang Jang Ok-jung, yang dulunya adalah lawan politik partai Soron (dan juga Noron).

      Partai Noron merasa tertekan karena Putra Mahkota Hwiso tetap menjadi putra mahkota bukannya Pangeran Yeoning. Namun, kabar mengenai penyakit putra mahkota (mandul) telah terdengar oleh partai Soron sehingga mereka melakukan berbagai cara agar jangan sampai putra mahkota Hwiso turun tahta dan digantikan oleh Pangeran Yeoning. Partai Soron tidak puas ketika Putra Mahkota Hwiso diangkat menjadi Raja Gyeongjong setelah Raja Sukjong wafat, karena Pangeran Yeoning masih hidup. Terlebih lagi sebenarnya Raja Sukjong telah menunjuk Pangeran Yeoning sebagai pengganti Gyeongjong karena Gyeongjong mandul. Mereka (Soron) lalu melakukan serangkaian upaya pembunuhan terhadap Pangeran Yeoning. Karena tidak berhasil membunuh Pangeran Yeoning, partai Soron lalu membunuh para pemimpin dan beberapa anggota penting partai Noron. Inilah awal dari perseteruan panjang antara partai Noron dan Soron.

      Raja Gyeongjong sangat marah pada partai pendukungnya ini. Ia justru mengangkat Pangeran Yeoning sebagai putra mahkota dan melakukan pembersihan pada partai Soron dan menjauhkan partai Soron dari pemerintahan agar nanti Pangeran Yeoning tidak kesulitan saat naik tahta. Uniknya, Raja Gyeongjong melakukan hal ini justru saat Partai Noron sedang melemah dan Partai Soron sedang berada diatas-angin.

      Yeoning pun diangkat menjadi Raja Yeongjo setelah Gyeongjong wafat. Inilah awal-mula kekuasaan partai Noron di Joseon.

      Partai Soron memendam dendam. Setelah mengetahui hubungan raja dan pangeran Sado yang buruk, mereka mendekati dan menjadi partai pendukung Pangeran Sado, dan justru memperburuk hubungan ayah dan anak ini. Alasan utama Noron membenci Sado bukan karena hubungannya yang buruk dengan raja, bukan pula karena penyakit jiwanya, atau skandal-skandalnya, namun karena dia -yang kemungkinan besar akan menjadi raja karena statusnya adalah putra mahkota- sangat dekat dengan partai Soron yang dulu pernah membantai orang-orang Noron. Pembantaian itu sangat membekas diingatan orang-orang Noron. Oleh karena itu mereka menggunakan banyak cara agar partai Soron tidak kembali memegang kekuasaan.

      Delete
    2. Ratu Jeongsun adalah tokoh Noron yang mengemban misi agar partainya tetap berkuasa. Siapapun boleh menjadi raja asal bukan Sado dan bukan pangeran yang dekat dengan Soron. Ratu juga tidak mau jika nanti kekuasaannya akan hilang jika Soron berkuasa. Dia juga tidak mau jika nanti orang-orangnya dan juga keluarganya dieksekusi. Mereka lalu merancang plot untuk menjatuhkan Sado dan juga orang-orang Soron. Upaya mereka berhasil, karena Sado dihukum-mati dan banyak orang Soron dibunuh. Partai Soron juga tidak pernah mampu kembali berkuasa (era Gyeongjong adalah era terakhir partai ini berkuasa).

      Tapi putra Sado, Yi San, justru diangkat menjadi putra mahkota dan bahkan menjadi Raja Jeongjo. Meskipun Yi San juga didukung oleh orang-orang Noron (dari pihak keluarga ibunya), namun dia tetap saja putranya Sado yang dulu dijatuhkan oleh ratu dan partai Noronnya. Karena takut jika mereka yang akan dibantai selanjutnya, maka konspirasi untuk membunuh Raja Jeongjo juga dilakukan. Setelah semuanya terbongkar, ratu dan putri Hwawan disingkirkan dari kekuasaan.

      Demikian penjelasannya.

      Delete
  16. Terima Kasih atas penjelasannya. Noron dan Soron merupakan fraksi politik yang paling saya ingat karena perseteruan kedua partai sangat seru untuk diikuti terutama pada era raja Sukjong sampai raja" keturunannya :)

    Mengenai Ratu Inhyeon, juga terdapat banyak spekulasi tentang hubungan Sukjong dan Inhyeon.

    Ratu Inhyeon benar dicintai rakyat joseon, tetapi bagaimana dengab Sukjong? Banyak perdebatan setelah muncul drama Jang Ok Jung yg merupakan pembanding dri drama Dong Yi, dan sejauh ini belom ada drama yg mengungkapkan sisi pandang dari Ratu Inhyeon sebagai tokoh utama. Sehingga jika dilihat dari kedua drama tsb, saya melihat bahwa Ratu Inhyeon seperti tidak diinginkan oleh Raja.

    Bagaimana pendapat admin mengenai Ratu Inhyeon? Dan apakah benar rumor bahwa Inhyeon itu mandul? Bukan krn Sukjong yg tidak pernah menyentuhnya? Banyak sekali spekulasi mengenai hal tersebut d dunia maya.

    Terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Well, mengenai hubungan antara Ratu Inhyun dan Raja Sukjong yang sebenarnya hanya dapat kita ketahui melalui catatan sejarah.

      Begini, dalam catatan sejarah, hubungan kedua orang ini sebagai suami istri sangat baik. Mereka telah menikah sejak kecil. Dan lagi, kepribadian Ratu Inhyun yang sangat lembut ini sangat disukai oleh Sukjong. Inhyun juga ibarat obat penenang bagi Sukjong karena dia bukanlah ratu yang penuh dengan ambisi. Mengenai catatan sejarah KOrea, kita harus mempercayai Sillok, karena semua kegiatan raja dicatat termasuk saat raja mengunjungi ratu dan selir-selirnya. Intinya, menurut catatan sejarah hubungan mereka berdua sebagai suami istri dan juga sebagai raja dan ratu sangat baik.

      Seorang ratu diangkat setelah melalui berbagai tahapan seleksi, termasuk untuk mengetahui apakah dia mandul atau tidak. Jika Inhyun terpilih sebagai ratu maka kemungkinan besar dia tidak mandul. Namun, sejarah juga mencatat bahwa Ratu Inhyun adalah ratu yang sakit-sakitan saat dia telah dewasa. Mungkin inilah penyebab mengapa dia tidak dapat memiliki anak.

      Jika Sukjong tidak mencintai Inhyun, maka mustahil dia mengangkat Inhyun kembali menjadi ratu setelah dia diturunkan. Padahal saat itu partai pendukung ratu Inhyun bukanlah partai penguasa. Lagipula kejadian seperti itu baru pertama kali terjadi dan Sukjong adalah satu-satunya raja yang pernah melakukannya dalam sejarah Joseon.

      Menurut yang saya baca dari berbagai analisis para sejarawan, maka dapat diketahui bahwa Ratu Inhyun adalah istri yang sangat dicintai Sukjong sebagai istri pertamanya dan sebagai istri penurut yang jauh dari ambisi, juga sebagai teman Sukjong saat membicarakan hal-hal diluar politik. Sedangkan Jang Okjung adalah istri yang sangat dicintai Sukjong sebagai teman diskusi Sukjong saat membicarakan hal-hal politik. Nah, mengenai Dong Yi, dia adalah selir Sukjong yang jauh dari intrik politik. Dia dicintai Sukjong karena kesederhanaannya dan merupakan ibu dari salah-satu putranya.

      Kita tidak bisa meng-genelisir bahwa jika seorang pria pada abad ke-17 itu memiliki lebih dari satu istri maka dia pasti kurang mencintai istri lainnya, karena kita yang hidup di abad ke-21 ini tidak bisa menyamakan kehidupan sosial masa kini dengan masa lalu. Pada masa itu di Joseon, seorang raja sangat wajar memiliki lebih dari satu istri dan bahkan dianjurkan, dan itu bukan berarti dia tidak mencintai istri lainnya.

      Mungkin kisah Sukjong dengan istri-istrinya ini sama seperti kisah Presiden Soekarno dengan istri-istrinya. Ada Fatmawati sebagai ibu dari anak-anaknya, ada Hartini sebagai istri yang mendampinginya hingga maut menjemput, dan ada Ratna Sari Dewi yang merupakan istri Soekarno yang membantu beliau dalam urusan politik karena pengetahuan politiknya.

      Tidak semua cerita dan plot drama sesuai dengan fakta sejarah. Drama "Dong Yi" memiliki banyak kekurangan dari segi Faktual Error (kesalahaan fakta sejarah), namun drama "Jang Ok-jung" lebih banyak lagi.

      Jadi sebaiknya kita tetap menikmati cerita dramanya, namun ada baiknya kita juga mencari kisah para tokohnya dalam sejarah yang sebenarnya.

      Delete
  17. Terima Kasih atas penjelasannya :)

    Ya karena itu saya sangat penasaran dengan kebenaran hubungan Sukjong - Inhyeon. Karena beberapa drama bahkan menggambarkan hubungan mereka cukup jauh dan ekstrem. Hal tersebut yg justru banyak mempengaruhi berbagai spekulasi di kalangan pecinta drama sageuk. Ada yang berpendapat bahwa Jang Ok Jung adalah selir yg paling dicintai Sukjong, dan ada juga yg berpendapat Selir Choi merupakan Selir kesayangan Sukjong. Dan kedua kubu tersebut beranggapan bahwa Queen Inhyeon tidak mendapat tempat di hati Sukjong. Hal tersebut yang mengarahkan saya untuk menanyakan pertanyaan sebelumnya. Pengaruh drama cukup besar untuk masyarakat yg menontonnya karena tidak semua tertarik untuk membaca sejarah, tetapi dampaknya bila drama itu kurang tepat dlm menceritakan sejarah dan fokusnya, maka masyarakat serta netizen pun akan salah paham dengan sejarah yang sebenarnya. Ya seperti kasus Inhyeon-Sukjong yang bahkan saya tercerahkan karena penjelasan admin karena saya juga sangat tertarik pada sejarah aslinya dan hal tersebut dapat menjadi pembanding dalam drama yg saya tonton.

    Lebih parah lagi, drama Jackpot yang menceritakan bahwa Yeongjo muda mempertaruhkan seluruh Joseon dalam perjudian :D semoga hal tersebut dapat disaring oleh penonton bahwa kejadian Yeongjo berjudi hanyalah fiksi belaka :))

    ReplyDelete
  18. Oh ya, saya mau bertanya, benarkah Raja Sukjong menikah dengan Inhyeon sejak masih kecil? Bukannya Inhyeon merupakan ratu kedua dari sukjong?

    Sebelum menikah dengan Inhyeon, Sukjong memiliki ratu lain sebagai istrinya yang meninggal karena cacar, yaitu Ratu Ingyeong. Dan sejarah mencatat, Ratu Ingyeong merupakan istri pertama Sukjong.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mohon maaf, mengenai Sukjong dan Inhyeon, ada kesalahan penulisan. Maksudnya bukan 'sejak kecil' tapi 'sejak muda'.

      Maaf juga karena kami salah menuliskan Ratu Inhyun sebagai ratu pertama. Ratu Ingyeong memang merupakan ratu pertama Sukjong namun dia tidak sepopuler Ratu Inhyun sehingga lebih mudah mengingat Ratu Inhyun ketimbang Ratu Ingyeong (terlebih lagi nama mereka yang mirip ^_^').
      Mengenai Sukjong dan Inhyun, saudara/i dapat baca di: DINASTI JOSEON PERIODE KEMAKMURAN

      Delete
    2. Mengenai drama "Jackpot", terlepas dari unsur judinya yang melibatkan Yeongjo, mungkin drama ini juga ingin fokus memperlihatkan kejeniusan Pangeran Yeoning/Yeongjo.

      Delete
  19. Ah saya mau bertanya, pada episode ke-1 drama "Jang Young Shil" terdapat 2 pangeran yang memberikan kue beras berbentuk bulan pada Raja Taejong. Dan disebut oleh sang kakak bahwa sang adik (pangeran ke-2) dipanggil "makdong" bukannya sang adik itu adalah Sejong? Mengapa namanya menjadi makdong?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudah saya cek, memang Makdong adalah Sejong. Nama lahir Sejong adalah Yi Do, dan nama pangerannya adalah Pangeran Besar Yangnyeong. Saya tidak tahu mengapa dalam drama itu dia dipanggil Makdong. Mungkin itu adalah salah satu nama sebutannya yang dicatat oleh catatan sejarah, namun saya tidak tahu pasti. (Ps: Jika ada para pembaca lain yang mengetahuinya, bisa saudara/i sekalian share melalui komentar saudara/i).

      Mengenai Raja Sejong, dapat saudara/i baca di: DINASTI JOSEON PERIODE AWAL

      Delete
    2. Saya kayaknya tau artinya makdong,, makdong kalo di bahasa korea kadang bisa disamakan sama adik atau anak bungsu,saya ga tau raja tersebut apakah memang anak bungsu atau maknae atau itu cuma panggilan sayang untuk adik seperti itulah kira2,, maaf kalo ternyata salah,,,

      Delete
    3. Hai Poet Poet...
      Waj terima kasih ya infonya. Masuk akal juga, soalnya Sejong memang adik seibu putra pertamanya Taejong. Dia punya adik laki-lakinya, tapi meninggal, jadinya dia ibarat adik laki-laki bungsu yang seibu.

      Delete
  20. Sebentar, bukannya Pangeran besar Yangnyeong adalah kakak dari Sejong? Pada drama Jang Young Shil, beliau diasingkan setelah diturunkan dari posisi putra mahkota. Dan gelar pangeran sejong adalah Pangeran Besar Chungnyeong bukan Yangnyeong.

    Putra Taejong yang terkenal :

    1. Yi Je, the Grand Prince Yangnyeong

    2. Yi Bo, the Grand Prince Hyoryeong

    3. Yi Do, the Grand Prince Chungnyeong (Sejong The Great)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mohon maaf, nama pangeran-nya Sejong memang Pangeran Besar Chungnyeong. Maaf karena ada salah penulisan.
      Begini, mengenai Sejong dapat saudari baca di: Dinasti Joseon Periode Awal
      Saya menuliskan tentang Sejong dan raja-raja Joseon di awal dinasti cukup lengkap dalam artikel itu. Dalam komentar2 saya mungkin ada kesalahan karena kolom komentar yang sempit saat pengetikan sehingga saya luput mengkoreksi kesalahan yang saya buat.
      Pertanyaan saudara/i mengenai Sejong ada dalam artikel tersebut. Jika kemudian ada yang menjadi pertanyaan, saudara/i dapat menanyakan dalam kolom komentar diartikel tersebut. Mohon saudara/i membuka dan membaca artikel tentang Joseon lainnya yang juga saya posting. Selain artikel tentang Joseon, saya juga menulis serial artikel tentang raja-raja Goryeo dan Silla (Silla nya belum selesai).
      Semoga saudara/i tertarik.

      Delete
    2. Mengenai Pangeran Besar Yangnyeong (kakak Sejong), beliau bukan diturunkan sebagai putra mahkota melainkan kehilangan haknya sebagai putra mahkota karena dengan sengaja melakukan hal-hal yang dilarang oleh peraturan istana agar adiknya (Sejong) bisa menjadi raja. Dalam sejarah yang saya baca, pangeran Yangnyeong belum diangkat sebagai putra mahkota, melainkan berada diurutan satu sebagai pewaris karena dia adalah putra pertama. Dia tidak diusir, melainkan memutuskan meninggalkan istana karena dia suka berkelana dan hidup bebas.
      Agar nanti tidak ada pertumpahan darah antara orang-orang yang menginginkan Pangeran Yangnyeong menjadi raja, dengan pendukung Sejong, maka Raja Taejong mundur dari tahta dan mengangkat Sejong sebagai raja agar dia juga bisa mengontrol pihak oposisi sehingga tahta Sejong aman. Pangeran Yangnyeong masih sering mengunjungi istana saat raja Taejong masih hidup, atas undangan Taejong dan undangan Sejong.
      Demikian penjelasannya.

      Delete
  21. Baik terimakasih :) saya telah membaca periode2 joseon secara lengkap terutama raja" yg terkenal. Penulisannya sangat menarik dan mudah dimengerti.

    Salah penulisan itu hal manusiawi admin :D menurut saya wajar kok ^^

    Oh ya soal Ratu Daemok dari Goryeo apa admin juga menuliskan secara lengkap? Karena saya hanya menemukan Wang so dibahas di bagian dinasti goryeo.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ratu Daemok istrinya Raja Gwangjong ya??
      Saya belum menulis tentang beliau secara lengkap, tapi nanti saya akan tambahkan di artikelnya Gwangjong. Data-data tentang Goryeo agak susah soalnya saya sulit sekali dapat terjemahannya Goryeosa. Jadi cuma ambil data dari buku-buku tentang sejarah Korea dan artikel online & media cetak.

      Ratu Daemok itu istri sekaligus adik tirinya Wang So/Raja Gwangjong, soalnya mereka sama-sama anak dari Raja Wang Geon tapi beda ibu.

      Delete
  22. Ya karena saya sangat tertarik dengan sejarah Raja Gwangjong karena ada Shine or go crazy (Jang Hyuk) dan juga Scarlet Heart Ryeo (Lee Jun Ki) yang akan tayang agustus akhir nanti. Dalam Scarlet heart ryeo dan Shine Or Go Crazy, terdapat istri half sister dari Wang So yaitu Hwangbo Yeowon (Shine or go crazy) dan Hwangbo Yeonhwa (Scarlet Heart Ryeo). Yg benar nama aslinya siapa? Selain d kenal dengan Ratu Daemok? Lalu apakah benar Ratu Daemok aslinya penuh dengan ambisi tetapi sangat cerdas? Saya sangat penasaran ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mengenai Ratu Daemok, yang saya tahu pasti adalah nama klan/keluarganya adalah klan "Hwangbo", karena ibunya (salah-satu istri Raja Taejo) yaitu Permaisuri Shinjeong berasal dari klan Hwangbo (putri dari bangsawan didaerah Hwangju/provinsi Hwanghae yang bernama Hwangbo Jegong). Nah nama kecil dan nama lengkapnya Daemok saya tidak tahu.
      Dari beberapa artikel tentang Goryeo yang saya baca, Ratu Daemok ini adalah salah satu dari tiga Ratu Goryeo yang paling terkenal (dua lainnya adalah Ratu Cheonchu dan Ratu Noguk).

      Ratu Daemok ini sangat cerdas dan memang berambisi tinggi. Sama seperti ratu-ratu lainnya, dia berambisi menjadikan putranya menjadi raja (Raja Gyeongjong). Akibatnya timbul pembersihan kubu pengikut Raja Jeongjong. Selain itu, dia juga sempat menjadi oposisi Gwangjong saat Gwangjong berusaha melemahkan pengaruh klan pendukungnya. Tapi, dalam setiap perselisihannya dengan Gwangjong, suaminya itu selalu menang. (Mirip-mirip dengan Jang Ok-jung lah karakternya Daemok).

      Delete
  23. Sangat keren membaca artikelnya,,
    Tapi lebih memukau membaca kolom komentar...
    Pengetahuan anda terlalu bagus, terlalu Indah..
    Catatan kerajaan juga di baca..

    Salut..

    Bolehkah saya meminta artikel untuk di posting di sini?
    Tolong buat terkait catatan kerajaan tadi.. Bisa buat nambah pengetahuan itu Pak..

    Terimakasih...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai sdr.Sugiarto Kahar..
      Terima kasih telah berkunjung ke blog ini. Mengenai request saudara, kami memang berencana demikian tapi pengumpulan data-datanya belum selesai. Kalau data-datanya sudah lumayan lengkap maka akan kami buatkan artikelnya.
      Terima kasih atas masukannya, silahkan berkunjung kembali. Salam....

      Delete
    2. Trimakasih balasannya...

      Mungkin nda usah data lengkap mas/mba admin...
      Penjelasan garis besar saja mengenai 2 dokumen yang dibahas di kolom komentar halaman ini...
      Apasa saja yang ditulis di dokumen itu, kenapa jepang tidak menghapusnya, selama jaman joseon itu disimpan dimana, dll
      itu aja sih..
      Kalo detil2 isinya, biar drama-drama korea yang menjawabnya hahahaha...

      Delete
  24. Halo admin ^^ saya menanyakan pertanyaan mengenai Permaisuri Shinmyeongshinseong dan heran mengapa semua drama tentang Wang So selalu membahas bagaimana Sang Pangeran bagai "terbuang" oleh ibunya sendiri. Apakah benar seperti? Karena catatan goryeo sangat terbatas dan saya tidak melihat catatan mengenai hal tersebut. Sebelumnya saya menanyakan pertanyaan yg sama di artikel goryeo periode awal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai...
      Mengenai Wang So dan Permaisuri Shinmyeong, telah kami jawab di kolom komentar di artikel Dinasti Goryeo Periode Awal.
      Mohon maaf kalau jawabannya lama, setiap pertanyaan di blog ini pasti akan dijawab sebaik mungkin, hanya saja waktu nya yang beda-beda. Bisa cepat dan juga bisa lama...
      Mohon maaf membuat anda lama menunggu..

      Delete
  25. halo...saya mau tanya tentang trend rambut wanita jaman joseon..yg benar yg mana ya? kadang di drama yang satu rambut wanitanya dikepang terus melingkar di atas kepala sedangkan drama yg lain hanya dibuat konde kecil spt sanggul di belakangnya. yang benar yg mana ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai sdr./i Wella,
      terima kasih telah berkunjung ke blog ini.

      Mengenai model rambut wanita-wanita Joseon, dua-duanya benar kok.
      Hanya saja, penggunaannya tergantung siapa dan waktu apa.

      Rambut wanita yang hanya di konde dengan dikaitkan pada "binyeo" (tusuk konde) adalah gaya rambut wanita dewasa yang umumnya telah menikah. Gaya rambut ini disebut dengan nama "Jjeokjin Meori". Gaya rambut ini bisa digunakan oleh siapapun, namun bentuk Binyeo yang digunakan harus sesuai dengan status kebangsawanan si pengguna.

      Wanita yang menggunakan Binyeo (tusuk konde) hanyalah para wanita bangsawan atau gisaeng atau putri pedagang kaya karena harga Binyeo terlalu mahal bagi rakyat biasa. Nah, bagi gadis-gadis yang ingin mengkonde rambutnya tapi tidak dapat membeli Binyeo, maka mereka akan menggunakan Binyeo kayu atau pita, yang disebut "Daenggi".

      Bagi gadis-gadis remaja (yang belum menikah), biasanya rambut mereka akan dikepang memanjang kebelakang dan diikat dengan pita, yang disebut model rambut "Daenggi Meori".

      Nah, model rambut yang dikepang melingkar dikepalanya disebut "Eonjun Meori", sedangkan wig/rambut palsu yang melingkar di kepala para wanita ini disebut "Gache".
      Gache ini harganya sangat mahal, jadi biasanya hanya kaum bangsawan yang menggunakannya.

      Khusus para wanita kerajaan (ratu, ibu-suri, putri-putri raja, dan putri mahkota) dan juga para dayang utama wajib menggunakan model rambut "Eoyeo Meori" saat berada dilingkungan istana. Model "Eoyeo Meori" ini adalah model rambut yang menggunakan wig (gache) yang dililit tinggi keatas tapi letaknya harus dibelakang rambut asli, dengan beberapa hiasan tambahan yang sesuai dengan status mereka.

      Demikian penjelasannya, semoga bisa membantu ^_^
      Salam....

      Delete
  26. Halo...
    Awal mula saya membaca blog ini karena saya sangat tertarik dengan kisah 8 pangeran terutama tentang kisah pangeran wang so(raja gwangjong).
    Penulisan yang rapi dan mendetail setiap kisah raja raja dan pangerannya membuat saya mengerti tentang sejarah korea. Yang sebelumnya saya salah mengira bahwa raja sejong adalah raja sukjong itu orang yang sama, dan pangeran yeoning langsung naik tahta setelah ayah meninggal.
    Terimakasih untuk admin yang telah menulis artikel ini secara rinci menurut sumber dan sejarah asli. Selanjutnya saya akan terus menunggu update tentang sejarah korea selajutnya yang pengumpulan data data belum selesai.
    Blog ini sangat dianjurkan sekali untuk para pecinta sejarah korea yang ingin mengetahui secara rinci sejarahnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hai saudara/i Rani Swan,
      terima kasih telah berkunjung ke blog ini.
      Kami akan selalu meng-update informasi dalam artikel-artikel di blog ini.
      Kami menantikan kunjungan anda selanjutnya.. ^^
      Salam....

      Delete
    2. Kalau boleh saya request, bisakah admin menulis tentang dinasti yuan terutama tentang kaisar huizong dan ratu2nya. Saya sangat tertarik setelah nonton Empress Ki. Bahkan kalau bisa juga tentang Empress Ki. Terimakasih sebelumnya.

      Delete
    3. Halo...
      Saya memang berencana menulis tentang dinasti2 Tiongkok. Kalau data2 sudah terkumpul cukup banyak maka akan saya buat artikel serial kaisar2 Yuan.

      Delete
  27. Halo, admin. Blog nya sangat informatif sekali! Oh iya saya mau tanya untuk tokoh "Hong Raon" pada serial drama Love in the Moonlight itu apakah tokoh fiktif atau benar ada dan tercatat kisahnya seperti yang ada pada drama?

    Thanks sebelumnya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo....
      Terima kasih telah berkunjung ke blog ini.

      Sebenarnya para pemeran utama dalam drama moonlight adalah tokoh nyata juga kisah mereka. Tapi saya yakin tokoh Raon fiktif karena tidak ada data sejarah tentang dia.
      Saya akan memberitahu anda melalui kolom komentar ini jika saya mendapatkan info tambahan.
      Salam....

      Delete
  28. Hai admin, terimakasih karena blog ini saya menjadi lebih mengerti tentang dinasti goryeo..

    Saya ingin bertanya,
    kalo haesoo yang menjalin cinta segitiga dgn wang so dan wang wook dalam drama scarlet itu memang benar benar ada dalam sejarah atau tidak?

    Terimakasih~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo...
      Terima kasih telah berkunjung ke blog ini.

      Saya yakin tokoh Hae Soo adalah fiktif karena catatan tentang dia tidak ada dalam sejarah.
      Pembahasan tentang Wang So, Wang Wook, dan Haesoo yang lebih lengkap dapat anda baca di artikel:
      Putra-putra Wang Geon.

      Delete
  29. Gara2 nonton drama Moonlight drawn by clouds jadi suka sama putra mahkota Lee Young dan nyari2 ttg dy,akhirnya ktmu blog ini,makasiih ��
    Di sini saya baca kalo akhirnya Lee Young menikahi Jo Ha Yeon hiks..trus bagaimana nasib Hong Ra On?jdi yg mau saya tanyakan,apakah tokoh Hong Ra On ini benar2 ada ato hanya tokoh fiktif?klo bneran ada bagaimana nasib nya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo....
      Terima kasih telah berkunjung ke blog ini.

      Para pemeran utama dalam drama moonlight adalah tokoh nyata demikian juga kisah mereka. Tapi saya yakin tokoh Raon fiktif karena tidak ada data sejarah tentang dia.
      Saya akan memberitahu anda melalui kolom komentar ini jika saya mendapatkan info tambahan.
      Salam....

      Delete
    2. Hai admin..
      Thanks atas penjelasannya ����
      Ditunggu info tambahannya ^_^

      Delete
    3. Sama-sama..
      Kami menantikan kunjungan anda selanjutnya.... ^^
      Salam.

      Delete
  30. hai admin,

    saya sangat menyukai blog anda,saya jadi tertarik dengan kisah sejarah Putra Mahkota Munjo setelah nonton drama Moonlight Drawn By Clouds. Ada yang ingin saya tanyakan mengenai Putra Mahkota Munjo di blog yang anda tulis tidak ada keterangan lebih lanjut bagaimana dia meninggal. Apakah penyebab meninggalnya beliau di karenakan sakit atau di bunuh?

    terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo saudara/i Ara..
      Terima kasih telah berkunjung di blog ini.

      Pangeran Munjo meninggal karena sakit. Tapi beliau memiliki keturunan yang akan menjadi Raja Heonjong (yang ceritanya menginspirasi cerita drama The Moon That Embraces The Sun nya Kim Soohyun).
      Saya belum tahu penyakit apa itu, tapi hanya ditulis beliau menderita sakit yang sudah lama dan menjadi semakin parah.
      Demikian penjelasannya. Semoga membantu..
      Salam

      Delete
  31. Hi team deleigeven, salut buat kerja kerasnya menyusun artikel-artikel yang sangat bagus (sejauh ini baru baca tentang sejarah goryeo dan joseon), artikelnya faktual banget sehingga pembaca jadi bisa lebih memahami dan seolah-olah berada di masa tersebut. Awalnya saya mencari artikel sejarah terkait drama Moonlight Drawn by Clouds dan Scarlet Heart Ryeo dan masuk ke sini, setelah membaca lengkap jadi mulai memahami era kerajaan korea jaman dahulu. Sayangnya akhir drama Moonlight Drawn by Clouds memang tidak sesuai yang tertulis karena Pangeran Munjo di film tetap naik tahta dan tidak jadi menikah dengan putri mahkota padahal faktanya Pangeran Munjo wafat bahkan sebelum naik tahta namun sudah punya anak. Entah bagaimana dengan Scarlet Heart Ryeo...

    Satu hal yang mengusik saya dan saya cari penyebabnya namun sampai sekarang belum ketemu adalah mengapa putra-putri raja yang tertulis di artikel banyak yang berusia pendek, banyak di antara pangeran atau putri yang meninggal saat usianya di bawah 30 tahun bahkan masih bayi atau balita (ini yang meninggal karena sakit ya bukan karena dibunuh). Sedangkan dalam cerita Dae Jang Geum banyak tata cara pengobatan yang ditemukannya dan kalau melihat kharakteristik di film yang rajin mencatat seharusnya banyak catatan pengobatan yang ditinggalkannya namun di era setelah Jang Geum masih banyak kasus pangeran atau putri yang mati muda, artinya rakyat pasti jauh lebih banyak kehilangan anak karena pengobatan untuk rakyat tidak semudah untuk keluarga kerajaan bukan... Apakah memang demikian? Dan apakah dalam literatur resmi memang disebutkan bahwa Korea zaman dahulu sering marak wabah penyakit yang berakibat pada kematian atau lebih kepada imun masing-masing yang lemah?

    Setelah sering melihat drama historical Korea khususnya Era Joseon, jadi terlintas di pikiran, kapan Indonesia bisa membuat drama historical sendiri seapik drama historical Korea yang tanpa efek macam-macam dan aneh-aneh sampai ndak masuk akal namun tetap bisa menarik penonton, padahal kerajaan di Indonesia banyak jumlahnya, 1 pulau bisa lebih dari 1 kerajaan, literatur jaman kerajaan juga pastinya ada...
    *masih bermimpi*

    Sekali lagi sukses terus untuk tim deleigeven. Saya tunggu artikel yang lainnya...

    Salam,
    Krishna

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju..
      Kapan yaa Indonesia bisa buat series tentang sejarah yang gak lebay??
      Tapi setau saya, Korea memang banyak catatan sejarah nya dibandingkan dg Indonesia, mungkin hal tsb juga yg menyusahkan para pelaku seni Indonesia susah untuk membuat karya sejarah yang apik dan gak lebay.
      Selain itu peran pemerintah juga sangat penting, di Korea yang saya tau sangat menghargai sejarah dan pahlawannya. Buktinya, dalam ujian PNS di Korea salah satu yang di ujikan adalah Sejarah Korea dan Bahasa Korea.
      Di Indonesia, menumbuhkan kecintaan para warganya mungkin harus dengan menumbuhkan kecintaan terhadap tanah air yaitu dengan paham bagaimana Indonesia berdiri dan bukan hanya menghapal proklamasi dsb.
      Perlu peran dari sejarawan, pemerintah, pemerhati seni, seniman, dan pendidikan sendiri kali yaa buat impian itu terwujud..
      Ditunggu balasan pemilik blog 😁

      Delete
    2. Halo saudara/i Khrisna dan Orenji,
      terima kasih telah berkunjung ke blog ini dan juga atas apresiasinya.

      Memang benar, untuk memajukan dan memperkenalkan budaya negara kita ke dunia luar wajib perlu peran serta dari pemerintah yang juga harus dilakukan dengan menghargai proses dan berorientasi pada hasil jangka panjang. Saya rasa Korea Selatan adalah contoh yang bagus. Pemerintah mereka selalu menggandeng pihak terkait untuk memasarkan budaya mereka, makanya disana para sejarawan, seniman, budayawan, dan para artis sangat dihormati. Pemerintah mereka sangat serius untuk memperkenalkan budayanya sehingga mereka menunjuk seorang sutradara film dan drama sekaligus seorang novelis untuk menjadi menteri pariwisata dan budaya. Jadi mereka berusaha memajukan budaya2 populer seperti drama dan film untuk memperkenalkan negeri mereka dan juga pariwisata mereka, dan juga merupakan cikal-bakal popularitas K-pop di dunia, karena drama dan film kan memerlukan lagu.
      Mengenai K-pop, selain menumpang popularitas drama dan film, para pelaku industri K-pop juga sudah dipersiapkan secara sistematis selama bertahun-tahun.

      Jadi, pada tahun 70-an, pemerintah sudah mulai menata negara dan pariwisata mereka yang hancur karena perang. Mereka lalu memikirkan ide untuk memasarkan hal itu melalui drama dan film. Memang tidak langsung sukses diluar negeri, tapi paling penting adalah proses sudah dimulai. Pemerintah lalu mengirim banyak sekali mahasiswa untuk belajar film di Hongkong dan Amerika, saat mereka kembali ke Korea ada yang menjadi sutradara dan menjadi dosen. Fakultas dan Universitas Art juga mulai didirikan pada masa ini. Hasilya, pada tahun 80an industri film Korea mulai mendapatkan pengakuan internasional walaupun masih kalah dari kedigdayaan film Indonesia.

      Pada tahun 80an juga, pemerintah mereka mulai mengirimkan para pelajar ke Jepang dan Hongkong untuk mempelajari tari, akting, musik, dsb, termasuk manajemen hiburan. Saat mereka kembali, mereka lalu menjadi artis,penyanyi,dancer, dan juga berprofesi sebagai pelatih. Iniah cikal bakal sistem training idol K-pop yang sangat sistematis. Hasilnya, awal tahun 90an, K-pop mulai bergaung, walaupun belum populer. Nah, proses ini terus dijalankan hingga Korea akhirnya memiliki tenaga pengajar dan pelatih seni yang profesional, dan hanya menunggu momentum. Akhirnya, drama Winter Sonata booming di Asia Timur, disusul oleh drama Endless Love yang booming Asia. Momentum pun sudah didapat,yang kemudian disusul oleh pemasaran karya-karya yang berkualitas sekaligus berusaha mengambil image yang berbeda antara budaya populer dari Jepang, Hongkong, dan Taiwan.
      Drama Korea yang dulu selalu sendu akhirnya bisa keluar dari image sendu karena mereka berusaha mengusung konsep 'real' yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari sekalipun inti ceritanya ada yang fantasi. Drama Full House mampu menghadirkan image baru dan menjadi pembeda antara drama Korea dan drama dari negara lainnya. Sedangkan K-pop akhirnya mampu keluar dari image dan konsep yang sama dengan musisi-musisi Jepang dan China (Hongkong+Taiwan) berkat grup 2PM dan Wonder Girls.

      Jadi intinya, pemerintah mereka terlibat penuh dan merencanakan semua proses dengan matang sambil memanfaat momentum, dan bekerja sama dengan kelompok terkait. Karena orientasinya jangka panjang maka walau momentum sudah didapat dan euforianya sudah lewat tapi kesuksesannya tidak surut. Selain itu, pemerintah juga harus berwibawa dan mengontrol penuh. Kalau disana, ada 1 detik saja scene yang "error" pasti langsung kena denda.
      Sekarang walaupun Hallyu tidak se Boooming dulu tapi popularitasnya relatif stabil. Intinya kita harus mulai dulu, yang kurang-kurang bisa diperbaiki asal ada startnya. Start yang dimaksud ini adalah yang berkualitas. Kualitas ini bisa didapat kalau direncanakan dengan baik dan dilaksanakan dengan sistematis.

      Delete
    3. Mengenai pertanyaan saudara/i Khrisna tentang usia pendek beberapa pangeran dan putri raja yang mati muda karena sakit, alasan utama nya adalah karena wabah penyakit, namun tentu ada faktor lain.

      Korea adalah salah satu wilayah yang paling sering terjangkit wabah. Dinasti Joseon sendiri oleh beberapa sejarawan disebut "the dynasty of communicable infectious diseases" saking seringnya wabah menjangkit wilayah ini. Namun, Korea sering terjangkit wabah karena menular dari wilayah tetangga.

      Pada masa itu, jika wilayah China terkena wabah pasti Korea juga kena. Selain itu, penerapan hukum isolasi pada masa Joseon juga membuat Korea tidak memperoleh informasi dan teknologi baru dari dunia luar selain dari China dan Jepang. Dokter-dokter terkenal dan inovatif dari Joseon setahu saya ada dua yaitu Dae Jang-geum dan Heo Joon. Nah Dae Jang-geum hidup pada masa pemerintahan raja Yeonsan (raja ke-10)sampai raja Myeongjong (raja ke-13). Sedangkan Heo Joon hidup pada masa pemerintahan raja Myeongjong sampai raja Gwanghae (raja ke-15). Nah, hukum isolasi ini diterapkan pada masa pemerintahan raja Injo (raja ke-16), yang artinya Korea tidak mendapatkan informasi dan teknoogi dari dunia luar termasuk teknologi kesehatan sepeninggal Dae Jang-geum dan Heo Joon.

      Akibatnya sangat fatal, yaitu ketidakmampuan untuk menghadapi wabah penyakit. Tercatat banyak orang meninggal karena cacar dan campak pada tahun 1668. Tahun 1707 pernah terjadi kematian massal pada lebih dari 10ribu orang hanya di kota Seoul karena wabah. Pada pemerintahan Jeongjo, 22 kali wabah terjadi (31 kali termasuk yang terjadi pada masa kecilnya). Wabah campak bahkan membunuh lebih dari seperempat populasi di Joseon.

      Kematian penduduk Korea termasuk anggota keluarga kerajaan diusia muda ini terjadi akibat kurangnya informasi perkembangan kesehatan dari dunia luar. Ada memang yang bisa dikembangkan di Korea tapi banyak sekali yang butuh teknologi luar apalagi kalau wabahnya disebabkan oleh negara lain. Karena penyebab wabah itu macam-macam. Bencana alam di wilayah dunia lain bisa menjadi salah satu penyebabnya karena bisa mengakibatkan perubahan iklim yang membuat beberapa wilayah mengalami gagal panen, penyakit ternak, bencana alam, yang pasti berimbas ke kesehatan manusia, yang cara penanganannya perlu bantuan dari negara lain.

      Delete
    4. Letak Korea juga sangat berpengaruh pada penyebaran Wabah. Korea menyatu dengan daratan yang menjadi wilayah kekuasaan China dan Rusia pada masa itu, sedangkan wilayah lautnya berdekatan dengan China (bagian barat) dan Jepang (bagian Timur). Oleh karena itu mereka sangat rentan terjangkit wabah yang menyerang ketiga negara ini.
      Korea yang berada di semenanjung itu juga dilewati oleh angin yang datang dari wilayah Utara (Rusia), dan juga wilayah selatan (Asia Tenggara), sehingga iklim negara-negara itu (Rusia dan Asia Tenggara) juga berpengaruh ke Korea padahal iklim dan cuaca antara Korea dengan Rusia (Dingin) dan Asia Tenggara (tropis) sangat berbeda, sehigga jika Korea terkena imbas bencana alam yang terjadi di negara2 tersebut yang bisa menyebabkan wabah maka sangat sulit bagi Korea untuk menemukan obat yang cocok karena obat pada masa itu ditemukan berdasarkan riwayat penyakit dan situasi yang terjadi, dimana Korea berbeda iklim tentu sulit menciptakan obat untuk penyakit yang berasal dari wilayah yang iklimnya berbeda dengan Korea, dan juga Korea yang menerapkan hukum isolasi sudah pasti kesulitan mendapatkan info mengapa penyakit itu bisa ada dan cara mendapatkan obatnya.

      Metode vaksinasi sendiri baru diperkenalkan ke Korea pada tahun 1882, padahal negara lain sudah lama mengenal metode ini.

      Keterbatasan inilah yang menyebabkan kematian sejumlah besar penduduk dan wabahnya tidak bisa diatasi oleh banyak dokter termasuk dokter-dokter istana sehingga menyebabkan kematian beberapa anggota keluarga kerajaan.

      Penyebab lain kematian para anggota keluarga raja selain pembunuhan dan wabah adalah faktor genetik dan kesehatan mental/psikis. Konflik di istana sering menguras energi para anggota keluarga kerajaan, termasuk para putri, selir, dan ratu. Pada saat mengandung, psikis para ibu ini yang stres karena konflik sangat mempengaruhi bayinya. Sehingga tubuh si ibu yang lemah ini tidak mampu menyokong bayinya yang menyebabkan kematian dini pada bayi. Konflik lain juga menyebabkan stres yang tinggi yang mempengaruhi kesehatan. Kematian diusia muda karena stres berkepanjangan ini dialami oleh Pangeran Dowon dan Raja Yejong. Raja Seongjong, Raja Myeongjong, dan Raja Hyojong juga meninggal sebelum berusia 50 tahun dikarenakan kesehatan yang menurun secara tiba-tiba karena stres.

      Demikian penjelasannya. Semoga bisa membantu ^^

      Delete
  32. Artikelnya sangat bagus dan yang membuat artikelnya, sy pikir org yg sangat baik, Karena selalu menjawab pertanyaan yg d ajukan ������

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo....
      Terima kasih telah berkunjung ke blog ini dan atas apresiasi saudara/i.

      Saya akan selalu menjawab pertanyaan yang diajukan dengan memberikan jawaban terbaik yang dihimpun dari berbagai sumber.

      Saya menantikan kunjungan anda selanjutnya...
      Salam ^^ ....

      Delete
  33. Selamat siang dan salam kenal, saya sangt senang dapat menemukan blog anda,karna saya sangat tertarik dengan sejarah korea di era joseon saya selalu update dan menonton drama drama nya, saya sangat penasaran dengan sejarah selir selir dan ratu ratu atau wanita wanita terkenal era joseon, mohon jika bisa juga dibuatkan artikel khususnya dari ratu pertama dijoseon serta selir selirnya juga, terima kasih sebelumnya

    ReplyDelete
  34. Saya akan tetap setia menunggu balasan dari pertanyaan pertanyaan saya, hhehe terima kasih telah membuat tulisan yg sangat lanka ini, yang saya tanyakan adalah tentang drama moonlight drawn by clouds, putra mahkota yg diperankan oleh park bogum sebenarnya tdk pernah menjadi raja kan? Tapi kenapa diakhir drama dia mengenakan pakaian raja? Dan apakah hong raon itu menjadi selirnya atau ratunya yg kelak melahirkan raja berikutnya? Terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Saudara/i Nakahose Park...

      Terima kasih telah berkunjung ke blog ini. Mohon maaf saya lama membalas komentar anda.

      Mengenai drama “Moonlight Drawn by Clouds”, semua tokoh dalam drama kecuali tokoh Hong Raon adalah tokoh nyata. Namun, semua kisah dalam drama ini sebenarnya diawali dengan kata “Andaikan....”.
      Sebab sebagian besar kejadian dalam drama ini tidak sesuai catatan sejara, namun jangan menyalahkan dramanya sebab cerita dalam drama ini dibuat oleh pengarang yang berimajinasi andaikan hal-hal yang terjadi dimasa itu adalah sebaliknya.

      Andaikan Pangeran Munjo berumur panjang,
      Andaikan klan Kim Andong tidak lama berkuasa,
      Andaikan sang ratu diturunkan dari tahtanya,
      Andaikan putri mahkota bisa hidup bahagia diluar istana,
      Andaikan Pangeran Munjo bisa menjadi raja...

      Semua pengandaian ini jika benar-benar terjadi maka alur sejarah akan berubah.
      Jika Pangeran Munjo berumur panjang maka dia akan mampu meraih kekuasaan tinggi yang membatasi kekuasaan klan Andong Kim sebab klan Andong Kim saat itu adalah sangat mendominasi istana bahkan membunuh beberapa raja dan membasmi keturunan raja dan juga dengan sengaja menghambat modernisasi Korea.
      Jika klan Andong Kim runtuh seiring dengan kematian perdana mentri maka modernisasi di Joseon akan lebih cepat dimulai, dan oleh para sejarawan modernisasi yang cepat akan menghambat masuknya Jepang ke Korea dan walaupun Jepang akan menduduki Korea namun tidak dalam waktu secepat itu, dan sangat mungkin jika kerajaan Joseon bisa dipertahankan.
      Jika ratu diturunkan, maka peristiwa pembataian terhadap umat Katolik dan pembunuhan keluarga kerajaan dan semua keturunan raja tidak akan terjadi. Jika keluarga kerajaan tidak dibunuh atas perintah ratu maka Raja Cheoljong yang lemah tidak akan menjadi raja melainkan cucu Pangeran Munjo.
      Jika putri mahkota turun tahta dan bisa hidup normal diluar istana maka dia tidak perlu bersedih atas kematian suaminya kelak dan juga kematian putranya.
      Jika Pangeran Munjo menjadi raja maka dia akan mampu membawa modernisasi di Joseon dan membimbing putranya sebagai salah-satu raja yang hebat, dan juga putranya tidak akan mati muda sebab dilindungi oleh raja.

      Demikian penjelasan mengenai drama “Moonlight Drawn by Clouds”.

      Delete
  35. Dan mengenai drama terbaru yg akan tayang yaitu rules:master of the mask yg sinopsis nya mengatakan latarnya diambil tahun 1700an dan namanya crown prince lee sun ,berarti dia cikal bakal raja sukjong atau gyeongjong?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mengenai Drama "Rules: Master of the Mask", jika nama putra mahkotanya adalah Yi Sun dan mengambil latar tahun 1700an maka Putra Mahkota itu adalah calon Raja Sukjong dan era pemerintahan yang menjadi latar dramanya adalah eran Raja Hyeonjong (ayah Raja Sukjong).

      Delete
    2. Min, tahun 1700an itu Sukjong alias Lee Soon sudah menjadi Raja. Karena kematian Jang Hee Bin saja tahun 1701.

      Klo drama mengatakan settingnya 1700an berarti mungkin ke arah 1700 tengah (antara 1735-1762) karena Sado jadi putra mahkota d rentang waktu tersebut.

      Sedangkan Lee Soon / Sukjong jadi Raja bahkan sebelum tahun 1700 alias bertahta 1674-1720. Beliau lahir tahun 1661, jadi putra mahkota tahun 1667 saat berusia 6 tahun. Lalu jadi raja umur 13 saat tahun 1674.

      Delete
    3. @deleigeven : Klo drama mengatakan settingnya 1700an berarti mungkin ke arah 1700 tengah (antara 1735-1762) karena Sado jadi putra mahkota d rentang waktu tersebut.

      Sedangkan Lee Soon / Sukjong jadi Raja bahkan sebelum tahun 1700 alias bertahta 1674-1720. Beliau lahir tahun 1661, jadi putra mahkota tahun 1667 saat berusia 6 tahun. Lalu jadi raja umur 13 saat tahun 1674.

      Delete
    4. Halo Dramadict,

      mengenai "Rules: Master Of The Mask", saya mengaitkannya dengan raja Sukjong karena namanya adalah Yi Sun. Saya belum nonton drama ini, tapi sinopsisnya mengatakan bahwa eranya 1700an, entah era saat Yi Sun menjadi raja atau saat Yi Sun masih menjadi pangeran.

      Era 1700an masih bisa dibilang eranya Sukjong karena tahun 1700-1720 masih digolongkan era 1700an.

      Delete
    5. akan diinfokan lagi mengenai tokoh-tokoh dalam drama ini jika ada info baru dari rilisan resmi tim produksi drama tersebut.
      Masih belum ditahu apakah yang dimaksudkan adalah Pangeran Yi Sun atau Yi Seon, karena dua nama ini mirip tapi berasal dari tokoh yang berbeda.

      Delete
    6. Akhirnya dibalas ^^ Hangulnya kalau saya lihat, 이선 yi seon di informasi resmi drama-nya. Jika benar yi seon ini berarti merujuk pada Sado? Kalau sukjong kan 이순 yi soon.

      Tetapi yang saya aneh. Tidak ada tokoh Lady Hyegyeong di drama ini jika berdasarkan sejarah sado. Yang ada Gaeun yg diperankan Kim so hyun dan Hwa Gun yg diperankan Yoon so hee

      Delete
    7. Saya rasa tiap tim produksi film dan drama tidak selalu menampilkan tokoh-tokoh yang sama walaupun tokoh itu ada dalam sejarah. Biasanya disesuaikan dengan alur cerita, atau lebih ke faktor keinginan penulis naskah dan kebijakan sutradara.

      Delete
  36. Sekali lagi terima kasih telah membuat tulisan sejarah joseon, yg saya ingin tanyakan berikutnya ialah mengenai kaitan antara raja heonjong dan drama the moon that embraces the sun apakah sesuai sejarah atau semuanya hanya karangan saja?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mengenai drama “the Moon that Embraces the Sun”, alur cerita dan tokoh-tokoh ceritanya adalah fiksi sebab drama ini didasari oleh cerita novel yang berjudul sama. Namun, inti cerita drama dan novel ini adalah mengenai kisah nyata Raja Heonjong (anak Pangeran Munjo) yang berani melawan tradisi istana karena hidup bersama dengan wanita yang dicintainya. Raja Heonjong membawa masuk kekasihnya itu secara diam-diam ke dalam istana dan hidup bersama dengannya sampai sang raja meninggal.

      Delete
  37. Hallo membaca blog ini sangat senang karena cukup menjawab pertanyaan2 saya. Tapi saya mau menanyakan kesamaan latar waktu untuk drama secret door tentang pangeran sado dengan yg ditulis di atas. Mohon penjelasannya.. Makasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Nabila, maaf baru membalas komentar saudari.

      Latar waktu dalam drama Secret Door adalah saat Pangeran Sado berusia dewasa dan sudah menikah dengan Lady Hyegyeong. Ini mengambil latar waktu saat Sado sudah berkonflik secara intens dengan ayahnya. Beberapa cerita dalam drama hanyalah fiksi. Ini adalah masa ketika Sado belum menekuni praktik shamanisme dan juga sebelum ibu suri meninggal.
      Waktu dalam drama seharusmya adalah waktu setelah Sado terserang penyakit cacar dan setelah kematian adik kesayangannya, Putri Hwayeob. Ini adalah masa ketika Sado sudah ditunjuk sebagai pejabat raja muda (pengganti raja dalam rapat2 istana), yaitu jabatan yang sama yang dijabat oleh Pangeran Munjo dalam drama "Moonlight Drawn by the Clouds".

      Sebagai pembanding drama Secret Door, film "Sado" (The Throne) adalah yang terbaik untuk mengenal sosok Sado yang sebenarnya.
      Semoga bisa membantu.

      Delete
  38. Halo, saya ingin bertnya nih .Kan biasa di drama2 begitu pangeran a.k.a putra mahkota yang sudah dewasa, normalnya tdak tinggal bersama raja dan ratu. contohnya saja di drama Moonlight Drawn By The Clouds. Saya ingin bertanya
    apa sebutan istana khusus raja ratu, istana khusus pangeran dan lain2nya?
    lalu, apakah bisa dijelaskan mengapa putra mahkota tinggal terpisah dngn ayah ibu nya?
    thanks

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Vivian, terima kasih telah berkunjung ke blog ini.
      Mengenai bagian-bagian istana kerajaan Korea ada banyak.

      Istana Utama Kerajaan Joseon ada lebih dari satu.
      Awalnya istana utama adalah Istana Gyeongbok. Ini adalah istana Raja Joseon yang pertama (Taejo) hingga raja Joseon yang ke-14 (Raja Seonjo). Jadi raja-raja dalam drama Six Flying Dragon, The Greet Seer, Cinderella's Man, drama dan film tentang Raja Sejong, drama The King's Face, The King & I, Dae Jang-geum, Chuno, Mirror Of The Witch, dan Iljimae, adalah raja-raja yang masih bertahta di Istana Gyeongbok ini. Istana Gyeongbok ini besar sekali dan salah-satu istana terbesar dan termegah di dunia.

      Nah, saat Jepang menyerbu Korea dalam perang Imjin, Istana Gyeongbok hancur dan lama baru dibangun lagi di era Raja Gojong (raja dalam drama Gunman Of Joseon). Sayangnya, setelah direnovasi Gojong, Istana ini lagi-lagi dirusak Jepang yang menjarah semua bagian istana dan diangkut ke Jepang sejak tahun 1910 (era pendudukan Jepang di Korea).
      Istana utama lalu pindah ke Istana Changdeok. Raja-raja dalam drama Dong Yi, Jang Ok-jung, Sado, Moonlight Drawn The Clouds, drama dan film tentang Raja Gwanghae, drama The Three Muskeeters, drama Horse Doctor, semua drama tentang Sukjong dan Pangeran Sado, dan drama Daebak/Jackpot, adalah raja-raja yang bertahta di Istana Changdeok. Istana Changdeok tidak sebesar istana Gyeongbok. Ruangannya pun lebih kecil. Istana Changdeok ini lebih sering dipakai untuk syuting drama dan film termasuk drama "Moon Drawn By Clouds" karena istana Gyeongbok sampai sekarang masih di renovasi saking besarnya.

      Delete
    2. Pada setiap istana, raja dan ratu serta putra-mahkota memiliki paviliun sendiri. Jadi, semua pangeran termasuk putra-mahkota pasti akan tinggal terpisah dari ibu dan ayahnya sejak lahir karena langsung diserahkan untuk diasuh oleh dayang pengasuh. Itu sudah protokoler istana Joseon dan hampir semua istana kerajaan di dunia termasuk di Eropa dan Indonesia.

      Di istana Gyeongbok, kompleks paviliun raja (tempat raja tidur dan istirahat) namanya "Gangnyeongjeon" (artinya Lima Berkat/Anugerah). Kompleks paviliun ratu namanya "Gyotaejeon".
      Sedangkan di Istana Changdeok, paviliun raja namanya "Huijeongdang" dan paviliun ratu namanya "Daejeo-jeon".

      Nama kompleks pavilun khusus putra-mahkota di Istana Gyeongbok adalah "Donggung", sedangkan di istana Cheongdok adalah "Junghuidang". Putra-mahkota selalu tinggal bersama dengan Putri-mahkota dan anak-anaknya di kompleks paviliun yang sama.

      Kompleks pavilun putra-mahkota di kedua istana ini sering disebut "Istana Timur" karena letaknya selalu di sisi timur paviliun raja. Pengaturan ini didasari oleh filsafat Kongfusius yang mengibaratkan putra-mahkota sebagai "Matahari Terbit".

      Ini juga yang membuat putra-mahkota tidak bisa tinggal di paviliun yang sama dengan raja karena artinya "Dua Matahari" karena raja juga adalah matahari. Jadi matahari (raja) harus terbenam dulu (meninggal/mundur) baru matahari baru (raja baru/putra mahkota) bisa terbit.

      Alasan yang sama juga membuat putra-mahkota tidak tinggal di kediaman ibunya, baik itu selir atau ratu.
      Mengapa tidak bisa tinggal di kediaman selir (jika ibunya adalah selir)?
      Alasannya adalah menurut hukum Joseon (dan hukum di Korea sampai sekarang) semua anak-anak raja, termasuk putra-mahkota akan menjadi anak ratu secara hukum sehingga protokoler istana melarang mereka tinggal di rumah 'ibu yang lain'.

      Lalu mengapa putra-mahkota tidak bisa tinggal di kediaman ratu (kalau dia anaknya ratu)?
      Kembali lagi ke status putra mahkota sebagai "Matahari Terbit" yang harus berada di sisi timur. Perlu diketahui, letak kediaman ratu selalu di tengah istana. Penyebabnya adalah ratu selalu bergelar "Jungjeon" atau "Jungjeon Mama".
      Jungjeon artinya "Ditengah Istana Raja" atau "Pusat Istana Kerajaan", kurang lebih artinya harafiah dijaman sekarang adalah "Jantung Hari Raja" atau "Jantung Kerajaan". Sebutan inilah yang membuat kediaman ratu harus selalu ditengah.
      Karena letaknya ditengah inilah maka putra-mahkota yang harus selalu ada di sisi timur tidak boleh tinggal bersama dengan ratu.

      Demikian penjelasannya. Semoga membantu ^^
      Salam.

      Delete
  39. Halo,
    terima kasih telah menjadi para pengunjung setia kami.
    Bagi yang ingin berkomentar, dihimbau agar menggunakan kata-kata yang baku untuk mencegah komentar anda sekalian dikategorikan sebagai "komentar Spam" secara otomatis.
    Bagi yang ingin menanyakan tentang perkawinan yang "tidak biasa", dihimbau menggunakan kata-kata seperti "perkawinan sedarah" untuk menyebut kata "Incest", atau "penyimpangan seksual" untuk menyebut kata-kata seperti "cabul", "mesum", dan yang sejenisnya, karena biasanya kata-kata itu langsung dikategorikan "tidak pantas" dan secara otomatis dimasukkan dalam kategori "Komentar Spam" oleh blogger. Bahkan, kata "nungging" saja langsung dimasukkan dalam daftar "spam" oleh google.

    Memang komentar anda bisa kami dimunculkan lagi, tapi komentar anda menjadi prioritas kesekian untuk dibalas oleh kami karena komentar itu tidak langsung muncul di daftar komentar, karena kami harus membuka komentar-komentar spam baru bisa melihat komentar itu, sedangkan komentar yang menumpuk sangat banyak, padahal kami tentunya ingin segera membalas pertanyaan para komentator begitu kami mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya.

    Demikian himbauannya.
    Harap diperhatikan demi kelancaran tanya jawab dalam blog ini ^^

    ReplyDelete
  40. Selamat pagi min. Mau menanyakan mengenai era pangeran sado. Kenapa era pangeran sado bisa disamakan dengan cerita dalam drama ruler master of the mask? Sedangkan dalam drama tsb putra mahkota yi sun belum bisa mnjdi raja krn pemberontakan klompok pyunsoo dan dia masih hidup

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya menambahkan pada episode terbaru dari drama ruler of the mask, raja (sebelum menjadi raja bernama pangeran yi yoon) telah terbunuh sehingga putera mahkota yi sun menggantikan raja terdahulu. Kalau menurut saya putera mahkota yi sun hampir sama dengan Raja Sukjong, hampir sama baik dari latar belakang waktu, nama sewaktu menjadi putera mahkota, nama raja yang terbunuh saat menjadi pangeran bernama Pangeran Yi Yoon, Umur putera mahkota ketika menjadi raja masih berumur belasan tahun. Namun saya masih belum yakin karena dalam drama pangeran yi sun di lahirkan oleh seorang selir. Sedangkan dalam artikel admin Raja Sukjon merupan anak Raja Hyeonjong dan Ratu. Mohon penjelasan dari admin Mengapa putra mahkota yi sun disamakan dengan pangeran sado? terimakasih

      Delete
    2. Halo Rama & Moonita

      Mengenai Drama "Rules: Master of the Mask", putra mahkota dalam drama ini disamakan dengan Pangeran Sado karena nama putra mahkota (dalam drama) yang official dari tim produksinya adalah Yi Seon (이선) bukan Yi Sun (이순). Tulisannya mirip & fonemnya memang hampir sama tapi Han-gul nya berbeda.
      Yi Seon (이선) adalah nama lahir Sado, dan sejauh ini tidak ada raja atau calon raja (putra mahkota) yang memakai nama Yi Seon (이선) selain Sado. Walau ada kemungkinan putra mahkota itu adalah Raja Sukjong (yang nama lahirnya adalah Yi Sun/이순) tapi karena latarnya adalah abad ke-18 maka kemungkinan jika dia adalah Raja Sukjong sangat kecil, karena walau Sukjong juga hidup dan memerintah diawal abad-18 tapi dia sudah menjadi raja diakhir abad-17.
      Pangeran Yi Yoon adalah nama lahir Raja Gyeongjong (anaknya Sukjong). Beliau ini adalah pamannya Sado sebelum ayah Sado (Raja Yeongjo) diangkat menjadi raja. Sado juga memang adalah putra seorang selir.
      Mengenai berbagai detail dan kisah dalam drama, tentunya tidak semua mengikuti sejarah, dan hal itu wajar-wajar saja.

      Demikian penjelasannya. Salam.

      Delete
  41. Min bagaimana kisah dalam drama seven day queen? Apakah pangeran jinsung dan calon ratu dangyeong itu bnar2 saling mencintai sebelum pangeran menjadi raja? Lalu apa alasannya sang ratu diturunkan dari takhta.
    Dan sejarah ratu seonui istri raja gyeongjong bqgaimana? Karna sedikir sekali info tntg ratu seonui

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Alsa,

      Mengenai sejarah dalam drama "Seven Day Queen" bisa dibaca penjelasannya di artikel: DINASTI JOSEON, MASA-MASA KEKACAUAN POLITIK, di kolom Raja Jungjong.
      Sedangkan untuk sejarah Ratu Seon-ui dapat dibaca di artikel: DINASTI JOSEON, MASA KEMAKMURAN, dikolom Raja Gyeongjong.

      Semoga artikelnya bisa membantu. Salam.

      Delete
  42. Hai ka, salam kenal. Saya suka dengan artikelnya, sangat rinci dan inpormatif. Baru2 ini saya nonton drama queen for seven days. Apakah drama ini sesuai dengan sejarah joseon?saya belum terlalu paham mengenai sejarah kerajaan joseon karena susah mengingat nama-nama yang sangat mirip satu sama lain. Setelah saya sedikit membaca,Raja yeonsangun di drama tersebut apakah anak dari jang ok jung? Tetapi di drama itu diceritakan bahwa ibunya pangeran lee yoek masih hidup dan menjadi ratu. Saya bingung bukankah ibu pangeran lee yeok itu adalah selir choi dan tidak pernah menjadi ratu?sekian pertanyaan saya, terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Umi,
      terima kasih atas apresiasi saudari.

      Mengenai pertanyaan saudari:
      1.Raja Yeonsan-gun bukan anak dari Jang Ok-jung. Mereka berdua hidup di jaman yang berbeda.
      2.Pangeran Yeok adalah putra ratu, jadi ibunya bukan Selir Choi. Mereka berdua juga hidup di jaman yang berbeda.

      Info tentang Queen For Seven Day dapat dibaca di artikel DINASTI JOSEON ERA KEKACAUAN POLITIK di kolom Raja Yeonsan dan Raja Jungjong. Sedangkan info tentang Jang Ok-jung dan Selir Choi dapat dibaca di artikel DINASTI JOSEON ERA KEMAKMURAN di kolom Raja Sukjong.

      Semoga penjelasan dan artikel-artikelnya bisa membantu. Salam.

      Delete
  43. Maaf saya ingin bertanya, anda kan tahu menyeluruh sejarah dinasti joseon
    Apakah anda tahu di era kepemimpinan raja siapkah yang ada di drama "hong the rebel thief" ?? Apakah benar ada pemberontakan besar"an oleh rakyat atau hanya cerita fiktif ??
    Terimakasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Yogi,

      Drama “Hong The Rebel” mengambil cerita Hong Kil-dong.
      Hong Kil-dong adalah tokoh nyata. Kisahnya ditemukan dalam Sillok Raja Yeonsan dan Sillok Raja Jungjong. Raja dalam drama "Hong The Rebel" adalah Raja Yeonsan. Kabarnya tidak terdengar lagi sejak tahun 1510 (masa pemerintahan Jungjong, sehingga diasumsikan beliau meninggal di-masa pemerintahan Jungjong.
      Pada masa pemerintahan Raja Yeonsan memang terjadi pemberontakan besar.
      Mengenai profil singkat Hong Kil-dong dapat dibaca di artikel DINASTI JOSEON ERA KEKACAUAN POLITIK di kolom Raja Yeonsan.

      Semoga artikel dan penjelasannya bisa membantu. Salam.

      Delete
  44. halo kak , saya ingin meminta saran , saya datang kesini mencari tema untuk tugas kelompok sbk tentang drama sejarah kerajaan korea , menurut kakak kisah siapa yang cocok untuk tema drama kami ..? Karena kami hanya memilki 11 orang pemain , dengan 6 cewek dan 5 cowok

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Yunica Ayu,
      maaf baru dibalas.

      Tergantung plot ceritanya bagaimana, apakah tragis atau tentang politik, atau tentang kehidupan remaja.
      Jumlah pemainnya sudah cukup banyak jadi bisa leluasa menggunakan plot apa saja.
      Saya sarankan cerita yang ringan saja tetapi menarik, seperti kisah Pangeran Sohyeon di Tiongkok saat menolong orang-orang Korea disana (cukup Pangeran Sohyeon dan istri, Pangeran Bongrim, Raja Injo, dan Kaisar Dinasti Manchu)atau kisah Raja Sejong menciptakan huruf Hangul (ambil yang inti-intinya saja dengan tokoh-tokoh Raja Sejong & permaisuri, dan para sarjana terkait). Kalau kisah sedih mungkin tentang Raja Danjong (yang dikudeta pamannya, cukup tokoh Danjong & permaisuri, ayah Danjong, sang paman/Raja Sejo, para dayang, Han Myeong-hoe/penasehat licik Raja Sejo) atau Pangeran Munjo (meninggal diusia muda usai menciptakan tarian utama kerajaan).

      Saran saya kalau mau membuat drama singkat lebih baik jangan menggunakan kisah Pangeran Sado, Yi Bang-won (Raja Taejong), dan Jang Ok-jung karena plotnya rumit.

      Demikian sarannya. Semoga membantu.

      Delete
  45. Halo, terima kasih tentang artikelnya. Saya mau bertanya tentang pangeran Munjo (Putra Raja Sunjo) Disitu dikatakan beliau wafat pada umur ke 21 tahun, nah penyebabnya apa ya? apakah ada pemberontakan atau bagaimana? Mengingat umurnya masih sangat muda. Terima Kasih sebelumnya^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, maaf baru dibalas.

      Pangeran Munjo meninggal karena sakit, yang mungkin disebabkan oleh wabah (kemungkinan cacar yang memang marak pada jaman itu). Demikian penjelasannya. Salam.

      Delete
  46. Halo. Aku senang sekali membaca sejarah korea di blog ini. Oya, aku mau kasih info nih putra mahkota Hyojang sempat disinggung di drakor the royal gambler. Aku pernah baca beberapa buku sejarah korea ttg hyojang, sebagian blg hyojang mati karna diracun. Di drakor itu juga diceritakan seperti itu, katanya yg meracuni hyojang adalah istri raja gyeongjeong. Tapi aku kurang tau kebenarannya sih.
    Oya, boleh ga untuk kedepannya mencantumkan sumber2 buku seperti end note... Karena ini sangat menarik dan buku2nya sulit di dapat setidaknya aku mau tau rekomendasi buku2 ttg sejarah korea ini, krn siapa tahu bisa kugunakan jg utk tugas2 kuliah. Tq so much utk usahanya ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Gracia,
      Mohon maaf baru dibalas. Semua komentar pasti akan dibalas hanya saja waktunya yang tidak tentu.

      1. Kematian Hyojang
      Sejauh ini catatan resmi tentang kematian Hyojang adalah karena sakit. Tapi bukan karena wabah. Mungkin ini yang membuat banyak spekulasi. Sejauh yang saya tahu, hubungan Yeongjo dan ratunya Gyeongjong cukup baik walaupun tidak terlalu dekat. Mantan ratu diperlakukan oleh Yeongjo dengan sangat baik dan diberikan kediaman yang baik. Mantan ratu juga tidak banyak terlibat dalam intrik-intrik politik. Hanya saja kalau saya tidak salah, ada catatan sejarah yang menyebutkan bahwa mantan ratu pernah satu kali mengkomplain raja (tapi saya tidak tahu soal apa). Mantan ratu digambarkan sebagai seorang bangsawan tinggi yang sangat mencintai keanggunan dan menjunjung tinggi strata kebangsawanan. Mungkin ini yang membuat banyak sutradara menjadikan beliau sebagai tokoh antagonis yang bermusuhan dengan Yeongjo (sebab Yeongjo beribukan rakyat jelata).

      2.Sumber Buku
      Pada setiap artikel kami dibagian paling bawah (diatasnya komentar-komentar) selalu ada daftar sumber, baik itu Daftar Pustaka, Daftar Website, dan/atau Daftar Media Visual. Saudari bisa mendapat referensi buku-buku yang kami gunakan sebagai sumber data. Atau, saudari bisa membaca review & resensi buku yang kami post di blog kami "DELEIGEVEN GUIDE-REVIEW". Resensi bukunya baru sedikit sekali karena kami baru mulai mempostnya. Bisa saudari mulai baca di artikel:
      GREAT FOOD, GREAT STORIES FROM KOREA

      Demikian penjelasannya, semoga membantu. Salam.

      Delete
  47. Halo, apa kabar saya boleh tau tentang kehidupan dari lady hegyeong istri putra mahkota sado dan ibu raja jeongjo secara lengkap.Terimakasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Deta,
      mohon maaf artikel khusus Lady Hyegyeong belum ada tapi saudara/i bisa membaca info tentang beliau melalui beberapa dialog-dialog antara kami dengan pembaca lainnya dalam komentar-komentar diatas anda.
      Salam.

      Delete
  48. Halo, terima kasih sebelumnya untuk info-info mengenai sekarah kerajaan Korea ini.
    Saya mau tanya, apa memang sejak awal Raja Yeongjo mulai memerintah beliau orangnya keras ? Karena kalo dilihat dari cerita Pangeran Sado, raja Yeongjo terkesan jahat. Tapi kalo dilihat dari cerita Dong Yi (dan sikap raja Yeongjo ke ibunya) tentu kesannya beliau adalah orang baik.

    Terimakasih atas jawabannya :)

    ReplyDelete
  49. Assalamualaikum, mohon maaf kak. Saya mau tanya, apakah anda tahu karakter dari lady hyegyeong? Kalo dari drama secret door, orangnya kayak tegas dan galak gitu (kyk terkesan jahat) , tapi kalo di the throne orangnya kayk lemah lembut gitu. Apakah dia orang baik? Apakah dia cukup berpengaruh di politik pangeran sado dan raja jungjo? Terima kasih

    ReplyDelete
  50. Hallo sy tertarik dg cerita tentang pangeran yaoning yg tampan dan jenius , yg ingin sy tanyakan film apa selain dong yi , haechi dan throne yg menceritakan kisah tentang pangeran yaoning , terutama saat menjadi pangeran atau setelah menjadi raja ...tks

    ReplyDelete
  51. halo kak, cuman mau bilang terimakasih udah ngasih informasi selengkap ini����
    mau nanya ka, Kaka nulis sejarah Korea aja atau ada sejarah lain nya ka?��

    ReplyDelete
  52. kak kalau boleh sy bertanya ada atau gk ka drama saeguk atw movienya yang menceritakan tentang berdirinya kerajaan silla,sui vs goguryeo,kisah raja goguryeo yang ke 4 sampai yang terakhir kak

    ReplyDelete

CATATAN PADA PARA PEMBACA:

-Silahkan membaca, mengambil, dan menggunakan artikel ini dalam karya tulis anda tapi CANTUMKAN KREDIT LENGKAP ARTIKEL INI dalam daftar sumber anda dan JANGAN MENYADUR/MENGCOPY-PASTE apalagi MEM-PLAGIAT 100% isi tulisan ini. Kembangkanlah kreativitas dalam penulisan anda.

-Pembaca DAPAT memberikan komentar dengan akun TANPA NAMA (Annonymous).

-Gunakanlah kata-kata yang baku agar komentar tidak dikategorikan sebagai "komentar Spam" secara otomatis oleh google filter machine.

-Harap MEMBACA ARTIKEL INI dan komentar-komentar sebelum anda DENGAN TELITI sebelum berkomentar, karena mungkin pertanyaan anda TELAH DIJELASKAN secara langsung melalui artikel ini, dan juga agar pertanyaan-pertanyaan yang sama tidak ditanyakan secara berulang.

-DILARANG memberikan informasi dan komentar yang melecehkan Suku, Agama, Ras, dan golongan tertentu (SARA) dan mengandung unsur pornografi.

-Kami menerima setiap kritik dan masukan dari para pembaca melalui kolom komentar, namun Setiap komentar yang melecehkan pihak lain, baik pelecehan berbau SARA atau yang mencerminkan FANDOM WAR akan kami HAPUS.

-Setiap komentar dan iklan yang mengandung unsur PORNOGRAFI dan PERJUDIAN, dan ajakan untuk bergabung dalam usaha SIMPAN PINJAM, KREDIT USAHA dan sejenisnya akan KAMI HAPUS karena berpotensi terjadi PENIPUAN.

-Jika anda memiliki informasi tambahan yang berhubungan dengan artikel ini, kami sangat senang jika anda membagikannya pada pembaca yang lain melalui website ini dan kami sangat senang jika anda juga turut membagikan artikel ini pada orang lain.