Pada jaman dahulu, hiduplah seorang yang sangat bijaksana. Orang itu bernama Solon. Karena sangat bijaksana, beliau digolongkan sebagai salah-satu dari ‘Tujuh Orang Bijaksana’. Rakyat kotanya, kota Athena, begitu menyanjung kebijaksanaan dan keadilan Solon sebab hukum yang dibuatnya dianggap yang paling adil dan bijaksana dari semua hukum yang pernah mereka kenal. Karena kebijaksanaannya, beliaupun dipanggil “Solon Yang Bijak” oleh rakyat Athena. Sedangkan bagi rakyat kota lain, beliau dikenal sebagai “Solon Yang Bijak dari Athena”.
Pada suatu waktu, Solon pergi mengunjungi salah satu dari ‘Tujuh Orang Bijak’ yang bernama Thales di kota lain yaitu kota Miletus. Saat bercengkerama dengan Thales, Solon-pun menyadari sesuatu yang seyogyanya ada tetapi tidak dimiliki oleh Thales, dan beliau dengan hati-hati memberanikan diri bertanya,
“Wahai Thales yang bijak, mengapakah engkau tidak menikah ataupun memiliki anak?”
Mendengar pertanyaan Solon, Thales hanya tertawa.
“Itu sudah menjadi keputusanku”, jawab Thales.
“Dan mengapakah engkau memutuskan demikian?” Tanya Solon lagi.
“Akan kuberitahukan alasan dari keputusanku itu padamu.” Jawab Thales.
Solon-pun menyudahi obrolannya dengan Thales sembari bertanya-tanya dalam hati mengenai alasan Thales atas keputusannya yang tidak menikah dan memiliki anak.
Solon masih tinggal bersama Thales di kota Miletus untuk beberapa saat lamanya. Solon memanfaatkan kunjungannya dengan berkeliling kota tempat Thales tinggal. Saat dia sedang berjalan-jalan di kota, terlihatlah olehnya seorang pemuda. Dari ceritanya sepertinya pemuda itu baru saja tiba dari Athena. Solon mengamati pemuda itu dan menyimpulkan bahwa memang pemuda itu baru tiba dari Athena. Solon yang selalu penasaran tentang berbagai berita dari kampung halamannya lalu menanyakan kabar-kabar terbaru pada pemuda itu perihal kota Athena. Pemuda itu mengatakan bahwa tidak ada yang penting yang terjadi di Athena kecuali,
"ada pemakaman seorang pria muda yang meninggal saat ayahnya sedang pergi", demikian kata pemuda itu.
"Oh Kasihan," kata Solon dengan wajah yang sedih.
"Tapi siapa namanya? Siapa tahu aku mengenalnya atau mengenal ayahnya sebab aku juga berasal dari Athena." Tanya Solon dengan khawatir.
Wajah pemuda itu menunjukan bahwa dia berusaha mengingat-ingat tapi dia tidak mampu menyebut nama seorang-pun di Athena dengan tepat dan berkata,
“Aku sulit mengingat namanya...”
Solon-pun berusaha memancing ingatan pemuda itu dengan menyebutkan nama-nama orang Athena yang diketahuinya. Tapi, pemuda selalu itu menjawab,
“Bukan, bukan nama itu...."
"Aku tidak ingat tepatnya, tapi bukan nama-nama itu yang kudengar...” Lanjut pemuda itu.
Solon menjadi semakin khawatir.
“Kudengar, ayah pemuda itu adalah seorang yang penting di Athena. Dia adalah archon Athena atau seorang yang pernah menjadi archon. Saat ini, ayahnya itu sedang berkunjung ke kota lain.” Kata sang pemuda lagi.
Solon terkejut mendengarnya, sebab dia sudah menjadi archon Athena selama 20 tahun. Dengan was-was, Solon-pun berkata:
“Solon? Apakah ayah anak itu bernama Solon?” Tanya Solon dengan penuh harap bahwa pemuda itu akan menjawab dengan ‘tidak!’
"Ya!!! Benar nama itu! Orang itulah yang aku maksud!" kata sang pemuda.
Mendengar jawaban pemuda itu, wajah Solon-pun sedih sebab hati sangat hancur. Dia tidak bisa membayangkan bahwa anaknya sudah meninggal.
Tak jauh dari tempat Solon dan pemuda itu berada, duduklah Thales yang sejak tadi mengawasi Solon tanpa menunjukan ekspresi apapun. Setelah beberapa saat, Thales-pun datang menghampiri Solon dan berkata:
"Solon oh Solon.... Mengapa kau bersedih?” Tanya Thales.
Solon tampak terkejut melihat sahabatnya, namun dia menyambut kedatangan Thales itu dengan menceritakan perihal kematian putranya yang tadi disampaikan oleh pemuda yang baru datang dari Athena itu. Tetapi, Thales hanya tertawa dan berkata bahwa pemuda itu tidak datang dari Athena.
“Dia adalah rakyat Miletus. Seorang aktor dikota ini yang aku sewa untuk bercerita padamu.” Ujar Thales.
Solon sangat terkejut mendengar kata-kata Thales,
“Wahai Thales, mengapakah engkau melakukan hal ini???” Tanya Solon.
“Untuk menjawab pertanyaanmu, sahabatku. Engkau bertanya mengapa aku tidak menikah dan punya anak... Nah, sekarang kau mengetahui alasan keputusanku perihal mengapa aku tidak menikah atau memiliki anak.” Ujar Thales.
“Kehilangan kedua hal itu terlalu sulit untuk ditanggung, bukan? Bahkan oleh-mu yang memiliki semangat dan keberanian.” Jelas Thales.
“Tapi jangan khawatir sahabatku itu semua cerita itu bukan apa-apa kecuali kebohongan." Kata Thales lagi perihal berita kematian anaknya yang dibawa oleh aktor sewaan Thales tadi.
Solon tidak marah pada Thales karena telah menipunya dengan kabar bohong perihal kematian anaknya. Dia justru lega karena kabar itu adalah bohong.
Solon memahami maksud Thales dengan jelas. Thales ingin menunjukkan pada Solon bahwa orang-orang akan sulit membuat pertimbangan dan kehilangan keberanian dalam membuat keputusan-keputusan yang baik karena takut kehilangan orang-orang terdekat, terutama keluarga mereka.
“Bahkan kebajikan, yaitu milik manusia yang paling berharga, dapat hilang karena sakit penyakit. Jiwa manusia memiliki kecenderungan bawaan yaitu kasih sayang, dan ketika kasih sayang itu tidak bisa memperbaiki sang anak yang juga berusaha melakukan hal-hal lainnya, maka kesedihan yang datang selalu sama,” kata Thales pada Solon sebelum mereka berpisah.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kisah ini adalah kisah dari Yunani yang ditulis kembali dalam berbagai kitab sejarah dan kitab-kitab hikayat dari masa penyebaran budaya Helenis.
Solon adalah tokoh sejarah nyata. Beliau adalah reformator klasik terbesar dan terpenting dalam sejarah Athena dan Yunani. Solon menjabat sebagai archon (penguasa tahunan) kota Athena selama 20 tahun. Beliau dilahirkan pada tahun 630 SM dan wafat pada tahun 560 SM. Solon adalah seorang negarawan Athena yang paling dihormati sepanjang sejarah Yunani kuno bahkan hingga sekarang. Karena kebijaksanaannya beliau dikenal sebagai ‘Solon Yang Bijak dari Athena’ dan dimasukan sebagai salah-satu dari ‘Tujuh Orang Bijak’ dalam sejarah Yunani. Setelah kematiannya, Solon tetap dikenang sebagai orang bijak dengan ide-ide inovatif pada zamannya. Beberapa dekade kemudian, seorang negarawan Athena yang bernama Pericles mendirikan demokrasi Athena yang sangat terkenal, namun demokrasi yang dibangunnya mengacu pada kode hukum dan reformasi yang dilakukan oleh Solon. Hingga saat ini Solon dianggap sebagai pencetus dasar-dasar hukum sekaligus pendiri sistem pemerintahan demokrasi kuno yang menurunkan demokrasi yang kita kenal sekarang. Dasar-dasar hukum yang dibuat oleh Solon dan juga kode-kode hukumnya menjadi dasar hukum Athena selama berabad-abad, dan kemudian diadopsi oleh hukum Romawi yang kemudian menjadi cetak biru hukum modern sekarang ini.
Thales adalah tokoh nyata. Beliau adalah matematikawan, ahli filsafat, dan astronom terawal dalam sejarah Yunani. Thales lahir pada 624 SM dan meninggal pada 546 SM. Sama seperti Solon, beliau juga termasuk dalam ‘Tujuh Orang Bijak’ dan merupakan orang yang namanya diurutan pertama dalam daftar "Tujuh Orang Bijak" tersebut. Thales berasal dari kota Miletus sehingga beliau dikenal dengan nama ‘Thales dari Miletus'. Miletus sendiri merupakan salah-satu kota kuno di kawasan Asia Minor (negara Turki modern). Thales dikenang dan dihormati sebagai ahli filsafat pertama dalam tradisi Yunani. Buah pikir dan gagasan-gagasannya mempengaruhi Sokrates, dan banyak ahli filsafat Yunani kuno termasuk Solon, Aristoteles, dan Plato. Meskipun beliau adalah seorang filsuf tapi Thales lebih dikenal sebagai ahli matematika pertama dalam sejarah Yunani. Thales adalah bapak geometri Yunani dan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi ahli matematika Yunani kuno yang paling terkenal, Pythagoras.
Tujuh Orang Bijak (Seven Sages of Greece atau Seven Wise Men) adalah gelar yang diberikan pada tujuh orang yang dianggap paling bijaksana pada masa Yunani Kuno. Nama-nama ketujuh orang bijak ini memiliki perbedaan antara sumber yang satu dengan lainnya. Umumnya, daftar Tujuh Orang Bijak itu adalah Thales dari Miletus, Chilon dari Sparta, Cleobulus dari Lindos, Solon dari Athena, Bias dari Priene, Pittacus dari Mytilene, dan Periander dari Korintus. Tetapi, Plato memiliki daftar yang berbeda, yaitu Thales dari Miletus, Chilon dari Sparta, Cleobulus dari Lindos, Solon dari Athena, Bias dari Priene, Pittacus dari Mytilene, dan Myson dari Chenae. Namun, menurut Diogenes Laertius (sejarawan abad 3 Masehi yang fokus pada ahli filsafat Yunani kuno), Tujuh Orang Bijak itu adalah Thales dari Miletus, Chilon dari Sparta, Cleobulus dari Lindos, Solon dari Athena, Bias dari Priene, Pittacus dari Mytilene, dan memasukan Periander dari Korintus dan juga Anacharsis dari Skit sebagai orag bijak yang ketujuh. Pendapat yang sama juga dikeluarkan oleh para sejarawan seperti Ausonius (penyair Romawi abad ke-2 Masehi), Ephorus, dan Plutarch.
_________________________________________________________________________________
Kisah ini adalah kisah klasik populer dari Yunani yang dimuat dalam berbagai buku sejarah yang untuk pertama kalinya dimuat dalam buku “Historia” yang ditulis oleh sejarawan besar Yunani, Herodotus. Kisah ini disusun kembali oleh Deleigeven Media dengan beberapa perubahan, yaitu perubahan gaya tulisan dan susunan dialog tanpa mengubah inti cerita dan unsur sejarah dalam kisah ini.
TIM PENYUSUN:
Penulis : Deleigeven
Editor : Juliet
Penerbit : Deleigeven Media
DAFTAR PUSTAKA:
A History of Ancient Greece; George Grote
History; Herodotus
Solon, The Lawmaker of Athens; Plutarch
SUMBER WEBSITE:
Ensiclopedia Britanica (Solon)
Greeka.com (Solon)
wikipedia.com/solon
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tolong buatin artikel tentang asal usul suku2 di indonesia dong. Karena jarang nemu blog yg jelasin se detail ini
ReplyDeleteHalo 2534,
Deleteterima kasih atas apresiasi saudara/i. Kami sedang berusaha memperbanyak artikel-artikel tentang sejarah Indonesia. Mengenai artikel tentang asal-usul suku-suku di Indonesia mungkin anda dapat mulai membaca dari artikel-artikel tentang wilayah Batubara di blog ini (keyword google: Deleigeven Batubara).
Kami menantikan kunjungan anda selajutnya. Salam.